Vous êtes sur la page 1sur 13

Sistem Kaderisasi

1. Pengertian
Kaderisasi adalah proses pendididkan jangka panjang untuk pengoptimalan potensipotensi kader dengan cara mentransfer dan menanamkan nilai-nilai tertentu, hingga nantinya
akan melahirkan kader-kader yang tangguh.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli
kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S. Ali Imran : 110)
Kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon secara umum. Pertama,
pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua, sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama,
subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok orang yang
dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan
fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi. Sedangkan yang kedua adalah
obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan
dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi.
2. Urgensi
Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah
mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (An-Nisa: 9)
Kaderisasi merupakan kebutuhan internal organisasi yang tidak boleh tidak dilakukan.
Layaknya sebuah hukum alam, ada proses perputaran dan pergantian disana. Namun satu
yang perlu kita pikirkan, yaitu format dan mekanisme yang komprehensif dan mapan, guna
memunculkan kader-kader yang tidak hanya mempunyai kemampuan di bidang manajemen
organisasi, tapi yang lebih penting adalah tetap berpegang pada komitmen sosial dengan
segala dimensinya.
Sukses atau tidaknya sebuah institusi organisasi dapat diukur dari kesuksesannya
dalam proses kaderisasi internal yang di kembangkannya. Karena, wujud dari keberlanjutan

organisasi adalah munculnya kader-kader yang memiliki kapabilitas dan komitmen terhadap
dinamika organisasi untuk masa depan
3. Kenapa kaderisasi gagal?
Kaderisasi gagal biasanya terjadi karena beberapa hal:

Pelatih/Senior tidak memiliki kemampuan melatih

Pelatih/Senior tidak memiliki kemauan melatih

Tidak ada anggota / kader untuk dilatih


Sebab kesatu muncul karena senior hanya bersandar kepada pengalaman yang

dimiliki. Seorang pelatih yang baik mutlak perlu cukup bacaan. Dalam kaderisasi, pelatih /
senior harus mampu mengkomunikasikan ilmu dan pengalaman.
Sebab kedua yang paling memprihatinkan. Kemauan adalah awal dari semuanya
terjadi. Jika tidak ada kemauan melatih dari senior anda, maka carilah orang lain. Jika tidak
ada, jadilah pelatih bagi anda dan teman-teman. Dalam kaderisasi, pelatih / senior harus
mampu mengkomunikasikan ilmu dan pengalaman.
4. Apakah yang dibutuhkan dalam Kaderisasi?
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan
yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (Q.S. AshShaff : 4)
Dari ayat diatas bisa kita lihat bahwa untuk mengahasilkan kader-kader yang
berpotensi yaitu dengan perencaan yang matang dan sistem yang teratur. Dimana jika kita
lihat sekilas tentang luar biasanya sistem kaderisasi yang dilakukan rasulullah.Rasulullah,
dalam mengkader, tidaklah sembarangan. Beliau melakukan kaderisasi secara teratur dan
terencana.Beliau melakukan apa yang ia katakan. Sehingga kadernya menjadi taat dan
melaksanakan apa yang beliau serukan. Allah swt juga telah mengingatkan kunci kaderisasi
yang sukses dalam Al-Quran.
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan. (Q.S. Ash-Shaff : 2-3)
5. Jadi kaderisasi?

Jadi, kaderisasi (sebagai proses) memiliki tugas atau tujuan sebagai proses humanisasi
atau pemanusiaan dengan cara transofmasi nilai-nilai agar tri dharma perguruan tinggi dapat
terwujud. Pemanusiaan manusia disini dimaksudkan sebagai sebuah proses pentrasformasian
nilai-nilai yang membuat manusia (dalam hal ini mahasiswa) agar mampu meningkatkan
potensi yang dimilikinya (spiritual, intelektual dan moral). Jadi dengan sendirinya, dalam
kaderisasi harus terdapat sebuah persiapan mahasiswa agar mampu beradaptasi dan
berintegrasi melalui konsientisasi (Proses dimana manusia mendapatkan kesadaran yang terus
semakin mendalam tentang realitas kultural yang melingkupi hidupnya dan akan
kemampuannya untuk merubah realitas itu) dalam ranah pembebasan manusia (maksudnya
ialah pembebasan dari dehumanisasi, dalam hal ini pendidikan), penelitian (berfikir ilmiah)
dan pengabdian pada masyarakat.
Wahai orang-orang yang beriman ! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q.S. Muhammad :7)

