Vous êtes sur la page 1sur 8

Modifikasi Konsentrasi NH4NO3 dan CaCl2 Medium MS ter-

hadap Pertumbuhan Eksplan

Modification of NH4NO3 and Cacl2 Concentration of MS Medium on


Growth of Hyperhydritised-Explants of Carnation
Budi Winarto1)

ABSTRACT

The existence of NH4NO3 and CaCl2 in MS medium used in carnation tissue culture has high effect on response
of explant growth cultured in vitro. The response of explant can be a normal and healthy growth or hyper-
hydritised-growth. The study aimed to know concentration changes of two macro elemen on hyperhydri-
tised-explant growth of carnation. The experiment was conducted at Tissue Culture Laboratory, IPPT, Faculty of Agriculture,
Universiti Putra Malaysia from January to August 2002. Factorial experiment was arranged using Randomized Complete Block
Design with four replications. First factor was concentration of NH4NO3 of (1) normal concentration, (2) ½ of normal concen-
tration, (3) ¼ of normal concentration and (4) without NH NO . Second factor was concentration of CaCl of (1) 1.5 of normal
4 3 2
concentration, (2) normal concentration, (3) ½ of normal concentration and (4) without CaCl2. Results of the study indicated that
concentration changes of NH4NO3 dan CaCl2 gave high effect on hyperhydritised-explant growth. Half strength of NH4NO3 and
CaCl2 from thier normal concentration was the appropriate concentration in reducing hyperhydricity incidence down to 67%
and increasing the highest leaf chlorophyll content up to 34% ( from 0.088 mg/mg to 0.134 mg/mg). Normal concentration of
CaCl2 without NH4NO3 presence in MS medium was the most suitable combination in lowering water content and enhancing
dry weigth of shoots. The existence of half-concentration of NH4NO3 without CaCl2 in the MS medium induced high axillary
shoot proliferation (8.6 shoot per explant). While the highest averages of shoot height were obtained on MS medium with normal
concentration of NH4NO3 without CaCl2.

Keywords: NH NO , CaCl , hyperhydricity and carnation


4 3 2

PENDAHULUAN palisade, sel-selnya hipertropi, bervakuola lebih besar


dengan ruang antar sel yang besar (Olmos dan Hellin,
Kondisi kultur jaringan yang mampu mengin- 1998) dan lebih bersifat heterotropik. Epidermis daun ti-
duksi pembentukan tunas secara cepat melalui induksi dak/kurang dilindungi dengan kutikula dan lapisan lilin
tunas aksiler maupun tunas adventif seringkali men- (Sutter dan Langhans, 1979), memiliki stomata yang
stimulasi perkembangan eksplan yang abnormal (Ziv et tidak berkembang dan berfungsi dengan baik (Ziv et
al., 1987), yang dikenal dengan hiperhidrisiti (Debergh, al., 1987), ligni-fikasi yang rendah (Kevers dan Gaspar,
et al., 1992). Tunas dengan daun hiperhidrisiti, baik su- 1985). Sedangkan batangnya umumnya memiliki sel-sel
kulen maupun translusen memperlihatkan kemampuan yang hipertropi dengan reduksi jumlah bendel jaringan
hidup yang rendah (van Altvorst et al., 1996). Daun pengangkutan (Debergh et al., 1992; Winarto, 2002).
yang sukulen dan translusen ini ditemukan berkembang Plantlet hasil kultur jaringan dengan daun dan
akibat kondisi botol kultur yang memiliki kelembaban batang yang abnormal memiliki kemampuan hidup yang
relatif yang tinggi (Ziv, 1991) dengan konsentrasi am- rendah saat dipindahkan ke kondisi lingkungan ex vitro,
monium yang tinggi (Daguin and Letousze, 1986) pada utamanya disebabkan oleh kehilangan air dan kelayuan
medium yang konsentrasi sitokininnya tinggi (Ziv, (van Altvorst et al., 1996; Majada et al., 2001). Dua
1986; Winarto, 2002) dimana terdapat akumulasi etilen penyebab utama kelayuan tersebut adalah sedikitnya
(Fal et al., 1999). lapisan kutikula, sedikit atau tidak adanya lapisan lilin
Daun yang hiperhidrisiti umumnya memiliki sel (Sutter and Langhans, 1979) dan tidak berkembang dan
palisade dan mesofil yang tidak normal (Debergh et al., berfungsinya stomata (Ziv et al., 1987).
1992) dimana terdapat penurunan jumlah lapisan sel Membuka dan menutupnya stomata dipengaruhi

