Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
INTERAKSI OBAT
INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN
Oleh:
Ester Muki Apriyani
NIM : 1209005029
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
berkat dan kuasa-Nya, sehingga dapat diselesaikannya karya tulis dengan judul
Interaksi Obat dengan Makanan untuk memenuhi tugas akhir semester II mata
kuliah
Udayana.
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian tugas ini khususnya kepada:
1. Drh. Made Suma Anthara,MKes.
2. Drh. AA Gde Arjana,MKes.
3. Drh. I Wayan Sudira,MSi.
4. Drh. Samsuri,MKes
Selaku dosen pembimbing mata kuliah Farmakologi Veteriner II Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak. Penulis sadar bahwa karya tulis
ini masih jauh dari kesempurnaan.
harapkan demi kebaikan dari tulisan ini, dan tak lupa penulis ucapkan banyak
terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................2
1.4 Manfaat .............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian ..........................................................................................................3
2.2 Mekanisme Interaksi Obat.................................................................................4
2.3 Interaski Obat dengan Makanan........................................................................5
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan ......................... 6
2.5 Fase-Fase Dalam Interaksi Obat dengan Makanan ...........................................9
2.6 Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat
Menurunkan Kinerja Sistem Pencernaan .........................................................15
2.7 Interaksi Obat dengan Mikronutrien16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................22
3.2 Saran ................................................................................................................22
KEPUSTAKAAN..............................................................................................23
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Contoh interaksi makanan yang dapat meningkatkan interaksi obat.......9
Tabel 2. Contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbsi oba...........10
Tabel 3. Beberapa obat beserta efek dan mekanisme dalam tubuh .......................11
Tabel 4. Beberapa interaksi penting antara obat dan makanan .............................13
Tabel 5. Beberapa obat yang diminum bersama makanan.....................................14
Tabel 6. Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis.......................................18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi aktivitas obat, yaitu
meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek baru yang tidak diinginkan
atau direncanakan. Interaksi dapat terjadi antar-obat atau antara obat dengan makanan serta
obat-obatan herbal. Secara umum, interaksi obat harus dihindari karena kemungkinan hasil
yang buruk atau tidak terduga. Interaksi obat tidak hanya terjadi antar obat. Namun juga
dapat terjadi antar obat dengan makanan. Banyak orang yang menganggap remah terhadap
hal ini padahal, hal ini sangat perlu diperhatikan. Ada obat-obat tertentu yang jika
berinteraksi dengan makanan, akan meningkatkan kinerja obat namun ada jugajenis obat
yang jika bereaksi dengan makanan tertentu dapat menurunkan kerja obat dalam tubuh,
bahkan dapat meningkatkan toksisitas bagi tubuh.
peternakan, tentu ilmu farmakologi dan ilmu pakan hewan sangat berkaitan dan penting
karena kedua ilmu ini mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan
kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dan akan
sangat berbahaya jika kedua bidang ilmu ini tidak berjalan seimbang atau berat sebelah.
Karena akan menetukan kelanjutan hidup dari hewan tersebut. Oleh karena itu, sangat perlu
diketahui dan dipahami dengan benar hal tentang interaksi obat dengan makanan agar dapat
terwujudkan keserasian antara pakan dan kesehatan serta dapat meningkatkan kualitas hidup
hewan serta kesehatan masyarakat veteriner untuk kedepannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat dibuat adalah sebagai
berikut:
1. Apa itu interaksi obat beserta mekanismenya?
2. Apa itu interaksi obat dengan makanan?
3. Fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan?
4. Obat apa sajakah yang memberikan efek positif bagi tubuh?
5. Obat apa sajakah yang dapat menurunkan kinerja tubuh?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari interaksi obat beserta mekanismenya.
2. Mengetahui dan memahani apa itu interaksi obat dengan makanan.
3. Mengetahui fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan.
4. Mengetahui dan memahami jenis-jenis obat yang memberikan efek positif bagi tubuh.
5. Mengetahui dan memahami jeni-jenis obat yang dapat menurunkan kinerja tubuh.
1.4 Manfaat
Manfaat dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan pengertian dari interaksi obat beserta mekanismenya.
2. Dapat memahami dan menjelaskan apa itu interaksi obat dengan makanan.
3. Dapat mengetahui dan memahami fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan
makanan.
4. Dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis obat yang memberikan efek positif bagi
tubuh.
5. Dapat mengetahui dan memahami jeni-jenis obat yang dapat menurunkan kinerja tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi
obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang
signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.
Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di
Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit
atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi
kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah
sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek
untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang
dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.
Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau
pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan
batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung,
antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa
digunakan bersama-sama.
Kejadian interaksi obat dalam klinis sukar diperkirakan karena :
a. Dokumentasinya masih sangat kurang
b. Seringkali lolos dari pengamatan, karena kurangnya pengetahuan akan mekanisme dan
kemungkinan terjadi interaksi obat. Hal ini mengakibatkan interaksi obat berupa
peningkatan toksisitas dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat,
sedangkan interaksi berupa penurunakn efektivitas dianggap diakibatkan bertambah
parahnya penyakit pasien
c. Kejadian atau keparahan interaksi obat dipengaruhi oleh variasi individual, di mana
populasi tertentu lebih peka misalnya pasien geriatric atau berpenyakit parah, dan bisa
juga karena perbedaan kapasitas metabolisme antar individu. Selain itu faktor
penyakit tertentu terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah dan faktor-faktor
lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik).
(biotoksifikasi).
5.Obat dalam bentuk bebas langsung diekskresikan.
b .Ikatan obat protein (pendesakan obat) meliputi obat bebas/ aktif dan obat terikat /tidak
aktif.
c. Metabolisme hepatik meliputi induksi enzim (penurunan konsentrasi obat) dan inhibisi
enzim (peningkatan konsentrasi obat).
d. Klirens ginjal meliputi peningkatan ekskresi (penurunan konsentrasi obat) dan penurunan
ekskresi (peningkatan konsentrasi obat).
Reseptor obat adalah suatu makromolekul jaringan sel hidup mengandung gugus
fungsional atau atom atom terorganisasi, reaktif secara kimia dan bersifat khas, yang dapat
berinteraksi secara terpulihkan dengan molekul obat yang mengandung gugus fungsional
khas, menghasilkan respon biologis tertentu.
2.Interaksi Farmakodinamika
Meliputi sinergisme kerja obat, antagonisme kerja obat, efek reseptor tidak langsung,
gangguan cairan dan elektrolit.
Pasien yang rentan terhadap interaksi obat :
a. Individu usia lanjut
b. Minum lebih dari 1 macam obat
c. Mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati
d. Mempunyai penyakit akut
e. Mempunyai penyakit yang tidak stabil
f. Memiliki karakteristik genetik tertentu
g. Ditangani lebih dari 1 dokter.
berbahaya atau bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan
umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan tubuh.
Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda. Sering, zat
tertentu di dalam makanan memberikan efek. Perubahan-perubahan lain dapat disebabkan
oleh jumlah protein dalam diet anda, atau bahkan cara makanan tersebut disiapkan. Salah satu
cara yang paling umum makanan mempengaruhi efek obat adalah dengan mengubah cara
obat-obat tersebut diuraikan ( dimetabolisme ) oleh tubuh. Jenis protein yang disebut enzim,
memetabolisme banyak obat. Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim ini bekerja
lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau memperpanjang waktu yang
dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan mempercepat enzim, obat akan lebih singkat
berada di dalam tubuh dan dapat menjadi kurang efekteif. Jika makanan memperlambat
enzim, obat akan berada lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang
tidak dikehendaki.
Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya interaksi obat
dengan makanan adalah :
1. Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan pengosongan lambung
dari saat masuknya makanan
2. Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu
3. Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa saluran cerna
4. Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan kompleks
5. Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan
6. Perubahan biotransformasi dan eliminasi. (Widianto, 1989)
Dengan ini selama 1 sampai 1,5 jam volume lambung tetap konstan karena adanya prosesproses sekresi.
Tidak saja komposisi makanan, suhu makanan yang dimakanpun berpengaruh pada
kecepatan pengosongan lambung ini. Sebagai contoh makanan yang amat hangat atau amat
dingin akan memperlambat pengosongan lambung. Ada pula peneliti yang menyatakan
pasien yang gemuk akan mempunyai laju pengosongan lambung yang lebih lambat daripada
pasien normal. Nyeri yang hebat misalnya migren atau rasa takut, juga obat-obat seperti
antikolinergika (missal atropin, propantelin), antidepresiva trisiklik (misal amitriptilin,
imipramin) dan opioida (misal petidin, morfin) akan memperlambat pengosongan lambung.