Profil Murabbi
Sifat-sifat penting bagi murabbi yang berjaya (antaranya ialah):
1) Memiliki ilmu
Ilmu yang harus dikuasai oleh seorang murabbi meliputi banyak cabang ilmu, seperti:
a) Ilmu Syari
Salah satu tujuan tarbiyah Islamiyah ialah melahirkan manusia yang beribadah kepada
Allah dengan benar. Hal ini akan tercapai hanya dengan ilmu syari. Yang dimaksudkan
dengan memiliki ilmu syari di sini tidaklah berarti bahawa seorang murabbi itu perlu
menjadi pakar dalam bidang syariah atau mana-mana bidang ilmu. Akan tetapi ilmu syari
yang perlu dimiliki seorang murabbi ialah ilmu syari yang dengannya ia mampu membaca,
membahas, dan mempersiapkan maudhu-maudhu syari serta memiliki ilmu-ilmu asas yang
membolehkannya mengembangkan potensi syarinya dengan semangat belajar.
b) Ilmu waqi
Yaitu ilmu-ilmu semasa yang sesuai dengan keperluannya sebagai murabbi untuk
berhadapan dengan keadaan dan suasana masyarakatnya.
c) Ilmu psikologi.
Yaitu ilmu tentang karakter manusia mengikut usianya yang meliputi aspek naluri dan
potensi manusia. Memadailah bagi murabbi dapat memahami dasar-dasar umum ilmu
kejiwaan, serta berkemampuan untuk terus mendalami bidang ini dari masa ke semasa.
d) Memahami persediaan, potensi dan kemampuan mutarabbi.
e) Memahami persekitaran di mana mutarabbinya berada/tinggal. Ini kerana persekitaran
mempunyai pengaruh yang besar terhadap keperibadian mutarabbi

2) Murabbi seharusnya lebih berkualiti daripada mutarabbi.


Dalam proses tarbiyah, akan berlaku at-takmil wal istikmal (lengkap melengkapi) atau
timbal balik antara murabbi dan mutarabbi. Berlakunya proses memberi dan menerima. Oleh
itu murabbi seharusnya lebih berkualiti daripada mutarabbi.
3) Murabbi seharusnya mampu memindahkan apa yang dimilikinya kepada manusia lain.

Ada manusia pandai berbicara, bijak berhujah dan boleh membuat penyampaian yang
menarik tetapi kelebihan-kelebihannya itu hanya sekadar teori sahaja. Beliau tidak mampu
untuk mentarbiyah dan membentuk manusia. Beliau tidak ada pengalaman di medan tarbiyah.
Maka, beliau tidak mampu untuk memindahkan apa yang dimilikinya kepada manusia lain.
4) Murabbi seharusnya memiliki kemampuan memimpin (al-qudrah alal qiyadah).
Kemampuan ini adalah sifat bagi murabbi. Dalam banyak hal, murabbi seharusnya
boleh bertindak sebagai pemimpin bagi mutarabbinya.
5) Murabbi seharusnya memiliki kemampuan untuk melakukan mutabaah (al-qudrah alal
mutabaah).
Proses tarbiyah bersifat terus menerus dan berkesinambungan. Mutabaah (followup/semakan) yang berterusan diperlukan untuk mengetahui keberhasilan yang telah dicapai
dari proses tarbiyah. Murabbi harus menyemak atau menilai dirinya, manhaj, wasilah, media,
metod dan keadaan mutarabbinya secara berterusan.
6) Murabbi seharusnya memiliki kemampuan membuat penilaian.
Penilaian adalah aspek yang tidak terpisah dari proses tarbiyah. Murabbi harus:
a) Menilai mutarabbi untuk mengetahui sejauh mana tahap kemampuannya agar
murabbi dapat mentarbiyah sesuai dengan keadaannya.
b) Menilai mutarabbi untuk mengetahui sejauh mana ia telah mencapai matlamat
tarbiyah dari segi pembentukan syakhsiyah.
c) Menilai program, tugasan dan perjalanannya.
d) Menilai permasalahan tarbawiyah untuk ditangani secara bijaksana.
Penilaian yang dilakukan oleh seorang murabbi harus secara ilmiyah dan objektif
dengan berpegang kepada kaidah-kaidah penilaian yang betul, bukan berasaskan andaian dan
emosi.
7) Murabbi harus mampu membina hubungan kasih sayang.
Hubungan antara murabbi dan mutarabbi adalah berdasarkan cinta dan kasih sayang
kerana Allah Subhanahuwataala. Murabbi yang tidak dapat menanamkan kasih sayang ke
dalam jiwa mutarabbinya, akan mengakibatkan pesanan dan pelajarannya tidak berkesan di
hati mutarabbi apatah lagi untuk menjadikan pesanan dan pelajaran itu benar-benar tertanam
di dalam hatinya. Firman Allah Subhanahuwataala:

Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Kerana itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepadaNya. (Ali Imran : 159)

Sarana Tarbiyah
Apa yang dimaksud dengan sarana tarbiyah ?
Manhaj Tarbiyah 1421 H mencatat bahwa yang dimaksud dengan sarana tarbiyah
adalah program atau bentuk acara yang dijadikan media untuk merealisasikan kurikulum
tarbiyah. Sebagai sarana utama dalam tarbiyah adalah Halaqah. Sedangkan sarana
tambahannya berupa mabit/jalasah ruhiyah/lailatul katibah, tatsqif, rihlah, mukhayyam,
dauroh, seminar, talim dan penugasan.
Masing-masing sarana memerlukan pengelolaan yang tepat sesuai dengan peserta dan
sasaran yang ingin dicapai pada tiap-tiap marhalah. Pelibatan seluruh peserta dalam
pencapaian sasaran akan mempercepat pencapaiannya. Setiap sarana memiliki kekhasan
masing-masing sehingga para murobbi perlu cermat untuk memadukan ke seluruhan sarana
yang ada.
a. Halaqoh
Halaqoh adalah proses kegiatan tarbiyah dalam dinamika kelompok. Jumlah normal
satu halaqoh maksimal 12 orang. Murobbi diperkenankan paling banyak mentarbiyah 3
halaqah. Bagi halaqoh akhwat dengan peserta kaum ibu perlu dipertimbangkan masalah
jumlah. Biasanya kehadiran para ibu disertai dengan putra-putrinya yang masih kecil.
Murobbi, bekerjasama dengan para suami, perlu membuat sistem taawun yang dapat
membantu para ibu mengembangkan potensi dirinya secara proporsional.
Pengelolaan halaqoh bagi marhalah pemula dan muda bertumpu padamurobbi. Tetapi
dalam pelaksanaannya murobbi dapat melibatkan seluruh peserta memilih program-program
yang dianggap dapat mewujudnya tercapainya muwashaffat marhalah tersebut. Murobbi
dapat menugaskan salah seorang peserta untuk menjadi koordinator, mengatur alur informasi
sesama peserta. Menunjuk peserta lain yang bertugas mencatat absensi dan notulensi
pertemuan, serta peserta lain sebagai bendahara. Dapat pula ditambah beberapa penanggung
jawab program yang telah disepakati. Absensi dan notulensi dapat digunakan untuk
pengecekan silang terhadap catatan murobbidalam proses takwim.
Baramij adalah acara yang mesti diikuti dalam melaksanakan halaqah dengan tertib,
sehingga terealisir ahdaf halaqah. Baramij dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan
1. Iftitah

