Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman, informasi dan gambaran dalam merawat klien
dengan stroke non hemoragik dengan benar.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan troke non hemoragik
dengan benar.
b. Mampu mementukan masalah keperawatan klien dengan stroke non
hemoragik dengan benar.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan klien dengan stroke non
hemoragik dengan benar.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan stroke
non hemoragik dengan benar.
D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ilmiah ini dengan metode deskriptif yaitu :
1. Studi Kepustakaan untuk memperoleh konsep dasar ilmiah yaitu dengan
mempelajari buku-buku pedoman yang berhubungan dengan permasalahan
yang sesuai dengan makalah ilmiah yang disusun.
2. Studi kasus yang meliputi pengamatan secara langsung maupun tidak langsung
pada klien melalui wawancara, pemeliharaan fisik, catatan medis, informasu
dari rekan sejawat maupun tim medis lainnya.
E. Sistematika Penulisan
Bab I
Bab II
Bab III
: Tinjauan
kasus
yang
terdiri
atas
pengkajian,
diagnosa
Bab V
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Pengertian stroke menurut beberapa ahli yaitu :
a. Stroke atau Cerebra Vascular Accident (CVA) adalah gangguan suplay
oksigen ke sel-sel saraf yang dapat disebabkan oleh sumbatan atau
pecahnya satu atau lebih pembuluh darah yang memperdarahi otak dan
terjadi dengan tiba-tiba. (Luckman and Sorensen, Medical Surgical
Nursing, 1993)
b. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah kebagian otak yang disebabkan oleh
trombosis, embolisme, iskemia, perdarahan serebral. (Suzanne C.S and
Brenda G.B, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 2002)
c. Stroke adalah defisit neurologi yang mempunyai awitan mendadak dan
berlangsung 24 jan sebagai akibat daru cerebro vaskules disease
(CVD), stroke disebabkan oleh obstruksi vaskuler (trombi.emboli)
mengakibatkan iskemia dan infark. (Hudak and Gallo, Keperawatan
Kritis,1996).
2. Patofisiologi
a. Etiologi
Stroke sebagian besar disebabkan oleh adanya arteriosklerosis
(trombosis), embolisme serebral, iskemia serebral dan perdarahan serebal.
Trombosis serebral Arteriasklerasis serebral dan perlambatan
sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosit serebral, yang
adalah penyebab paling umum dari stroke.
Embolisme serebral, disebabkan karena abnormalitas patologik
pada jantung kita, seperti endokarditis infektif, penyakit jantung
reumatik, dan infark mokard, serta infeksi pulmonal yang merupakan
tempat asal dari emboli.
Iskemia serebral Insufisiensi suplai darah keotak terutama
karena kontriksi oteroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
Hemoragi serebral, dapat dibagi menjadi hemoragi ekstradural/
epidural yaitu perdarahan di antara tulang tengkorak bagian dalam
keadaan dura meter. Hemoragi subdural yaitu perdarahan didalam
ruang subarchnoid yang dapat terjadi sebagai akibat trauma atau
hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme
pada area sirkulus willisi dan mal formasi arteri vena kongenital pada
otak. Hemoragi intra serebal yaitu perdarahan yang terjadi di dalam
otak atau jaringan serebral dengan perubahan struktur sekitarnya.
d. Proses Penyakit
Stroke disebabkan karena adanya cerebrovaskuler disease
(CVD) antara lain adalah obstruksi vaskuler (trombi atau emboli) yang
mengakibatkan iskemia dan infark serta stroke haemorrhagic yang
diakibatkan oleh penyakit vaskuler hipertensif (yang menyebabkan
haemorrhagic intra serebral), ruptur aneurisma atau malformasi
arteriovena (MAV). Masing-masing dari jenis stroke memiliki waktu
terjadi yang khas.
Jika aliran darah kesetiap bagian otak tersumbat karena trombus
atau embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak.
Bila aliran darah ke otak berkurang sampai 24-30 Ml/100 gram selama
satu menit dapat mengarah pada gejala yang dapat pulih, seperti
kehilangan kesadaran. Kekurangan oksigen dalam waktu yang lama
dan suplai darah kurang dari 16 ml/100 gram dapat menyebabkan
nekrosis mikroskop neuron-neuron, area nekrotik disebut infark.
Kekurangan oksigen dapat disebabkan karena iskemia umum
(henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena proses anemia atau
kesukaran bernafas. Jika neuron hanya mengalami iskemik dan belum
terjadi nekrosis, maka mesin ada peluang untuk menyelamatkannya.
Situasi ini analog dengan cedera fokal yang diakibatkan oleh infark
miokard. Suatu sumbatan pada arteri koroner dapat mengakibatkan
10
suatu area infark jaringan. Jaringan iskemia ini seperti halnya pada
otak, dapat diselamatkan dengan tindakan yang sesuai atau mati karena
peristiwa sekunder.
