Vous êtes sur la page 1sur 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Pencampuran sediaan steril harus dilakukan secara terpusat di instalasi farmasi rumah sakit
untuk menghindari infeksi nosokomial dan terjadinya kesalahan pemberian obat.
Pencampuran sediaan steril merupakan rangkaian perubahan bentuk obat dari kondisi semula
menjadi produk baru dengan proses pelarutan atau penambahan bahan lain yang dilakukan
secara aseptis oleh apoteker di sarana pelayanan kesehatan (ASHP, 1985). Aseptis berarti
bebas mikroorganisme. Teknik aseptis didefinisikan sebagai prosedur kerja yang
meminimalisir kontaminan mikroorganisme dan dapat mengurangi risiko paparan terhadap
petugas. Kontaminan kemungkinan terbawa ke dalam daerah aseptis dari alat kesehatan,
sediaan obat, atau petugas jadi penting untuk mengontrol faktor-faktor ini selama proses
pengerjaan produk aseptis. Pencampuran sediaan steril harus memperhatikan perlindungan
produk dari kontaminasi mikroorganisme; sedangkan untuk penanganan sediaan
sitostatika selain kontaminasi juga memperhatikan perlindungan terhadap petugas, produk
dan lingkungan. Penanganan sediaan sitostatika yang aman perlu dilakukan secara disiplin
dan hati-hati untuk mencegah risiko yang tidak diinginkan, karena sebagian besar sediaan
sitostatika bersifat :
- Karsinogenik yang berarti dapat menyebabkan kanker.
- Mutagenik yang berarti dapat menyebabkan mutasi genetik.
- Teratogenik yang berarti dapat membahayakan janin.
Kemungkinan pemaparan yang berulang terhadap sejumlah kecil obat-obat kanker akan
mempunyai efek karsinogenik, mutagenik dan teratogenik yang tertunda lama di terhadap
petugas yang menyiapkan dan memberikan obatobat ini.
Adapun mekanisme cara terpaparnya obat kanker ke dalam tubuh adalah :
- Inhalasi Terhirup pada saat rekostitusi
- Absorpsi Masuk dalam kulit jika tertumpah
- Ingesti Kemungkinan masuk jika tertelan
Risiko yang tidak diinginkan dapat terjadi dalam transportasi, penyimpanan, pendistribusian,
rekonstitusi dan pemberian sediaan sitostatika.
Pencampuran sediaan steril memerlukan SDM yang terlatih, fasilitas dan peralatan serta
prosedur penanganan secara khusus.
1.2 Tujuan
a. Untuk memahami definisi dari aseptik.

b. Untuk mengetahui teknik dari metode aseptik.


c. Untuk mengetahui penatalaksanaan pembuatan sediaan secara aseptis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teknik Metode Aseptik
Teknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja atau praktek yang menjaga
sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi
terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan. Dasar digunakannya teknik aseptik adalah
adanya banyak partikel debu yang mengandung mikroorganisme (bakteri atau spora) yang
mungkin dapat masuk ke dalam cawan, mulut erlenmeyer, atau mengendap di area kerja.
Pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan ini dapat mempengaruhi atau mengganggu hasil
dari suatu percobaan. Mikroorganisme dapat juga jatuh dari tangan operator, sarung tangan
atau jas laboratorium karena pergerakan lengan yang relatif cepat. Penggunaan teknik aseptik
meminimalisir material yang digunakan terhadap agen pengontaminasi. Pada kenyataanya
teknik aspetis tidak dapat melindungi secara sempurna dari bahaya kontaminan. Namun
semakin banyak belajar dari pengalaman maka semakin mengurangi resiko yang ditimbulkan.
Teknik aseptis seharusnya digunakan saat kita bekerja dengan mikroorganisme hidup dan
dengan segala media pertumbuhannya, digunakan ketika kita tidak ingin larutan dari suatu
botol tidak berubah sifat akibat aktivitas mikroorganisme, seperti saat membuat buffer
meskipun buffer dengan konsentrasi garam tinggi atau mengandung deterjen. Selain itu,
teknik aseptis juga digunakan pada saat kita bekerja menggunakan agen atau senyawa yang
berbahaya seperti bahan kimia beracun atau bahan radioaktif. Tentu saja perlindungan diri
sendiri dari bahaya senyawa ini lebih penting. Teknik aseptik ini dilakukan guna melindungi
dari dari kontaminan. Sumber kontaminan sendiri ada beberapa macam, yaitu eksplan,
mikroba, alat kultur , lingkungan kerja dan kecerobohan pelaksanaan. Teknik aspetik sendiri
ada beberapa macam, yaitu terdiri dari beberapa teknik sterilisasi. Beberapa metode sterilisasi
tersebut, yaitu:
1) Panas Basah

