Vous êtes sur la page 1sur 25

Asthma

Bronkiale

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa penyakit


asma dijumpai di seluruh dunia, dan menyerang baik
pria maupun wanita, dari seluruh lapisan sosial
ekonomi dengan prevalensi yang berkisar antara 110%. Terdapat peningkatan prevalensi asma di seluruh
dunia. Walaupun peningkatan di Asia lebih kecil
dibandingkan dengan dunia Barat, tetapi kenaikan ini
nyata sekali. Hal ini tampak pada berbagai penelitian
epidemiologis. Di Cina daratan pada tahun 1990
prevalensi asma hanya 2 % lalu meningkat menjadi 4
% pada tahun 1995.

Identitas
Nama
Umur
Alamat
Jenis Kelamin
Bangsa
Agama

: Nn. P
: 20 tahun
:: Perempuan
::-

Keluhan utama
Datang ke UGD RS pagi dini hari diantar
ibunya mengeluh sesak nafas.

ASTHMA BRONKIALE

Riwayat Penyakit
Sekarang
Riwayat
Kebiasaan
Riwayat Penyakit
Dahulu
Riwayat Penyakit
Keluarga

Pada sore hari di puncak berat disertai batuk-batuk kecil


tidak dapat tidur terlentang,
sesak napas berbunyi disertai batuk yang bertambah dan dahak yang berwarna jernih.
Tidak ada batuk dan nyeri dada.
Sesampainya di rumah sakit Nn P terlihat semakin sesak disertai bibir berwarna kebiruan dan napasnya cepat.
Sesak sering kumat-kumatan dan timbul tersering kalau tercium bau obat nyamuk, tercium bau-bau aneh dan
bergadang

Pasien penyayang binatang dan memelihara kucing anggora sejak kecil.

Waktu kecil pasien sering mengi, bersin, batuk dan timbul eksim di lipa siku kedua lengan.

Nenek penderita asma, ayah sering bersin, ibu gatal-gatal setelah makan ikan laut. Adik bungsunya
mengalami gejala yang sama dengan pasien.

Anamnesis
Tambahan

Apakah disertai rasa mual?


Apakah terdapat penyakit
penyerta, seperti sinusitis, rinitis,
polip nasal, dermatitis atopik?
Apakah pasien perokok aktif,
menjadi perokok pasif, atau
terpapar akibat pekerjaan?
Apakah pasien peminum alkohol?
Bagaimanakah lingkungan tempat
tinggal pasien, sekolah, ataupun
tempat kerja?
Bagaimana aktivitas keseharian
pasien?

Keadaan umum

: Tampak sesak, gelisah, duduk


membungkuk
: Compos mentis (normal)

Kesadaran
Tanda Vital
1. Tekanan darah
= 160/90 mmHg (tinggi)
2. Nadi
= 120 x/menit (tinggi)
3. Frekuensi pernapasan = 40 x/menit (tinggi = takipnoe)
Mengi (+)
Ekspirasi memanjang (menandakan adanya obstruksi saluran
napas)
4. Suhu
= 37oC (normal)
Mata
: Tidak pucat, tidak ikterik
Hidung
: Obstruksi +/+; sekret +/+ (mengakibatkan
ekspirasi memanjang)

Bibir
Pharynx

: Sianosis (adanya hipoksia)


: Dinding belakang tak rata/kasar, agak hiperemis (peradangan
kronis di faring); post nasal drip (+) (menandakan adanya sinusitis)
Leher : KGB tidak membesar, kaku kuduk (-), JVP +1cm H2O (normal)
Toraks :
1. Inspeksi
: Simetris, tampak penggunaan otot bantu napas dan retraksi
suprasternal
2. Palpasi
: Vocal fermitus normal dextra/sinistra
3. Perkusi
: Paru sonor
4. Auskultasi
: Suara napas vesikuler +/+ (normal), ronki +/+, wheezing ++/++
inspirasi dan ekspirasi sumbatan jalan nafas oleh mukus
Bunyi jantung I-II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
: Datar, supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), tumor (-); hepar, lien,
ginjal tidak teraba besar, shifting dullness (-), bising usus normal
(normal)
Ekstremitas
: Edema (-), refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada
(normal)

Komponen yang
diperiksa

Nilai normal

Hasil pemeriksaan

Interpretasi

DARAH
Hb

11,5 16,5 g/dl

12,0 gr%

Normal

Ht

37 43%

46%

TINGGI

Leukosit

5.000 10.000 u/L

9.900/uL

Normal

Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil

Normal
TINGGI Umumnya

Sel batang
Netrofil segmen
Limfosit
Monosit

0 1%
1 3%

0
13

pada keadaan atopi/ alergi

2 6%
50 70%
20 40%
2 8%

8
69
9
1

TINGGI inflamasi,

dan infeksi parasit

kerusakan jaringan
Normal
RENDAH terapi steroid
RENDAH reaksi
imunitas

pars konduksi dan pars respirasi saluran pernapasan

Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaituepitel bertingkat silindris
bersilia dengan sel goblet
Epitel respiratorik

Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas


obstruktif intermitten, reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan
ciri meningkatnya respon bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara
spontan maupun hasil dari pengobatan (The
American Thoracic Society).