Hipertensi
Plaque
Artherosklerosis
Vasuspasmus
Penyakit Jantung
Kongestif
Artero
Sklerosis
Embolisme
Perdarahan Intra
Serebral
Trombus/plaque
Arthero
Sklerotique
Oklusi/sumbatan
Aliran darah
Cerebral blood flow
Menurun
Aktivitas elektrolit
Terganggu
Pompa natrium dan
Kalium gagal
Ischemia
Infark Jaringan
Stroke
11
e. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Hudak & Gallo, keperawatan Kritis
tahun 1996 yaitu :
Vasospasme biasanya terjadi dari 3 sampai 12 hari setelah
hemoragic subarakhnoid. Insiden puncaknya adalah antara hari 4
sampai hari ke 8, meskipun ada beberapa variasi. Vasospasme
merupakan signifikan klinis. Karena hal ini menurunkan aliran darah
serebral, mengganggu oksigen jaringan otak dan meningkat-kan
akumulasi sampah metabolik seperti asam laktat.
Hidrosefalus menandakan adanya ketidakseimbangan antara
pembentukan dan reabsorbsi dari cairan cerebrospinalis (CSS). Jika
terdapat darah pada ruang subarakhoid, maka sel-sel darah merah
tersebut dapat menyumbat saluran kecil yang menuju satu ventrikel ke
ventrikel lain. Jika itu terjadi maka berkembang hidrosefalus obstruksi
pada klien sehingga akan menyumbat aliran CSS.
Distritmia jenis apa saja dapat terjadi pada klien dengan
hemoragic subarakhnoid, mungkin karena darah dalam CSS yang
membasahi batang otak mengiritasi area tersebut. Batang otak
mempengaruhi frekuensi jantung, sehingga adanya iritasi kimia dapat
mengakibat-kan ketidak teraturan ritme jantung.
12
13
Tahap
ini
penatalaksanaannya
dengan
program
yang
14
kolaborai
dnegan
pihak
fisioterapi
dalam
program
rehabilitasi pasien.
(Wahyu Widagdo, 1995, Asuhan Keperawatan Sistem Persarafan).
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan stroke meliputi :
a. Tingkat Kesadaran
Kualitas
mendasar
dan
kesadaran
pasien
merupakan
parameter
paling
penting
parameter
yang
paling
membutuhkan
15
gerakan. Pada setiap kategori respon terbaik dibuatkan nilai. Nilai total
maksimum untuk sadar penuh dan terjaga adalah 15. Nilai minimum 3
menandakan pasien tidak memberikan respon. Suatu nilai keseluruhan
8 atau dibawahnya berhubungan dengan koma, jika tertahan selama
waktu yang lama mungkin ini menjadi prediktor buruknya pemulihan
fungsi.
Skala Koma Glasgow (SKG)
Respon Membuka Mata
Spontan
Terhadap bicara
Terhadap nyeri
Tidak ada respon
Nilai
4
3
2
1
Respon Verbal
Teroientasi
Percakapan yang membingungkan
Penggunaan kata-kata yang tidak sesuai.
Suara mengguman
Tidak ada respon
Respon Motorik
Mengikuti perintah
Menunjukkan tempat rangsangan
Menghindar dari stimulasi
Fleksi abnormal (dekorfikasi)
Ekstensi abnormal (deserebrasi)
Tidak ada respon
16
Nilai
5
4
3
2
1
Nilai
6
5
4
3
2
1
17
penyakit
jantung
18
vaskular,
gagal
jantung
kronik,
dengan
hipertensi
arterial,
nadi
(frekuensi
dapat
19
20
9) Keamanan
Tanda yang ditemukan yaitu motorik atau sensorik : masalah
dengan penglihatan, perubahan persepsi terhadap orientasi tempat
tubuh yang sakit, hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang
sakit, tidak mampu mengenali objek, warna, kata dan wajah yang
pernah dikenal, gangguan koresponden terhadap panas dan dingin,
kesulitan dalam menelan, gangguan dalam memutuskan, perhatian
sedikit terhadap keamanan dan tidak sabar/kurang kesadaran diri.
10) Interaksi Sosial
Tanda pada interaksi sosial meliputi masalah bicara, ketidakmampu
an untuk berkomunikasi.
11) Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala yang ada yaitu riwayat hipertensi pada keluarga, stroke,
pemakaian kontrasepsi oral dan kecanduan alkohol.
(Marylin E. Doenges, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3)
d. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan
stroke menurut Marylin E. Doengoes, 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan yaitu :
Angiografi Serebral adalah alat yang digunakan untuk
menyelidiki penyakit vaskuler, aneurisma dan malformasi arteriovena.
21
22
Tengkorak
menggambarkan
perubahan
kelenjar
yang
mendukung
dalam
melindungi
23
Vasodilator
Meningkatkan aliran darah otak dan tidak ada efek sama
sekali pada pembuluh darah cerebral, terutama bila diberikan
secara oral (asam nikotimat tolazolin, papaverin).
