Vous êtes sur la page 1sur 11

GANGGUAN PSIKOTIK

1.

DEFINISI
Gangguan psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan

individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau atau aneh. Sumber lain menyebutkan bahwa gangguan psikotik adalah
gangguan mental yang ditandai dengan kerusakan menyeluruh dalam uji realitas
seperti yang ditandai dengan delusi, halusinasi, bicara inkohern yang jelas, atau
perilaku yang tidak teratur atau mengacau, biasanya tanpa ada kewaspadaan pasien
terhadap inkomprehensibilitas dalam tingkah lakunya.
2.

INSIDENSI
Pada umumnya gangguan ini dianggap jarang, seperti yang dinyatakan oleh suatu

penelitian tentang perekrutan militer dimana insidens psikosis reaktif singkat


diperkirakan adalah 1,4 per 100.000 yang direkrut ( DSM III). Lebih sering pada
pasien muda daripada pasien lanjut usia , walaupun beberapa kasus melaporkan
adanya riwayat kasus yang memang mengenai orang lanjut usia. Beberapa klinisi
mengatakan bahwa gangguan mungkin paling sering pada pasien dari kelas
sosioekonomi rendah dan pada pasien dengan ganggaun kepribadian yang telah ada
sebelumnya ( histrionic, narsistik, paranoid, skizotipal, dan ambang). Orang yang
telah mengalami bencana berat atau perubahan cultural yang besar. Tetapi semua hal
tersebut belum dibuktikan benar didalam penelitian klinis yang terkontrol baik.
Data menunjukkan prevalensi gejala psikotik pada pasien geriatri berkisar antara
0,2-4,7%. Kepustakaan lain mengatakan prevalensi skizofrenia pada pasien usia 65
tahunke atas berkisar 0,1-1%. Keadaan ini dapat meningkat pada pasien geriatri yang
tinggal di panti lansia yaitu berkisar 10% sampai pernah ada laporan sampai 63%.
3.

ETIOLOGI
Faktor psikodinamik yang harus diperhatikan di dalam kelompok gangguan

psikotik ini adalah stresor pencetus dan lingkungan interpersonal. Di dalam


mengambil riwayat penyakit dan memeriksa pasien, klinisi harus memperhatikan tiap
perubahan atau stres pada lingkungan interpersonal pasien. Pasien rentan terhadap
kebutuhan psikosis untuk mempertahankan jarak interpersonal tertenu; seringkali,
pelanggaran batas pasien oleh orang lain dapat menciptakan stres yang melanda yang

menyebabkan dekompensasi. Demikian juga, tiap keberhasilan atau kehilangan


mungkin merupakan stresor yang penting dalam kasus tertentu.
Pemeriksaan pasien psikotik harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa
gejala psikotik adalah disebabkan oleh kondisi medis umum (sebagai contohnya,
suatu tumor otak) atau ingesti zat (sebagai contohnya, phencyclidine).
Kondisi fisik seperti neoplasma serebral, khususnya di daerah osipitalis dan
temporalis dapat menyebabkan halusinasi. Pemutusan sensorik, seperti yang terjadi
pada orang buta dan tuli, juga dapat menyebabkan pengalaman halusinasi dan waham.
Lesi yang mengenai lobus temporalis dan daerah otak lainnya, khususnya di hemisfer
kanan dan lobus parietalis, adalah disertai dengan waham.
Zat psikoaktif adalah penyebab yang umum dari sindroma psikotik. Zat yang
paling sering terlibat adalah alkohol, halusinogen indol sebagai contohnya, lysergic
acid diethylamid (LSD) amfetamin, kokain. Mescalin, phencyclidine (PCP), dan
ketamin. Banyak zat lain, termasuk steroid dan thyroxine, dapat disertai dengan
halusinasi akibat zat.
4.