Sedangkan percepatan pengosongan lambung diamati setelah minum cairan dalam jumlah
besar, jika tidur pada sisi kanan (berbaning pada sisi kiri akan mempunyai efek sebaliknya,)
atau pada penggunaan obat seperti metokiopramida atau khinidin. Jelaslah di sini bahwa
makanan mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung, maka adanya gangguan pada
absorpsi obat karenanya tidak dapat diabaikan.
b). Komponen makanan
Efek perubahan dalam komponen-komponen makanan :
1/. Protein (daging, dan produk susu)
Sebagai contoh, dalam penggunaan Levadopa untuk mngendalikan tremor pada
penderita Parkinson. Akibatnya, kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik.
Hindari atau makanlah sesedikit mungkin makanan berprotein tinggi (Harknoss, 1989).
2/. Lemak
Keseluruhan dari pengaruh makan lemak pada metabolisme obat adalah bahwa apa
saja yang dapat mempengaruhi jumlah atau komposisi asam lemak dari fosfatidilkolin
mikrosom hati dapat mempengaruhi kapasitas hati untuk memetabolisasi obat. Kenaikan
fosfatidilkolin atau kandungan asam lemak tidak jenuh dari fosfatidilkolin cenderung
meningkatkan metabolism obat (Gibson, 1991). Contohnya : Efek Griseofulvin dapat
meningkat.interaksi yang terjadi adalah interaksi yang menguntungkan dan grieseofluvin
sebaiknya dimakan pada saat makan makanan berlemak seperti daging sapi, mentega, kue,
selada ayam, dan kentang goreng (Harkness, 1989).
3/. Karbohidrat
Karbohidrat tampaknya mempunyai efek sedikit pada metabolism obat, walaupun
banyak makan glukosa, terutama sekali dapat menghambat metabolism barbiturate, dan
7
4/. Vitamin
Vitamin merupakan bagian penting dari makanan dan dibutuhkan untuk sintesis
protein dan lemak, keduanya merupakan komponen vital dari system enzim yang
memetabolisasi obat. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa perubahan dalam level
vitamin, terutama defisiensi, menyebabkan perubahan dalam kapasitas memetabolisasi obat.
Contohnya :
a. Vit A dan vit B dengan antacid, menyebabkan penyerapan vitamin berkurang.
b. Vit C dengan besi, akibatnya penyerapan besi meningkat.
c. Vit D dengan fenitoin (dilantin), akibatnya efek vit D berkurang.
d. Vit E dengan besi, akibatnya aktivitas vit E menurun.(Harkness, 1989)
5/. Mineral
Mineral merupakan unsur logam dan bukan logam dalam makanan untuk menjaga
kesehatan yang baik. Unsur unsure yang telah terbukti mempengaruhi metabolisme obat
ialah: besi, kalium, kalsium, magnesium, zink, tembaga, selenium, dan iodium. Makanan
yang
tidak
mengandung
magnesium
juga
secara
nyata
mengurangi
kandungan
dibandingkan jika tablet tersebut digunakan dalam keadaan lambung kosong. Ini akibat
adanya pengaruh laju pengosongan lambung terhadap absorpsi obat (Gibson, 1991).
Fase farmasetis
Fase farmasetis merupakan fase awal dari hancur dan terdisolusinya obat. Beberapa
makanan dan nutrisi mempengaruhi hancur dan larutnya obat. Maka dari itu, keasaman
makanan dapat mengubah efektifitas dan solubilitas obat-obat tertentu. Salah satu obat yang
dipengaruhi pH lambung adalah saquinavir, inhibitor protease pada perawatan HIV.
Ketersediaan hayatinya meningkat akibat solubilisasi yang diinduksi oleh perubahan pH
lambung. Makanan dapat meningkatkan pH lambung, disisi lain juga dapat mencegah
disolusi beberapa obat seperti isoniazid (INH).
b.
Fase farmakokinetik
Fase farmakokinetik adalah absorbsi, transport, distribusi, metabolisme dan
ekskresi obat. Interaksi obat dan makanan paling signifikan terlibat dalam proses absorbsi.
Usus halus, organ penyerapan primer, berperan penting dalam absorbsi obat. Fungsi usus
halus seperti motilitas atau afinitas obat untuk menahan sistem karier usus halus, dapat
mempengaruhi kecepatan dan
tingkat absorbsi obat. Makanan dan nutrien dalam makanan dapat meningkatkan atau
menurunkan absorbsi obat dan mengubah ketersediaan hayati obat.