2. Tilawah dan tadabbur


3. Talaqqi madah
4. Mutabaah dan diskusi
5. Talimat
6. Ikhtitam
Talaqqi madah tidak berarti harus selalu satu arah dan berbentuk skematik, tetapi bisa
dilakukan dengan beberapa tahap yaitu penjelasan sasaran materi, pelibatan peserta, ceramah
atau dialog. Berikut ini contoh talaqqi untuk madahBirrul Walidain (1B081):
Peserta diminta untuk mengingat syair yang dirasa paling tepat untuk menggambarkan
perasaannya terhadap orang tua. Misalnya:kasih ibu.. kepada betatak terhingga sepanjang
masa. Hanya memberi tak harap kembali.. bagai sang surya menyinari dunia (diambil dari
syair lagu anak-anak)
Dilakukan dialog tentang alasan pemilihan syair tersebut
Penjelasan materi
Diskusi dengan melibatkan perasaan peserta.
b. Tarbiyah Fardiyah
Dilakukan bagi peserta yang karena satu dan lain hal tidak dapat bergabung dengan
peserta lain dalam halaqoh. Tarbiyah Fardiyah hanya berlaku bagi marhalah tamhidi dan
muayyid. Seorang murobbi paling banyak melakukan tarbiyah fardiyah pada 3 orang.
c. Mabit/Lailatul Katibah & Jalsah Ruhiyah
Dilakukan dengan prioritas bagi tarbiyah ruhiyah setiap peserta dengan acara
menginap bersama, kecuali untuk akhwat. Program yang dijalankan adalah menghidupkan
malam dalam upaya meningkatkan kualitas hubungan dengan Allah swt. dan meningkatkan
upaya meneladani dan mencintai Rasulullah Saw, mengeratkan ukhuwwah, meningkatkan
akhlaq rabbaniyah dan menambah bekalan dawah.
d. Tarbiyah Tsaqofiyah (tatsqif)
Tatsqif adalah proses pembentukan syakhsiyah Islamiyah mutakamilah yang bersifat
ilzami melalui melalui pembekalan ulum Islamiyah kepada peserta. Selain kehadiran dan
talaqqi, partisipasi aktif peserta sangat menunjang

peningkatan pemahaman. Mengkaji

maraji yang disarankan, mendiskusikan hal-hal praktis yang berkaitan dengan madah yang
disampaikan dapat menjadikannya sebagai ilmu yang terinternalisasi bagi peserta.
e. Dauroh/Kursus
Dauroh adalah forum khusus untuk mempelajari keahlian atau ketrampilan tertentu.
Diikuti oleh peserta dengan persyaratan tertentu dan dilaksanakan dalam waktu yang relatif
lama. Sebelum mengikuti dauroh ini sebaiknya diberi pemahaman akan pentingnya
keterlibatan dalam dauroh ini. Juga sangat baik bila peserta yang merasakan sendiri
kebutuhan akan keahlian tertentu sehingga muncul keinginan untuk meningkatkan
ketrampilannya.
f. Rihlah
Rihlah adalah suatu perjalanan rekreasi yang bersifat tarbawi, manhaji dan tanzimi
dengan kegiatan yang disiapkan untuk mencapai sasaran pemulihan dan penyegaran potensi
ruhi, fikri dan jasadi serta penguatan hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan. Rihlah
diikuti keluarga masing-masing peserta, dilaksanakan minimal satu tahun sekali dan
mengutamakan kesempatan rekreasi bagi ummahat.
g. Mukhayyam
Mukhayyam adalah sarana penghimpunan, pelatihan dan pengarahan peserta dalam
rangka menerapkan nilai Islam pada aktifitas kehidupannya.
Anasir Acara yang diselenggarakan terdiri atas unsur riyadhi, askari, ruhi dan fikri.
h. Talim
Talim adalah bentuk penyampaian mawad tarbiyah tsaqofiyah sekaligus tarbiyah
jamahiriyah yang diselenggarakan melalui sarana-sarana umum seperti masjid atau majelis
talim.

Profil Halaqah
Pengertian Halaqah
Salah satu sarana untuk merealisasikan tujuan tarbiyyah, yakni teciptanya
syakhsiyyah Islamiyyah. Sarana yang lainnya, yang tak kalah pentingnya adalah rihlah,
mukhayyam, dauroh, seminar, talim dan penugasan.
Halaqah bertujuan mengokohkan hubungan manusia dengan Allah SWT melalui
ibadah yang dicontohkan oleh Rasul. Karena ibadah adalah tujuan asasi diciptakannya
manusia. (Dr. Abdullah Qadiri: Adab Halaqah)
Halaqah sebagai sarana pembentukan Syakhsiyyah Islamiyyah
10 karakteristik Syakhsiyyah Islamiyyah:
1. Salimul Aqidah
a) Menjadikan Al Quran dan sunnah sebagai rujukan utama.
b) Tidak berhubungan dengan jin.
c) Tidak meramal nasib dan pergi ke dukun.
d) Tidak meminta berkah kepada kuburan atau pada orang yang telah mati.

