Vous êtes sur la page 1sur 11

Seminar dan Musyawarah Nasinal Asosiasi Bioenergy Indonesia : Pengembangan dan

Keberlanjutan Energi di Indonesia, 29-30 Juni 2010, Pekanbaru

POTENSI BIOMASSA DARI LIMBAH


KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN
BAKU BIOENERGI1)
Arfie Thahar2), Erliza Hambali2), Aan Komarudin2)
1)

Penelitian dibiayai oleh Pusat Surfaktan dan Bioenergi LPPM-IPB


Peneliti di Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi LPPM-IPB

2)

Abstrack
Indonesia merupakan negara penghasil CPO terbesar di dunia. Pada
tahun 2010 produksi CPO Indonesia diperkirakan mencapai 19,8 juta
ton. Dalam pengolahan CPO akan dihasilkan limbah baik berbentuk
padat maupun cair. Limbah pengolahan pabrik kelapa sawit tersebut
belum dimanfaatkan secara optimal. Limbah pengolahan pabrik
kelapa sawit terdiri dari Mesocarf Fibre, Palm Kernel Shell, Tandan
Kosong Kelapa Sawit (Empty Fruit Bunch), Palm Oil Mills Effluent
(POME) dan Palm Kernel Meal. Perkembangan produksi limbah
pengolahan kelapa sawit memiliki kecenderungan yang meningkat,
hal ini berbanding lurus dengan peningkatan produksi tandan buah
segar (TBS) dan luas areal perkebunan kelapa sawit. Luas areal
perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada Tahun 2009 telah
mencapai kurang lebih 7,5 juta Ha dengan rata-rata pertumbuhan
6,2% per tahun. Pada tahun 2009, Produksi CPO yang dihasilkan
sebanyak 18.640.441 ton dari seluruh perkebunan kelapa sawit di
Indonesia. Dengan menggunakan neraca masa pengolahan kelapa
sawit, maka dapat dihasilkan produksi mesocarp fibre sebanyak
11.422.497 ton, Palm Kernel Shell sebanyak 5.092.530 ton, Empty
Fruit Bunch sebanyak 16.657.809 ton, Palm Oil Mills Effluent (POME)
sebanyak 46.261.114 ton dan Palm Kernel Meal sebanyak 2.141.718
ton. Pada tahun 2015 diperkirakan produksi limbah EFB mencapai
23.940.361 ton, MF mencapai 16.416.248 ton, PKS mencapai
7.318.910, POME mencapai 66.485.803 ton dan PKM mencapai
3.078.046. Pada tahun 2020 nilai ini diperkirakan meningkat
menjadi mencapai 27.299.096 ton EFB, 18.719.380 ton MF,
8.345.724 ton PKS, 75.813.489 ton POME dan 3.509.884 ton PKM.
Saat ini biomassa pabrik kelapa sawit seperti PKM, cangkang,
mesocarp fiber dan tandan kosong kelapa sawit sudah
dimanfaatkan, namun pemanfaatannya belum optimal. PKM sudah
dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak. Cangkang dan fiber
telah dimanfaatkan untuk bahan bakar. Tandan kosong kelapa sawit
sudah dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada boiler, pembangkit
listrik tenaga biomassa. POME hanya dimanfaatkan sebagai land
application. POME dapat diolah lebih lanjut menggunakan teknologi
capture anaerobic digestion
sehingga menghasilkan biometan.

Seminar dan Musyawarah Nasinal Asosiasi Bioenergy Indonesia : Pengembangan dan


Keberlanjutan Energi di Indonesia, 29-30 Juni 2010, Pekanbaru

Sedangkan mesocarp fiber dan tandan kosong dapat dimanfaatkan


sebagai serat alami untuk produk biopolimer komposit.
Kata Kunci : Biomassa Kelapa Sawit, Potensi, Bioenergi

I.