1)
Balai Penelitian Tanaman Hias, Jl. Raya Pacet, Ciherang, Pacet, Cianjur 43253

Modifikasi Konsentrasi NH4NO3 dan CaCl2 Medium MS terhadap


Pertumbuhan Eksplan Hiperhidrisiti Anyelir (Budi Winarto) 45
oleh utamanya kandungan kation K+ dan Cl- berperan tunas per eksplan (JTE), (4) tinggi tunas (TT, cm), (5)
sebagai anion penyeimbang bersama malat (Ziv et al., jumlah akar per eksplan (JAE), (6) kandungan air (KA,
1987). Faktor lain yang berpengaruh terhadap menu- %) dan (7) berat kering (BK, %). Persentase tunas
tupnya stomata adalah kondisi gelap, keberadaan asam hiperhidrisiti dihitung menggunakan rumus Pathak
absisik (ABA) dan Ca2+ (Schwartz, 1985 dalam Ziv et (1972), sedangkan penilaian daun yang hiperhidrisiti
al. 1987). dinilai berdasarkan skala 0-5 menurut Jain et al. (1997)
Mengingat kehadiran NH4NO3 dan CaCl2 dalam sebagai berikut: 0 - tidak ada daun yang hiperhidrisiti,
medium MS berpengaruh terhadap pertumbuhan dan 1: 1-5% daun mengalami hiper-hidrisiti, 2: 6-25% daun
pembelahan sel, pembentukan klorofil, stomata dan mengalami hiperhidrisiti, 3:26-50% daun mengalami
fungsinya; penelitian ini dikonsentrasikan utnuk men- hiperhidrisiti, 4: 51-75% daun mengalami hiperhidrisiti
getahui pengaruh NH4NO3 dan CaCl2 terhadap pertum- dan 5: lebih dari 75% daun mengalami hiperhidrisiti.
buhan eksplan hiperhidrisiti. Hipotesis yang diajukan Kandungan klorofil daun diukur pada saat awal dan
adalah penurunan konsentrasi NH4NO3 dan peningkatan akhir percobaan menggunakan metode tak langsung
konsentrasi CaCl2 akan berpengaruh terhadap pemulihan (Klorofilmeter Minolta TM SPAD model 502) dan metode
eksplan hiperhidrisiti kedalam pertumbuhan normalnya. langsung (Scanning Spektrofotometer UV 3101PC) dan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pe- total klorofilnya dikalkulasikan menggunakan rumus
rubahan konsentrasi NH4NO3 dan CaCl2 dalam medium Coomb dan Hall (1997). KA dan BK ditentukan dengan
MS terhadap pertumbuhan eksplan hiperhidrisiti anyelir. menimbang berat basah dan berat kering tunas sukulen.
Luaran yang diharapkan adalah konsentrasi NH4NO3 dan 10% tunas sukulen yang diambil secara acak kemudian
CaCl2 yang sesuai untuk memulihkan eksplan hiperhid- ditimbang berat basahnya (BB). Selanjutnya bahan
risiti kedalam pertumbuhan normalnya. segar tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 80ºC
selama 24 jam. Penimbangan berat kering dilakukan
secara berulang hingga berat kering yang stabil dipe-
roleh. Kandungan air dihitung dengan mengurangi BB
BAHAN DAN METODE dengan BK dibagi dengan BB dikalikan dengan 100%.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Sedangkan BK dihitung dengan mengurangi 100%
Jaringan IPPT, Fakultas Pertanian, Universiti Putra Ma- dengan persen KA. Data awal kondisi tunas hiperhidri-