2. Sahihul Ibadah
a) berani mengumandangkan azan
b) ihsan dalam thaharah
c) bersemangat shalat berjamaah di masjid.
d) ihsan dalam shalat.
e) puasa fardhu
f) berzakat
g) qiyamullail sekali dalam sepekan.

3. Matiinul Khuluq
a) tidak takabbur.
b) tidak immaah (asal ikut, membeo)
c) tidak berdusta
d) tidak mencaci
e) tidak mengadu domba

f) tidak ghibah
g) tidak mematahkan pembicaraan orang lain.
4. Qadirun ala Kasbihi
a) menjauhi sumber penghasilan yang haram.
b) giat bekerja dan rajin membayar zakat
c) menjauhi riba, judi dan segala bentuk penipuan.

5. Mutsaqaful Fikri
a) pandai, cakap membaca dan menulis.
b) berwawasan luas.
c) pandai menggunakan logika berfikir logis dan metodologis.
d) membaca 1 juz tafsir Al Quran (juz 30)
e) memperhatikan hukum-hukum tilawah
f) menghafal hadits arbain (1-20)
g) mengetahui hukum thaharah, shalat dan puasa.

6. Qawiyyul Jism
a) Kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggal.
b) komitmen terhadap adab makan dan minum sesuai sunnah.
c) olah raga 2 jam setiap pekan.
d) bangun sebelum fajr.
e) menghindari rokok dan minuman berkafein.

7. Mujahidun Linafsihi
menjauhi segala yang haram, tempat-tempat hiburan dan mashiyat.
8. Munazhamu fi syuunihi
a) memperbaiki penampilan ke arah yang lebih Islami
b) Bekerja dengan rapi dan profesional.
9. Haritsun ala Waqtihi
a) senantiasa bangun pagi.
b) menghindari kesia-siaan atau hal-hal yang tak berfaedah.

c) memanfaatkan waktu untuk beribadah, belajar, mencari nafkah dan berdakwah.


10. Naafiun Lighairihi
a) menunaikan hak kedua orang tua.
b) berapartisipasi dalam kebaikan (bakti sosial, kerja bakti dan sebagainya).
c) membahagiakan orang lain.
d) membantu orang yang membutuhkan.
Rukun Halaqah

Sesuatu yang mesti wujud dalam halaqah sehingga halaqah menjadi efektif dan
produktif.

Setiap anggota harus berusaha untuk mewujudkan hal ini dalam proses halaqah.

1. Taaruf
a) Dasar dakwah kita adalah saling mengenal. Hendaknya setiap anggota halaqah saling
mengenal dan berkasih sayang dibawah naungan ridho Allah SWT.
b) Taaruf melingkupi pengenalan terhadap fisik, psikis, emosi, orientasi pemikiran,
kondisi keluarga dan sebagainya.

2. Tafahum
Yang dimaksud dengan tafahum adalah:
a) Menghilangkan faktor-faktor penyebab kekeringan dan keretakan hubungan.
b) Cinta kasih dan lembut hati.
c) Melenyapkan perpecahan dan perselisihan.

3. Takaful
Takaful memiliki tahapan:
a) Saling mencintai, adanya kasih sayang dan keterkaitan hati.
b) Bahu membahu dalam berbagai pekerjaan yang banyak menuntut energi.
c) Tolong menolong sesama muslim
d) Saling menjamin
Adab Halaqah

Serius dalam segala urusan, menjauhi senda gurau dan orang-orang yang banyak
bergurau.
Berkemauan keras untuk memahami aqidah salafush shalih
Istiqamah dalam berusaha memahami kitab Allah dan sunnah rasulnya dengan jalan
banyak membaca, mentadabburi ayat-ayat Allah dan sebagainya.
Menjauhi sifat taasub (fanatisme buta) yang membuat orang taqlid pada seseorang atau
golongan tertentu.
Majlis halaqah hendaknya dibersihkan dari kebusukan ghibah dan namimah terhadap
seseorang atau jamaah tertentu.
Melakukan ishlah terhadap murobbi atau mutarobbi secara tepat dan bijak karena
tujuannya untuk mengingatkan bukan mengadili.
Tidak menyia-nyiakan waktu.

Vous aimerez peut-être aussi