Anti Koagulasi
Pemberian obat ini bertujuan untuk mencegah timbulnya
trombo dan mengurangi emboli, antara lain aspirin.
Hiperosmoral
Golongan ini digunakan untuk mencegah timbulnya edema
pada otak, antara lain : larutan urea 30%, manitol 20% dan
dexamethasone.
Vasopresor
Berfungsi untuk memelihara tekanan perfusi otak secara
optimal.
Hemodilusi
Golongan obat ini bertujuan untuk menentukan viskositas
darah.
(2) Diit
Dengan memperhatikan jenis dan bentuk makanan. Modifikasi
pola makanan sesuai diit menurut penyakit yang diderita,
misalnya : hipertensi, kerusakan toleransi gula, arteriosklerosis,
24
Pembedahan
by
pass
kranial
mencakup
pembentukan
25
neuromuskiler
fasial,
kehilangan
tonus/kontrol
otot
Ketidakmampuan untuk bicara, menemukan dan menyebutkan katakata, ketidakmampuan menghasilkan komunikasi tertulis.
26
Dispagia.
27
28
29
30
paling
beresiko
untuk
terjadinya
penurunan
31
Kolaborasi dengan ahli terapi wicara dengan rasional untuk memfasilitasi klien dalam mengatasi dan mengidentifikasi kekurangan/
kebutuhan terapi.
32
Intervensi :
-
akan
dilakukan
dengan
rasional
membantu
klien
33
Intervensi :
-
Monitor dan catat inkontinensia urine dengan rasional mengidentifikasi fungsi kandung kemih, fungsi ginjal dan keseimbangan cairan.
f. Kurang
perawatan
diri
berhubungan
dengan
kelemahan
atau
34
35
Intervensi :
-
Pantau gangguan tidur, meningkatnya kesulitan untuk berkonsentrasi, pernyataan ketidakmampuan untuk mengatasi sesuati, letargi
dan menarik diri dengan rasional mungkin merupakan indikasi
serangan depresi (adanya pengaruh stroke).
36
Sediakan alat bantu mobilisasi seperti tongkat dan alat bantu untuk
berjalan dengan rasional penyediaan alat bantu dapat membantu
klien melakukan aktifitas.
37
38
Intervensi :
-
4. Evaluasi
Evaluasi pada klien dengan stroke menurut Marylin E. Doengoes,
2000, Rencana Asuhan Keperawatan meliputi :
39
40
41
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini, penulis menyajikan asuhan keperawatan pada klien Tn. S
dengan stroke non Hemoragik di Ruang Deviacita Rumah Sakit Kepolisian Pusat
Raden Said Sukanto yang selama 3 x 24 jam, mulai tanggal 18 Juni 2003 sampai
dengan 20 Juni 2003, menggunakan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
A.
Pengkajian
1. Data Dasar
a. Identitas Pasien
Klien bernama Tn. S umur 58 tahun, status perkawinan
menikah. Agama yang dianut klien Islam, pendidikan terakhir SMA.
Klien seorang pensiunan sipil AD. Klien bertempat tinggal di Cijantung
RT.05, RW.04 No. 5 Pasar Rebo Jakarta Timur.
b. Riwayat Keperawatan
1)
42
3)
43
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Penderita Stroke
= Riwayat hipertensi
= Meninggal
= Keturunan
= Hubungan perkawinan
= Tinggal dalam satu rumah
Klien merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Istri
Klien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Klien menikah
dan mempunyai tiga orang anak. Klien tinggal dengan istri dan
kedua anaknya. Kedua orang tua klien sudah meninggal dan ayah
klien mempunyai riwayat hipertensi dan stroke.
4)
44
keterangan
yang
diperoleh,
disekitar
45
46
Sistem Penglihatan
Pada sistem penglihatan tidak ditemukan kelainan fungsi
penglihatan visus mata kiri 4/60 dan mata kanan 4/60, posisi mata
simetris, pergerakan bola mata mampu digerakkan sesuai perintah,
konjungtiva merah muda, pupil isokor dengan diameter 2-3 mm,
reaksi pupil terhadap cahaya baik, sklera anikterik, dan klien
memakai kacamata lensa positif.
47
2)
Sistem Pendengaran
Pada sistem pendengaran tidak didapatkan kelainan, telinga
tidak tampak pembengkakan ataupun peradangan. Produksi
serumen warna kuning, padat, bau tidak sedap. Fungsi pendengaran
dalam batas normal, klien mampu mendengar dengan jelas saat
dipanggil namanya. Klien tidak merasakan tinitus maupun perasaan
penuh ditelinga.
3)
Sistem Wicara
Klien masih sedikit pelo tetapi bicaranya dapat dimengerti,
jelas dan dapat mengatakan huruf konsonan r dan vokal a, i, u, e,
o dengan baik, mulut dan lidah masih sedikit mencong ke kanan.