laysia dari bulan Januari hingga bulan Agustus 2002. siti yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95.2%
Eksplan hiperhidrisiti diperoleh dengan meng- kandungan air, 4.8% berat kering tunas dan 0.088 mg/mg
kultur eksplan anyelir (nodus yang pertama dan kedua) kandungan klorofil daun.
pada medium MS yang mengandung 2.0 mg/l 6-Ben- Data yang telah dikumpulkan dioleh menggu-
zyladenine (BA) dan 0.9 mg/l asam asetat á-naphthalene nakan program SAS Release Windows 6.1, perbedaan
(NAA) dengan tutup botol kultur yang ketat (selotip/alu- nilai rataan yang ditemukan antar perlakuan diuji lanjut
minium foil) yang disimpan dalam ruang inkubasi yang menggunakan uji wilayah ganda Duncan pada taraf
bersuhu 25±1ºC dibawah penyinaran lampu fluoresen 5%.
secara terus-menerus yang berintensitas cahaya ± 13
µmol.m-2.s-1 selama 5-6 minggu. Setelah inkubasi, no-
HASIL DAN PEMBAHASAN
dus yang pertama dan kedua dari tunas hiperhidrisiti
yang dihasilkan selanjutnya digunakan sebagai sumber Hasil
eksplan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil analisa varian dapat dik-
Dalam percobaan ini, perbedaan konsentrasi etahui bahwa kombinasi perlakuan NH4NO3 dan CaCl2
NH4NO3, dan CaCl2 diuji. Konsentrasi NH4NO3 yang memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap per-
diuji dalam penelitian ini adalah: (1) konasentrasi nor- tumbuhan eksplan hiperhidrisiti (p=0.05). Kombinasi
mal (1 K), (2) ½ dari konsentrasi normal (1/2 K), (3) ¼ perlakuan tersebut juga memberikan pengaruh interaksi
dari konsentrasi normal (1/4 K) dan (4) tanpa NH4NO3 antar perlakuan pada semua parameter yang diamati.
(0 K). Sedangkan konsentrasi CaCl2 yang di tes adalah Konsentrasi CaCl2 diketahui memberikan pengaruh yang
(1) 1½ dari konsentrasi normal (1.5 K), (2) konsentrasi lebih besar dibanding konsentrasi NH4NO3nya pada
normal (1 K), (3) ½ dari konsentrasi normal (1/2 K) dan persentase hiperhidrisiti, kandungan klorofil daun dan
(4) tanpa CaCl2 (0 K). tinggi tunas, tetapi jumlah produksi tunas per eksplan,
Percobaan ini disusun menggunakan Rancan- kandungan air dan berat kering lebih banyak dipengaruhi
gan Acak Kelompok pola factorial dengan empat kali oleh kehadiran NH4NO3.
ulangan. Faktor pertama adalah empat level konsentrasi Dari gambar 1 terlihat bahwa penurunan kon-
NH4NO3 dan faktor yang kedua adalah empat tingkat sentrasi NH4NO3 dalam medium mampu menurunkan
konsentrasi CaCl2. Tiap perlakuan berisi 15 eksplan. persentase hiperhidrisiti, kandungan air dan meningkat-
Parameter yang diamati dan diukur dalam studi kan berat kering tunas. Pada media MS yang tidak dit-
ini adalah (1) persentase hiperhidrisiti (PH, %), (2) ambahkan NH4NO3 sama sekali (0 K), ternyata mampu
kandungan klorofil daun (KKD, mg/mg), (3) jumlah menurunkan persentase tunas hiperhidrisiti hingga 79%,

