Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PROPOSAL TESIS
Oleh:
Akip Fauzi
0202513037
A. Topik Penelitian
Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) dan Teams Games Tournament (TGT) Berbantu Media
Poster Terhadap Kemampuan Menulis Teks Anekdot Peserta Didik Kelas X
SMA
B. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat berperan dalam menciptakan manusia yang
berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya. Melalui pendidikan
akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga dalam proses pengambilan
keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa
tanggung jawab yang besar. Menurut Pidarta (2009: 38) pendidikan bertujuan
membantu anak untuk mengembangkan semua potensi jiwa dan jasmaninya
secara berimbang, harmonis, dan terintegrasi sehingga menjadi manusia
berkembang seutuhnya. Pendidikan harus mendapat perhatian yang lebih dari
pemerintah sehingga sumber daya masyarakat Indonesia yang berkualitas dapat
lebih ditingkatkan dan dioptimalkan. Salah satu upaya untuk meningkatkan
sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah.
Belajar mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang
secara sadar telah terencana. Suatu sistem pendidikan dikatakan berkualitas
jika proses pembelajarannya berlangsung secara menarik dan menantang
sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar
yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang berkualitas akan membuahkan
hasil pendidikan yang berkualitas pula dan dengan demikian akan semakin
meningkatkan kualitas kehidupan bangsa (Harsanto 2007: 9). Ditinjau dari
keefektifannya, proses pembelajaran diupayakan agar peserta didik memiliki
kemampuan yang maksimal dan meningkatkan motivasi, tantangan, dan
kepuasan agar peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran. Proses
belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses
pembelajaran, karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung pada keefektifan proses belajar mengajar yang dirancang dan
dijalankan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2013: 42) guru
merupakan faktor penting yang mempunyai pengaruh besar, bahkan sangat
menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar.
Sejalan dengan hal itu Gagne sebagaimana dikutip dalam Dimyati dan
Mudjiono (2009: 10) mengemukakan bahwa hasil belajar berupa kapabilitas
dan setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Timbulnya kapabilitas itu terlihat dari stimulasi yang berasal dari lingkungan
dan proses kognitif yang dilakukan oleh pengajar atau guru. Pendapat diatas
dipertegas Mulyasa (2010: 9) bahwa pembelajaran yang efektif ditandai
dengan adanya sikap yang menekankan pada pembelajaran peserta didik untuk
mampu mengerti cara belajar sehingga melalui kreativitas guru, pembelajaran
di kelas menjadi sebuah aktivitas yang menyenangkan.
Paradigma pembelajaran pada saat ini sudah mengalami perubahan
dalam pelaksanaannya. Salah satu perubahan paradigma pembelajaran adalah
orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada
peserta didik. Perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu
pendidikan, baik dari segi proses maupun dari segi pendidikan. Menurut Rianto
(2006: 2) perubahan tersebut dilakukan karena pembelajaran yang berorientasi
pada guru, keterlaksanaannya lebih menekankan ketercapaian target kurikulum
yang berupa hasil belajar pada ranah pengetahuan saja sebagai dampak
pembelajaran untuk kepentingan jangka pendek. Sementara kebutuhan peserta
didik pada ranah sikap dan psikomotor kurang mendapatkan perhatian secara
memadai.
Selaras dengan hal itu Suprijono (2010: 13) mengemukakan bahwa
pembelajaran berpusat pada peserta didik, sedangkan peran guru hanya
menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik. Pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik lebih menekankan pada kebutuhan, minat, bakat, dan
kemampuan peserta didik, sehingga pembelajaran akan menjadi sangat
bermakna. Melalui pembelajaran ini, diharapkan semua potensi peserta didik
dapat berkembang sesuai dengan latar belakang usia dan latar belakang lainnya
dari masing-masing individu peserta didik.
paradigma
lama
sebagai
satu-satunya
alternatif
yaitu
kelompok.
Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti yang telah
dikembangkan
dalam
dunia
pendidikan
diantaranya
adalah
model
hitung
>Q
tabel
menunjukkan proses dan hasil yang optimal sesuai dengan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang ditentukan. Beberapa permasalahan dalam pembelajaran
menulis teks anekdot adalah kurangnya kreatifitas guru dalam memilih model
pembelajaran menulis yang tepat, dan kurangnya kreatifitas guru dalam
memilih media pembelajaran menulis yang tepat. Berhubungan dengan
pemilihan model pembelajaran, guru lebih sering menggunakan model
pembelajaran konvensional dalam pembelajaran menulis. Kondisi ini
menyebabkan peserta didik kurang berkomunikasi dan berinteraksi dengan
guru maupun dengan peserta didik lain. Informasi hanya bersumber dari guru,
sedangkan peserta didik cenderung tidak memiliki kesempatan untuk
mengungkapkan ide-ide yang ada di pikirannya.
Berdasarkan permasalahan di atas, sebagai seorang guru harus
bijaksana dalam menangani permasalah tersebut salah satunya adalah
menentukan model dan media pembelajaran yang dapat menciptakan situasi
dan kondisi kelas yang kondusif agar proses pembelajaran dapat berlangsung
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Model pembelajaran yang dimaksud di
sini adalah model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement
division (STAD) dan teams games tournament (TGT) dengan bantuan media
poster sebagai media pembelajaran dalam kemampuan menulis anekdot peserta
didik.
D. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang ada pada identifikasi masalah tidak semuanya
diteliti, tetapi penelitian hanya fokus pada model pembelajaran kooperatif tipe
student teams achievement division (STAD) dan teams games tournament
(TGT) berbantu media poster terhadap kemampuan menulis anekdot peserta
didik.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah dan batasan masalah
tersebut, selanjutnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran student teams achievement division
(STAD) berbantuan media poster lebih efektif dari pada penggunaan model
pembelajaran teams games tournament (TGT) berbantuan media poster
terhadap kemampuan menulis anekdot peserta didik kelas X SMA?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran student teams achievement division
(STAD) berbantuan media poster lebih efektif dari pada penggunaan model
pembelajaran konvensional berbantuan media poster terhadap kemampuan
menulis anekdot peserta didik kelas X SMA?