Metode ini dengan menggunakan uap air. Misalnya dengan menggunakan autoclave. Pada
metode sterilisasi ini hampir semua mikroba mati pada suhu 121 derajat celcius. 2 Lamanya
wktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi tergantung pada volume yang akan disterilisasikan.
Jenis Waktu Suhu 20-75 ml 15-20 menit 121 C
75-100 ml 20-25 menit 121 C

500-5000 ml 25-35 menit 121 C


Alat gelas atau kertas 30 menit 121 C
2) Panas Kering
Metode sterilisasi ini menggunakan oven. Alat-alat yang dapat disterilisasikan adalah alat
yang tidak mudah terbakar. Lama pemanasannya sendiri adalah 45 menit pada suhu 160
derajat celcius.Tahapan sterilisasi menggunakan nyala adalah alat terlebih
dahulu dicelupkan ke dalam alkohol 70% kemudian dibakar. Sterilisasi ini digunakan
selama kegiatan inokulasi.
3) Bahan Kimia
Bahan kimia dipakai untuk sterilisasi permukaan saja, seperti material tanaman,
instrumen, tangan pekerja dan ruang atau kotak transfer. Bahan kimia yang biasana
digunakan adalah alkohol , kalsium hipoklorida, natrium hipoklorida, hidrogen
peroksida, sublimat dan chlorox.
4) Cahaya
Metode ini digunakan pada ruang dan kotak transfer dengan menggunakan sinar
ultraviolet.
Alat atau bagian-bagian yang harus disterilkan adalah
1) Sterilisasi Lingkungan Kerja
- Sterilisasi ruang penabur
Sterilisasi ini menggunakan sinar UV selama 1 sampai 1,5 jam
- Sterilisasi Entkas
Sterilisai ini dengan diberi formalin tablet terlebih dahulu sebelum digunakan, setelah itu
dilakukan penyemprotan dengan formalin 10 % dan alkohol 70% (perbandingan 1:1) selama
10 menit. 3
- Sterilisasi laminair air flow

Sterilisasi ini dilakukan dengan menyemprot alkohol 70% dan disinari lampu UV selama
setengah sampai satu jam sebelum penggunaan.
2) Sterilisasi Media dan Alat
- Dissecting set and Glass Ware
Sterilisasinya menggunakan autoclave 121 C sekitar 20 sampai 30 menit. Dissecting
set lalu disimpan di oven dengan suhu 106 C selama beberapa menit.
- Dissecting set (pinset dan gunting)
Sterilisasinya dilakukan dengan cara mencelupkan ke dalam alkohol 96 % lalu
dibakar terlebih dahulu sebelum digunakan.
3) Sterilisasi Eksplan
- Sterilisasi secara Mekanis
Sterilisasi ini digunakan untuk eksplan yang kerras dengan cara membakar di atas
bunsen.
- Sterilisasi dengan Kimiawi
Sterilisasi ini digunakan untuk eksplan yang lunak, misalnya daun, petiole, node, dan
lain-lain.
Prinsip-prinsip tindakan asepsis pada umumnya adalah
Semua benda yang menyentuh kulit yang merekah atau dimasukkan ke dalam kulit untuk
menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh, atau yang dimasukkan ke dalam rongga badan yang
dianggap steril, haruslah steril.
Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril.
Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang dengan demikian objek-objek itu
selalu akan terlihat jelas dan ini mencegah terjadinya kontaminasi diluar pengawasan.
Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang steril
Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas yang sudah steril

Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung pembungkusnya tidak
mengarah pada si petugas
Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek yang tidak steril
Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang sehingga cairan
desinfektan menyentuh bagian yang steril, maka forcep itu sudah tercemar