Agrosains 6(2): 45-52, 2004


dengan 87% kandungan air dan 13% berat kering tunas.
Jika dibandingkan dengan kondisi awal tunas terjadi
penurunan kandungan air dan peningkatan berat kering
sekitar 8.2% (95.2% ke 87%; 4.8% ke 13%). Tetapi
penurunan konsentrasi NH4NO3 ini tidak memberikan
kecenderungan pengaruh yang
sama terhadap kandungan daun (gambar 2), jumlah tunas
per eksplan dan tinggi tunas (Gambar 3). Pada ketiga
parameter tersebut penurunan konsentrasi NH4NO3
hingga ½ konsentrasi normalnyalah (1/2 K) yang mem-
berikan pengaruh terbaik, dengan kandungan klorofil
daun tertinggi.

JTE – jumlah tunas per eksplan, TT – tinggi tunas


Gambar 3. Pengaruh konsentrasi NH4NO3 terha-
dap
jumlah tunas per eksplan dan tinggi
tunas
Histogram yang diikuti dengan huruf
Berganda Duncan pada taraf kepercayaan
5% .
Berbeda dengan NH 4NO 3, peningkatan dan
penurunan konsentrasi CaCl2 dari konsentrasi normal-
nya justru dapat meningkatkan persentase terjadinya
1 K – konsentrasi NH4NO3 normal, ½ K - ½
hiperhidrisiti tunas (Gambar 4), walaupun penurunan
konsentrasi normal NH4NO3, ¼ K - ¼ konsentrasi
konsentrasinya cenderung menurunkan kandungan air
normal NH4NO3, 0 K – tanpa NH4NO3
dan meningkatkan berat kering tunas. Pada konsen-
trasi normalnya, perlakuan CaCl2 mampu menurunkan
Gambar 1. Pengaruh konsentrasi NH4NO3 terhadap
persentase tunas hiperhidrisiti hingga 67% dan berbeda
persentase hiperhidrisiti (PH-%), kan-
nyata dengan konsentrasi yang lain. Selanjutnya ter-
dungan air (KA-%) dan berat kering
hadap kandungan air dan berat kering tunas perubahan
tunas (BK-%)
konsentrasi CaCl2 tidak berpengaruh nyata. Konsen-
Histogram yang diikuti dengan huruf yang
trasi ini juga tetap menunjukkan kandungan klorofil
sama dalam satu parameter menunjuk-
daun yang tertinggi (0.116 mg/mg) (Gambar 5) dengan
kan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji
tinggi tunas tertinggi (2.06 cm) (Gambar 6). Sedangkan
Wilayah Berganda Duncan pada taraf
terhadap produksi tunas perlakuan CaCl2 memberikan
kepercayaan 5%.
pengaruh yang acak (Gambar 6).
Tabel 1 terlihat bahwa ½ konsentrasi normal
CaCl2 yang dikombinasikan dengan ½ konsentrasi
normal NH4NO3 merupakan kombinasi terbaik dalam
menekan persentase terjadinya tunas hiperhidrisiti
hingga 67% dan meningkatkan kandungan klorofil
daun hingga 0.134 mg/mg (Tabel 1). Perlakuan ini juga
menunjukkan perbedaan yang nyata bila dibandingkan
dengan kombinasi lain (1/2 K CaCl2 dengan 1 K dan 0
K NH4NO3). Hasil terbaik kedua (71%) dengan kan-
dungan klorofil daun 0.124 mg/mg ditunjukkan oleh
konsentrasi normal CaCl2 yang dikombinasikan dengan
¼ konsentrasi normal NH4NO3 walaupun sebagian
besar tidak berbeda nyata dengan kombinasi yang lain.
Gambar 2. Pengaruh konsentrasi NH4NO3 terha- Selanjutnya berdasarkan nilai rata-rata antar perlakuan-
dap kandungan klorofil daun nya, konsentrasi normal CaCl2 yang dikombinasikan
Histogram yang diikuti dengan huruf dengan semua konsentrasi NH4NO3 memberikan nilai
yang sama menunjukkan tidak berbeda rataan yang terendah, tetapi nilai rataan kandungan
nyata berdasarkan Uji Wilayah Ber- klorofil daun yang sama dengan 1/2 K dengan semua
ganda Duncan pada taraf kepercayaan kombinasi NH4NO3nya.