3. Apakah penggunaan model pembelajaran teams games tournament (TGT)
berbantuan media poster lebih efektif dari pada penggunaan model
pembelajaran konvensional berbantuan media poster terhadap kemampuan
menulis anekdot peserta didik kelas X SMA?
F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui keefektifan model pembelajaran student teams achievement
division (STAD) berbantuan media poster dan model pembelajaran teams
10
oleh orang yang dapat menyusun pikiran, pemakai kata-kata, dan struktur
kalimat.
Sejalan dengan pendapat itu, Rosidi (2009: 2) mengemukakan bahwa
menulis adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan dan perasaan
seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Kegiatan menulis sangat
penting dalam pendidikan karena dapat membantu peserta didik berlatih
berpikir, mengungkapkan gagasan, dan memecahkan masalah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Harjito dan Umaya (2009: 13) bahwa menulis memiliki arti
sepadan dengan mengarang, yaitu sebagai segenap rangkaian kegiatan
seseorang mengungkapkan gagasan dan penyampaiannya melalui bahasa tulis
kepada pembaca untuk dipahami. Wiyanto (2011: 1) menegaskan bahwa
menulis mempunyai dua arti, pertama menulis berarti mengubah bunyi yang
dapat di dengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat. Bunyi-bunyi yang
diubah itu bunyi bahasa, yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia (mulut dalam perangkat kelengkapannya antara lain mulut, lidah, gigi,
dan
langit-langit).
Kedua
kata
menulis
mempunyai
arti
kegiatan
13
digunakan dalam kegiatan menulis harus jelas agar mudah dipahami oleh
pembaca. Jalan pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan
sebuah karya tulis atau karangan yang berkualitas. Dengan kata lain hasil
sebuah karangan yang berkualitas umumnya ditunjang oleh keterampilan
kebahasaan yang dimiliki seorang penulis.
2) Tujuan Menulis
Seorang tergerak menulis karena memiliki tujuan objektif yang bisa
dipertanggungjawabkan dihadapan publik pembacanya. Tulisan pada dasarnya
adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat
dipahami dan diterima orang lain. Tulisan menjadi salah satu sarana
berkomunikasi yang cukup efektif dan efesien untuk menjangkau khalayak
masa yang luas. berdasarkan pemikiran tersebut, maka tujuan menulis dapat
dirunut dari tujuan- tujuan komunikasi yang cukup mendasar dalam konteks
pengembangan peradaban dan kebudayaan mesyarakat itu sendiri.
Kemendikbud (2012: 5-6) mengemukakan bahwa tujuan menulis
adalah:
a) Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa
termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agar
khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang
berbagai hal yang dapat terjadi di muka bumi ini.
b) Membujuk, melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat
menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakan.
Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan
menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Fungsi persuasi dari sebuah tulisan
akan dapat menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya
bahasa yang menarik, akrab, bersahabat, dan mudah dicerna.
c) Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalui
membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah,
kecerdasanterus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku
seseorang. Orang-orang yang berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka
14
dan penuh toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja
cenderung lebih rasional.
d) Menghibur, fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan monopoli
media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam
menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan ringan
yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi
bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian sibuk
beraktifitas.
3) Manfaat Menulis
Menurut Suparno dan Yunus (2007:1.4) menulis mempunyai manfaat
yang dapat dipetik diantaranya, meningkatakan kecerdasan, pengembangan
daya inisiatif dan kreatifitas, menumbuhkan keberanian, mendorong kemauan
dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Tarigan (2008: 22) berpendapat bahwa menulis mempunyai
beberapa manfaat, yaitu sebagai alat komunikasi yang tidak langsung,
dapat menjadi pertolongan bersifat kritis, mempermudah seseorang
untuk merasakan, daya persepsi semakin tajam, terpecahkannya
masalah yang dihadapi, penyusunan suatu kalimat, dan dapat
terjelaskan ide-ide yang ada dalam pikiran.
Pendapat di atas dipertegas dalam Kemendikbud (2012: 6) manfaat
menulis dapat dilihat dari berbagai segi yaitu :
a) Secara psikologis, menulis sangat bermanfaat dan mampu mengontrol diri dan
melepaskan segala persoalan hidup.
b) Secara metodologis, menulis bermanfaat untuk melatih berpikir secara teratus
untuk melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan kehendak bahkan untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang
ditentukan.
c) Secara filosofis, menulis bermanfaat untuk melatih berpikir secara radikal atau
berpikir secara mendalam.
d) Secara pendidikan, menulis mampu memberikan pengaruh dalam melakukan
proses belajar.
15
16
jenis
teks
naratif,
peristiwa
yang
diceritakan
harus
17
paradigma
Kurikulum
2013
yang
mencanangkan
18
19
(2009:
1)
penilaian
adalah
pengambilan
keputusan
20
mendengarkan,
berbicara,
dan
membaca.
Dibandingkan
21
lain penguasaan topik tulisan, substantif, abstraksi orientasi krisis reaksi koda,
dan relevan dengan topik yang dibahas. Aspek struktur dalam menulis anekdot
meliputi beberapa kriteria antara lain kelancaran ekspresi, gagasan yang
diungkapkan diungkapkan dengan padat, jelas, tertata dengan baik, urutan logis
(abstraksi orientasi krisis reaksi koda), dan kohesif. Aspek kosa kata dalam
menulis anekdot meliputi beberapa kriteria antara lain penguasaan kata, pilihan
kata dan ungkapan, menguasai pembentukan kata, dan penggunaan register
yang tepat. Aspek kalimat yang digunakan dalam menulis anekdot meliputi
beberapa kriteria antara lain konstruksi yang digunakan kompleks dan efektif,
penggunaan bahasa (urutan atau fungsi kata, artikel, pronomina, preposisi).