Gambar 1 Ruangan
A. Ruangan
1. Tata letak ruang
2. Jenis ruangan
Pencampuran sediaan steril memerlukan ruangan khusus dan
terkontrol. Ruangan ini terdiri dari :
a. Ruang persiapan
Ruangan yang digunakan untuk administrasi dan penyiapan alat
kesehatan dan bahan obat (etiket, pelabelan, penghitungan dosis
dan volume cairan).
b. Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian
Sebelum masuk ke ruang antara, petugas harus mencuci tangan,
ganti pakaian kerja dan memakai alat pelindung diri (APD).
c. Ruang antara (Ante room)
Petugas yang akan masuk ke ruang steril melalui suatu ruang
antara
d. Ruang steril (Clean room)

Ruangan steril harus memenuhi syarat sebagai berikut :


1) Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000
partikel
2) Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
3) Suhu 18 22C
4) Kelembaban 35 50%
5) Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter
6) Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari pada tekanan
udara di luar ruangan.
7) Pass box adalah tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan
dan bahan obat sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran.
Pass box ini terletak di antara ruang persiapan dan ruang steril.

Gambar 2. Pass Box


B. Peralatan
Peralatan yang harus dimiliki untuk melakukan pencampuran
sediaan steril meliputi :
1. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam pencampuran
sediaan steril meliputi :
a. Baju Pelindung
Baju Pelindung ini sebaiknya terbuat dari bahan yang impermeable
(tidak tembus cairan), tidak melepaskan serat kain, dengan lengan
panjang, bermanset dan tertutup di bagian depan.

b. Sarung tangan
Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang
minimal sehingga dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas
dan cukup panjang untuk menutup pergelangan tangan. Sarung
tangan terbuat dari latex dan tidak berbedak (powder free). Khusus
untuk penanganan sediaan sitostatika harus menggunakan dua lapis.
c. Kacamata pelindung
Hanya digunakan pada saat penanganan sediaan sitostatika
d. Masker disposible

2. Laminar Air flow (LAF) mempunyai sistem penyaringan ganda yang


memiliki efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat berfungsi sebagai (4) :
Penyaring bakteri dan bahan-bahan eksogen di udara.
Menjaga aliran udara yang konstan diluar lingkungan.
Mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAF.
Terdapat dua tipe LAF yang digunakan pada pencampuran sediaan
steril :
a. Aliran Udara Horizontal (Horizontal Air Flow).
Aliran udara langsung menuju ke depan, sehingga petugas tidak
terlindungi dari partikel ataupun uap yang berasal dari ampul atau

vial. Alat ini digunakan untuk pencampuran obat steril non


sitostatika.
b. Aliran Udara Vertikal (Vertical Air Flow). Aliran udara langsung
mengalir kebawah dan jauh dari petugas sehingga memberikan
lingkungan kerja yang lebih aman.
Untuk penanganan sediaan sitostatika menggunakan LAF vertikal
Biological Safety Cabinet (BSC) kelas II dengan syarat tekanan
udara di dalam BSC harus lebih negatif dari pada tekanan udara di
ruangan.
2.3. Teknik Aseptis
Langkah langkah pencampuran sediaan steril secara aseptis adalah :
A. Petugas harus mencuci tangan sesuai SOP (lampiran 1)

Gb. 6 . Mencuci tangan


PROSEDUR TETAP MENCUCI TANGAN
1. Basahi tangan dengan air bersih
2. Ambil sabun antiseptik
3. Gosok kedua telapak tangan bagian atas dan bawah serta diantara
jarijari
dan kuku selama 20 detik
4. Bilas tangan dengan air mengalir dan bersih selama 10 detik
5. Tutup kran dengan beralaskan lap bersih atau bila memungkinkan
dengan siku
6. Keringkan tangan dengan lap bersih atau pengering listrik
B. Petugas harus menggunakan APD sesuai SOP
PROSEDUR TETAP BERGANTI PAKAIAN
1. Memasuki ruangan steril harus melalui ruangan-ruangan ganti pakaian
dimana pakaian biasa diganti dengan pakaiAn pelindung khusus untuk
mengurangi pencemaran jasad renik dan partikel.