Nama obat
Mekanisme solusi
Aturan minum
Carbamazepin
Diminum
makanan
Tidak ada
Diazepam
bersama
Erythromycin
Tidak diketahui
Griseofulvin
Diberikan dengan
meningkatkan absorbsi.
makanan tinggi
lemak
atau disuspensi
minyak jagung
rendah
kontraindikasi.
Diberikan bersama
(HCT)
makanan.
Phenytoin
dan malam.
Nama obat
Mekanisme solusi
Aturan minum
Acetaminophen
kosong
Ampicillin
Amoxicillin
Acetosal
Mengubah pH lambung.
Captopril
Diminum
sebelum
makan
6
Digoxin
10
Nama obat
Mekanisme solusi
Keterangan
Isoniazid (INH)
Lincomycin
Tidak diketahui.
Methyldopa
Absorbsi kompetitif.
Menghindari pemberian
bersama makanan kaya besi atau
suplemen.
Penicillamine
Dapat
membentuk
dengan
kalsium atau besi.
5
Penicillin G
Menunda pengosongan
lambung;
Tetracycline
lemak.
susu
11
Makanan
yang
mempengaruhi
tingkat
ionisasi
dan
solubilitas
atau
reaksi pembentukan khelat, dapat mengubah absorbsi obat secara signifikan. Misalnya pada
reaksi pembentukan khelat pada :
a.
kombinasi tetracyclin dengan mineral divalen seperti Ca dalam susu atau antasida. Kalsium
akan mempengaruhi absorbsi dari quinolon.
b.
Reaksi antara besi (ferro atau ferri) dengan tetracyclin, antibiotik fluoroquinolon,
ciprofloxacin, ofloxacin, lomeflox dan enoxacin. Maka dari itu, ketersediaan hayati
ciprofloxacin dan ofloxacin turun masing-masing 52 dan 64 % akibat adanya besi.
c.
c. Fase farmakodinamik
Fase farmakodinamik merupakan respon fisiologis dan psikologis terhadap obat.
Mekanisme obat tergantung pada aktifitas agonis atau antagonis, yang mana akan
meningkatkan atau menghambat metabolisme normal dan fungsi fisiologis dalam tubuh
manusia. Obat dapat memproduksi efek yang diinginkan dan tidak diinginkan. Aspirin dapat
menyebabkan defisiensi folat jika diberikan dalam jangka waktu lama. Methotrexat memiliki
struktur yang mirip dengan folat vitamin B, hal ini dapat memperparah defisiensi folat.
12
Nama obat
Tipe nutrien
Rekomendasi
Azithromycin Makanan
Absorbsi Azithromycin
berselang 2 jam
(Zithromax)
berkurang, ketersediaan
hayatinya
Captopril
Makanan
setiap hari.
Absorbsi Captopril
(Capoten)
berkurang.
Erythromycin Makanan
Penelanan tablet dengan air yang cukup atau cairan lain penting untuk beberapa obat
karena jika ditelan tablet tersebut cenderung merusak saluran oesophagus. Petunjuk pada
pasien untuk mencegah iritasi dan atau ulcer pada oesophagus, tablet atau kapsul obat harus
ditelan dengan segelas air oleh pasien dengan posisi berdiri, misalnya untuk obat obat
seperti analgesik (contohnya aspirin), NSAID (contohnya Phenylbutazone, oxyphenbutazone,
indometacin), kloralhidrat, emepromium bromida, kalium klorida, tetracyclin
(terutamaDoxycyclin).
Obat diminum dengan atau tanpa makanan. Interaksi obat-makanan dalam saluran
gastrointestinal dapat bermacam- macam dan banyak alasan mengapa makanan dapat
berpengaruh pada efek obat.Contohnya obat mungkin terikat pada komponen makanan;
makanan akan mempengaruhi waktu transit obat pada usus; obat dapat mengubah firstpass metabolism obat dalam usus dan dalam hati; dan makanan dapat meningkatkan aliran
empedu yang mampu meningkatkan absorbsi beberapa obat yang larut lemak.
Petunjuk pada pasien untuk mencegah interaksi tersebut adalah denganmeminum obat
dengan segelas air pada saat perut kosong, misalnya seperti pada obat- obat sefalosporin
(kecuali sefradin), dipyridamol, erythromycin, Isoniazid (INH), lincomycin, penicillamin,
pentaerithritel tetranitrat, rifampicin, penisilin oral dan tetracyclin. Absorbsi semua penisilin
oral optimal jika diminum pada saat perut kosong dengan segelas air. Pivampicillin harus
diminum bersama makanan karena dapat mengiritasi lambung atau perut. Tetracyclin kadang
13
kalamenyebabkan mual dan muntah jika diminum pada saat perut kosong.