PENDAHULUAN
Areal pertanian sawah Indonesia meningkat pesat sejak tahun
1978, setelah pemerintah melaksanakan program akselerisasi
perkebunan. Hal ini mendorong perluasan kebun oleh
perusahaan besar dengan melibatkan petani plasma. Upaya
keras yang dilakukan berbagai pihak untuk meningkatkan
produktifitas kelapa sawit dan memperbaiki manajemen
perkebunan telah berhasil mendorong peningkatan produksi
kelapa sawit. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia
pada Tahun 2009 telah mencapai 7,5 juta Ha dengan rata-rata
pertumbuhan 4,7% per tahun.
Sampai dengan tahun 2008 terdapat sebanyak 608 unit PKS
dengan kapasitas pabrik 34.280 ton TBS/Jam, Pada proses
pengolahan TBS biomassa yang potensial dihasilkan seperti
tandan kosong, fiber, cangkang, Palm Kernel Meal (PKM), dan
palm oil mills effluent (POME) seperti disajikan pada Gambar 1.
Jumlah biomassa kelapa sawit yang akan dihasilkan akan makin
meningkat dengan adanya rencana pengembangan areal lahan
kelapa sawit di Indonesia.
Fresh
Fresh Fruit
Fruit
Bunch
Bunch
100%
100%

Empty
Empty Fruit
Fruit
Bunch
Bunch
21.0%
21.0%

Fruits
Fruits
64.5%
64.5%

Nut
Nut
11.9%
11.9%
Dilution
Dilution Water
Water
15%
15%

Kernel
Kernel
4.9%
4.9%
PKO
PKO
2.3%
2.3%

Shell
Shell
6.4%
6.4%
PKM
PKM
2.7%
2.7%

Condensate
Condensate
13.5
13.5 %
%
Mesocar
Mesocar
p
p
53.4%
53.4%

Washing
Washing
Water
Water
14.4%
14.4%

CPO
CPO
23.5%
23.5%

Fiber
Fiber
14.4%
14.4%

RBDPL
RBDPL
22,82%
22,82%

PFAD
PFAD
0,98%
0,98%
ton
ton

2
RBDPO
RBDPO
18,18%
18,18%

RBDPS
RBDPS
4,63%
4,63%

POME
POME
58.3%
58.3%

Seminar dan Musyawarah Nasinal Asosiasi Bioenergy Indonesia : Pengembangan dan


Keberlanjutan Energi di Indonesia, 29-30 Juni 2010, Pekanbaru

Gambar 1. Neraca Massa Pengolahan Kelapa Sawit


(Sumber : SBRC, 2010)
Khusus berkaitan dengan biomassa yang dihasilkan dari hasil
pengolahan PKS, diperlukan penanganan dan pemanfaatan
kembali produk hasil samping yang dihasilkan agar tidak menjadi
beban lingkungan. Jumlah biomassa kelapa sawit yang akan
dihasilkan diperkirakan akan makin meningkat dengan adanya
rencana pengembangan areal lahan kelapa sawit di Indonesia.
Saat ini biomassa pabrik kelapa sawit seperti PKM, cangkang,
serat mesocarp dan tandan kosong kelapa sawit sudah
dimanfaatkan, namun pemanfaatannya belum optimal. PKM
sudah dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak. Demikian
juga dengan cangkang dan fiber telah dimanfaatkan untuk bahan
bakar. Tandan kosong kelapa sawit sudah dimanfaatkan sebagai
bahan bakar pada boiler, kompos dan pembangkit listrik tenaga
biomassa. Sebenarnya pengolahan biomassa kelapa sawit lebih
lanjut bisa menghasilkan bioenergi seperti gas biometan,
bioetanol, biopellet dan biobriket. Pada Gambar 2 disajikan
berbagai macam proses pengolahan kelapa sawit menjadi
bioenergi.

Seminar dan Musyawarah Nasinal Asosiasi Bioenergy Indonesia : Pengembangan dan


Keberlanjutan Energi di Indonesia, 29-30 Juni 2010, Pekanbaru

Gambar 2. Teknologi Proses Kelapa Sawit menjadi Produk


Bioenergi
(Sumber : Orasi Guru Besar Prof. Erliza Hambali, 2010)
Potensi kelapa sawit yang cukup besar ini perlu diketahui secara
pasti jumlah dan potensi biomassanya. Informasi yang dihasilkan
nantinya
dapat
digunakan
sebagai
landasan
untuk
mengembangkan rencana pemanfaatan biomassa dari pabrik
kelapa sawit (PKS) dan menentukan kapasitas produksi
komersial.

