Vous êtes sur la page 1sur 5

Aspek Analisa Diri

Puspa Anggarasari, 1306377814

Analisa diri memiliki aspek yang merangkum keseluruhan bagian


untuk mengevaluasi diri, diantaranya adalah kesadaran diri, klasifikasi nilai
dan eksplorasi keadaan. Kesadaran merupakan kemampuan individu
mengadakan hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri
(melalui

panca

inderanya)

dan

mengadakan

pembatasan

terhadap

lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian) (Sunaryo,


2004). Kesadaran diri menurut model keperawatan secara holistik meliputi
komponen psikologik, fisik, lingkungan, dan filosofi. Komponen psikologi
termasuk di dalamnya pengetahuan, emosi, motivasi, konsep diri, dan
personality. Komponen fisik yaitu pengetahuan tentang fisiologi personal
dan umum, juga termasuk sensasi tubuh, gambaran diri dan potensial fisik.
Komponen lingkungan berisi tentang lingkungan sosiokultural, hubungan
dengan orang lain, dan pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan
alam. Komponen filosofi adalah perasaan tentang makna kehidupan.
Filosofi diri berupa tentang kehidupan dan kematian baik yang disadari
maupun tidak disadari, termasuk kemampuan superior, tetapi juga meliputi
tanggung jawab terhadap perilaku baik secara etik dan nyata. Untuk
memiliki kesadaran yang tinggi ini dapat dimiliki dengan meningkatkan
kesadaran diri melalui 3 cara (Stuart dan Sundeen, 1987), yaitu:
1. Mempelajari diri sendiri, yaitu proses eksplorasi diri sendiri,
tentang pikiran, termasuk pengalaman yang menyenangkan,
hubungan interpersonal dan kebutuhan pribadi.
2. Belajar dari orang lain, yaitu kesediaan dan keterbukaan menerima
umpan balik dari orang lain akan meningkatkan pengetahuan
tentang diri sendiri.
3. Membuka diri. Keterbukaan merupakan salah satu kriteria
kepribadian yang sehat. Untuk ini harus ada teman intim yang
dapat dipercaya untuk menceritakan hal yang merupakan rahasia.

Selain itu, kesadaran diri juga bisa bertambah dari belajar dari
orang lain, karena pribadi setiap orang bersifat unik dan belum tentu
memiliki kesamaan maka saling melengkapi kepribadian yang dimiliki bisa
menjadi awal pemelajaran baik untuk mengembangkan analisa diri. Orang
lain juga bisa memberikan kritik dan saran yang juga terkait dengan persepsi
berdasarkan pengalaman hidup mereka serta fenomena-fenomena yang
terjadi di lingkungan sekitar.
Mengembangkan

sikap

terbuka

(open-minded)

merupakan

komponen yang paling diperluka dalam relasinya berhubungan dengan


orang lain terutama pasien/klien. Dengan memiliki sikap terbuka maka
seorang tenaga profesional kesehatan dapat melihat satu masalah atau kasus
dengan berbagai sudut pandang serta memacu untuk berpikir kritis dan lebih
nyata kedepannya. Selain itu, open-minded juga berguna dalam mencari
solusi dari masalah atau kasus kesehatan pasien/klien yang muncul dalam
proses asuhan keperawatan.
Hal lain yang perlu diperhatikan perawat dalam mengalanisa diri
adalah klarifikasi atau sistem nilai yang dimiliki oleh setiap individu.
Klarifikasi nilai adalah metode dimana seseorang menemukan nilai-nilainya
sendiri dengan mengkaji, mengeksplorasi, dan menentukan nilai - nilai
pribadi dan bagaimanan nilai tersebut digunakan sebagai acuan dalam
mengambil keputusan. (Covey, 1997, dikutip dari Nurjannah, 2005).
Klarifikasi nilai memfasilitasi identifikasi seseorang terhadap nilai yang
berarti dan prioritas dari nilai tersebut (Stuart dan Sundeen, 1991).
Nilai-nilai yang dianut dan diyakini seseorang cenderung
memengaruhi dirinya saat berinteraksi dengan orang lain. Eksplorasi
hubungan nilai seseorang dengan keputusan yang dibuat dan tindakan yang
diambil terjadi melalui proses klarifikasi nilai. Proses ini difasilitasi melalui
hubungan terapeutik, proses klarifikasi nilai mengidentifikasi sesuatu yang
berarti bagi klien, meningkatkan kemampuan klien untuk membuat pilihan
mengenai nilai yang bermakna, dan membantu memahami diri. Perawat
membantu klien dalam menyadari nilai yang menimbulkan konflik dan

mengambil keputusan untuk membangun kembali nilai-nilai dan prioritas


klien. Nilai-nilai tersebut dapat datang dari sisi religius, budaya yang selama
ini dilakukan dalam suatu komunitas, ajaran keluarga, dan lain sebagainya
yang dapat memperkaya pribadi seseorang. Tenaga profesional kesehatan
(perawat) perlu memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan kesiapan diri
dalam

mengidentifikasi

situasi

kondisi

yang

mendukung

maupun

bertentangan dengan sistem nilai yang ia sendiri miliki.