Aspek mekanik dalam menulis anekdot meliputi beberapa kriteria antara lain
penguasaan aturan penulisan, ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan
penataan paragraf.
e. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif disebut dengan istilah pembelajaran gotongroyong, yaitu kelompok pembelajaran yang memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk bekerja sama dengan peserta didik lain dalam tugasantugasan yang terstruktur (Lie 2007: 18). Pembelajaran kooperatif hanya
berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu kelompok yang
didalamnya peserta didik bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang
sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari
4-5 orang. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan sistem kerja
berkelompok dan terstruktur yang meliputi saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian kerjasama, dan proses
kelompok.
Hal di atas sejalan dengan pendapat Rusman (2011: 201) model
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan cara menggalakan
peserta didik berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok dengan
memperbolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana
yang tidak terancam. Pendidikan hendaknya mampu mengkondisikan dan
22
kooperatif
disusun
dalam
sebuah
usaha
untuk
23
anggota
kelompok
sedangkan
anggota kelompok lainnya hanya
mendompleng
keberhasilan
pemborong.
Kelompok
homogen.
belajar
biasanya
Pemimpin
kelompok
sering
ditentukan oleh guru atau kelompok
dibiarkan
untuk
memilih
pemimpinnya dengan cara masingmasing.
Keterampilan sosial yang diperlukan Keterampilan social sering tidak
dalam kerja gotong-royong seperti secara langsung diajarkan.
kepemimpinan,
kemampuan
berkomunikasi, dan mengelola konflik
secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauan melalui observasi dan
berlangsung guru terus melakukan intervensi sering tidak dilakukan
pemantauan melalui observasi dan oleh guru pada saat belajar
melakukan intervensi jika terjadi kelompok sedang berlangsung.
masalah dalam kerja sama antar
anggota kelompok.
Guru memperhatikan secara proses Guru sering tidak memperhatikan
kelompok
yang
terjadi
dalam proses kelompok yang terjadi
kelompok-kelompok belajar.
dalam kelompok-kelompok belajar.
Penekan tugas tidak hanya pada Penekanan sering hanya pada
penyelesaian
tugas
tetapi
juga penyelesaian tugas.
hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi yang saling menghargai).
(Killen 1996 sebagaimana dikutip dalam Trianto 2007: 44).
24
25
26
materinya dan tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi
lainnya, hal yang paling sering terjadi, pelajaran itu melibatkan pembahasan
permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi setiap
kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
Tim adalah fitur penting dalam model pembelajaran student teams
achievement division (STAD). Pada setiap poinnya yang ditekankan adalah
membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim harus
melakukan yang terbaik untuk anggotanya. Tim ini memberikan dukungan
kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran dan itu adalah
untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk
akibat yang dihasilkan seperti hubungan antarkelompok, rasa harga diri,
peneriman terhadap peserta didik mainstream.
c) Kuis
Peserta didik akan mengerjakan kuis individual setelah sekitar satu atau
dua periode guru memberikan presentasi dan praktik tim. Para peserta didik
tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis, sehingga
setiap peserta didik bertanggung jawab secara individual untuk memahami
materi.
d) Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan
kepada setiap peserta didik tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila
peserta didik bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari
pada sebelumnya. Setiap peserta didik dapat memberikan kontribusi poin yang
maksimal kepada tim dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada peserta didik yang
dapat melakukannya tanpa memberikan usaha yang terbaik. Setipa peserta
didik diberi skor awal, yang diperoleh dari rata-rata kinerja peserta didik
tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Peserta didik
selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim berdasarkan tingkat kenaikan
skor kuis dibandingkan dengan skor awal peserta didik.
27
e) Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain
apabila skor rata-rata peserta didik mencapai kriteria tertentu. Skor tim dapat
juga digunakan untuk menentukan 20% dari tingkat peserta didik.
peserta didik
secara
28
29
peserta didik bekerja dalam tim untuk menemukan konsep-konsep atau untuk
membangkitkan minat belajar peserta didik, dan (3) mengulangi setiap
persyaratan atau informasi secara singkat.
Pada pengembangan, pelajaran harus menekankan hal-hal sebagai
berikut: (1) menetapkan materi agar dipelajari oleh peserta didik, (2)
memfokuskan
pada
pemaknaan
bukan
pada
penghafalan,
(3)
30
telah mempelajari materi pembelajaran, (2) tidak ada yang berhenti belajar
sampai semua teman satu tim menguasai materi tersebut, (3) mintalah bantuan
dari semua teman satu tim untuk membantu temannya sebelum bertanya
kepada guru, (4) teman satu tim boleh saling berbicara satu sama lain dengan
suara pelan.
c) Tes
Hal-hal yang dilakukan dalam tes, antara lain (1) bagikan kuisnya dan
berikan waktu yang sesuai kepada peserta didik untuk menyelesaikannya, (2)
jangan biarkan para peserta didik bekerjasama mengerjakan kuis tersebut: pada
saat ini peserta didik harus memperlihatkan apa yang telah dipelajari secara
individual, buatlah para peserta didik memindahkan mejanya agar terpisah jika
memungkinkan, (3) biarkan peserta didik saling bertukar kertas dengan
anggota tim lain, ataupun mengumpulkan kuisnya untuk dinilai setelah kelas
selesai, (4) pastikan skor kuis dan skor tim dihitung tepat pada waktunya untuk
digunakan pada kelas selanjutnya.
d) Rekognisi Tim
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru
dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
Menghitung Skor Individu
Cara menghitung skor perkembangan individu dapat dihitung seperti pada tabel
berikut:
Tabel 2 Perhitungan Skor Perkembangan
No
Skor Tes
1.