II. METODOLOGI
2.1.

Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam studi ini adalah data sekunder
yang dikumpulkan dari berbagai instansi terkait seperti
Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian, Dinas
Perkebunan, Dinas Perindustrian, dan instansi-instansi terkait
lainnya.

2.2. Metode Analisis Data


2.2.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif (deskriptive analysis) dalam penelitian ini
diartikan
sebagai
analisis
untuk
mengidentifikasi,
menjelaskan dan menggambarkan kondisi saat ini dan
potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit, PKS dan
ketersediaan biomassa PKS. Analisis ini dilakukan dengan
memberikan penjelasan dan gambaran secara mendetail
melalui teknik grafik dan tabulasi silang serta pengolahan
data dengan metode statistika yang memperlihatkan
penjelasan secara komunikatif dan interaktif sesuai fakta
yang ada.
2.3.3. Forecasting
Metoda prakiraan (forecasting) digunakan untuk menduga
ketersediaan biomassa kelapa sawit (MF, PKS, EFB, POME)
untuk tahun 2010sampai dengan 2020. Teknik yang
termasuk dalam kelompok ini adalah analisis kecenderungan
(trend analysis).
Metode analisis trend merupakan
pencocokan suatu persamaan garis matematis terhadap
data dan memproyeksikannya ke masa yang akan datang.
Metoda analisis yang akan digunakan yaitu model regresi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar dan Musyawarah Nasinal Asosiasi Bioenergy Indonesia : Pengembangan dan


Keberlanjutan Energi di Indonesia, 29-30 Juni 2010, Pekanbaru

3.1. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit


Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada Tahun
2009 telah mencapai kurang lebih 7,5 juta Ha dengan ratarata pertumbuhan 6,2% per tahun. Propinsi Riau merupakan
daerah yang memiliki luas lahan kelapa sawit terluas di
Indonesia, kemudian diikuti Propinsi Sumatera Utara,
Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan. Pada tahun 2009
luas lahan kelapa sawit di Propinsi Riau 1,69 juta ha (22,7%),
Sumatera Utara 1,05 juta ha (13,8%), Kalimantan Tengah
871 ribu ha (11,8%) dan Sumatera Selatan 708 ribu ha
(9,3%). Rincian luas areal perkebunan kelapa sawit di
Indonesia disajikan pada Tabel 1. Untuk lebih jelasnya
perbandingan luas areal perkebunan kelapa sawit menurut
propinsi di Indonesia pada tahun 2008 disajikan pada Pada
Gambar 3.
Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Menurut Propinsi
di Indonesia Tahun 2005 2009
PROVINSI

LUAS AREL (HA)