2. Pakaian steril hendaklah disimpan dan ditangani sedemikian rupa


setelah
dicuci dan disterilkan untuk mengurangi rekontaminasi jasad renik dan
debu.
3. Ruangan Ganti Pakaian Pertama
a. Mula-mula pakain biasa dilepaskan diruang ganti pakaian pertama.
Arloji dan perhiasan dilepaskan dan disimpan atau diserahkan
kepada petugas yang ditunjuk.
b. Pakaian dan sepatu hendaklah dilepas dan disimpan pada tempat
yang telah disediakan.
4. Ruangan Ganti Pakaian Kedua
a. Petugas hendaklah mencuci tangan dan lengan hingga siku tangan
dengan larutan desinfektan (yang setiap minggu diganti). Kaki
hendaklah dicuci dengan sabun dan air dan kemudian dibasuh
dengan larutan desinfektan.
b. Tangan dan lengan dikeringkan dengan pengering tangan listrik
otomatis. Sepasang pakaian steril diambil dari bungkusan dan
dipakai dengan cara berikut.
c. Penutup kepala hendaklah menutupi seluruh rambut dan diselipkan
ke dalam leher baju terusan. Penutup mulut hendaklah juga
menutupi janggut. Penutup kaki hendaklah menyelubungi seluruh
kaki dan ujung kaki.
d. Celana atau baju terusan (overall) diselipkan ke dalam penutup kaki.
Penutup kaki diikat sehingga tidak turun waktu bekerja. Ujung lengan
baju hendaklah diselipkan ke dalam sarung tangan. Kaca mata
pelindung dipakai pada tahap akhir ganti pakaian.
e. Sarung tangan dibasahi dengan alkohol 70 % atau larutan
desinfektan.
f. Membuka pintu untuk memasuki ruang penyangga udara dan ruang
steril hendaklah dengan menggunakan siku tangan dan
mendorongnya.
g. Setiap selesai bekerja dan meninggalkan ruangan steril petugas
melepaskan sarung tangan dan meletakkannya pada wadah yang
ditentukan untuk itu dan mengganti pakaian sebelum keluar dengan
urutan yang berlawanan ketika memasuki ruangan steril.
B. Masukkan semua bahan melalui Pass Box sesuai SOP
PROSEDUR TETAP PENGGUNAAN PASS BOX
Untuk passbox yang dilengkapi dengan UV
1. Hubungkan passbox dengan sumber listrik yang sesuai (jika passboxnya
automatik).
2. Nyalakan passbox dengan menekan tombol ON pada switch, lampu
indikator akan menyala.
3. Jika lampu hijau menyala, pintu passbox dalam keadaan tidak terkunci,
dan siap dibuka.
4. Masukkan alat dan bahan ke dalam passbox.
5. Tutup kembali pintu passbox.
6. Buka pintu passbox dari dalam ruangan steril
5. Keluarkan alat dan bahan dari dalam passbox dengan hati-hati.

Untuk passbox yang manual


1. Bersihkan passbox sesuai dengan prosedur tetap pembersihan passbox.
2. Buka pintu passbox (pastikan pintu passbox yang berada dalam ruang
steril dalam keadaan tertutup)
3. Masukkan alat dan bahan ke dalam passbox
4. Tutup kembali pintu passbox
5. Buka pintu passbox dari dalam ruangan steril (pastikan pintu passbox
yang satu tetap tertutup)
6. Keluarkan alat dan bahan dari dalam passbox dengan hati-hati
C. Proses pencampuran dilakukan di dalam LAF- BSC sesuai SOP
D. PROSEDUR TETAP PENGGUNAAN LAMINAR AIR FLOW (LAF)
E. 1. Hubungkan LAF dengan sumber listrik yang sesuai (220 volt)
F. 2. Nyalakan blower dan lampu UV minimal 15 menit sebelum
digunakan
G. 3. Matikan lampu UV
H. 4. Buka pintu penutup LAF dan letakkan secara horisontal di atas
meja
I. 5. Bersihkan permukaan LAF dengan Iso Propol Alkohol (IPA) atau
alkohol
J. 70 % menggunakan lap yang tidak berserat:
K. a. Dinding : dari atas ke bawah dengan gerakan satu arah
L. b. Lantai : dari belakang ke depan dengan gerakan satu arah
M. Catatan: jangan menyemprotkan alkohol langsung ke arah HEPA filter
N. 6. Seka semua bahan dan alat yang akan dimasukkan ke dalam LAF
O. dengan alkohol 70 %
P. 7. Letakkan bahan dan alat di dalam LAF sesuai tata letak
Q. 8. Biarkan 5 menit untuk menghilangkan turbulensi udara
E. Petugas melepas APD setelah selesai kegiatan sesuai SOP
PROSEDUR TETAP MELEPASKAN ALAT PELINDUNG DIRI
1. Menanggalkan pakaian pelindung:
a) Menanggalkan sarung tangan luar
Tempatkan jari-jari sarung tangan pada bagian luar manset.
Angkat bagian sarung tangan luar dengan menariknya ke arah
telapak tangan. Jari-jari sarung tangan luar tidak boleh menyentuh
sarung tangan dalam ataupun kulit.
Ulangi prosedur dengan tangan lainnya.
Angkat sarung tangan luar sehingga ujung-ujung jari berada di
bagian dalam sarung tangan.
Pegang sarung tangan yang diangkat dari dalam sampai seluruhnya
terangkat.
Buang sarung tangan tersebut ke dalam kantong tertutup.
b) Menanggalkan baju pelindung
Buka ikatan baju pelindung.
Tarik keluar dari bahu dan lipat sehingga bagian luar terletak di
dalam.
Tempatkan dalam kantong tertutup.