4)
Sistem Pernapasan
Pada sistem pernapasan didapatkan frekuensi pernapasan 24
x/menit, suara nafas vesikuler, irama teratur dan dalam, tidak ada
sumbatan jalan nafas dan produksi sputum tidak ada.
5)
Sistem Kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler didapatkan nadi 84 x/menit,
irama teratur dan denyut kuat. Tekanan darah 160/100 mmHg.
Tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat, tidak
pucat, pengisian kapiler 2 detik, tidak ada edema, kecepatan denyut
48
Sistem Hematologis
Pada sistem hematologis tidak ada pembesaran pada hepar
dan limfa. Pada tanggal 18 Juni 2003 tidak dilakukan pemeriksaan
laboratorium, namun hasil pemeriksaan darah tanggal 16-6-2003
menunjukkan Hb : 15 gr/dl, lekosit 9800 /mm3, LED : 6 mm/1 jam.
49
1111 5555
1111 5555
Dalam perawatan diri seperti mandi, makan, buang air kecil dan
buang air besar dibantu oleh anak dan istrinya.
50
51
52
didapat kesan sinus ritme dan old infark inferior. Infus dilepas tanggal 166-2003 dan kateter dilepas tanggal 17-6-2003.
Pada tanggal 18-6-2003 pukul 07.00 WIB dilakukan pengkajian
dengan keluhan ekstremitas kanan atas dan bawah sulit digerakkan/
lumpuh, bicara agak pelo, badan lemah, kesadaran compos mentis. Hasil
observasi tanda-tanda vital TD : 160/100 mmHg, N : 84 x/menit, suhu :
36,5 0C, RR : 24 x/menit. Diet MBRG II 1700 kalori. Therapi yang didapat
Nootropil 3 x 1200 gr, Gastridin 2 x 1 tab. Neurobion 3 x 1 tab, captorpil 2
x 25 mg bila tekanan darah lebih dari 160/100 mmHg, fasorbid 3 x 5 mg,
infus dan kateter telah dilepas.
3. Data Fokus
Berdasarkan pengkajian tanggal 18-6-2003 diperoleh data fokus
sebagai berikut :
a.
Data Subyektif
Pada saat pengkajian didapatkan klien mengeluh tangan dan
kaki kanannya lumpuh, klien mengatakan bila makan, buang air besar,
kencing dan mandi dibantu istri dan anaknya. Klien mengatakan
memiliki riwayat hipertensi, kontrol setiap1 bulan sekali tetapi tidak
teratur minum obat. Klien mengatakan ini adalah serangan stroke
pertama. Klien menanyakan tentang perawatan dan pencegahan
penyakit stroke.
53
b. Data Obyektif
Berdasarkan pengamatan dan pemeriksaan fisik terhadap Tn. S
diperoleh data bahwa keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran
compos mentis dengan penilaian tingkat kesadaran E 4M6V5 = 15.
observasi tanda-tanda vital : Tekanan darah : 160/100 mmHg, nadi 84
x/menit, suhu 36,5 0C, frekuensi pernafasan 24 x/menit.
Pada sistem wicara klien bicara masih agak pelo tetapi dapat
mengucapkan huruf konsonan r dan vokal a, i , u, e, o dengan baik,
mulut dan lidah masih sedikit mencong ke kanan.
Pada pemeriksaan sistem penglihatan reflek pupil terhadap
cahaya baik, posisi mata simetris, pergerakan bola mata mampu
digerakkan sesuai perintah, pupil isokor dengan diameter 2 3 mm
pada mata kanan dan kiri, sklera anikterik dan klien memakai kaca
mata lensa positif (+).
Pada sistem muskuloskeletal klien mengalami kelumpuhan pada
tangan dan kaki kanan dengan kekuatan otot =
1111 5555
1111 5555
54
riwayat penyakit hipertensi yang diderita Tn. S dan klien tidak teratur
minum obat.
Hasil pemeriksaan CT Scan pada tanggal 13-6-2003 menunjuk
kan infark iskemik parietalis kiri. Hasil pemeriksaan EKG tanggal
13-6-2003 menunjukkan sinus ritme dan old infark inferior. Therapi
yang didapat adalah Nootropil 3 x 1200 gr, neurobion 3 x 1 tab,
captopril 2 x 25 mg bila tekanan darah lebih dari 160/100 mmHg,
Tarontal 400 2 x 1 tablet.
4. Analisa Data
Adapun analisa data terhadap data fokus yang diperoleh dalam
pengkajian Tn. S dengan stroke non Hemoragik pada tanggal 18 Juni 2003
adalah :
a.
16-3-2003 tampak
55
d.
56
B.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
diagnosa keperawatan yang timbul pada Tn. S dengan stroke non hemoragik :
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan kurangnya
sirkulasi darah serebral ditandai dengan :
Data subyektif : Klien mengeluh lemas.