2005

2006

2007

2008

2009

SHARE

NAD

261.101

308.560

311.731

287.038

282.332

3,90%

SUMATERA UTARA

964.257

979.541

970.603

1.017.574

1.048.692

13,82%

SUMATERA BARAT

324.332

315.618

316.540

327.653

339.675

4,45%

1.383.478

1.547.942

1.548.972

1.673.553

1.693.569

22,73%

6.933

6.933

8.256

6.130

0,11%

RIAU
KEPULAUAN RIAU

JAMBI

466.709

568.751

574.594

484.137

486.136

6,57%

SUMATERA SELATAN

532.365

630.214

630.234

690.729

708.056

9,38%

BANGKA BELITUNG

100.681

133.284

133.284

185.508

182.361

2,52%

BENGKULU

83.583

165.221

165.271

202.863

227.035

2,75%

LAMPUNG

163.589

157.229

157.743

152.511

153.218

2,07%

6.406

9.831

9.831

11.531

9.837

0,16%

JAWA BARAT
BANTEN

19.639

14.077

14.077

14.894

14.894

0,20%

KALIMANTAN BARAT

466.901

492.112

492.212

499.548

498.771

6,78%

KALIMANTAN TENGAH

269.043

571.874

573.359

870.201

871.220

11,82%

KALIMANTAN SELATAN

150.212

243.451

244.806

290.852

291.734

3,95%

KALIMANTAN TIMUR

222.132

237.765

253.827

409.566

423.081

5,56%

SULAWESI TENGAH

44.215

48.341

42.367

47.336

47.361

0,64%

SULAWESI SELATAN

80.991

24.490

24.521

15.944

17.350

0,22%

75.154

75.754

94.319

121.615

1,28%

SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGGARA
PAPUA

4.150

2.966

2.966

21.033

23.033

0,29%

53.375

29.736

29.836

27.657

27.977

0,38%

31.734

31.734

31.144

33.946

0,42%

5.597.159

6.594.824

6.611.195

7.363.847

7.508.023

100,00%

PAPUA BARAT
INDONESIA

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010, diolah

Seminar dan Musyawarah Nasinal Asosiasi Bioenergy Indonesia : Pengembangan dan


Keberlanjutan Energi di Indonesia, 29-30 Juni 2010, Pekanbaru

Gambar 3.
Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Menurut
Propinsi di Indonesia Tahun 2009 (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2010 (diolah))

3.2.

Produksi Biomassa Kelapa Sawit Indonesia


Pabrik kelapa sawit (CPO Mills) akan menghasilkan biomassa
baik berbentuk padat maupun cair. Biomassa pengolahan
pabrik kelapa sawit tersebut belum dimanfaatkan secara
optimal. Biomassa pengolahan pabrik kelapa sawit terdiri
dari Mesocarf Fibre, Palm Kernel Shell, Tandan Kosong Kelapa
Sawit (Empty Fruit Bunch), Palm Oil Mills Effluent (POME) dan
Palm Kernel Meal (PKM).
Perkembangan produksi biomassa pengolahan kelapa sawit
memiliki kecenderungan yang meningkat, hal ini berbanding
lurus dengan peningkatan produksi tandan buah segar (TBS)
dan luas areal perkebunan kelapa sawit. Pada tahun 2009,
Produksi CPO yang dihasilkan sebanyak 18.640.441 ton dari
seluruh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Dengan
menggunakan neraca masa pengolahan kelapa sawit, maka
dapat dihasilkan produksi mesocarp fibre sebanyak
11.422.497 ton, Palm Kernel Shell sebanyak 5.092.530 ton,
Empty Fruit Bunch sebanyak 16.657.809 ton, Palm Oil Mills
Effluent (POME) sebanyak 46.261.114 ton dan Palm Kernel
Meal sebanyak 2.141.718 ton. Perkembangan produksi
biomassa pengolahan pabrik kelapa sawit tahun 2002 2009
dapat dilihat pada Tabel 2.

Seminar dan Musyawarah Nasinal Asosiasi Bioenergy Indonesia : Pengembangan dan


Keberlanjutan Energi di Indonesia, 29-30 Juni 2010, Pekanbaru

Tabel 2. Perkembangan Produksi biomassa pengolahan


pabrik kelapa sawit di Indonesia
Produksi

Tah
un

EFB

MF

PKS

1998

5.299.520

3.633.956

1.620.139

1999

5.768.825

3.955.766

1.763.612

2000

6.255.773

4.289.673

1.912.479

2001

7.503.230

5.145.072

2.293.845

2002

8.598.691

5.896.245

2.628.743

2003

9.330.107
10.550.53
4
11.127.30
2
15.505.01
3
15.785.49
9
15.673.85
3
16.657.80
9

6.397.788

2.852.347

7.234.652

3.225.449

7.630.150
10.632.00
9
10.824.34
2
10.747.78
5
11.422.49
7

3.401.775

2004
2005
2006
2007
2008
2009

4.740.104
4.825.853
4.791.721
5.092.530

POME
14.717.5
24
16.020.8
51
17.373.1
76
20.837.5
42
23.879.7
94
25.911.0
40
29.300.3
40
30.902.1
08
43.059.6
36
43.838.5
86
43.528.5
29
46.261.1
14