Meskipun makanan mengurangi absorbsi tetracyclin tetapi tidak terjadi pada doxycyclin
dan minocyclin.
Adanya makanan juga dapat meningkatkan perubahan bentuk profil serum obat tanpa
mengubah ketersediaan hayati obat. Hal ini terlihat pada studi sefradin, makanan tidak
memiliki efek signifikan terhadap ekskresi urin antibiotik tetapi pada nilai t-max. Beberapa
obat yang diminum bersama susu atau makanan berlemak antara lain alafosfalin, griseofulvin
dan vitamin Sedangkan obat yang tidak boleh diminum bersama susu antara lain bisacodyl
(dulcolax), garam besi, tetracyclin (kecuali doxycyclin dan minocyclin).
Carbamazepin
Ethambutol
Metformin
Nitrofurantoin
Pivampicillin
Indometacin
Teofilin dan
turunannya
Asam nikotinat
Cinnarizin
Garam kalium
Metoprolol
Oxyphenbutazone
Propranolol
Tolbutamid
Asetosal
Cotrimoxazole
Glibenclamide
Isoxsuprin
Metronidazol
Phenylbutazone
Reserpin
Triamteren
Allopurinol
Doxycyclin
Gliclazide
Levodopa
Minocyclin
Pankreatin
Riboflavin
Na-valproat
Amiodaron
Na-diklofenak
Ibuprofen
Naproxen
Phenytoin-Na
Spironolakton
& turunannya
14
2.6 Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat Menurunkan Kinerja Sistem Pencernaan.
Interaksi obat dan makanan yang dapat menurunkan kinerja sistem pencernaan dapat
meliputi interaksi obat yang menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan dan
mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan.
obat
antihipertensi (captopril),
antriretroviral
D. Absorbsi
Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi adalah obatobatan yang memiliki efek merusak terhadap mukosa usus. Antineoplastik, antiretroviral,
NSAID dan sejumlah antibiotik diketahui memiliki efek tersebut. Mekanisme penghambatan
absorbsi tersebut meliputi: pengikatan antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding)
contohnya Fe, Mg, Zn, dapat berikatan dengan beberapa jenis antibiotik; mengubah
keasaman lambung seperti pada antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu
penyerapan B12, folat dan besi; serta dengan cara penghambatan langsung pada metabolisme
atau perpindahan saat masuk ke dinding usus.
15
E. Metabolisme
Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus dan
hati. Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang dibutuhkan untuk
memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan metotrexate pada pengobatan kanker
menggunakan enzim yang sama yang dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek
samping dari penggunaan obat ini adalah defisiensi asam folat.
F. Ekskresi
Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan
mengganggu reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare atau muntah
corticosteroids,
estrogens,
loop
diuretics,
oral
contraceptives,
16
Magnesium
Usually associated with intake > 6g/day, Mg-containing antacids/enemas.
Fosfor
Thiazide diuretics; alendronate, antacids (Al & Mg-containing), cholestyramine, digoxin,
foscarnet, Mg oxide/sulfate, ,pamidronate, sucralfate, theophylline, zoledronic acid.
Fosfor
Etidronate, foscarnet, Na phosphate laxatives & enema.
Kalium
Aminoglycosides, loop diuretics, penicillins, salicylates, thiazide diuretics, acetazolamide,
amphotericin B, bisacodyl, cisplatin, colchicine, cyclosporine, enoxacin, foscarnet,
hydralazine, levodopa, mannitol, pamidronate, Na bicarbonate & phosphates.
Kalium
ACE inhibitors, angiotensin, receptor blockers, beta-adrenergic blochers, NSAIDs, Kalium
sparing diuretics ; cyclosporine, heparin, hypertonic solutions, lithium, pentamidine,
succinylcholine.
Natrium
Aminoglicosides, loop diuretics, Kalium sparing diuretics, thiazide diuretics, salicylates ;
acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, captopril, colchicine, foscarnet.
Natrium
Hypertonic IV solution, mannitol, Na penicillin G, Na phosphate laxative & enemas.
Zink
ACE inhibitors, corticosteroids, diuretics, estrogens, oral contraceptives, H2 receptor
antagonists, reverse transcriptase inhibitors ; cholestyramine, ethambutol, hydralazine,
penicillamine.
Klorida
Thiazide diuretics, loop diuretics.