2
3
4
31
Nilai
Perkembangan
30
20
10
5
Predikat Tim
Rata-Rata Skor
1
2
3
Super Team
Great Team
Good team
25 30
20 24
15 19
32
33
34
35
Skor Tes
1.
2
3
4
Nilai
Perkembangan
30
20
10
5
Predikat Tim
Rata-Rata Skor
1
2
3
Super Team
Great Team
Good team
25 30
20 24
15 19
36
4) Kelebehan
dan
Kekurangan
Model
Pembelajaran
Teams
Games
Tournament (TGT)
Model pembelajaran teams games tournament (TGT) ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Menurut Widdiharto (2004) sebagaimana dikutip
dalam Sukaryono, et al (2012: 31) model pembelajaran teams games
tournament (TGT) memiliki kelebihan sebagai berikut:
a) Melatih peserta didik mengungkap atau menyampaikan gagasan, melatih
peserta didik untuk menghargai pendapat orang lain,
b) Menumbuhkan rasa tanggungjawab sosial,
c) Melatih berfikir logis dan sistematis,
d) Meningkatkan semangat belajar (pencapaian akademik)
e) Menambah motivasi dan rasa percaya diri.
Selanjutnya kekurangan model pembelajaran teams games tournament
(TGT) adalah sebagai berikut:
a) kadang hanya beberapa peserta didik yang aktif dalam kelompok,
b) suasana kelas menjadi ramai,
c) memakan banyak waktu.
h. Media Pembelajaran
Suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah
model pembelajaran dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling
berkaitan.
Pemilihan
salah
satu
model
pembelajaran
tertentu
akan
37
38
39
40
41
media
mempunyai
nilai-nilai
praktis
berupa
beberapa
42
kegunaan, yaitu :
a) Memotivasi peserta didik; dalam hal ini poster dalam pembelajaran sebagai
pendorong atau memotivasi kegiatan belajar peserta didik. Pesan poster tidak
berisi tentang informasi namun berupa ajakan, renungan, persuasi agar peserta
didik memiliki dorongan yang tinggi untuk melakukan sesuatu diantaranya
belajar, mengerjakan tugas, menjaga kebersihan, dan bekerjasama;
b) Peringatan; dalam hal ini poster berisi tentang peringatan-peringatan terhadap
suatu pelaksanaan aturan hukum, aturan sekolah atau madrasah atau
peringatan-peringatan tentang sosial, kesehatan bahkan keagamaan;
c) Pengalaman kreatif; Proses belajar mengajar menuntut kreatifitas peserta didik
dan guru, pola pembelajaran klasikal yaitu peserta didik hanya diberikan
informasi dari guru saja, tidak membuat pembelajaran lebih baik dan kreatif.
Melalui poster pembelajaran bisa lebih kreatif, peserta didik ditugaskan untuk
membuat ide, cerita, karangan dari sebuah poster yang di pajang. Diskusi kelas
akan lebih hidup manakala guru menggunakan alat bantu poster sebagai bahan
diskusi.
3) Penggunaan Media Poster dalam Pembelajaran
Riyanaa (2012: 118) menerangkan bahwa penggunaan poster untuk
pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a) Poster digunakan sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini
poster digunakan saat guru menerangkan sebuh materi kepada peserta didik,
begitu halnya peserta didik dalam mempelajari materi menggunakan poster
yang disediakan oleh guru. Poster yang digunakan ini harus relevan dengan
tujuan dan materi. Poster disediakan guru baik dengan cara membuat sendiri
maupun dengan cara membeli atau menggunakan yang sudah ada. Dalam
penggunannya poster di pasang di tengah kelas pada saat dibutuhkan dan di
tanggalkan lagi setelah pembelajaran selesai.
b) Poster digunakan di luar pembelajaran yang bertujuan untuk memotivasi
44
di pajang di dalam kelas atau disekitar sekolah di tempat yang strategis agar
terlihat dengan jelas oleh peserta didik. Misalnya ajakan untuk rajin menabung,
senantiasa
membuang
sampah
pada
tempatnya,
mengingatkan
untuk
beberapa penelitian yang masih ada keterkaitan dengan penelitian yang akan
dikaji oleh peneliti, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Anggara, el al (2011)
Widiani (2012), Sukaesih (2013), Alijanian (2012), Maryani (2013), Hafid dan
Makkasau (2013), Tran (2013), Damayanti (2014), Adnyani (2014), Keshavarz
(2014), dan Sathyprakasha (2014).
Penelitian Anggara, el al (2011) dengan topik penelitiannya yaitu
Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalui Media Poster pada
Peserta Didik Kelas IV SDN Borongan 02 Polanharjo Klaten Tahun Ajaran
2011/2012, menjelaskan bahwa tujuan penelitian untuk meningkatkan
keterampilan menulis deskripsi melalui media poster pada peserta didik kelas
IV SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten. Bentuk penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari dua dengan tiap siklus terdiri dari 2
45
penelitian tersebut
menunjukkan
bahwa:
(1) terdapat
46
model
prestasi
belajar
keterampilan menulis narasi peserta didik dari motivasi berprestasi peserta didik
kelas VII SMP Negeri 1 Bangli.
Relevansi penelitian Widiani (2012) dengan penelitian yang akan
dilakukan, antara lain sama-sama menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, sama-sama meneliti keterampilan menulis peserta didik,
jenis penelitian yang sama-sama menggunakan jenis eksperimen, rancangan
penelitian sama-sama menggunakan posttest-only control group design, metode
penelitian sama-sama menggunakan metode kuantitatif, dan teknik pengambilan
sampel penelitian sama-sama menggunakan teknik simple random sampling.
