Vous êtes sur la page 1sur 7

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI

DAN PELAPORAN KEUANGAN


DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Dhayu Puspita
1)
, Nurita Hesti Kusuma
2)
, Siti Munfarida
3)
, Suci Purwati
4)
1)
ProgramDiploma IV Akuntansi KurikulumKhusus, STAN, Tangerang Selatan
email: dhayu.puspita@gmail.com
2)
ProgramDiploma IV Akuntansi KurikulumKhusus, STAN, Tangerang Selatan
email: nurita.hk@gmail.com
3)
ProgramDiploma IV Akuntansi KurikulumKhusus, STAN, Tangerang Selatan
email: aydaiida@gmail.com
4)
ProgramDiploma IV Akuntansi KurikulumKhusus, STAN, Tangerang Selatan
email: fionay.26@gmail.com

A. PENDAHULUAN
Prinsip akuntansi secara umum merupakan himpunan prinsip, prosedur, metode dan
teknik akuntansi yang mengatur penyusunan laporan keuangan. Prinsip akuntansi ini penting
sekali artinya sebagai pedoman sistem penyusunan laporan keuangan yang bermanfaat,
khususnya untuk pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan. Dengan adanya
prinsip akuntansi, laporan keuangan yang disusun mempunyai kesatuan bahasa teknik akuntansi
yang dapat dimengerti oleh para pemakainya, sehingga tujuan akuntansi untuk menyampaikan
informasi kepada para pengambil keputusan mencapai sasaran secara tepat.
Penerapan prinsip akuntansi dalam menyusun laporan keuangan ini menghasilkan
laporan keuangan yang layak, tepat, relevan dan dapat dipercaya. Tetapi angka-angka yang
terdapat dalamlaporan keuangan bukan sesuatu yang mutlak karena tergantung dari prinsip serta
kebijakan akuntansi yang dianut dan dilaksanakan oleh unit akuntansi yang menyusun laporan
keuangan tersebut. Bila kebijakan akuntansi yang dianut berubah, maka angka yang disajikan
dalam laporan keuangan akan berbeda. Oleh karena itu, penerapan prinsip-prinsip akuntansi
bersifat longgar. Apabila kita mengetahui sejak terbentuknya prinsip akuntansi yang merupakan
suatu persetujuan dari berbagai pihak yang berkepentingan, maka kelonggaran prinsip akuntansi
menjadi hal yang wajar.
Di dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan yang menjadi lampiran
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, disebutkan bahwa prinsip akuntansi dan
pelaporan keuangan adalah ketentuan yang dipahami oleh pembuat standar dalammenyusun


standar, oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan untuk melakukan kegiatannya, serta oleh
pengguna laporan keuangan untuk memahami laporan keuangan yang disajikan. Prinsip-prinsip
yang digunakan dalamakuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah meliputi basis akrual,
prinsip nilai historis, prinsip realisasi, prinsip substansi mengungguli bentuk formal, prinsip
periodisitas, prinsip konsistensi, prinsip pengungkapan lengkap, dan prinsip penyajian wajar.
Namun, dalampembahasan ini, kami hanya akan membatasi pada prinsip nilai historis, prinsip
realisasi, prinsip substansi mengungguli bentuk formal, dan prinsip periodisitas saja.
B. PRINSIP NILAI HISTORIS (HISTORICAL COST)
Berdasarkan prinsip nilai historis ada dua hal yang menjadi acuan dalampencatatan
akuntansi pada Laporan Keuangan, yaitu :
a. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar
dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan;
b. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan
pemerintah.
Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih obyektif
dan dapat diverifikasi. Lebih obyektif karena memang berdasarkan nilai sebenarnya dari
aset/kewajiban tersebut, tidak dipengaruhi subyektifitas penilai maupun fluktuasi harga pasar.
Dapat diverifikasi artinya nilai yang tercatat pada Laporan Keuangan tersebut dapat dibuktikan
dan ditelusuri asal-muasalnya.
Dalam kaitannya dengan prinsip nilai historis, Standar Akuntansi Pemerintahan
Pernyataan No. 01 (PSAP 01) tentang Penyajian Laporan Keuangan mengatur mengenai
pengukuran aset dan kewajiban. Pengukuran aset yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Kas dicatat sebesar nilai nominal;
b. Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan;
c. Piutang dicatat sebesar nilai nominal;
d. Persediaan dicatat sebesar :
Biaya Perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
Biaya Standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;


Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
e. Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan
lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut;
f. Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada
nilai wajar saat perolehan;
g. Selain tanah dan konstruksi dalampengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai
dengan sifat dan karakteristik aset tersebut;
h. Aset moneter dalammata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalammata uang rupiah
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
Dari Pernyataan ini, dapat dilihat bahwa Standar Akuntansi Pemerintah yang digunakan
oleh Pemerintah Republik Indonesia berpegang teguh pada prinsip nilai historis, dimana semua
aset dicatat pada nilai nominal / nilai perolehan (dikurangi penyusutan pada aset tetap, kecuali
tanah dan konstruksi dalampengerjaan). Pencatatan ini akan sesuai dengan historical value dari
tiap-tiap aset. Bahkan ketika penilaian aset tetap dengan biaya perolehan tidak memungkinkan,
penilaian aset tersebut tetap didasarkan pada harga pasar wajar pada saat perolehan aset tersebut,
bukan fair value pada tanggal neraca/pencatatan.
Prinsip ini dikuatkan kembali pada PSAP 07 tentang Akuntansi Aset Tetap, dimana
salah satunya menyatakan bahwa penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya
tidak diperkenankan dan dianggap sebagai penyimpangan dari prinsip nilai historis.
Penyimpangan ini (revaluasi) hanya dapat dilaksanakan berdasarkan peraturan yang berlaku
secara nasional.
Sama seperti aset, PSAP 01 juga mengatur pencatatan kewajiban sebesar nilai
nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah
dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
C. PRINSIP REALISASI (REALIZATION)
Di dalam akuntansi keuangan, prinsip realisasi (realization principle) menyajikan
pedoman tambahan untuk menentukan kapan pendapatan harus sudah direalisasi (realization)


dan diakui (recognition) dalamdaftar perhitungan laba-rugi. Walaupun istilah realisasi dan
pengakuan terkadang digunakan dalam pengerrtian yang sama, tetapi dalam arti akuntansi
mempunyai perbedaan. Pengakuan (recognition) adalah tindakan pencatatan pendapatan dalam
proses pencatatan akuntansi dan melaporkannya di dalamdaftar perhitungan laba-rugi. Oleh
karena itu, pengakuan menjelaskan teentang suatu tindakan yang dilaksanakan atau diambil.
Sedangkan bagi pemerintah, prinsip realisasi mengandung arti bahwa pendapatan basis
kas yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah suatu periode
akuntansi akan digunakan untuk membayar utang dan belanja dalamperiode tersebut.
Mengingat Laporan Realisasi Anggaran masih merupakan laporan yang wajib disusun,
maka pendapatan atau belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah
menambah atau mengurangi kas. Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching-cost against
revenue principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana
dipraktekkan dalamakuntansi komersial.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 02 (PSAP 02) yang
menjelaskan tentang Laporan Realisasi Anggaran, disebutkan bahwa tujuan pelaporan realisasi
anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara
tersanding. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian
target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Laporan Realisasi Anggaran disusun dan disajikan dengan menggunakan
akuntansi basis kas. Entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan
laporan keuangan berbasis akrual, tetap menyusun Laporan Realisasi Anggaran yang berbasis
kas.
D. PRINSIP SUBSTANSI MENGUNGGULI BENTUK FORMAL (SUBSTANCE OVER
FORM)
Informasi ini dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa
lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan
disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya.
Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek
formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalamCatatan atas Laporan


Keuangan (CaLK).
Prinsip substansi mengungguli bentuk formal (substance over form) memberi pedoman
bagi penyusun laporan keuangan agar dapat menyajikan suatu informasi (akun) dengan wajar.
Agar tujuan tersebut tercapai maka suatu transaksi atau peristiwa lain yang terkait harus dicatat
dan disajikan aspek substansi (realitas ekonomi), bukan hanya aspek formalnya. Apabila
terdapat inkonsistensi atau perbedaan antara aspek ekonomi dan aspek formalnya, maka hal
tersebut harus diungkapkan(disclose) secara memadai.
Setiap pimpinan instansi pemerintah sebagai pengguna anggaran, diwajibkan
menyampaikan laporan keuangan kepada menteri keuangan selaku pengelola fiscal, untuk
kemudian dibuat Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Contoh prinsip substansi
mengungguli bentuk formal adalah apabila dalamtahun berjalan pemerintah membeli sebuat
asset,pengeluaran akan dicatat pada saat terjadinya transaksi. Akuntansi tidak mempedulikan
apakah asset yang dibeli tersebut bermasalah secara hokumatau tidak. Prinsipnya, setiap ada
perubahan posisi aset harus segera dicatat, sehingga dikatakan substansi ekonomik yang terjadi
harus didahulukan daripada aspek formal transaksi. Contoh lainnya adalah apabila aset yang
dibeli tersebut pada tanggal pelaporan keuangan pemerintah belumselesai mengurus balik nama
asset tersebut sehingga masih atas nama pemilik lama, maka pemerintah tetap akan mencatatnya
dalam neraca sebagai asset yang dimiliki atau dikuasai. Secara yuridis dan formal, asset tersebut
bukan milik pemerintah, tetapi secara substansi asset tersebut merupakan asset yang telah
dimiliki pemerintah.
E. PRINSIP PERIODISITAS (PERIODICITY)
Laporan Keuangan Pemerintah menganut prinsip-prinsip akuntansi dan pelaporan
keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar
dalammembuat standar, penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalammelakukan
kegoatannya, serta pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang
disajikan. Salah satu prinsip dalamlaporan keuangan yang diterapkan pemerintah adalah Prinsip
Periodisitas. Kegiatan akuntansi dan pelaporan entias pelaporan perlu dibagi menjadi
periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang


dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan. Namun,periode
bulanan, triwulanan, dan semesteran juga digunakan. (Lampiran I.01 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010)
Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalamsetahun. Dalamsituasi
tertentu, tanggal laporan suatu entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan dengan
suatu periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu tahun, entitas pelaporan
mengungkapkan informasi sebagai berikut :
a) Alasan penggunaan periode laporan tidak satu tahun ,
b) Fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti arus kas dan
catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
Dalamsituasi tertentu suatu entitas pelaporan harus mengubah tanggal pelaporannya,
misal sehubungan dengan adanya perubahan tahun anggaran. Pengungkapan atas perubahan
tanggal pelaporan adalah penting agar pengguna menyadari kalau jumlah-jumlah yang disajikan
untuk periode sekarang dan jumlah-jumlah komparatif tidak dapat diperbandingkan. Contoh
selanjutnya adalah dalammasa transisi dari akuntansi berbasis kas ke akrual, suatu entitas
pelaporan mengubah tanggal pelaporan entitas-entitas akuntansi yang berada dalam entitas
pelaporan untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan konsolidasian.
Kegunaan laporan keuangan berkurang bilamana laporan tidak tersedia bagi pengguna
dalam suatu periode tertentu setelah tanggal pelaporan. Faktor-faktor yang dihadapi seperti
kompleksitas operasi suatu entitas pelaporan bukan merupakan alasan yang cukup atas
pelaporan yang tepat waktu. Batas waktu penyampaian laporan selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2013 (Audited) menggunakan periode
tahunan, yakni periode 1 J anuari 2013 31 Desember 2013. Hal ini juga dapat dilihat dari
laporan keuangan yang disajikan.
1. Laporan Realisasi APBN
Laporan Realisasi APBN menggambarkan perbandingan antara APBN-P TA 2013 dengan
realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama
periode 1 J anuari 2013 -31 Desember 2013.
2. Neraca


Neraca adala laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah pusat mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2013.
3. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama TA 2013 serta saldo yang setara kas pada
tanggal 31 Desember 2013.
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menguraikan kebijakan makro, kebijakan fiskal,
metodologi penyusunan LKPP, dan kebijakan akuntansi yang diterapkan. DalamCaLK ini
diungkapkan pula kejadian penting setelah tanggal pelaporan keuangan serta beberapa
informasi tambahan yang diperlukan.
F. KESIMPULAN
Prinsip-prinsip akuntansi harus diterapkan dalampenyajian dan penyusunan laporan
keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan bermanfaat bagi para
pengambil keputusan. Prinsip-prinsip akuntansi ini bersifat longgar, artinya dapat disesuaikan
dengan kondisi dan kebijakan pimpinan.
Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan adalah ketentuan yang dipahami oleh
pembuat standar dalammenyusun standar, oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan untuk
melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan untuk memahami laporan
keuangan yang disajikan. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah meliputi basis akrual, prinsip nilai historis, prinsip realisasi, prinsip
substansi mengungguli bentuk formal, prinsip periodisitas, prinsip konsistensi, prinsip
pengungkapan lengkap, dan prinsip penyajian wajar.
DAFTAR REFERENSI
[1] Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
[2] Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dan Norma Pemeriksaan Akuntansi.
http://anisahicaaa.blogspot.com/2013/10/prinsip-akuntansi-indonesia-pai-norma.html.
Diakses pada 14 Oktober 2014.
[3] Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah.
http://akuntansi-pemerintahan.blogspot.com/2011/08/prinsip-akuntansi-dan-pelaporan.html?m=
1. Diakses pada 14 Oktober 2014.

Vous aimerez peut-être aussi