Modifikasi Konsentrasi NH4NO3 dan CaCl2 Medium MS terhadap


Pertumbuhan Eksplan Hiperhidrisiti Anyelir (Budi Winarto) 47
JTE – jumlah tunas per ekplan; TT – tinggi tanaman
1.5 K – satu setengah kali konsentrasi normal CaCl2, 1
K – konsentrasi normal CaCl2, 1/2 K – ½ konsentrasi Gambar 6 Pengaruh konsentrasi CaCl2 terhadap
normal CaCl2 dan 0 K – tanpa CaCl2. PH : persentase jumlah tunas per eksplan dan tinggi
hiperhidrisiti; KA: kandungan air; BK: berat kering tunas
tunas Histogram yang diikuti dengan huruf
yang sama dalam satu parameter menun-
Gambar 4. Pengaruh konsentrasi CaCl2 terhadap jukkan tidak berbeda nyata berdasarkan
persentase hiperhidrisiti, kandungan Uji Wilayah Berganda Duncan pada taraf
air dan berat kering tunas kepercayaan 5%.
Histogram yang diikuti dengan huruf
yang sama dalam satu parameter menun- kan berat kering tunas. Kombinasi perlakuan tersebut
jukkan tidak berbeda nyata berdasarkan mampu menurunkan kadar air dan meningkatkan berat
Uji Wilayah Berganda Duncan pada taraf kering tunas tertinggi hingga 9.9% (95.2% ke 85.3%
kepercayaan 5%. kandungan air tunas; 4.8% ke 14.7% berat kering tunas).
Juga dapat diperhatikan bahwa ketidakhadiran NH4NO3
dalam semua kombinasi dengan CaCl2 dalam medium
MS menurunkan kandungan air dan berat kering tunas
yang lebih baik dibanding kombinasi yang lain. Ini
mengindikasikan bahwa penurunan konsentrasi atau
ketidakhadiran NH4NO3 sebagai salah satu komponen
penstimulasi pertumbuhan tanaman yang lebih cepat
menyebabkan tunas hiperhidrisiti juga terdorong untuk
membentuk sel-sel yang lebih kompak dan tumbuh
lebih sehat.
Pada pertumbuhan tunas hiperhidrisiti yang diin-
dikasikan dengan kemampuan tunas hiperhidrisiti dalam
menghasilkan tunas dan pertambahan tingginya terlihat
bahwa 1/2 konsentrasi NH4NO3 yang dikombinasikan
Gambar 5 Pengaruh konsentrasi CaCl2 terhadap dengan 0 K dari CaCl2 merupakan kombinasi terbaik
kandungan khlorophil daun dalam menginduksi pembentukan tunas aksiler terban-
Histogram yang diikuti dengan huruf yak (8.6 tunas per eksplan) tetapi ketidakhadiran CaCl2
yang sama dalam satu parameter menun- menyebabkan pertambahan tinggi tanaman menjadi
jukkan tidak berbeda nyata berdasarkan terhambat (Tabel 4). Sedangkan rataan tinggi tunas yang
Uji Wilayah Berganda Duncan pada taraf tertinggi (2.65 cm) ditunjukkan oleh kombinasi normal
konsentrasi NH4NO3 (1 K) tanpa kehadiran CaCl2 (0
kepercayaan 5%.
K) (Tabel 4). Hasil ini makin menguatkan argumentasi
peran NH4NO3 dan CaCl2 dalam pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan kandungan air dan berat kering Kehadiran NH4NO3 mendorong pertumbuhan tanaman
tunas (Tabel 2) terlihat bahwa absennya NH4NO3 (0 yang cepat, yang berorientasi pada pertambahan tinggi
K) dalam medium MS yang dikombinasikan dengan tanaman. Sementara kehadiran CaCl2 menstimulasi
konsentrasi normal CaCl2 (1 K) merupakan kombinasi tunas tumbuh kompak dengan pertambahan tunas ak-
terbaik dalam menurunkan kadar air dan meningkat- siler yang lebih tinggi dengan pertambahan tinggi yang
terhambat.

