Vous êtes sur la page 1sur 5

PNEUMONIA, BRONKOPNEUMONIA

(4A)
I.

Definisi
Pneumonia adalah infeksi akut pada saluran nafas bagian bawah yang disebabkan oleh

mikroorganisme. Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri , bisa terjadi secara
primer maupun sekunder (Corwin, 2002)
Bronkopneumonia adalah infeksi pada parenkim paru yang terbatas pada alveoli
kemudian menyebar secara berdekatan ke bronkus dista terminalis. Berbagai spesies bakteri,
klamidia, riketsia, virus, fungi, dan parasit dapat menjadi penyebab (Levinson, 2000).
II. Insidensi
Pneumonia sangat sering ditemukan dalam masyarakat. Insidensi di masyarakat
adalah 1-3/1000 orang dewasa. Seperempat jumlah kasus membutuhkan perawatan di rumah
sakit. Pneumonia terjadi masing-masing hampir sama kasusnya antara pria dan wanita.
Walaupun demikian, penyakit ini lebih sering ditemukan pada laki-laki. Pneumonia sering
terjadi pada usia ekstrem, namun tetap menjadi penyebab morbiditas yang penting, bahkan
menjadi penyebab mortalitas pada dewasa muda (Davey, 2005).
III.

Patofisiologi
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di

tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Bila jumlah atau virulensi mikroorganisme terlalu
besar, maka makrofag akan merekrut PMN dan mulai rangkaian inflamasi dengan pelepasan
berbagai sitokin termasuk leukotrien, faktor nekrosis tumor (TNF), interleukin, radikal
oksigen, dan protease. Inflamasi tersebut menyebabkan pengisian alveolus mengalami
ketidakcocokan ventilasi / perfusi dan hipoksemia. Terjadi apoptosis sel-sel paru yang
meluas, ini membantu membasmi mikroorganisme intrasel seperti tuberculosis atau klamidia,
tetapi juga turut andil dalam proses patologis kerusakan paru. Infeksi dan inflamasi dapat
tetap terlokalisir di paru atau dapat menyebabkan bakteremia yang mengakibatkan meningitis
atau endokarditis, sindrom respon inflamasi sitemik, atau sepsis. Faktor virulensi menentukan
patofisologis dari perjalanan penyakitnya (Brasher, 2007).
IV.

Gambaran Klinis

Tanda dan gejala pneumonia adalah sebagai berikut: (Misnadiarly, 2008)

Batuk berdahak seperti lendir, kehijauan atau seperti nanah

Nyeri dada

Menggigil

Demam

Mudah merasa lelah

Sakit Kepala

Kekakuan dan nyeri otot

Sesak nafas

Kekakuan otot

Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah:

Kulit lembab

Batuk darah

Pernapasan yang cepat

Cemas, stress, tegang

Nyeri perut

V. Pemeriksaan Penunjang
Davey (2005) dalam bukunya At a Glance Medicine menyatakan bahwa
Pemeriksaan penunjang ditujukan untuk:
a. Menegakkan diagnosis:

biasanya dilakukan dengan pemeriksaan radiologis

menggunakan foto thoraks


b. Menentukan penyebab: diagnosis mikrobiologis ditegakkan dengan pewarnaan Gram,
kultur organisme, memperlihatkan antigen khas dari organisme, memperlihatkan
antigen khas dari organisme, atau pemeriksaan serologis (atau tes darah diagnostic
lain). Semua tes ini memiliki keuntungan dan kerugian, dan mungkin diperlukan
pendekatan gabungan..
c. Menilai komplikasi: adanya komplikasi bisa dideteksi dengan foto thoraks, computed
tomography dan bronkoskopi, dan di antaranya adalah efusi pleura dan empiema,
kolaps lobus (retensi sputum), pneumotoraks (pada pneumonia kavitasi), dan
pneumonia dalam penyembuhan.
d. Menyingkirkan kanker: bronkoskopi harus dipertimbangkan pada pasien yang berusia
50 tahun yang merokok dengan keluhan pneumonia untuk menyingkirkan kanker
paru sebagai penyakit yang mendasari.

VI. Diagnosis
Penegakan diagnosis dengan pengarahan kepada pemberian terapi yaitu dengan cara
mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat penyakit, dan pekiraan jenis kuman
penyebab infeksi. Penegakan diagnosis dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang baik. Anamnesa ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang
berhubungan dengan faktor infeksi.
1. Tanda Pneumonia
Berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas
bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara
napas melemah, dan ronkhi (Misnadiarly, 2008).
VII. Diagnosis Banding
Dalam Buku At a Glance Medicine, Davey (2005) menyebutkan bahwa diagnosis
banding pneumonia adalah:
1)

Infark Paru

2)

Edema Paru

3)

Tuberkulosis

4)

Penyakit radang lain seperti vaskulitis, eosinofilia, penyakit jaringan ikat

5)

Penyakit intraabdomen

VIII. Penanganan
Penatalaksanaan untuk pneumonia menurut Corwin (2002) bergantung pada
penyebab, sesuai

yang ditentukan berdasarkan pemeriksaan sampel sputum

prapengobatan. Terapi yang dapat dilakukan antara lain:


a) Antibiotik, terutama untuk pneumonia bakteri. Pneumonia lain dapat diobati dengan
antibiotik untuk mengurangi risiko infeksi bakteri sekunder yang dapat berkembang dari
infeksi asal.
b) Istirahat
c) Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi.
d) Teknik napas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan menurangi risiko
atelektasis.
IX. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada pneumonia menurut Corwin (2002):
1) Sianosis disertai hipoksia mungkin terjadi

2) Ventilasi mungkin menurun akibat akumulasi mucus, yang dapat berkembang menjadi
atelektasis absorpsi.
3) Gagal napas dan kematian dapat terjadi pada kasus ekstrem berhubungan dengan
kelelahan atau sepsis (penyebaran infeksi ke darah).
X. Prognosis
Hasil pengobatan biasanya bagus. Tingkat mortalitas lebih tinggi biasanya pada manula.
Mortalitas keseluruhan sebesar 5% namun meningkat sampai 20% pada penderita yang
membutuhkan perawatan intensif (Davey, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

Brasher, Valentino L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen, Edisi
2. Jakarta:EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta:EGC.
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
Levinson, M. 2000. Pneumonia, dalam: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:EGC.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi saluran Napas Pneumonia Pada Anak, Orang Dewasa,
Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia AtypikMycobacterium, Edisi 1. Jakarta:
Pustaka Obor Populer.
Robbins & Cotran. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC.

Ismatul Fajri
0907101010136

Vous aimerez peut-être aussi