1. Pengkajian a. Aktifitas Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, tachypnea. b. Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jantung kongesti/katup dan penyakit serebrovaskuler. Tanda : Kenaikan tekanan darah. Nadi: denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut. Denyut apical: titik point of maksimum impuls, mungki bergeser atau sangat kuat. Frekuensi/irama: takikardia, berbagai disritmia. Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung II dan bunyi jantung III. Murmur stenosis valvular. Distensi vena jugularis/kongesti vena. Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis, femoralis atau epigastrium (stenosis arteri). Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin lambat atau tertunda. c. Integritas ego Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik, factor stress multiple. Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik, pernafasan menghela nafas, penurunan pola bicara. d. Eliminasi Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu). e. Makanan dan cairan Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam, lemak, kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi kalori. Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema, kongesti vena, distensi vena jugulalaris, glikosuria. f. Neurosensori Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub occipital. Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan dan episode statis staksis. Tanda : Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi. Pola/isi bicara, afek, proses fikir atau memori. Respon motorik: penurunan kekuatan, genggaman tangan Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan arteri ringan mendatar, edema, papiladema, exudat, hemorgi. g. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi. Sakit kepala oxipital berat. Nyeri abdomen/massa. h. Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi menetap/berat). Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja tachypnea, ortopnea, dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. Tanda : Distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis. i. Keamanan Keluhan : Gangguan koordinasi/cara berjalan. Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi postural. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap masalah actual dan resiko tinggi. MenurutMarllyn Doengoes (2000), diagnosa keperawatan pada hipertensi adalah sebagai berikut : a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b. Intolerans aktifitas c. Nyeri (akut) d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh. e. Koping individual tidak efektif f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan. 3. Perencanaan Intervensi keperawatan adalah preskripsi untik prilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan keperawatan dibagi menjadi, mandiri (dilakukan perawat) dan kolaboratif (dilakukan oleh pemberiperawatan lainnya). a. Curah jantung, penurunan, resti, terhadap. Berhubungan dengan : Peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia myokardia, hypertropi/rigiditas (kekakuan) ventrikuler, Tujuan: 1) Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima. 2) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang dan pasien. Intervensi dan rasional: Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional INTERVENSI RASIONAL 1. Pantau tekanan darah.
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
1. Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler. 2. Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin diamati atau tekanan palpasi. Denyutan pada tungkai mungkin menurun: efek dari vasokontraksi. 3. Bunyi jantung IV umum terdengar pada hipertensi berat dan kerusakan fungsi adanya krakels mengi dapat mengindikasi kongesti paru sekunder terhadap atau gagal jantung kronik. 4. Mungkin berkaitan dengan vasokontraksi atau mencerminkan dekompensasi atau penurunan curah jantung. 5. Mengindikasi gagal jantung, INTERVENSI RASIONAL
4. Amati warna kulit, kelembaban suhu, dan masa pengisian kapiler.
5. Catat edema umum/tertentu.
6. Beri lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktifitas/keributan lingkungan dan batasi jumlah pengunjung dan lamannya tinggal. 7. Pertahankan pembatasan aktifitas (jadwal istirahat tanpa gangguan, istirahat di tempat tidur/kursi), bantu pasien melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kebutuhan. 8. Lakukan tindakan yang nyaman (pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur).
9. Anjurkan tehnik relaksasi, distraksi, dan panduan imajinasi.
10. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah. 11. Kolaborasi dalam pemberian obat- obat sesuai indikasi seperti: Diuretik tiazoid: diuril, esidrix, kerusakan ginjal atau vaskuler. 6. Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, menurunkan relaksasi.
7. Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.
8. Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis.
9. Menurunkan rangsangan stress membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah. 10. Respon terhadap terapi obat tergantung pada individu dan efek sinergis obat. 11. Dapat memperkuat agen antihipertensi lain dengan membatasi retensi cairan.
12. dapat menangani retensi cairan dengan respon hipertensi yang dapat melibatkan beban kerja jantung. 13. Bila hipertensi berhubungan dengan adanya fcokromositoma maka pengangkatan tumor dapat INTERVENSI RASIONAL bendroflumentiazoid 12. Kolaborasi dalam memerikan pembatasan cairan dan diet natrium sesuai indikasi.
13. Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.
memperbaiki kondisi. Sumber : Marllyn Doengoes, (2000) b. Intoleran aktifitas Berhubungan dengan: kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O 2
Tujuan: Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/diperlukan. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda toleransi fisiologis. Intervensi dan rasional: Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji respon pasien terhadap aktifitas frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah yang nyata selama/sesudah aktifitas.
2. Instruksikan tehnik penghematan energi (menggunakan kursi saat mandi, duduk, menyisir rambut atau menyikat gigi, lakukan aktifitas dengan perlahan). 3. Berikan dorongan untuk 1. Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologis stress terhadap aktifitas dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktifitas. 2. Dapat mengurangi penggunaan energi dan membantu keseimbangan antara suplai antara suplai dan kebutuhan O 2 .
3. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah penurunan kerja jantung INTERVENSI RASIONAL melakukan aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan. tiba. Sumber : Marllyn Doengoes, (2000) c. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan: peningkatan tekanan vaskuler serebral. Tujuan: melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/tidak terkontrol Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan Intervensi dan rasional: Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional INTERVENSI RASIONAL 1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut. 2. Berikan kompres dingin pada dahi, pijat punggung, dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tehnik relaksasi.