PKM
681.367
741.706
804.314
964.701
1.105.546
1.199.585
1.356.497
1.430.653
1.993.502
2.029.564
2.015.210
2.141.718

3.3. Proyeksi Biomassa Kelapa Sawit di Indonesia Tahun


2010 - 2020
Analisis menggunakan data produksi CPO tahun
1998
sampai 2009. Untuk menentukan model matematika yang
tepat digunakan trend analysis, Linear, Quadratic,
Exponential Growth,
dan S-Curve (Pearl Reed-Logistic)
Model. Pilihan terhadap model yang paling sesuai
berdasarkan pada nilai MSD (Mean Square Deviation)
terkecil. Pada Tabel 3 disajikan hasil analisis MSD untuk
model Linier, Quadratic, Exponential Growth, dan S-Curve
(Pearl Reed-Logistic).
Table 3. Hasil perhitungan MSD berdasarkan data tanaman
menghasilkan 1998 2009
N
o
1

Trend Model
Linear

Equation
Yt = 3632626 + 1273865*t

Mean Square
Deviation
(MSD)
8,98096E+11

Seminar dan Musyawarah Nasinal Asosiasi Bioenergy Indonesia : Pengembangan dan


Keberlanjutan Energi di Indonesia, 29-30 Juni 2010, Pekanbaru

Quadratic

3
4

Growth Curve
S-Curve

Yt = 4144208 + 1069232*t +
14617*t**2
Yt = 5397571 * (1,11499**t)
Yt = (10**8) / (2,94321 +
18,1993*(0,840027**t))

8,65195E+11
1,50725E+12
8,16516E+11

Dari hasil analisis terlihat MSD yang terkecil adalah pada


model trend S-Curve. Dengan demikian untuk memprediksi
produksi CPO pada tahun 2011 - 2020 digunakan model
trend S-Curve. Setelah mendapatkan proyeksi produksi CPO
kemudian dihitung produksi biomassa kelapa sawit
berdasarkan neraca massa pengolahan kelapa sawit.
Proyeksi produksi CPO dan biomassa kelapa sawit Indonesia
pada tahun 2010 2020 disajikan pada Tabel 4.
Tabel

Tahu
n
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020

4. Proyeksi Produksi CPO dan Biomassa


Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
di Indonesia
Tahun 2010 2020
CPO

EFB

MF

19.844.9
01
22.081.4
30
23.391.4
92
24.618.4
17
25.753.1
24
26.790.4
04
27.728.5
86
28.569.0
06
29.315.3
82
29.973.1
73
30.548.9
88

17.733.7
41
19.732.3
41
20.903.0
35
21.999.4
37
23.013.4
30
23.940.3
61
24.778.7
36
25.529.7
50
26.196.7
24
26.784.5
38
27.299.0
96

12.160.2
80
13.530.7
48
14.333.5
10
15.085.3
28
15.780.6
38
16.416.2
48
16.991.1
34
17.506.1
14
17.963.4
68
18.366.5
40
18.719.3
80

Produksi
PKS
5.421.458
6.032.459
6.390.357
6.725.542
7.035.534
7.318.910
7.575.214
7.804.809
8.008.713
8.188.416
8.345.724

POME

PKM

49.249.13
3
54.799.53
1
58.050.71
5
61.095.57
9
63.911.58
3
66.485.80
3
68.814.09
1
70.899.76
3
72.752.04
5
74.384.48
8
75.813.48
9

2.280.0
52
2.537.0
15
2.687.5
33
2.828.4
99
2.958.8
70
3.078.0
46
3.185.8
38
3.282.3
96
3.368.1
50
3.443.7
26
3.509.8
84

Selama periode 2010-2020, rata-rata produksi CPO, MF, PKS,


EFB, POME dan PKM diestimasikan mengalami peningkatan
sebesar 13 %. Grafik tren perkembangan produksi CPO MF,
PKS, EFB, POME and PKM disajikan pada Gambar 4.

