Vous êtes sur la page 1sur 1

Tuanku Imam Bonjol (17721864)

Sumber: http://tempatsejarah.files.wordpress.com/2011/01/
tuanku-imam-bonjol1.jpg

uanku Imam Bonjol dilahirkan di Kampung


Tanjung Bunga pada tahun 1772. Dalam
misinya menyebarkan agama Islam, beliau berbenturan dengan kepentingan kaum adat yang
diwariskan oleh Datuk Ketamanggungan dan
Datuk Perpatih Nan Sebatang.
Tuanku Imam Bonjol melihat bahwa adat kebiasaan masyarakat perlu disaring dan diuji dengan
kebenaran agama. Kebiasaan seperti berjudi, menyabung ayam, dan minum minuman keras, yang
dilarang oleh agama serta berakibat buruk bagi
manusia, harus ditinggalkan. Oleh karena itu, para
imam di bawah pimpinan Tuanku Nan Renceh
mengumumkan dimulainya gerakan Padri pada
tahun 1803. Gerakan itu ingin membersihkan
masyarakat dari segala tindakan dan kebiasaan
yang bertentangan dengan agama Islam. Para
penghulu adat menuduh kaum Padri bukan hanya
melakukan pembersihan agama, namun juga
berusaha menguasai seluruh Minangkabau.
Oleh karena terdesak, kaum pemangku adat
yang mengaku wakil dari Minangkabau meminta
bantuan kepada Belanda. Untuk itu, residen

Belanda di Padang yang bernama Du Puy,


menyatakan kesediaannya untuk membantu kaum
adat. Kaum adat yang semula berbesar hati atas
bantuan ini berubah menjadi benci kepada
Belanda. Hal ini karena ternyata Belanda memiliki
maksud tersembunyi, yaitu ingin menguasai
seluruh Minangkabau.
Kaum adat dan Kaum Padri akhirnya bersatu
melawan Belanda. Di bawah pimpinan Imam Bonjol,
perjuangan terus dilancarkan. Dengan semangat
jihad fisabilillah, Imam Bonjol dan pasukannya
berusaha melawan Belanda. Peperangan sempat
berhenti setelah penandatanganan Perjanjian
Masang, pada tahun 1824. Pada saat itu, Belanda
sedang memusatkan perhatiannya ke Pulau Jawa
karena di Pulau Jawa pecah Perang Diponegoro.
Setelah Perang Diponegoro dapat dipatahkan,
Belanda mengerahkan pasukannya secara besarbesaran ke seluruh Sumatra Barat.
Gubernur Jenderal van den Bosch ikut turun
memimpin penyerbuan, namun gagal membujuk
Imam Bonjol dengan maklumat plakat panjang.
Dengan alasan mengajak berunding, Belanda
menjebak dan menangkap Tuanku Imam Bonjol.
Selanjutnya, beliau diasingkan ke Cianjur, Jawa
Barat. Oleh karena kewibawaan dan pengaruhnya,
pemerintah kolonial merasa curiga sehingga
memindahkan Tuanku Imam Bonjol ke Ambon dan
Manado. Di tempat pengasingan terakhir itu
pejuang yang gigih ini tutup usia pada tanggal 6
November 1864.
Ada beragam nilai yang dapat diteladani dari
perjuangan Tuanku Imam Bonjol. Seorang
pemimpin dalam masyarakat akan selalu memikul
tanggung jawab besar. Sebagai imam, Tuanku
Imam Bonjol harus berjuang memurnikan adat
istiadat masyarakat yang tidak baik. Sebagai
pemimpin masyarakat, Imam Bonjol harus
berhadapan dengan pemerintah kolonial. Selama
hidupnya Imam Bonjol telah menjalankan
kewajibannya itu dengan tekun dan setia. Segala
bujuk rayu Belanda tidak menggoyahkan niatnya
untuk membela sekaligus memperjuangkan halhal yang diyakininya.

Vous aimerez peut-être aussi