c) Tanggalkan tutup kepala dan buang dalam kantong tertutup.


d) Tanggalkan sarung tangan dalam, bagian luar sarung tangan tidak
boleh
2.4. Kondisi khusus
Jika tidak ada fasilitas LAF BSC untuk pencampuran sediaan steril maka
perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut:
A. Ruangan
Pilih ruang yang paling bersih, khusus untuk pengerjaan sediaan steril saja.
Seluruh pintu dan jendela harus selalu tertutup.
Tidak ada bak cuci
Tidak ada rak atau papan tulis yang permanen
Lantai didesinfeksi setiap hari dengan menggunakan hypoclorite 100 ppm
Dinding mudah dibersihkan
Meja kerja harus jauh dari pintu
B. Cara kerja

Pakai Alat Pelindung Diri (APD)

Bersihkan meja kerja dengan benar (dengan aquadest kemudian alkohol

70%)

Tutup permukaan meja kerja dengan alas kemoterapi siapkan seluruh

Peralatan

Seka seluruh alat kesehatan dan wadah obat sebelum digunakan dengan

alkohol 70%

Lakukan pencampuran secara aseptis

Seka seluruh alat kesehatan dan wadah obat sesudah digunakan dengan

alkohol 70%

Buang seluruh bahan yang terkontaminasi kedalam kantong tertutup

Bersihkan area kerja dengan mencuci dengan detergen dan bilas dengan

aquadest, ulangi 3 kali, terakhir bilas dengan alkohol

Buang seluruh kassa ke dalam kantong tertutup tempatkan ada kantong

buangan

Tanggalkan pakaian pelindung

2.5. Penyimpanan

Penyimpanan sediaan steril non sitostatika setelah dilakukan pencampuran


tergantung pada stabilitas masing masing obat. Kondisi khusus
penyimpanan:
A. Terlindung dari cahaya langsung, dengan menggunakan kertas
karbon/kantong
plastik warna hitam atau aluminium foil.
B. Suhu penyimpanan 2 8C disimpan di dalam lemari pendingin (bukan
freezer).
2.6. Distribusi
Proses distribusi dilakukan sesuai SOP (lampiran 6) Pengiriman sedaan
steril yang
telah dilakukan pencampuran harus terjamin sterilitas dan stabilitasnya
dengan
persyaratan :
A. Wadah
1. Tertutup rapat dan terlindung cahaya.
2. Untuk obat yang harus dipertahankan stabilitasnya pada suhu tertentu,
ditempatkan dalam wadah yang mampu menjaga konsistensi suhunya.
B. Waktu Pengiriman
Prioritas pengiriman untuk obat obat yang waktu stabilitasnya pendek.
C. Rute pengiriman
Pengiriman sediaan sitostatika sebaiknya tidak melalui jalur umum/ramai
untuk menghindari terjadinya tumpahan obat yang akan membahayakan petugas dan
lingkungannya.

Telapak tangan tangan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari
saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari
tersebut. Lakukan sebaliknya.
Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci.
Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal
yang sama dengan ibu jari tangan kiri.
Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan,
kebelakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.
Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar.
Lakukan pula untuk tangan kiri.
Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.
Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunkan kran, tutup kran
dengan tissue.
Mengeringkan dengan tissue lebih baik dibandingkan mengeringkan tangan menggunakan
mesin pengering tangan yang umum ada di mal. Karena mesin pengering tangan yang dipakai
secara umum menampung banyak bakteri yang dapat menularkan ke orang lain.