Agrosains 6(2): 45-52, 2004


Modifikasi Konsentrasi NH4NO3 dan CaCl2 Medium MS terhadap
Pertumbuhan Eksplan Hiperhidrisiti Anyelir (Budi Winarto) 49
Pembahasan Perubahan konsentrasi NH4NO3 dan CaCl2 pada
penelitian ini juga berpengaruh terhadap kandungan
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa klorofil daun, kandungan air dan berat kering tunas,
kehadiran NH4NO3 dan CaCl2 dalam medium MS sangat jumlah tunas yang dihasilkan per eksplan dan tinggi
berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas hiperhidrisiti tunas. Penurunan konsentrasi NH4NO3 hingga ½ kon-
anyelir. Penurunan konsentrasi NH4NO3 dari konsentrasi sentrasi normalnya merupakan konsentrasi optimal
normalnya, menurunkan peluang terjadinya pertumbu- untuk meningkatkan kandungan klorofil daun, tetapi
han yang abnormal pada tunas hiperhidrisiti yang dikul- penurunan kandungan air dan peningkatan berat kering
tur secara in vitro, sedang peningkatan konsentrasinya tertinggi yang disertai penurunan jumlah produksi tunas
berpengaruh sebaliknya. Kondisi tersebut berkaitan aksiler dan pertambahan tinggi tanaman yang terhambat
erat dengan peran ammonium dalam pertumbuhan dan ditunjukkan oleh medium MS tanpa kehadiran NH4NO3.
pembelahan sel tanaman (Sutiyoso, 2003). Peningkatan Sedangkan peningkatan atau penurunan konsen-trasi
konsentrasinya mendorong sel-sel tanaman lebih aktif CaCl2 dari kondisi normalnya memiliki kecenderun-
membelah, sel-selnya berukuran lebih besar, tanaman gan pengaruh yang sama dengan penggunaan NH4NO3
tumbuh lebih cepat dan seringkali tanaman menjadi terhadap persentase hiperhidrisiti, kandungan klorofil
abnormal/hiperhidrisiti (Daguin dan Letouze, 1986; daun, berat kering tunas, tetapi terhadap produksi tunas
Ziv, 1991; Sutiyoso, 2003). Sementara penurunan kon- aksiler, ketidakhadiran CaCl2 meningkatkan produksi
sentrasinya meningkatkan proporsi tanaman tumbuh tunas aksiler yang signifikan. Konsen-trasi normal CaCl2
normal (Ziv et al., 1987). Menurut Ziv (1991) penurunan merupakan konsentrasi optimal untuk pertumbuhan
konsentrasi ammonium dalam medium juga mening- tananam hiper-hidirisiti anyelir dalam kondisi in vitro.
katkan lignifikasi dan menurunkan peluang terjadinya Menurut Ziv et al. (1987) penurunan NH4NO3
hiperhidrisiti pada willow, plum dan kaktus. dan CaCl2 meningkatkan jumlah tanaman yang normal
Selanjutnya peningkatan dan penurunan konsen- dan sehat pertumbuhannya, sedangkan peningkatan
trasi CaCl2 dari konsentrasi normalnya meningkatkan konsentrasinya berdampak sebaliknya. Reduksi NH4NO3
insidensi terjadinya pertumbuhan tunas yang hiperhidri- juga memudahkan masalah pertumbuhan hiperhidrisiti
siti, terutama jika konsentrasi NH4NO3 dalam medium dapat dikendalikan (Daguin dan Letouze, 1987) dan me-
meningkat. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan ningkatan penggunaan C oleh tanaman, yang tercermin
oleh Ziv et al. (1987). Potensi hiperhidrisiti yang lebih pada penurunan kandungan air dan peningkatan berat
tinggi tersebut di pengaruhi oleh kandungan klorida kering (Avila et al., 1998).
dalam medium dan penyerapannya oleh eksplan yang Pada penelitian ini, ½ dari konsentrasi normal
dikultur (Dantas et al., 2001). Pada kultur in vitro NH4NO3 dan CaCl2 merupakan kombi-nasi terbaik untuk
Prunus, penghilangan klorida dalam medium mampu mendapatkan pertumbuhan eksplan hiperhidrisiti yang
mereduksi insidensi hiperhidrisiti (Quorin and Lepoivr, sehat dan normal dengan persentase hiperhidrisiti yang
1997 dalam Dantas et al., 2001). Tetapi jika konsentrasi rendah dan kandungan klorofil daun yang tinggi, tetapi
ammonium diturunkan, peran kalsium dalam pembela- pertumbuhan tunas aksiler dan tinggi tunas cenderung
han dan pemanjangan sel yang lebih kompak menjadi terhambat. Sementara untuk mendapatkan pertumbu-
optimal (Sutiyoso, 2003). Tanaman tumbuh lebih sehat han tunas hiperhidrisiti yang memiliki kandungan air
dan normal dengan kandungan air yang lebih rendah yang rendah, berat kering yang tinggi dengan tinggi
dan berat kering tanaman yang lebih tinggi. tunas tertinggi, konsentrasi normal CaCl2 tanpa keha-
diran NH4NO3 menunjukkan hasil yang terbaik, tetapi

