Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DEFINISI
KLASIFIKASI
Klasifikasi diabetes mellitus mengalami perkembangan dan perubahan
dari waktu ke waktu. Dahulu, diabetes diklasifikasikan berdasarkan waktu
munculnya (time of onset). Diabetes yang muncul sejak masa kanak-kanak disebut
juvenile diabetes, sedangkan yang baru muncul setelah seseorang berumur di
atas 45 tahun disebut sebagai adult diabetes. Namun, klasifikasi ini sudah tidak
layak dipertahankan lagi, sebab banyak sekali kasus-kasus diabetes yang muncul
pada
usia
20-39
tahun,
yang
1968,
ADA
menimbulkan
kebingungan
untuk
mengklasifikasikannya.
Pada
tahun
(America
Diabetes
Association)
merekomendasikan standarisasi toleransi glukosa dan mengajukan istilah prediabetes, suspected diabetes, chemical atau latent diabetes dan overt diabetes
untuk pengklasifikasiannya. British Diabetes Association (BDA) mengajukan
istilah yang berbeda, yaitu potential diabetes, latent diabetes, asymptomatic atau
sub-clinical diabetes, dan clinical diabetes. WHO pun telah beberapa kali
mengajukan klasifikasi diabetes melitus. Pada tahun 1965, WHO mengajukan
beberapa istilah dalam pengklasifikasian diabetes, antara lain childhood diabetics,
young diabetics, adult diabetics dan elderly diabetics. Pada tahun 1980, WHO
mengemukakan klasifikasi baru diabetes mellitus untuk memperkuat rekomendasi
National Diabetes Data Group pada tahun 1979 yang mengajukan 2 (dua) tipe
utama diabetes mellitus, yaitu "Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (IDDM)
disebut juga Diabetes Mellitus Tipe 1 dan "Non-Insulin-Dependent Diabetes
Mellitus" (NIDDM) yang disebut juga Diabetes Melitus Tipe 21.
Saat ini, terdapat kecenderungan untuk melakukan pengklasifikasian lebih
berdasarkan etiologi penyakitnya, karenakan klasifikasi diabetes mellitus terus
mengalami perkembangan. Klasifikasi DM berdasarkan etiologinya dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Diabetes Mellitus Berdasarkan Etiologinya1.
KARAKTERISTIK PENDERITA
Karakteristik pada penderita dapat dikenali dengan pemeriksaan pada
kelompok dengan salah satu faktor risiko terjadinya diabetes, yaitu: (1) Usia lebih
dari 45 tahun, 2) memiliki berat badan lebih BBR > 110 % dan BBI atau IMT >
23 kg/n2, 3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi ( > 140/90 mmHg), 4) Riwayat
penyakit diabetes karena faktor keturunan, 5) Riwayat abortus yang berulangulang dan melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi lahir lebih dari 4000 gram,
6) kolesterol HDL < 35 mg/dl atau kadar triglisenda > 250 mg/dl. Resiko diabetes
mellitus dapat teriadi pada : 1) Usia lebih dari 40 tahun, 2) obesitas/ kegemukan,
3) Hipertensi, 4) Adanya hisipidemia (gangguan pada lemak), 5) terdapat luka,
keputihan, 6) Penyakit Cardio Vaskuler, 7) TBC positif yang sulit sembuh.
GEJALA KLINIS
Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian, ada beberapa
gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal
yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air
kecil), polydipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar).
Selain itu, sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak
anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal
yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa
sebab yang jelas.
REFERENSI RISKI
Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring
dan Diagnosis DM2.
Cara pemeriksaan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) sesuai dengan Perkeni3
pada 2006:
a. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari- hari
(dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani
seperti biasa.
b. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari), sebelum pemeriksaan
minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
c. Diperiksa kadar glukosa puasa.
d. Diberikan glukosa, 75 gram pada orang dewasa atau 1,75 gram/kg BB pada
anak-anak, dilarutkan dalan 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit.
e. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2
jam setelah minum larutan glukosa selesai.
f. Diperiksa kadar glukosa 2 jam sesudah beban glukosa.
g. Selama proses pemeriksaan, tidak merokok.
Tabel 3. Odds Ratio (OR) untuk asosiasi faktor risiko antara pre-eklampsia dan
diabetes gestasional pada 4766 wanita hamil7.
Selain itu, GDM juga terbukti merugikan bayi dari wanita dengan GDM seperti
yang ditujukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Hasil yang merugikan pada bayi dari wanita dengan diabetes pada
kehamilan dibandingkan dengan bayi dari wanita tanpa diabetes8 (dkk, 2008).
REFERENSI
3 Manik, HR. 2012. Pengaruh Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi terhadap
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan
Kabupaten Samosir. Medan: USU.
4 Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.