Perbedaan penelitian penelitian Widiani (2012) dengan penelitian yang akan
dilakukan, antara lain penelitian Widiani (2012) meneliti keterampilan menulis
narasi sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan meneliti menulis anekdot,
dan penelitian Widiani (2012) mengambil sampel peserta didik kelas VII SMP
sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan mengambil sampel peserta didik
kelas X SMA.
Sukaesih (2013) dengan topik penelitiannya yaitu Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Teams games tournaments (TGT) dalam
Pembelajaran Menulis Kalimat Efektif Berbasis Tatabahasa Struktural
menjelaskan bahwa penelitian ini berfokus pada upaya mencobakan model
pembelajaran yang diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan menulis
kalimat efektif peserta didik SMP kelas VII. Model yang dimaksud adalah
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT).
Games dan Tournaments, dapat dimanfaatkan untuk merangsang peserta didik
47
agar dapat bertanggung jawab terhadap tugas pribadi dan kelompok, meraih
keberhasilan dalam kelompok dan meningkatkan prestasi individu.
Data proses pembelajaran TGT diperoleh melalui observasi oleh tiga
orang observer; dan data hasil proses diperoleh melalui tes menulis. Data hasil
tes dianalisis dan diolah dengan statistik melalui uji t untuk melihat perbedaan
kemampuan menulis kalimat efektif sebelum dan sesudah proses pembelajaran
TGT. Hasil pengolahan data memberikan informasi bahwa model TGT dapat
dilaksanakan dengan sangat efektif di SMP kelas VII. Dengan Model TGT
kemampuan menulis kalimat efektif peserta didik SMP kelas VII dapat
ditingkatkan dari rata-rata 46,68 menjadi 75,91.
Relevansi penelitian Sukaesih (2013) dengan penelitian yang akan
dilakukan, antara lain sama-sama meneliti penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, sama-sama meneliti keterampilan menulis peserta didik,
jenis penelitian yang sama-sama menggunakan jenis eksperimen, data hasil
proses sama-sama diperoleh melalui tes menulis. Data hasil tes sama-sama
dianalisis dan diolah dengan statistik melalui uji t. Perbedaan Penelitian
Sukaesih (2013) dengan penelitian yang akan dilakukan, antara lain penelitian
Sukaesih (2013) meneliti keterampilan menulis kalimat efektif berbasis
tatabahasa struktural sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan meneliti
menulis anekdot, dan penelitian Sukaesih (2013) mengambil sampel peserta
didik kelas VII SMP sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan mengambil
sampel peserta didik kelas X SMA.
Alijanian (2012) dengan penelitiannya yang berjudul The Effect of
Student Teams Achievement Division Technique on English Achievement of
Iranian EFL Learners, menerangkan bahwa Sebuah pendekatan yang disebut
student teams achievement division (STAD) telah dikembangkan berdasarkan
prinsip-prinsip Cooperative Learning (CL). STAD menekankan pada tujuan
tim dan kesuksesan bergantung pada pembelajaran semua anggota kelompok.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki efek dari STAD pada
pencapaian bahasa Inggris peserta didik SMP Iran. Sampel penelitiannya
sebanyak 60 peserta didik (terdiri dari 2 kelas, eksperimen dan kontrol) yang
48
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
langkah-langkah
49
Grade
9th
Secondary
School
Students
Towards
Mathematics,
50
menggunakan
desain
penelitian
eksperimen
jenis
pre-test-post-test
51
52
penelitian
sama-sama
menggunakan
observasi,
tes,
dan
STAD,
metode
penelitian
yang
digunakan
Damayanti
Cooperative
Learning
Meta-Analysis,
menjelaskan
bahwa
53
kooperatif terus baik bagi peserta didik di semua tingkat usia, untuk semua
mata pelajaran, dan untuk berbagai tugas, seperti pada yang melibatkan
hafalan, retensi dan kemampuan memori serta kemampuan pemecahan
masalah. Menyadari pentingnya dan manfaat dari teknik pembelajaran
kooperatif, sangat menganjurkan dalam mengajar dalam rangka meningkatkan
prestasi peserta didik. Model Pembelajaran kooperatif juga membantu untuk
mengatasi masalah metode konvensional atau tradisional pengajaran.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah sama-sama menekankan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Melalui pembelajaran kooperatif peserta didik
bekerja sama dalam kelompok kelompok heterogen kecil pada tugas-tugas
akademik. Pembelajran kooperatif dipandang sebagai solusi pemecahan
masalah bagi pembelajaran yang konvensional.
Keshavarz (2014) dengan penelitiannya yang berjudul The Effect Of
Cooperative Learning Techniques On Promoting Writing Skill Of Iranian
Efl Learners, menerangkan bahwa pembelajaran Kooperatif mengacu pada
metode pembelajaran yang melibatkan kelompok heterogen kecil yang bekerja
bersama-sama, menuju tujuan bersama dan pengajaran menulis dapat menjadi
keterampilan yang sulit dalam pengajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa
Asing, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
teknik pembelajaran kooperatif untuk mempromosikan tulisan keterampilan
Iran EFL Learners. sehingga, 100 peserta didik berpartisipasi dalam populasi
awal dari studi ini dan 60 peserta didik dipilih setelah Test kemampuan. Para
peserta berada di tingkat menengah sesuai dengan Nelson English Language
Proficiency Test. Peserta yang dipilih secara acak dibagi menjadi dua
kelompok eksperimen: students teams Achievement Divisions (STAD), Group
Investigation (GI), dan satu kontrol Instruksi Conventional (CI). Prosedur ini
berlangsung selama 16 minggu. Analisis statistik hasil dengan ANOVA satu
arah menunjukkan bahwa kelompok eksperimen (STAD dan GI) dilakukan
lebih baik pada keterampilan menulis daripada kelompok kontrol (CI), dan
berdasarkan hasil pembelajaran kooperatif meningkatkan kinerja peserta didik
54
dalam menulis.