Seminar dan Musyawarah Nasinal Asosiasi Bioenergy Indonesia : Pengembangan dan


Keberlanjutan Energi di Indonesia, 29-30 Juni 2010, Pekanbaru

Gambar 4. Grafik tren perkembangan produksi CPO MF,


PKS, EFB, POME dan PKM
Sebagian besar pabrik kelapa sawit memanfaatkan POME
dengan mengalirkannya ke kolam resapan di kebun kelapa
sawit milik perusahaan (kebun inti), dengan tujuan untuk
pemupukan.
Perlakuan yang diberikan ke POME saat ini adalah melalui
pemberian mikroba ke kolam kolam anaerob (tanpa aerasi)
dan aerob (menggunakan aerasi). Hasil dari proses
fermentasi bahan-bahan organik yang terakumulasi pada
POME akan menghasilkan biogas yang terdiri dari campuran
gas CH4 (55-60%), gas CO2 ( 35-40%), dan H2S (<1%). Saat
ini biogas yang dihasilkan dilepas ke udara. Seandainya
POME ini diolah lebih lanjut menggunakan teknologi capture
anaerobic digestion dan dimurnikan melalui pemisahan CO2
dan H2S maka gas CH4 yang tadinya dilepaskan ke udara
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar bagi industri.
Pada umumnya pengolahan POME di pabrik kelapa sawit
hanya untuk land application, sehingga semua POME yang
dihasilkan dapat digunakan untuk produksi biomethane.
Selain dapat diolah menjadi biomethane dan pembangkit
listrik, pemanfaatan POME tersebut juga dapat didaftarkan
untuk memperoleh karbon kredit dari program Clean
Development Mechanism (CDM).

Seminar dan Musyawarah Nasinal Asosiasi Bioenergy Indonesia : Pengembangan dan


Keberlanjutan Energi di Indonesia, 29-30 Juni 2010, Pekanbaru

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


4.1.

Kesimpulan
Potensi biomassa kelapa sawit Indonesia sangat besar dan
belum dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2015
diperkirakan produksi biomassa EFB mencapai 23.940.361
ton, MF mencapai 16.416.248 ton, PKS mencapai 7.318.910,
POME mencapai 66.485.803 ton dan PKM mencapai
3.078.046. Pada tahun 2020 nilai ini diperkirakan meningkat
menjadi mencapai 27.299.096 ton EFB, 18.719.380 ton MF,
8.345.724 ton PKS, 75.813.489 ton POME dan 3.509.884 ton
PKM.
Saat ini biomassa pabrik kelapa sawit seperti PKM,
cangkang, mesocarp fiber dan tandan kosong kelapa sawit
sudah dimanfaatkan, namun pemanfaatannya belum
optimal. POME dapat diolah lebih lanjut menggunakan
teknologi
capture
anaerobic
digestion
sehingga
menghasilkan biometan. Sedangkan mesocarp fiber dan
tandan kosong dapat dimanfaatkan sebagai serat alami
untuk produk biopolimer komposit dan biopellet.

4.2.

Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut :
1. POME perlu diolah lebih lanjut untuk menghasilkan
biogas/biomethane. Biogas/biomethane selanjutnya dapat
digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik,
yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan listrik di
pabrik dan sekitar pabrik. Sisa hasil pengolahan POME
menjadi listrik dapat dimanfaatkan sebagai land
application (fertilizer).
2. PKS dan MF yang selama ini digunakan untuk bahan
bakar boiler dapat diolah lebih lanjut menjadi biopolimer
komposit dan biopellet. Biopelet selanjutnya dapat
dijadikan komoditi ekspor sebagai pengganti wood pellet
yang selama ini banyak digunakan di Jepang.

10

Seminar dan Musyawarah Nasinal Asosiasi Bioenergy Indonesia : Pengembangan dan


Keberlanjutan Energi di Indonesia, 29-30 Juni 2010, Pekanbaru

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal
Indonesia.

Perkebunan.

2010.

Statistik

Kelapa

Sawit

Hambali, E. 2010. Draft Orasi Guru Besar Prof Erliza Hambali. Peran
Teknologi Proses Agroindustri Dalam Pengembangan Klaster
Industri Hilir Kelapa Sawit
Hambali, E., M. Rivai, A. Imam, A. Thahar, A. Komarudin, E. Hidayat,
D. D. Bariguna, 2010. Laporan Studi on The Potential of Waste
Materials from CPO Mills In East Kalimantan. Kerjasama SBRC
LPPM IPB dengan Mitsubishi Coorporation Tokyo, Jepang
PT. Kreatif Energi Indonesia. 2010. Biogas Pilot Project
Rohmadi, R. 2007. Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga
Biomassa Kelapa Sawit di PTPN 3 Sumatera Utara.

11

Vous aimerez peut-être aussi