Sampai saat ini etiologi dari asma bronchial


belum diketahui. Berbagai teori sudah
diajukan, akan tetapi yang paling disepakati
adalah adanya gangguan parasimpatis
(hiperaktivitas saraf kolinergik), gangguan
Simpatis (blok pada reseptor beta adrenergic
dan hiperaktifitas reseptor alfa adrenergik).

1. Faktor predisposisi :Genetik


2. Faktor presipitasi :
a. Alergen dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi)
Ingestan, yang masuk melalui mulut (makanan dan obat-obatan)
Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (perhiasan, logam dan jam tangan)

b. Perubahan cuaca : cuaca dingin, pergunungan, kadang berkaitan dengan musim seperti
musim hujan
c. Stress
d. Lingkungan Kerja ; berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik
pada waktu libur atau cuti.
e. Olahraga/ kegiatan fisik yang berat

MEKANISME ASTHMA

PENYEMPITAN SALURAN NAFAS

Derajat

Gejala

Gejala malam

Faal Paru

mild

-Gejala kurang dari


1x/minggu
-Asimtomatik

Kurang dari 2 kali


dalam sebulan

APE > 80 %

Mild persistent

-Gejala lebih dari


1x/minggu tapi
kurang dari 1x/hari
-Serangan dapat
menganggu
Aktivitas dan tidur

Lebih dari 2 kali


dalam sebulan

APE > 80 %

Moderate
persistan

-Setiap hari,
-serangan 2
kali/seminggu, bisa
berahari-hari.
-menggunakan
obat setiap hari
-Aktivitas & tidur
terganggu

Lebih 1 kali dalam


seminggu

APE 60-80 %

Severe persistent

gejala Kontinyu
-Aktivitas terbatas

sering

APE < 60 %

Keluhan utama penderita asma adalah sesak napas


mendadak disertai inspirasi yang lebih pendek
dibandingkan dengan fase ekspirasi dan diikuti oleh bunyi
mengi (wheezing), batuk yang disertai serangan sesak
napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita
asma keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat
dan sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan
makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi
berat. Hal ini sering terjadi terutama pada penderita
dengan rhinitis alergika atau radang saluran napas bagian
atas. Sedangkan pada sebagian besar penderita keluhan
utama ialah sukar bernapas disertai rasa tidak enak di
daerah retrosternal.

1. Bronkitis kronis
2.Emfisema
3. gagal jantung kiri
4. emboli paru

2. Terapi awal
a. Pasang Oksigen 2-4 liter/menit dan pasang infuse RL atau
D
5. b. Bronkodilator (salbutamol 5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi dan
pemberian dapat diulang dalam1 jam.c. Aminofilin bolus intravena 5-6
mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jamsebelumnya
cukup diberikan setengah dosis.d. Anti inflamasi (kortikosteroid)
menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek
supresi profilaksis
8
e. Ekspektoran : adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di
dalam saluran pernafasanmenjadi salah satu pemberat serangan asma,
oleh karenanya harus diencerkan dan dikeluarkan,misalnya dengan obat
batuk hitam (OBH), obat batuk putih (OBP), gliseril guaiakolat (GG)f.
Antibiotik : hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai
oleh rangsangan infeksisaluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu
yang meninggi

3. Terapi
E
dukasi/non farmakologi kepada pasien/keluarga bertujuan
untuk
a. meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara
umum dan pola penyakit asma sendiri) b. meningkatkan
keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma sendiri/asma
mandiri)c. membantu pasien agar dapat melakukan
penatalaksanaan dan mengontrol asma
4. Pencegahan
a. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi b. Menghindari
kelelahanc. Menghindari stress psikisd. Mencegah/mengobati
ISPA sedini mungkine. Olahraga renang, senam asma

tabel

Ad vitam
Ad sanationam
Ad fungsionam

: ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad bonam

Arif Mansjoer, Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. : Pneumonia. Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid 2 Edisi 3. Media Aesculapius FKUI. Jakarta. 2000. P. 465 7.
Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks & Atlas. 10th ed. Jakarta: EGC; 2007. p. 335-54.
Kuehnel. Color Atlas of Cytology, Histology, and Microscopic Anatomy. 4th ed Stuttgart:
Thieme; 2003. p. 340-51.
Dahlan Z. Pneumonia. dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 2196.
Danusantoso,Halim. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates, 2000.
Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua . Jakarta: Penerbit FKUI;2002
Sherwood L. Fisiologi Manusia. Sistem Pernapasan. 2th ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG; 2001.
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson.1994. Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 4.Jakarta: EGC.
Kumar, Abbas, Fausto. 2005. Robin and Cotran Pathologic Basics of Disease 7th Edition :
Elseiver Saunders
Kasper Dennis L. et.al. 2004. Harrison's Principles of Internal Medicine 16th Edition: McGrawHill Professional

Vous aimerez peut-être aussi