Relevansi penelitian Keshavarz (2014) dengan penelitian yang
dilakukan adalah sama-sama menekankan pembelajaran menulis dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif khususnya model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Berdasarkan penelitian itu membuktikan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kinerja peserta didik
dalam keterampilan menulis. Perbedaan penelitian Keshavarz (2014) dengan
penelitian yang dilakukan adalah penelitian Keshavarz (2014) menekankan
pada model pembelajaran students teams Achievement Divisions (STAD),
Group Investigation (GI), dan satu kontrol Instruksi Conventional (CI)
sedangkan penelitian yang dilakukan menekankan pada model students teams
Achievement Divisions (STAD) dan teams games tounaments (TGT).
3. Kerangka Berpikir
Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dari
komunikasi untuk saling berhubungan dengan manusia lain. Sarana
komunikasi yang dimaksud adalah bahasa. Bahasa merupakan suatu alat untuk
berkomunikasi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Bahasa
sebagi alat komunikasi manusia dapat berupa bahasa lisan maupun bahasa
tulisan. Keterampilan bahasa dibagi menjadi empat keterampilan, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Berdasarkan empat keterampilan tersebut, keterampilan menulis
merupakan keterampilan yang membutuhkan ketekunan dalam belajar, karena
dalam menulis, seseorang harus dapat menuangkan ide serta buah pikirannya
ke dalam bentuk bahasa tulis. Keterampilan menulis diajarkan dari tingkat
Sekolah Dasar (SD) sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)
dengan tujuan agar peserta didik terbiasa dalam menuangkan ide dan buah
pikirannya ke dalam sebuah tulisan atau teks. Hal ini sesuai dengan
implementasi kurikulum 2013 Bahasa Indonesia yang menekankan pada teks
yang bertujuan agar peserta didik mampu memproduksi dan menggunakan teks
sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Pembelajaran Bahasa Indonesia
55
56
division (STAD)
(TGT)
57
4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2010: 71). Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan keadaan
parameter yang akan diuji melalui statistik sampel. Hipotesis dalam penelitian
ini adalah :
Ha1 : Penggunaan model pembelajaran student teams achievement division
(STAD) berbantuan media poster lebih efektif dari pada penggunaan model
pembelajaran teams games tournament (TGT) berbantuan media poster
terhadap kemampuan menulis anekdot peserta didik kelas XI SMA.
H01 : Penggunaan model pembelajaran student teams achievement division
(STAD) berbantuan media poster tidak lebih efektif dari pada penggunaan
model pembelajaran teams games tournament (TGT) berbantuan media poster
terhadap kemampuan menulis anekdot peserta didik kelas XI SMA.
Ha2 : Penggunaan model pembelajaran student teams achievement division
(STAD) berbantuan media poster lebih efektif dari pada penggunaan model
pembelajaran konvensional berbantuan media poster terhadap kemampuan
menulis anekdot peserta didik kelas XI SMA.
H02 : Penggunaan model pembelajaran student teams achievement division
(STAD) berbantuan media poster tidak lebih efektif dari pada penggunaan
model pembelajaran
58
I. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen karena
penelitian ini memberikan perlakuan (manipulasi) terhadap variable perlakuan,
kemudian mengamati konsekuensi atau keefektifan perlakuan tersebut terhadap
variabel respon. Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif karena data yang dihasilkan melalui penelitian eksperimen
keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement
division (STAD) dan teams games tournament (TGT) berbantu media poster
terhadap kemampuan menulis anekdot peserta didik kelas X SMA akan
dihitung dengan perhitungan statistik. Desain penelitian sangat diperlukan
dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian yang dimaksudkan
menjadi sistematis, sehingga hasil yang diperoleh benar-benar obyektif, akurat
dan dapat dipertanggungjawabkan. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah control group postest- only design dengan subyek
penelitian akan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok eksperimen 1,
kelompok eksperimen 2, dan kelompok kontrol.
Tabel 6 Desain Penelitian
Kelompok
Eksperimen 1
Perlakuan
E1
Tes akhir
O
Eksperimen 2
E2
Kontrol
Keterangan:
Kelompok Eksperimen 1 = Kelompok sampel yang mendapat perlakuan
dengan
model
student
teams
achievement
division (STAD).
Kelompok Eksperimen 2 = Kelompok sampel yang mendapat perlakuan
dengan model teams games tournament (TGT).
Kelompok Kontrol
59
E1
student
teams
achievement
division
(STAD).
E2
2. Setting Penelitian
a. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tiga sekolah khususnya untuk kelas X.
Tiga sekolah itu adalah MA Tarbiyatul Islamiyah Pucakwangi Pati, MA
Matholiul Huda Pucakwangi Pati, dan MA Nurul Quran Pucakwangi Pati.
Peneliti memilih sekolah-sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian karena
ketiga sekolah tersebut pada dasarnya mempunyai kualitas yang sama,
mempunyai fasilitas yang mendukung untuk pelaksanaan penelitian, dan
sekolah tersebut masih dalam satu wilayah kecamatan Pucakwangi kabupaten
Pati sehingga peserta didik yang bersekolah di sana mempunyai adat dan
situasi yang sama.
b. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada saat semester II tahun pelajaran
2014/2015 sesuai dengan penerapan SKL (standar kompetensi lulusan) Bahasa
Indonesia kelas X SMA/MA pada kurikulum 2013.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini meliputi semua peserta didik kelas X MA
Tarbiyatul Islamiyah Pucakwangi Pati, MA Matholiul Huda Pucakwangi Pati,
60
No.