3. Hilangnya/minimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat menurunkan dan sakit kepala, misalnya: batuk panjang, mengejan saat BAB, dan lain- lain. 4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres di hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan.
6. Kolaborasi dalam pemberian 1. Meminimalkan stimulasi atau menurunkan relaksasi. 2. Menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat/ memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasi. 3. Menyebabkan sakit kepala pada adanya tekanan vaskuler serebral karena aktifitas yang meningkatkan vaskonotraksi.
4. Pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. 5. Menaikkan kenyamanan kompres hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan nafas dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan mukosa. 6. Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperbuat oleh INTERVENSI RASIONAL analgesic dan antiancietas. stress. Sumber : Marllyn Doengoes, (2000) d. Nutrisi, perubahan, lebih dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan: Masukan berlebihan sehubungan dengan metabolic Pola hidup monoton. Keyakinan budaya. Tujuan: 1) Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan. 2) Menunjukkan perubahan pola makan. 3) Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal. 4) Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat. Intervensi dan rasional: Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan.
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, gula sesuai indikasi.
3. Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan.
1. Kegemukan adalah resiko tambahan pada hipertensi karena kondisi proporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan massa tubuh. 2. Kesalahan kebiasaan maksimum menunjang terjadinya atherosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya. 3. Motivasi penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil. 4. Membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk INTERVENSI RASIONAL
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
5. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi dan kolesterol. 6. Kolaboratif, rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi.
penyesuaian/penyuluhan dan mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam program diet terakhir. 5. Penting untuk mencegah perkembangan aterogenesis.
6. Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual. Sumber : Marllyn Doengoes, (2000) e. Koping individual, inefektif berhubungan dengan: 1) Krisis situasional/diaturasional. 2) Perubahan hidup beragam. 3) Relaksasi tidak adekuat. 4) System pendukung tidak adekuat. 5) Persepsi tidak realistic. 6) Sedikit atau tidak pernah olahraga. 7) Nutrisi buruk. 8) Harapan yang tidak terpenuhi. 9) Kerja tidak berlebihan. 10) Metode koping tidak efektif. Tujuan: 1) Mengidentifikasi kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi. 2) Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari/mengubahnya. 3) Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif. Intervensi dan rasional: Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, misalnya: kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan. 2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah. 3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah. 4. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan berikan dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan. 5. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup. 1. Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari.
2. Manifestasi mekanisme koping maladaptik mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama tekanan darah diastolic.
3. Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor.
4. Memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen teraupetik.
5. Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan. Sumber : Marllyn Doengoes, (2000) f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi rencana pengobatan berhubungan dengan: 1) Kurang pengetahuan/daya ingat 2) Misinterpretasi informasi 3) Keterbatasan kopnitif. 4) Menyangkal diagnosa. Tujuan: 1) Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan 2) Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal. 3) Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. Intervensi dan Rasional : Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekat. 2. Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal, jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal, dan otak. 3. Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik saat menggambarkan tekanan darah pasien dalam batas yang diinginkan. 4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat diubah misalnya obesitas, diet, tinggi lemak jenuh, kolesterol, pola hidup monoton, dan minum alcohol, pola hidup stress. 5. Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang penguapan, 1. Mengidentifikasi kemampuan klien dalam menerima pembelajaran. 2. Meningkatkan pengetahuan klien tentang tekanan darah normal dan efek hipertensi.
3. Tekanan darah normal pada setiap orang berbeda tergantung pada banyak faktor.
4. Mencegah meningkatnya tekanan darah dengan memperhatikan faktor faktor resiko. INTERVENSI RASIONAL penggunaan alcohol yang berlebihan. 6. Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan sebelum menggunakan obat. 7. Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan atau cairan tinggi kalium.
5. Dapat menyebabkan tekanan darah berubah ubah.
6. Menghindari terjadinya resiko overdosis obat.
7. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Sumber : Marllyn Doengoes, (2000) 4. Pelaksanaan Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :
a. Tindakan mandiri b. Tindakan observasi c. Tindakan health education d. Tindakan kolaborasi 5. Evaluasi Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat dicapai, sehingga dalam mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan. Perawat perlu mengetahui kriteria keberhasilan dimana kriteria ini harus dapat diukur dan diamati agar kemajuan perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat diketahui Dalam evaluasi dapat dikemukakan 4 kemungkinan yang menentukan keperawatan selanjutnya yaitu : a. Masalah klien dapat dipecahkan . b. Sebagian masalah klien dapat dipecahkan. c. Masalah klien tidak dapat dipecahkan. d. Dapat muncul masalah baru. Evaluasi untuk klien dengan hipertensi dapat disesuaikan dengan masalah yang telah ditanggulangi dengan mengacu pada tujuan yang telah ditentukan. a. Apakah tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima oleh klien?. b. Apakah klien dapat beraktifitas secara mandiri ?. c. Apakah kebutuhan nutrisi klien terpenuhi ?. d. Apakah klien dapat menggunakan koping yang efektif ?. e. Apakah pemahaman klien tentang penyakit meningkat ?.