PATOFISIOLOGI
Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah

kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik


bermakna tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah
pasien dengan persentasi yang tidak diketahui yang pertama kali di klasifikasikan
menderita gangguan psikotik singkat selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik
kronis, seperti skizofrenia dan gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan
gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di eropa telah
menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki masalah
psikiatrik berat lebih lanjut.
Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadangkadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu
keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah
indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan cirri-ciri
tersebut kecil kemungkinannya kemudian akan menderita skizofrenia atau suatu
gangguan mood

5.

KLASIFIKASI

1. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya


a. Skizofrenia
Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia, dimana adanya gejala-gejala
khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak
berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
b. Gangguan Skizotipal
Tidak terdapat onset yang pastidan perkembangan serta perjalanannya biasanya
menyerupai gangguan kepribadian.
c. Gangguan Waham Menetap
Kelompok ini meliputi gangguan dengan waham-waham yang berlangsung
lama (paling sedikit selama 3 bulan) sebagai satu-satunya gejala klinis yang
khas atau yang paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan
mental organic, skizofrenia atau gangguan efektif.
d. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Memiliki onset yang akut (dalam masa 2 minggu), kesembuhan yang sempurna
biasanya terjadi dala 2-3 bulan, sering dalam beberapa minggu atau bahkan
beberapa hari, dan hanya sebagian kecil dari pasien dengan gangguan ini
berkembang menjadi keadaan yang menetap dan berhendaya.
e. Gangguan Waham Induksi
Dua orang atau lebih mengalami waham atau system waham yang sama, dan
sling mendukung dalam keyakinan waham itu. Yang menderita waham orisinil
(gangguan

psikotik)

hanya

satu

orang,

waham

tersebut

terinduksi

(mempengaruhi) lainnya, dan biasanya menghilang apabila orang-oarang


tersebut dipisahkan. Hampir selalu orang-orang yang terlibat mempunyai
hubungan yang sangat dekat.
Jika ada alas an untuk percaya bahwa duaorang yang tinggal bersama
mempunyai gangguan psikotik yang terpisah, maka tidak astupun diantaranya
boleh dimasukkan dalam kode diagnosis ini.
f. Gangguan Skizoafektif
Merupakan gangguan yang bersifa episodic dengan gejala afektif dan
skizofrenik yang sama-sama menonjol dan secara bersamaan ada dalamepisode
yang sama.

g. Gangguan Psikotik Non-Organik Lainnya


Gangguan psikotik yang tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia atau untuk
gangguan afektif yang bertipe psikotik, dan gangguan-gangguan yang psikotik
yang tidak memenuhi criteria gejala untuk gangguan waham menetap.
2. Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif})
a. Episode Manik
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam
jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat
keparahan.
b. Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2 episode) dimana
afek pasien dan yingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada wktu tertentu terdiri
dari peningkatan afekdisertai penembahan energy dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan
energy dan aktivitas (depresi).
c. Episode Depresi
Gejala utama berupa afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas. Pada episode depresi, dari ketiga tingkat keparahan
tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar
biasa beratnya dan berlangsung cepat.
d. Gangguan Depresif Berulang
Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan episode depresi
berat. Masing-masing episode tersebut rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan
tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.
e. Gangguan Suasana Perasaan Menetap
Terbagi atas (i)Skilotimia, ciri esensialnya adalah ketidak-stabilan menetap dari
afek(suasana perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania
ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk
memenuhi criteria gangguan afektif bipolar. (ii)Distimia, cirri esensialnya ialah
afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau jarang sekali
cukup parah untuk memenuhi criteria gangguan depresif berulang ringan atau
sedang.

f. Gangguan Suasana Perasaan Lainnya


Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang tidak cukup
parah atau tidak berlangsung lama untuk memenuhi criteria skilotimia dan
distimia.
6.