Data Obyektif : Observasi tanda-tanda vital : tekanan darah : 160/100
mmHg, suhu : 36,5 0C, nadi : 84 x/menit, frekuensi
pernafasan : 24 x/menit, GCS : E4M6V5, Hasil CT Scan
tanggal 13-6-2003 : tampak infark iskemik parietalis
kiri.
2. Ketidakmampuan melakukan perawatan diri (mandi, ganti baju, BAK,
BAB, nutrisi) berhubungan dengan kelumpuhan anggota gerak tubuh
(hemiplegi) ditandai dengan :
Data subyektif : Klien mengatakan bila aktivitas dibantu.
Data Obyektif : Tangan dan kaki kanan tampak lumpuh, tampak klien
dibantu dalam aktivitas oleh istri dan anaknya seperti
mandi, buang air kecil, buang air besar, makan dan
minum.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan anggota gerak
tubuh kanan ditandai dengan :
57
Data subyektif : Klien mengatakan tangan dan kaki kanan terasa lumpuh
Data Obyektif : Tampak
kekuatan otot =
klien lemah,
1111 5555
1111 5555
1111 5555
klien
bertanya
tentang
perawatan
dan
Perencanaan
Adapun rencana Asuhan Keperawatan pada klien Tn. S dengan stroke
non hemoragik sesuai dengan prioritas adalah sebagai berikut :
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan kurangnya
sirkulasi darah ke serebral.
58
Tujuan :
Kriteria Hasil
Intervensi
59
Tujuan :
Kriteria Hasil
Intervensi
60
Kriteria Hasil
meningkat
2222 5555
Kriteria Hasil
Intervensi
2222 5555
2222 5555
pengaman
tempat
tidur,
meletakkan
61
klien
memahami
tentang
perawatan
dan
pencegahan penyakitnya.
Kriteria Hasil
tanda,
gejala
serta
pencegahan
Anjurkan
klien
menurunkan/membatasi
stimulasi
pada
klien
dan
keluarga
mengenai
keluarga
62
dan
klien
tentang
pentingnya
IMPLEMENTASI
Pada hari Rabu, 18 Juni 2003 dilakukan tindakan keperawatan sebagai
berikut :
Pukul 07.00 WIB, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
observasi tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah : 160/100 mmHg, nadi
84 x/menit, suhu : 36,5 0C, frekuensi pernapasan 24 x/menit. Tindakan
keperawatan tersebut untuk diagnosa keperawatan 1.
Pukul 08.00 WIB, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
memandikan pasien bersama keluarga dengan hasil klien merasa nyaman dan
mengucapkan terima kasih. Tindakan keperawatan tersebut untuk diagnosa
keperawatan 2, 3 dan 4.
Pukul 08.30 WIB, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
merapikan tempat tidur pasien dan mengganti alat tenun yang kotor dengan
hasil alat tenun telah diganti. Tindakan keperawatan tersebut untuk diagnosa
keperawatan 2 dan 3.
Pukul 08.45 WIB, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
merubah posisi klien tiap 2 jam sekali dan memasang pengaman tempat tidur
63
dengan hasil klien merubah posisi dengan berpegangan pada pengaman tempat
tidur. Tindakan keperawatan tersebut untuk diagnosa keperawatan 4.
Pukul 09.00 WIB, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
menganjurkan kepada klien untuk tidak mengejan saat BAB dan BAK dengan
hasil klien mengerti akan anjuran yang diberikan. Tindakan keperawatan
tersebut untuk intervensi diagnosa 1 dan 2.
Pukul 11.00 WIB, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
menghidangkan makan diit MBRG II 1700 kalori dan penyiapan obat oral :
Nootropil 1 tab, neurobion 1 tab, Tarontal 1 tab dengan hasil klien makan
dibantu istrinya, tampak klien menghabiskan 1 porsi, obat oral diminum.
Tindakan keperawatan tersebut untuk intervensi diagnosa 1 dan 2 dan 4.
Pukul 13.00 WIB, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah melatih
klien gerak aktif dan pasif dengan hasil klien mampu melakukan gerakan
fleksi dan ekstensi pada tangan dan kaki kiri.klien mengatakan tangan dan
kakinya yang kanan belum bisa digerakkan. Tindakan kepera-watan tersebut
untuk intervensi diagnosa keperawatan 3.
Pukul 15.00 WIB, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
observasi tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah : 150/100 mmHg,
nadi: 88 x/menit, Suhu : 36,5 0C, Frekuensi pernafasan : 22 x/menit. Tindakan
tersebut untuk intervensi diagnosa keperawatan 1.
64
65
66
1111 5555
2222 5555
67
1111 5555
2222 5555
68
Evaluasi
Tanggal 18 Juni 2003 :
Diagnosa Keperawatan 1 (Jam 15.00) :
S : Klien mengatakan lemas berkurang.