1.
2.
3.
Populasi
Kelas
Kelas X IPS 1
Kelas X IPS 2
Kelas X IPA 1
Kelas X IPA 2
Kelas X IPS 1
Kelas X MA Nurul Quran Kelas X IPS 1
Pucakwangi Pati
Kelas X IPS 2
Jumlah Peserta didik
Jumlah
Peserta Didik
34
32
35
32
35
32
33
244
b. Sampel Penelitian
Penentuan sampel penelitian ini menggunakan teknik cluster random
sampling dengan memilih 1 kelas secara acak dari setiap Sekolah. Pengambilan
sampel dilakukan setelah memperhatikan atas ciri-ciri relative yang dimiliki
oleh masing-masing sampel. Adapun ciri-ciri tersebut adalah peserta didik
yang mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama. Peserta didik yang
menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang sama, dan pembagian
61
4. Variabel Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu variabel perlakuan (X) dan
variabel respon (Y).
1) Variabel Perlakuan (X)
Variabel perlakuan dari penelitian ini memuat model pembelajaran dan
media pembelajaran, antara lain model pembelajaran kooperatif tipe student
teams achievement division (STAD) berbantuan media poster, model
pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) berbantuan
media poster, dan model pembelajaran konvensional berbantuan media poster.
2) Variabel Respon (Y)
Variabel respon dari penelitian ini adalah hasil belajar menulis anekdot peserta
didik.
62
63
64
1) Tes
Tes pada penelitian ini diberikan kepada peserta didik setelah penelitian
dilakukan. Tes ini bertujuan untuk mendapatkan data atau nilai hasil belajar
peserta didik dalam menulis anekdot. Tes ini berupa satu pertanyaan perintah
menulis anekdot kepada peserta didik yang dilengkapi dengan lembar jawaban.
Jawaban peserta didik atas soal yang diberikan dinilai berdasarkan profil
penilaian menulis anekdot sesuai pada kurikulum 2013. Profil penilaian
menulis anekdot peserta didik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 9 Profil Penilaian Menulis Teks Anekdot
No.
Aspek
Skor
1.
Isi
27-30
22-26
17-21
13-16
2.
Struktur
18-20
14-17
10-13
7-9
3.
Kosakata
18-20
14-17
65
10-13
7-9
4.
Kalimat
18-20
14-17
10-13
7-9
5.
Mekanik
9-10
7-8
4-6
1-3
66
2) Lembar Observasi
Lembar observasi ini berupa lembar pengamatan terhadap aktivitas
yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
sebelum penelitian dilakukan dan perilaku peserta didik selama mengikuti
pembelajaran menulis anekdot dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe student teams achievement division (STAD) dan teams games
tournament (TGT) berbantu media poster. Lembar observasi guru dan peserta
didik dapat dilihat di bawah ini.
Lembar Observasi
Keaktifan Peserta Didik dalam Pembelajaran Menulis Anekdot
Sekolah / Kelas
: _________________
Hari / Tanggal
: _________________
Nama Guru
: _________________
Nama Observer
: _________________
Tujuan :
1. Merekam data berapa banyak peserta didik di suatu kelas aktif belajar
2. Merekam data kualitas aktivitas belajar peserta didik
Petunjuk :
1. Observer harus berada pada posisi yang tidak mengganggu pembelajaran tetapi
tetap dapat memantau setiap kegiatan yang dilakukan peserta didik.
2. Observer memberikan skor sesuai dengan petunjuk berikut:
Keaktifan peserta didik : 0 sampai > 20%; 2 bila 20% sampai > 40%; 3 bila
40% sampai > 60% skor 4 bila 60% sampai 80%; skor 5 bila 80% sampai
100% aktif.
67
Keaktifan
Kualitas
Peserta
Keaktifan
Didik
No.
A.
---
---
1.
---
---
2.
---
---
3.
---
---
---
---
1.
---
---
2.
---
---
3.
---
---
C.
---
---
1.
Mengemukakan pendapat
---
---
2.
Menjelaskan
---
---
3.
Berdiskusi
---
---
4.
Mempresentasi laporan
---
---
5.
---
---
---
---
---
---
Mengomentari
pembelajaran
dan
menyimpulkan
2.
---
---
3.
---
---
68
proses
: ...............................
Hari/tanggal : ...............................
Petunjuk penggunaan:
Lingkarilah angka yang tepat untuk memberikan skor pada aspek-aspek penilaian
aktivitas guru dalam pembelajaran. Adapun kriteria skor adalah 0 = tidak
sesuai/tidak tampak; 1 = kurang baik; 2 = cukup; 3 = baik; 4 = sangat baik.
No. Aspek Penilian
A. Persiapan
Tujuan pembelajarannya disampaikan kepada peserta didik dengan
1.
sangat jelas.
Guru memberikan apersepsi sebagai upaya mendekatkan peserta
2.
didik terhadap materi yang akan diajarkan.
3. Guru mempersiapkan media pembelajaran
4. Guru mempersiapkan seting kelas untuk pembelajaran
5. Guru mempersiapkan peserta didik secara fisik dan mental
B. Presentasi/Penyampaian Pembelajaran
Guru memotivasi peserta didik, menarik perhatian agar mengikuti
6.
proses pembelajaran dengan baik
Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan jelas dan mudah
7.
dipahami peserta didik
Guru memberikan contoh-contoh dengan jelas dan mudah
8.
dipahami peserta didik
Pembelajaran dilaksanakan dalam langkah-langkah dan urutan
9.
yang logis
Petunjuk-petunjuk pembelajaran singkat dan jelas sehingga mudah
10.
dipahami
Materi pembelajaran baik kedalaman dan keluasannya disesuaikan
11.