GAMBARAN KLINIS

A. Gangguan/ gejala Psikotik Akut


Gambaran Utama Perilaku

Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :

Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya

Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal

Kebingungan atau disorientasi

Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,


kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan,
bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan

B. Gangguan Psikotik kronik


Gambaran Perilaku
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut merupakan
perilaku utama yang secara umum ada.

Penarikan diri secara sosial

Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri

Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh)

Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan yang
dilaporkan keluarga

Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :

Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi

Melaporkan bahwa individu mendengar suara-suara

Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal sepert : memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang hebat/terkenal

Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan atau objek yang
tak lazim di dalam tubuhnya

Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran

Untuk lebih jelasnya mengenai psikotik kronik, disini dapat dijelaskan melalui
skizofrenia Dimana Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang

yang mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri
buruk. Gejala klinis dari skizofrenia dapat dilihat di bawah ini:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a. thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawal); dan
thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
b. delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk
kepergerakan

tubuh

anggota

gerak

atau

ke

pikiran,

tindakan,

atau penginderaankhusus);
delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:

suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku


pasien, atau

mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara


berbagai suara yang berbicara), atau

jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor;
d. gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara
sosial.
7.

PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG


Untuk menyingkirkan penyebab yang lebih spesifik dapat dilakukan tes

kimia darah dan laboratorium,

pemeriksaan

radiologi

CT Scan

atau magnetic

resonance imaging (MRI), electroencephalogram (EEG ), dan spinal tap (lumbar


puncture), jika diindikasikan. Penelitian eksperimental melihat fungsi otak, seperti
tomografi emisi positron (PET) atau emisi photon tunggal Computed Tomography
(SPECT), dianggap lebih bermakna dalam mendiagnosis sindrom ini.
8.

DIFFERENSIAL DIAGNOSA
Diagnosis lain yang dipertimbangkan didalam diagnosis banding adalah gangguan

buatan dengan tanda dan gejala psikologis yang menonjol, berpura-pura, gangguan
psikotik karena kondisi medis umum, dan gangguan psikotik akibat zat. Seorang

pasien mungkin tidak mau mengakui penggunaan zat gelap, dengan demikian
membuat pemeriksaan intoksikasi zat atau putus zat sulit tanpa menggunakan tes
laboratorium. Pasien dengan epilepsy atau delirium dapat juga datang dengan gejala
psikotik yang dengan ditemukan pada gangguan psikotik singkat. Gangguan psikiatrik
tambahan yang harus dipertimbangkan didalam diagnosis banding adalah gangguan
identitas disosiatif dan episode psikotik yang disertai dengan gangguan kepribadian
ambang dan skizotipal.
Beberapa kondisi yang dapat menjadi diagnosis banding psikosis akut diantaranya
adalah :

Depresi jika ditemukan gejala depresi (suasana perasaan yang menurun atau
sedih, pesimisme, perasaan bersalah)

Gangguan bipolar jika ditemukan gejala mania (eksitasi, suasana perasaan


meningkat, penilaian diri yang berlebihan)

Intoksikasi kronik atau putus zat karena alkohol atau zat/bahan lain
(stimulansia, halusinogenik)

Efek penggunaan zat psikoaktif atau gangguan depresif dan gangguan ansietas
menyeluruh jika berlangsung setelah satu periode abstinensia (misalnya,
sekitar 4 minggu)

Pada gangguan psikotik akut, selain diagnosis pasti, ada diagnosis banding untuk
psikotik akut ini karena dimungkinkan adanya gangguan fisik yang bisa menimbulkan
gejala psikotik seperti :

Epilepsi

Intoksikasi atau putus zat karena obat atau alkohol

Febris karena infeksi

Demensia dan delirium atau keduanya

Jika gejala psikotik berulang atau kronik, kemungkinan skizofrenia dan


gangguan psikotik kronik lain

Jika terlihat gejala mania (suasana perasaan meninggi, percepatan bicara atau
proses pikir, harga diri berlebihan), pasien mungkin sedang mengalami suatu
episode maniak

Jika suasana perasaan menurun atau sedih, pasien mungkin sedang mengalami
depresi

9.