O : Hasil observasi tanda-tanda vital pukul 15.00 WIB diperoleh tekanan
darah : 150/100 mmHg, nadi : 88 x/menit, suhu : 36,5 0C, Frekuensi
Pernafasan : 22 x/menitt. Tingkat kesadaran compos mentis.
A : Masalah keperawatan gangguan perfusi jaringan serebal teratasi
sebagian.
P : Asuhan keperawatan pada klien dipertahankan : observasi tanda-tanda
vital, letakkan klien dalam posisi semi fowler, berikan obat oral sesuai
program.
Diagnosa Keperawatan 3 (Jam 15.00) :
S : Klien mengatakan tangan dan kaki kanannya lumpuh serta tidak bisa
digerakkan.
O : Klien tidak dapat menggerakkan kaki kanannya tetapi terlihat kontraksi.
Kekuatan otot =
1111 5555
1111 5555
69
1111 5555
1111 5555
70
alat bantu seperti tongkat, kursi roda bila tekanan darah klien stabil dan
tidak lemas
Tanggal 19 Juni 2003 :
Diagnosa Keperawatan 1 :
S : Klien mengatakan badannya masih lemah.
O : Hasil observasi tanda-tanda vital pukul 20.00 WIB, tekanan darah :
120/80 mmHg, nadi : 88 x/menit, suhu : 36 0C, frekuensi pernafasan : 20
x/menit, kesadaran : compos mentis.
A : Masalah keperawatan gangguan perfusi jaringan teratasi sebagian.
P : Asuhan keperawatan dipertahankan, observasi tanda-tanda vital,
meletakkan klien dalam posisi semi fowler, berikan obat oral sesuai
program (Nootropil 3 x 1200 gr, Neurobion 3 x 1 tab, Captopril 2 x 25
mg bila tekanan darah lebih dari 160/100 mmHg, Tarontal 2 x 1 tab).
Diagnosa Keperawatan 3 (Jam 17.00) :
S : Klien mengatakan tangan dan kakinya masih susah digerakkan.
O : Tampak klien dapat menggeser kaki kanan.
1111 5555
2222 5555
71
1111 5555
2222 5555
72
73
O : Tampak klien bisa menggeser kaki kanan dan menggerakkan jari tangan
kanan. Penilaian kekuatan otot =
1111 5555
2222 5555
1111 5555
2222 5555
Pada pukul 12.00 WIB. Terpasang pengaman tempat tidur dan saat
aktivitas menggunakan kursi roda.
A : Masalah keperawatan resiko tinggi cidera teratasi.
P : Tindakan keperawatan dipertahankan : bantu klien dalam beraktivitas,
latihan gerak aktif dan pasif 2 x sehari.
Diagnosa Keperawatan 2 (Jam 12.00) :
S : Klien mengatakan senang dan nyaman
O : Tampak klien bersih dan masih dibantu saat aktifitas
A : Masalah keperawatan ketidakmampuan melakukan perawatan diri
teratasi sebagian.
74
75
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terjadi
antara teori dan kasus. Adapun lingkup pembahasan mencakup tahap-tahap dalam
proses keperawatan yaitu :
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian klien Tn.S dengan stroke non hemoragik tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus mengenai etiologi dan faktor
predisposisi penyakitnya. Etiologi stroke pada kasus adalah trombosis
serebral, dan faktor predisposisinya adalah riwayat hipertensi dengan ketidak
teraturan minum obat dan cholesterol.
Menurut Suzane C. Smetzer dan Benda G. Bure dalam buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah ; Bruner and Suddart edisi 8 volume 3 tahun
2002, terdapat 6 manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada klien stroke
yaitu hemiplegi atau hemiparesis, disfagia, kehilangan komunikasi (disartria,
disfasia atau afasia, apraksia),
76
77
penatalaksanaan
medis
di
kasus
hanya
direncanakan
penatalaksanaan medis karena pasien termasuk pada fase rehabilitasi atau fase
pemulihan kondisi. Penatalaksanaan fase rehabilitasi meliputi evaluasi
kemampuan fisik pasien setelah terkena stroke baik kondisi intelektual,
programkan untuk rehabilitasi (latihan aktivitas sehari-hari), pendidikan
kesehatan tentang obat-obatan, latihan rentang gerak tubuh aktif dan pasif,
melibatkan tim kesehatan pada pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat
secara kontinyu dan kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam program
rehabilitasi klien.
Semua data yang diperoleh dalam pengkajian didokumentasikan sebagai
data dasar dan data fokus, kemudian dianalisa untuk menentukan masalah
keperawatan pada klien.