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
12 Selama proses pembelajaran guru memberikan kesempatan untuk
. bertanya kepada peserta didik
Apabila peserta didik bertanya, maka guru memberikan jawaban
13.
dengan jelas dan memuaskan
Guru selalu mengajak peserta didik untuk menyimpulkan
14.
pembelajaran pada akhir kegiatan atau akhir sesi tertentu
69
Kategori
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
01234
3) Lembar Wawancara
Lembar wawancara mencakup pertanyaan mengenai kendala-kendala
peserta didik selama pembelajaran menulis, perilaku peserta didik selama
pembelajaran menulis, penggunaan model pembelajaran menulis, dan
penggunaan media pembelajaran menulis. Wawancara dilakukan kepada guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah yang menjadi lokasi penelitian.
Pertanyaan dalam lembar wawancara mencakup minat belajar peserta didik,
70
1.
2.
3.
4.
:
:
:
:
:
71
72
Indikator
Nomor Item
Positif
Negatif
Aktifitas
Sikap belajar peserta 1, 3, 5, 7
2, 4, 6, 8
Belajar
didik pada kompetensi
Peserta Didik menulis.
Pada
Minat belajar peserta 9, 11, 13, 10, 12, 14,
Kompetensi
didik pada kompetensi 15
16
Menulis.
menulis.
Kemampuan peserta 17, 19, 21, 18, 20, 22,
didik pada kompetensi
menulis.
Penggunaan model dan 23, 25, 27, 24. 26. 28.
media
pembelajaran 29
30
pada
kompetensi
menulis oleh guru
15
15
Jumlah
Jumlah
30
b) Validitas Instrument
Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat
mengukur apa yang hendak diukur dan jika skor pada item tersebut mempunyai
kesejajaran dengan skor total. Pada validitas suatu instrumen, validitas butir
soal digunakan rumus korelasi product moment yaitu dengan melakukan tryout
atau uji coba instrument terhadap kelas sebelum penelitian. Menganalisa
validitas item instrumen menggunakan rumus sebagai berikut :
73
rxy
N (X
NXY (X )(Y )
2
) (X ) 2 N (Y 2 ) (Y ) 2
Keterangan:
rxy
X
Y
X
Y
XY
hitung
tabel,
Keterangan:
r11
74
t2
= varian total
Keterangan:
= bilangan baku
= data hsil pengamatan
= rata-rata sampel
= simpangan baku sampel dengan rumus:
(
b) Data dari sampel tersebut diurutkan dari skor terendah ke skor tertinggi
c) Data distribusi normal baku dihitung peluang F (Zi) = P ( Z Zi )
d) Menghitung proporsi Z1, Z2, , Zn Zi, Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (
Zi ) maka:
( )
h) Kriteria pengujiannya adalah Jika L0 < Ltabel, maka Ha ditolak, dan Jika L0 >
Ltabel, maka Ha diterima, Ltabel diperoleh dari tabel Lilliefor.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen
dan kontrol berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Tes yang berguna
untuk menentukan apakah sampel berasal dari populasi yang sama. Hal ini
digunakan untuk menentukan bahwa kedua kelas sebelum diberikan perlakuan
berawal dari start yang sama. Uji homogenitas sampel dan populasi
menggunakan uji Bartlett. Jika mempunyai sampel berukuran n dengan data
X1, X2, , Xn dan rata-rata X , maka varians dihitung dengan rumus:
n 1
Keterangan:
Xi = data ke-i
X
= mean
Dk
1/dk
Si2
Log Si2
n1 1
1/( n1 1)
S12
Log S12
( n1 1) log si2
n2 2
1/( n2 1)
S22
Log S22
( n2 1) log s22
nk 1
1/( nk 1)
Sk2
Log Sk2
( nk 1) log sk2
Jumlah
n 1
---
--
n 1log s
76
2
i
ni 1si2
S2
ni 1
77
Ho1 : a1 = a2
Ha1 : a1 > a2
2) Hipotesis 2
Ha2 (Hipotesis kerja) : Penggunaan model pembelajaran student teams
achievement division (STAD) berbantuan media poster lebih efektif dari pada
penggunaan model pembelajaran konvensional berbantuan media poster
terhadap kemampuan menulis anekdot peserta didik kelas XI SMA.
Untuk keperluan uji hipotesis Ha2 diubah menjadi HO2 sebagai berikut:
H02 (Hipotesis nol) : Penggunaan model pembelajaran student teams
achievement division (STAD) berbantuan media poster tidak lebih efektif dari
pada penggunaan model pembelajaran konvensional berbantuan media poster
terhadap kemampuan menulis anekdot peserta didik kelas XI SMA.
Berdasarkan hipotesis 2 di atas dapat dibuat hipotesis statistik untuk keperluan
t-test sebagai berikut:
Ho2 : a2 = a3
Ha2 : a2 > a3
3) Hipotesis 3
Ha3 (Hipotesis kerja) : Penggunaan model pembelajaran teams games
tournament (TGT) berbantuan media poster lebih efektif dari pada penggunaan
model pembelajaran
78
Keterangan:
a1 : rata - rata kemampuan menulis anekdot kelas eksperimen 1
a2 : rata - rata kemampuan menulis anekdot kelas kontrol
a3 : rata - rata kemampuan menulis anekdot kelas eksperimen 2
Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis menggunakan uji t-test adalah
sebagai berikut:
Jika s1 = s2, rumus yang digunakan adalah
thitung=
X1 X 2
1 1
S
n1 n2
(n1 1) S1 (n2 1) S 2
n1 n2 2
2
dengan S2 =
= distribusi student.
X1
X2
n1
n2
S12
S22
Kriteria pengujian:
Terima H0 jika ttabel < thitung < ttabel dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 2)
dan = 5%.
DAFTAR PUSTAKA
79
Evaluasi
Pendidikan. Jakarta:
81
82
83
84