Agrosains 6(2): 45-52, 2004


memberikan hasil yang relative rendah pada persentase kombinasi yang terbaik. Setengah konsentrasi NH4NO3
hiperhidrisiti dan kandungan klorofil daun. yang dikombinasikan dengan 0 K dari CaCl2 merupakan
Kondisi tersebut diatas menunjukkan bahwa ter- kombinasi terbaik dalam menginduksi pembentukan tu-
dapat konsentrasi NH4NO3 dan CaCl2 optimal yang ber- nas aksiler terbanyak (8.6 tunas per eksplan). Sedangkan
beda untuk memberikan respon pertumbuhan tanaman rataan tinggi tunas yang tertinggi (2.65 cm) ditunjukkan
yang terbaik pada eksplan hiperhidrisiti anyelir. Hasil oleh kombinasi normal konsentrasi NH4NO3 (1 K) tanpa
studi yang lain menunjukkan bahwa penurunan NH4NO3 kehadiran CaCl2 (0 K).
hingga setengah atau dihilangkannya sama sekali dalam
medium MS pada kultur in vitro anyelir dapat mening-
katkan jumlah tanaman yang normal dan sehat (Ziv et
al., 1987), demikian juga dengan kandungan CaCl2nya.
Pada kultur in vitro kentang, penurunan konsentrasi N KESIMPULAN
(dalam bentuk ammonium dan nitrat) hingga setengah
konsentrasi normalnya mampu meningkatkan panjang Berdasarkan hasil percobaan diatas dapat disim-
tunas, jumlah nodus dan berat keringnya (Avila et al., pulkan bahwa:
1998). Pada Delphinium cardinale, penurunan kon- 1. Perubahan konsentrasi NH4NO3 dan CaCl2 berpen-
sentrasi NH4NO3 hingga 1/3 dari konsentrasi normalnya garuh terhadap pertumbuhan eksplan hiperhidrisiti
meningkatkan pembentukan tunas tunas dan meningkat- anyelir.
kan kondungan klorofil daun (Ohki dan Sawaki, 1999). 2. Setengah dari konsentrasi normal NH4NO3 dan
Sedangkan pada Dioscorea alata, konsentrasi NH4NO3 CaCl2 merupakan kombinasi terbaik dalam menu-
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari konsentrasi nor- runkan insidensi hiperhidrisiti hingga 67% dan
malnya menghambat pembentukan umbinya (Mantell meningkatkan kandungan klorofil tertinggi hingga
dan Hugo, 1989). 34% (dari 0.088 mg/mg ke 0.134 mg/mg).
Secara keseluruhan perubahan konsentrasi 3. Konserntrasi normal CaCl2 tanpa kehadiran NH-
NH4NO3 dan CaCl2 yang ditambahkan kedalam medium NO3 merupakan kombinasi yang terbaik dalam
4
MS sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas menurunkan kadar air dan meningkatkan berat
hiperhidrisiti anyelir. Berkaitan dengan perannya dalam kering tunas terbaik.
menurunkan persentase hiperhidrisiti dan meningkatkan 4. Medium MS dengan ½ konsentrasi NH4NO3 tanpa
kandungan klorofil daun, ½ konsentrasi NH4NO3 dan kehadiran CaCl2 mampu menginduksi pembentukan
CaCl2 merupakan kombinasi perlakuan yang potensial tunas aksiler terbanyak (8.6 tunas per eksplan. Se-
untuk diaplikasikan. Selanjutnya untuk menurunkan dangkan rataan tinggi tunas yang tertinggi (2.65 cm)
kadar air dan meningkatkan berat kering tunas, konsern- ditunjukkan oleh medium MS dengan konsentrasi
trasi normal CaCl2 tanpa kehadiran NH4NO3 merupakan normal NH4NO3 tanpa kehadiran CaCl2.