78
79
80
C. Perencanaan
Pada tahap perencanaan keperawatan secara teori maupun kasus sebagai
prioritas utama adalah gangguan perfusi jaringan serebral karena berkaitan erat
dengan sirkulasi dan oksigenasi jaringan serebral sebagai akibat dari sumbatan
pembuluh darah arteri yang mensuplai darah ke serebral. Jika tidak segera
diatasi maka dapat menimbulkan hipoksia jaringan serebral dan dalam 5-6
menit akan menimbulkan kerusakan jaringan otak. Perencanaan tersebut
dibuat sesuai tujuan dan kriteria hasil.
Penetapan tujuan dan kriteria hasil pada masing-masing diagnosa
keperawatan yang muncul pada Tn.S adalah masalah gangguan perfusi
jaringan serebral ditetapkan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan perfusi jaringan serebral adekuat dengan kriteria
hasil tanda-tanda vital stabil, badan tidak lemas. Penulis menetapkan tujuan
dan kriteria hasil tersebut karena masih adanya gangguan pada serebral yang
ditandai dengan hemiplegi/kelumpuhan Ekstremitas kanan, badan lemas dan
stabilnya tekanan darah klien 160/100 nnHg, nadi : 84 x mnt, suhu : 36 50C,
RRx/mnt, kesadaran compos mentis, GCS, E4M6V5 : 15. Melihat kenyataan
tersebut dengan memberikan asuhan keperawatan observasi tanda-tanda vital
tiap 6-8 jam, mempertahankan tirah baring, batasi pengunjung maupun
81
keperawatan
ketidakmampuan
melakukan
perawatan
diri
82
83
84
D. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan pada Tn. S disesuaikan dengan
intervensi yang telah ditetapkan. Namun tidak semua intervensi dapat
diimplementasikan pada Tn.S. Intervensi tersebut pada diagnosa keperawatan
2 yaitu kolaborasi dengan ahli fisioterapi mengenai latihan pergerakan dan
ambulasi klien karena melihat kondisi Tn.S yang masih lemah dan belum
stabilnya tekanan darah sehingga masalah latihan pergerakan tubuh (Range Of
Motion) pasif dilakukan perawat di ruangan, intervensi pada diagnosa kesatu
yaitu berikan obat sesuai program captopril 2 x 25 mg bila tekanan darah lebih
dari 160 / 100 mmHg karena selama implementasi 3 x 24 jam tidak didapatkan
tekanan darah klien lebih dari 160 / 100 mmHg sehingga obat aptopril tidak
diberikan.
Pendokumentasian setiap tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap
klien dicatat dalam catatan keperawatan sesuai dengan intervensi yang dibuat
pada masing-masing diagnosa keperawatan.
Faktor pendukung dalam implementasi tindakan keperawatan pada Tn.S
adalah sikap kooperatif dan partisipasi dari klien beserta keluarga dalam setiap
tindakan keperawatan, tersedianya peralatan perawatan dan dukungan dari
rekan sejawat.
85
E. Evaluasi
Berdasarkan evaluasi yang diperoleh dari 5 diagnosa keperawatan yang
muncul pada kasus Tn.S adalah 4 masalah keperawatan teratasi sebagian dan
tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu gangguan perfusi serebral, resiko
tinggi terhadap cedera jatuh ,gangguan mobilitas fisik dan ketidakmampuan
melakukan perawatan diri.Sedangkan 1 masalah keperawatan teratasi , yaitu
kurang pengetahuan tentang perawatan dan pencegahan penyakit stroke dan
tindakan keperawatan di hentikan.
Gangguan perfusi jaringan serebral teratasi karena kriteria hasil yang
diharapkan terhadap klien belum tercapai. Pada saat evaluasi klien tidak
lemas, observasi tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg, nadi : 84 x/mnt, suhu
360C, frekuensi pernafasan : 24 x/mnt dan pasien masih hemiplegi dextra.
Kerusakan mobilitas fisik teratasi sebagian karena pada saat evaluasi pada
tanggal 20 juni 2003 dalam melakukan aktivitas masih membutuhkan bantuan.
Namun dari hasil penilaian kekuatan otot pada tangan dan kaki kanan telah
menunjukkan peningkatan dengan klien dapat menggeser kaki kanan dan
1111 otot
5555
terlihat kontraksi pada jari tangan. Penilaian kekuatan
2222 5555
86
Resiko tinggi terhadap cedera jatuh teratasi sebagian karena pada saat di
lakukan evaluasi tanggal 20 Juni 2003 dalam melakukan aktivitas masih di
bantu,penilaian kekuatan otot
1111 5555
2222 5555
tempat tidur.
Pada tahap evaluasi Tn.S yang di lakukan selama 3 x 24 jam tidak
ditemukan adanya masalah keperawatan baru. Keberhasilan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada Tn.S dengan stroke non Hemoragik ditunjang oleh
beberapa faktor pendukung antara lain sikap kooperatif klien dan keluarga dalam
setiap tindakan keperawatan, tersedianya peralatan dan dukungan dari rekan
maupun tim medis lainnya.