Analisa diri yang berfokus pada klarifikasi nilai berisi mengenai
identifikasi beberapa komponen. Beberapa komponen yang diidentifikasi
dalam klarifikasi nilai pada diri sendiri adalah konflik, ketidakpuasan, rasa
tidak aman, dan keyakinan. Perawat harus mengklarifikasi konflik yang
terjadi sehingga konflik dapat diatasi. Ketidakpuasan dari diri sendiri
maupun klien adalah nilai yang perlu diperhatikan dalam menganalisa diri
sendiri. Rasa tidak aman, adalah hal yang perlu diidentifikasi bagaimana
suasana yang membuat aman. Perawat harus mengidentifikasi keyakinan
apakah yang akan dilakukan berdasarkan keyakinan yang dianut. Dari hasil
pengidentifikasian tersebut, nantinya perawat mampu mengklarifikasi nilai
pada dirinya dan mengatasi masalah yang timbul. Berdasarkan hal tersebut
juga, perawat menyadari kekurangan dan kelemahan yang ia miliki.
Hal terakhir pada aspek analisis diri adalah eksplorasi perasaan.
Perasaan atau dalam istilah lain renjana adalah gejala psikis yang
memiliki sifat khas subjektif yang berhubungan dengan persepsi dan dialami
sebagai rasa senang-tidak senang, sedih-gembira dalam berbagai derajat dan
tingkatannya (Sunaryo, 2004). Sementara menurut Maramis (1999) dalam
Sunaryo (2004), perasaan adalah nada yang menyenangkan atau tidak, yang
menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai
oleh komponen fisiologik. Perasaan memiliki ciri-ciri yang spesifik yaitu
perasaan selalu terkait dengan gejala kejiwaan yang lain khususnya
presepsi, perasaan bersifat individual atau subjektif, perasaan dialami oleh
individu sebagai perasaan senang dan tidak senang (Sunaryo, 2004).

Eksplorasi perasaan merupakan suatu kegiatan yang mengkaji atau


menggali perasaan-perasaan yang muncul sebelum, sedang, dan sesudah
berinteraksi dengan orang lain. Macam perasaan yang mungkin terlibat
adalah perasaan keinderaan, perasaan kejiwaan (intelektual, kesusilaan atau
etis, keindahan atau aesthetica, kemasyarakatan atau sosial, harga diri, dan
ketuhanan) (Kohnstamm dalam Sunaryo, 2004). Dalam situasi klinis
maupun tidak, tenaga profesional kesehatan (perawat) perlu mengendalikan
diri dan mengontrol perasaan agar dapat tetap bersikap profesional dan
menggunakan diri secara terapeutik. Dalam eksplorasi perasaan ini, perawat
mengidentifikasi kemampuan diri sendiri dalam mengontrol perasaannya.
Semakin besar kemampuan dalam mengontrol perasaan diri sendiri, maka
semakin baik pula perawat tersebut dalam membangun hubungan terapeutik.
Aplikasinya dalam menangani pasien/klien, tenaga profesional kesehatan
perlu menciptakan perasaan menyenangkan yang membangun kondisi
situasi pasien/klien untuk merasakan hal yang sama sehingga secara tidak
langsung

mengurangi

beban

psikologis

dan

meningkatkan

status

kesehatannya. Adanya probabilitas kemunculan efek akibat transfer feeling


antara tenaga profesional kesehatan (perawat) dengan klien memiliki
pengaruh besar didalamnya.
Aspek kesadaran diri, klasifikasi nilai dan eksplorasi perasaan
merupakan hal penting yang perlu dibangun dan dikembangkan dalam
setiap pribadi tenaga profesional kesehatan khususnya perawat dalam
mengaplikasikan segala pengetahuan dan keterampilannya di komunikasi
terapeutik dalam memberikan pelayanan kesehatan secara holistik dan
profesional. Hal ini dikarenakan analisis diri membantu perawat dalam
mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan dilihat dari sudut diri
perawat itu sendiri. Perawat juga penting mempelajari komponen-komponen
dalam analisis diri untuk membantu perawat mengidentifikasi aspek-asek
yang perlu di analisis oleh perawat dalam analisis diri.

Referensi :
Christensen, P.J. & Kenney, J.W. (1995). Nursing Procces: Application of
Conceptual Models (4th Ed). St Louis, USA: C.V. Mosby Co.
Nurjanah, I. (2005). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:
Mocomedia.
Sunaryo.(2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. (1987). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing (3rd Ed), St Louis, USA: C.V. Mosby Co.
Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. (1991). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing (4th Ed). St Louis, USA: C.V. Mosby Co.

Vous aimerez peut-être aussi