DAFTAR PUSTAKA 1992. Reconsideration of the term ‘vitrification’


as used in micropropagation. Plant Cell Tissue
Avila, A.L., S.M. Pereyra and J.A. Arguello. 1998. Ni- Organ Cult. 30: 135-140.
trogen concentration and proportion of NH4+ -N
Fal, M.A., J.P. Majada, A. Gonzalez and R. Sanchez
affect potato cultivar response in solid and liquid
Tames. 1999. Differences between Dianthus
media. Hortsci. 33(2): 336-338.
caryophyllus L. cultivar in in vitro growth and
Coombs, J. and D.O. Hall. 1987. Techniques in Biopro- morphogenesis are related to their ethylene pro-
ductivity and Photosynthesis. Pergamon Press. duction. Plant Growth Regul. 27: 131-136.
Oxford, U.K. 223p.
Jain, A., S. Hussain and S.L. Kothari. 1997. Micro-
Daguin, F. Letouze, R. 1986. Ammonium-induced propagation of Dianthus caryophyllus L. control
vitrification in cultured tissues. Physiol. Plant. of vitrification. J. Plant Biochem. Biotech. 6:
66: 94-98. 35-37.
Dantas, A.K., J.P. Majada, B. Fernandez and M.J. Ca- Kevers, C., K. Coumans, M.F. Coumans-Gilles and T.
nal. 2001. Mineral nutrition in carnation tissue Gaspar. 1984. Physiological and biochemical
cultures under different ventilation conditions. events leading to vitrification of plant culture in
Plant Growth Regul. 33: 237-243. vitro. Phyisiol. Plant. 61: 69-74.
Debergh, P.C., Aitken-Christie, J., Cohen, D., Grout, Majada, J.P., M.I. Sierra and R. Sanchez-Tames. 2001.
B., van Arnold, S., Zimmerman, R., and Ziv, M. Air exchange rate affects the in vitro developed
leaf cuticle of carnation. Sci. Hort. 87: 121-
130.
Modifikasi Konsentrasi NH4NO3 dan CaCl2 Medium MS terhadap
Pertumbuhan Eksplan Hiperhidrisiti Anyelir (Budi Winarto) 51
Mantell, S.H. and S.A. Hugo. 1989. Effects of pho- transformation of petal explants. Plant Cell Tissue
toperiod, mineral medium strength, in organic Organ Cult. 169: 169-173.
ammonium, sucrose and cytokinin on root, shoot
Ziv, M., 1986. In vitro hardening and acclimatization
and microtuber development in shoot clusters of
of tissue culture plants. P. 187-196. In: Withers,
Dioscorea alata L. and D. bulbifera L. yams. Plant
L.A. and P.G. Alderson (Eds.) Plant Tissue Cul-
Cell, Tissue and Organ Cult. 16: 23-37.
ture and Its Agricultural Applications. London:
Ohki, S. and S. Sawaki. 1999. The effects of inorganic Butterworth.
salts and growth regulators on in vitro shoot
_______, A. Schwartz and D. Fleminger. 1987 Malfunc-
proliferation and leaf chlorophyll content of Del-
tioning stomata in vitreous leaves of carnation
pinium cardinale. Sci. Hort. 81: 149-158.
(Dianthus caryophyllus) plants propagated in
Olmos, E., and E. Hellin. 1998. Ultrastructural differ- vitro: Implication for hardening. Plant Sci. 52:
ences of hyperhydric and normal leaves from 127-134.
regenerated carnation plants. Sci. Hort. 75:
_______, 1991. Vitrification: morphological and physi-
91-101.
ological disorder of in vitro plants. p. 45-69. In:
Pathak, V.N. 1972. Essentials of Plant Pathology. Job- Debergh, P.C. and R.H. Zimmerman (Eds.) Mi-
ner, India. 446p. cropropagation; Technology and Application.
Sutter, E.G, and Langhans, R.W. 1979. Epicuticular London. Kluwer Academic Publishers.
wax formation on carnation plantlets regenerated Winarto, B. 2002. Development Micropro-pagation Sys-
from shoot tip culture. J. Amer. Soc. Hort. Sci. tem and Reduction of Hyper-hydricity in Regener-
104(4): 493-496 ants of Ccarnation (Dianthus caryophyllus L.cv.
van Altvorst, A.C., Koehorst, H., de Jong, J., and Dons, Maldives). Thesis, Crop Science Dept., Faculty of
H.J.M. 1996. Transgenic carnation plants ob- Agriculture, Universiti Putra Malaysia. 330p
tained by Agrobacterium tumefaciens-mediated

Agrosains 6(2): 45-52, 2004

Vous aimerez peut-être aussi