87
88
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian tidak ditemukan kesenjangan antara kasus
dengan teori mengenai etiologi dan faktor predisposisi. Terdapat 2
manifestasi klinik yang ditemukan pada klien yaitu hemiplegi dan disartria.
Pada pemeriksaan diagnostik pada klien hanya dilakukan CT-Scan
dan pemeriksaan laboratorium. Untuk penatalaksanaan medis klien tidak
dilakukan pembedahan.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada perumusan diagnosa keperawatan terdapat 5 diagnosa yang
muncul pada kasus yaitu gangguan perfusi jaringan serebral, kurangnya
perawatan diri (BAB, BAK, makan, mandi, minum, berpakaian), gangguan
mobilitas fisik, resiko tinggi terjadinya cidera jatuh dan kurangnya
pengetahuan mengenai perawatan dan pencegahan penyakit stroke.
Sedangkan diagnosa yang tidak muncul adalah gangguan eliminasi
(inkontinensia), perubahan persepsi sensori visual, harga diri rendah dan
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
89
3. Perencanaan
Pada tahap perencanaan keperawatan antara teori dan kasus
didapatkan prioritas keperawatan yang sama yaitu gangguan perfusi
jaringan serebral. Masalah tersebut dijadikan prioritas keperawatan karena
berkaitan erat dengan sirkulasi dan oksigenasi jaringan serebral, maka jika
tidak segera ditangani akan dapat menimbulkan kematian jaringan serebral
yang permanen dan pada tahap selanjutnya menimbulkan kematian.
Dalam menentukan tujuan dan kriteria hasil penulis menetapkan
rentang waktu 3 x 24 jam untuk mengatasi 4 masalah keperawatan,
sedangkan untuk mengatasi masalah keperawatan kurang pengetahuan
tentang perawatan dan pencegahan penyakitnya ditetapkan selama 1 x 60
mnt diharapkan kriteria hasil dapat di capai. Intervensi keperawatan yang
disusun dalam kasus pada masing-masing diagnosa keperawatan sesuai
dengan teori yang ada.
4. Implementasi
Pada tahap implementasi tindakan keperawatan Tn.S disesuaikan
dengan intervensi yang telah ditetapkan. Namun tidak semua intervensi
dapat dilakukan, adapun intervensi yang belum dilaksanakan adalah
kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam latihan gerak dan ambulasi pasien
90
serta berikan obat sesuai program captopril bila tekanan darah lebih dari
160/100 mmHg.
5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi diperoleh 4 masalah keperawatan teratasi sebagian dan
tindakan keperawatan dipertahankan yaitu gangguan perfusi jaringan
serebral, resiko tinggi cedera : jatuh,gangguan mobilitas fisik dan
ketidakmampuan
melakukan
perawatan
diri
sedangkan
tindakan
keperawatan dilanjutkan meliputi latihan gerak aktif dan pasif dua kali
sehari dan perawatan diri ( mandi,makan,eliminasi BAB dan BAK ).1
masalah keperawatan teratasi dan tindakan di hentikan yaitu kurang
pengetahuan mengenai perawatan dan pencegahan stroke .
B.
Saran
Pada kesempatan ini penulis memberikan saran kepada rekan sejawat dan
91
92
DAFTAR PUSTAKA
93
pengetahuan
tentang
perawatan
dan
Sub Topik
: Hal yang perlu diketahui tentang pengertian, faktorfaktor resiko, tanda/gejala, pencegahan dan perawatan
di rumah.
Tempat
Hari / Tanggal
Waktu
: 1 x 60 menit.
I.
94
II.
Melatih pergerakan tubuh (ROM) aktif dan pasif setiap 2 kali sehari.
III. Materi
-
IV. Metode
-
Ceramah
Diskusi
Demonstrasi
95
V.
Flipchart
Papan Tempel
Spidol
Kegiatan
Penyuluhan
Pembukaan -
Inti
Sasaran
Mengucapkan salam
Menjawab salam.
Memperkenalkan diri.
Mendengarkan dan
Menyampaikan tujuan
kegiatan.
Menjelaskan materi
memperhatikan.
-
tentang :
Menyampaikan pendapat.
Mendengarkan dan
memperhatikan.
Pengertian penyakit
Waktu
10
Menit
20
menit
stroke.
Faktor-faktor resiko.
latihan pergerak-an
Pencegahan.
Perawatan
Melatih pergerakan
anggota tubuh (ROM)
3.
Penutup
96
20
untuk bertanya.
tanyaan.
Melakukan evaluasi.
menit
Mendengarkan dan
memperhatikan.
Menjawab pertanya-an.
Menjawab salam.
VII. Evaluasi
-
97
MATERI
1.
2.
Penyakit jantung.
Kegemukan
Stress emosional.
3.
Pusing
Berbicara pelo.
Pandangan kabur.
98
4.
Pencegahan
-
5.
Melakukan olah raga secara rutin dan teratur seperti jalan di pagi hari,
sepeda santai dll.
99