DIAGNOSA
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai

berikut :

Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,


mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada
bendanya)

Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima
oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni
oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh
orang lain)

Agitasi atau perilaku aneh (bizar)

Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)

Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)


Diagnosis DSM IV memiliki rangkaian diagnosis untuk gangguan psikotik,

didasarkan terutama atas lama gejala. Untuk gejala psikotik yang berlangsung
sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan yang tidak disertai dengan
satu gangguan mood, ganggaun yang berhubungan dengan zat, atau suatu gangguan
psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan psikotik singkat
kemungkianan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk gejala psikotik yang lebih dari
satu hari diagnosis sesuai yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (
jika waham merupakan gejala psikotik utama), gangguan skizofreniform (jika gejala
berlangsung kurang dari 6 bulan) dan skizofrenia(jika gejala telah berlangsung lebih
dari 6 bulan.
10. TATALAKSANA
Dua kelas utama obat yang harus dipertimbangkan di dalam pengobatan
gangguan psikotik singkat adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan
benzodiazepine. Jika dipilih suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi
sebagai contohnya, haloperidol (Haldol) biasanya digunakan. Khususnya pada
pasien yang berada dalam resiko tinggi untuk mengalami efek samping

ekstrapiramidal (sebagai contohnya, orang muda), suatu obat antikolinergik


kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai profilaksis
terhadap gajala gangguan pergerakan akibat medikasi. Selain itu, benzodiazepine
dapat digunakan dalam terapi singkat psikosis. Walaupun benzodiazepine memiliki
sedikit kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan jangka panjang gangguan
psikotik, obat dapat efektif untuk jangka singkat dan disertai dengan efek samping
yang lebih jarang daripada antipsikotik. Pada kasus yang jarang benzodiazepine
disertai dengan peningkatan agitasi, dan pada kasus yang lebih jarang lagi, dengan
kejang putus obat (withdrawal seizure), yang biasanya hanya terjadi pada penggunaan
dosis tinggi terus menerus. Penggunaan obat lain dalam terapi gangguan psikotik
singkat, walaupun dilaporkan di dalam laporan kasus, belum didukung oleh penelitian
skala besar. Tetapi, medikasi hipnotik seringkali berguna selama satu sampai dua
minggu pertama setelah resolusi episode psikotik. Pemakaian jangka panjang
medikasi harus dihindari dalam pengobatan gangguan ini. Jika medikasi pemeliharaan
diperlukan, klinisi harus mempertimbangkan ulang diagnosis.
11. PROGNOSIS
Jika penyebabnya adalah sementara seperti overdosis obat atau putus zat,
gangguan tersebut benar-benar akan jelas dalam beberapa hari dan prognosisnya baik.
Sama halnya dengan delirium awitannya akut sehingga jika penyebabnya telah
diketahui dan dapat dihilangkan maka gejala-gejalanya kan menghilang dalam waktu
3-7 hari dan

akan

jika disebabkan oleh

hilang seluruhnya dlam


kondisi progresif seperti

waktu

2 minggu.

penyakit Alzheimer

Namun

prognosisnya

kurang baik.
12. DAFTAR PUSTAKA
Andri. 2009. Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis
Penderita Usia Lanjut. Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 59 No. 9.
Jakarta.
Ardani, T et al. 2007. Psikologi Klinis. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Maslim, R. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK UNIKA Atma Jaya. Jakarta.

Nevid, JS. 2005. Psikologi Abnormal Jilid 2. Erlangga. Jakarta.


Sadock, BJ. 2007. Kaplan and Sadocks Synopsis of Psychiatry. New York.
Tomb, DA. 2003. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. EGC. Jakarta

NAMA : PEBRIANSYAH
NIM

: 0907101050050

Vous aimerez peut-être aussi