Ruang lingkup asepsis dapat dibagi menjadi dua, yaitu asepsi medis dan asepsi bedah.
Asepsis medis dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan
dari asepsis medis adalah mencuci tangan, mengganti linen, menggunakan cangkir untuk
obat. Ojek dinyatakan terkontaminasi jika mengandung atau diduga mengandung patogen.
Sedangkan asepsis bedah adalah teknik steril yang merupakan prosedur untuk membunuh
mikroorganisme. Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme dan spora. Tteknik ini
digunakan untuk tindakan invasif. Objek terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril.
Prinsip- prinsip asepsis bedah adalah sebagai segala alat yang digunakan harus steril, alat
yang steril akan tidak steril bila tersentuh dan alat yang steril harus berada pada area yang
steril.

2) Cuci tangan aseptik


Cara mencuci tangan ini adalah cuci tangan sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan
menggunakan antiseptic. Menurut Tiedjen, dkk (2004), teknik untuk melakukan penggosokan
tangan antiseptik adalah:
a) Gunakanlah penggosok antiseptik secukupnya untuk melumuri seluruh permukaan tangan
dan jari jemari (kira-kira satu sendok teh).
b) Gosokanlah larutan tersebut dengan cara menekan pada kedua belah tangan, khususnya
diantara jari jemari dan dibawah kuku hingga kering
Cuci tangan aseptik pada dasarnya sama dengan cuci tangan biasa yaitu dengan
menggunakan air mengalir dan sabun atau deterjen yang mengandung bahan antiseptik
(klorheksidin, iodofor atau triklosan) selain sabun biasa.
3) Cuci tangan bedah
Teknik ini digunakan sebelum melakukan tindakan bedah, teknik ini menggunakan pula cara
aseptik dengan antiseptik dan sikat steril. Langkah-langkah dari cuci tangan bedah adalah
Buka semua perhiasan dan bersihkan kuku dengan cermat
Sikat tangan, kuku dan lengan bawah dengan cairan antimikroba untuk pembedahan dan
sikat steril yang lembut atau karet busa steril selama 5-7 menit dengan gosokan dan bilasan
lalu ulangi sampai beberapa kali
Bilas tangan dan lengan dengan air mengalir yang dingin-suam kuku, mulai dari ujung jari
dan dengan mengupayakan tangan tetap lebih tinggi dari siku.Biarkan air mengalir dari siku
bukan dari tangan
Keringkan tangan, kemudian lengan bawah dengan handuk kertas steril dan gunakan kertas
tersebut untuk mematikan tombol kran
Gunakan sarung tangan steril dengan memasukkan tangan ke dalam sarung tangan yang
dipegang di sekitar pergelangan oleh asisten yang sudah memakai sarung tangan steril

Periksa sarung tangan apakah tidak berlubang dan jangan menyentuh barang atau
permukaan terkontaminasi lainnya sebelum perawatan pasien

BAB III
PENUTUP
Pencampuran sediaan steril harus dilakukan secara aseptis oleh tenaga
yang terlatih, karena ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti
kontaminasi terhadap produk, paparan sediaan terhadap petugas serta
lingkungan (terutama untuk sediaan sitostatika).
Pedoman Dasar Teknik aseptis merupakan suatu panduan bagi apoteker
dalam melakukan pencampuran sediaan steril dan bukan suatu standar
yang
bersifat mutlak, oleh karena itu dalam pelaksanaannya di lapangan sangat
dimungkinkan adanya penyesuaian dengan keadaan dan kondisI.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson R.W. et.al, Risk of Handling Injectable Antineoplastic Agents.


Am.J.Hosp.Pharm.,1982, 39:1881-1887
Aseptic Dispensing, Dr. Mohd. Baidi Bahari. Associate Professor of Clinical
Pharmacy.
School of Pharmaceutical Sciences. University sains Malaysia.
ASHP, Study Guide, Safe Handling of Cytotoxic and Hazardous Drugs,
1990.
Injectable Drug Administration Guide. UCL Hospitals. The Pharmacy
Department.
University College London Hospitals. 2000.

Vous aimerez peut-être aussi