17
Klorida
Spironolactone, triamterene
Obat
Interaksi
Tetrasiklin
Azitromisin
Itrakonazol
Penisilamin
Didanosin
Makanan
ketersediaanhayati
Indinavir
Makanan
ketersediaanhayati
Saquinavir
Garlic
(allicin)
ketersediaanhayati
9
Atiovaquone
Makanan
meningkatkan Khasiat
ketersediaanhayati
bertambah
bila
bersama
makan
18
10
Lovodopa
11
Teofilin
12
Warfarin
13
Siklosporin
14
Alendronate
Makanan
ketersediaanhayati
Penghambat MAO
Meningkatkan kadar tiramin
Krisis hipertensi
15
Terfanadin
16
Felodipin
Makanan
ketersediaanhayati
17
Diuretik
Makanan
ketersediaanhayati
18
Spironolakton
Makanan
ketersediaanhayati
19
Propranolol
Makanan
mengurangi Khasiat
bertambah
bila
bersama
makan
ketersediaanhayati
19
2. Migrasi obat ke dalam kantong plastik bisa mengarah ke penurunan kadar obat di
bawah kadar terapi dari insulin, vit A, asetat, diazepam dan nitrogliserin.
Reaksi Maillard. Walaupun bukan merupakan interaksi obat-obat, masalah ini perlu
dikemukakan. Reaksi Maillard adalah reaksi kimia antara asam amino dengan gula pereduksi.
Biasanya reaksi memerlukan panas. Seperti halnya karamelisasi, ini merupakan bentuk
diskolorasi coklat yang bersifat non-enzimatik. Gugus karbonil yang reaktif dari gula
bereaksi dengan gugus amino nukleofilik dari asam amino, untuk membentuk berbagai
molekul yang menimbulkan berbagai warna dan aroma. Reaksi Maillard terjadi bila asam
amino dan glukosa dikandung dalam satu wadah. Karena asam amino dan glukosa intravena
perlu diberikan sekaligus, suatu pendekatan yang pintar adalah menghasilkan kantong dengan
dua kamar di mana glukosa dan asam amino dipisah. Asam amino dan glukosa dicampur dulu
sebelum diberikan.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
1. Interaksi antara obat dan makanan terjadi dalam tiga fase yaitu fase farmasetis, fase
farmakokinetik, fase farmakodinamik. Dengan mekanisme obat yang telah diminum akan
hancur dan obat terdisolusi (merupakan fase farmasetis), kemudian obat tersebut di absorpsi,
transport, distribusi, metabolism dan ekresi oleh tubuh (merupakan fase farmakokinetik),
setelah melewati fase farmakokinetik maka obat tersebut dapat direspon secara fisiologis dan
psikologis (merupakan fase farmakodinamik).
2. Efek samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan gangguan GI
(gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada pengecapan,
turunnya nafsu makan, mulut kering atau inflamasi/ luka pada mulut dan saluran pencernaan,
nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan diare. Efek samping seperti di atas dapat
memperburuk konsumsi makanan si pasien. Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang
panjang tentu dampak signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi.
3.
Interaksi obat- mikronutrien meliputi Inkompatibilitas obat IV, Kekurangan-kekurangan
PVC (polivinilklorida),Reaksi Maillard.
3.2 Saran
Untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan maka sebaiknya
1. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan
dengan dokter yang meresepkan.
2. Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantum
dalam label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas juga perlu aturan
pakai yang disarankan.
3. Jangan campur obat dengan makanan atau membuka kapsul kecuali atas petunjuk
dokter.
4. Vitamin atau suplemen kesehatan sebaiknya jangan diminum bersamaan dengan
obat karna terdapat beberapa jenis vitamin dan mineral tertentu yang dapat
berinteraksi dengan obat.
5. Jangan pernah memberi obat bersamaan dengan makanan yang mengandung
alcohol.
Sebelum mengkonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter atau
apoteker untuk mengetahui aturan pakai yang tepat. Dan juga saat konsultasi dengan dokter,
beritahukan semua obat atau vitamin yang sedang dikonsumsi saat ini untuk mencegah
terjadinya interaksi.
22
KEPUSTAKAAN
Erza,Febri
Laila.2
November
2011.Interaksi
Obat
dan
Makanan.Google.
http://erzafebri.blogspot.com/2011/11/interaksi-obat-makanan.html diakses tanggal 2 Juni
2013.
Harkness
Richard,
diterjemahkan
oleh
Goeswin
B.Widianto.(1989.).Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB.
Agoes
dan
Mathilda
23