Vous êtes sur la page 1sur 5

Kamis, 24 April 2014.

Kunjungan Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ke Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan Direktur Jendral Pajak (Dirjen Pajak) dalam rangka Government Visit (GOVIS)
matkul Akuntansi Pemerintah (AKPEM).
Pukul 08.30 WIB. Kunjungan ke Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dibentuk berdasarkan kebutuhan pemerintah
untuk melakukan tugas pengawasan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dan
pembangunan.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) berdiri berdasarkan Keppres No. 31 tahun 1983
tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, diperbarui dengan Keppres Nomor 103 Tahun
2001, terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai Auditor Intern Pemerintah, bertugas
mengawal pelaksanaan sistem pengelolaan keuangan negara baik pusat dan daerah.
Terakhir , terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 mengamanahkan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas
keuangan negara atas kegiatan tertentu yang bersifat lintas sektoral, kebendaharaan umum negara dan
penugasan dari Presiden serta menjadi Pembina penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah.
Ringkasan Materi :
Peran Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam Pengawasan Pengelolaan
Keuangan Pemerintah Daerah

Sebelumnya, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuanagan
(BPK) merupakan dua badan yang serupa namun tak sama. Maksudnya, dua lembaga negara ini samasama mempunyai fungsi pengawasan. Tetapi, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
melakukan pengawasan Intern sedangkan, Badan Pemeriksa Keuanagan (BPK) melakukan pengawasan
Ekstern.
Peranan APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah)
Merujuk pada PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang sistem pengendalian Intern pemerintah (SPIP). APIP
paling tidak mempunyai tiga peran kunci:
1. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektifitas
pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintahan.

2. Memberikan early warning dan meningkatkan efektifitas manajemen resiko dalam


penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
3. Memelihara sekaligus meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah.
Terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang penerapan standar akuntansi
(SAP) berbasis akrual pada pemerintah daerah, sebagai mandate dari pasal 7 ayat 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, tentan standar akuntansi pemeritahan, akan memberikan dampak
yang besar dalam perubahan sistem akuntansi yang diterapkan oleh pemerintah daerah.
Perubahan yang mendasar yang mempengaruhi sistem akuntansi adalah perubahan basis akuntansi.
Basis akuntansi yang dianut oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 adalah basis kas menuju
akrual (cash towards accrual), sedangkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, basis
akuntansi adalah basis akrual.
Basis cash towards accrual adalah penggunaan basis kas dan basis akrual dalam penyusunan laporan
keuangan. Ada bagian laporan keuangan yang menggunakan basis kas yakni untuk pengakuan
pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan sebagian lagi menggunakan basis akrual yakni pengakuan
asset, kewajiban dan ekuitas. Basis kas adalah suatu transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui
dan dicatat apabila terjadi penerimaan atau pengeluaran kas,
Sedangkan Basis Akrual adlaha basis akuntansi dimana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi
diakui, dicatat,dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa
memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan. Menurut Permendagri No. 64 Tahun 2013 yang
dimaksud SAP berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, asset, utang, dan ekuitas
dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam
pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBD.
Kelebihan akuntansi berbasis akrual antara lain:

Menyajikan informasi dengan lebih lengkap dan memenuhi fungsi manajerial pengawasan.
Mengukur kinerja sesungguhnya dari Entitas Akuntasi/pelaporan.
Mengukur efisiensi pelayanan yang dilakukan oleh pemda.

Penerapan akuntansi berbasis kas menuju akrual hanya menghasilkan 4 laporan keuangan pokok yakni
laporan realisasi anggaran(LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan catatan atas laporan
keuangan(caLK). Sedangkan penerapan akuntansi berbasis akrual menghasilkan 7 laporan keuangan
pokok, yakni laporan realisasi anggaran(LRA), laporan perubahan saldo anggaran(SAL), laporan
operasional(LO), Neraca, Laporan Arus Kas(LAK), laporan perubahan ekuitas(LPE),dan catatan atas
laporan keuangan(caLK).

Implementasi SAP berbasis Akrual pada Pemda


Permendagri No. 64 Tahun 2013, memberi panduan dalam rangka pengimplementasikan akuntansi
berbasis akrual berkaitan dengan penyusunan peraturan kepala daerah mengenai kebijakan akuntansi,
sistem akuntansi, dan penyusunan bagan akun standar (BAS).
Penyusunan kebijakan akuntansi pemerintah daerah dapat dilakukan melalui beberapa tahapan
berdasarkan komponen utama kebijakan akuntansi, yakni:

Tahap penyusunan kebijakan akuntansi laporan keuangan. Tahap ini dimulai dari pengumpulan
rujukan atau refrensi berupa peraturan perundang-undang dan literature lain yang terkait dengan
kebijakan akuntansi laporan keuangan pemerintah daerah.
Tahap penyusunan kebijakan akuntansi akun, tahapan ini dimulai dari pengumpulan rujukan atau
referensi dari standar akuntansi pemerintahan (SAP).
Penyusunan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAPD), tahap ini merupakan suatu instrument
penting dalam rangka implementasi SAP berbasis Akrual. SAPD sebagai alat untuk mewujudkan
prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan oleh SAP dan kebijakan akuntansi menjadi serangkaian
prosedur pencatatan dengan menggunakan akuntansi double entry melalui alat-alatnya berupa buku
jurnal, buku besar, neraca saldo, dan laporan keuangan itu sendiri.
Penyusunan Bagan Akun Standar (BAS), tahap ini merupakan pendoman bagi pemerintah daerah
dalam melakukan kodefikasi akun yang menggambarkan struktur laporan keuangan secara lengkap
dan digunakan dalam pencatatan transaksi pada buku jurnal, pengklasifikasian pada buku
besar,pengikhtisaran pada neraca saldo, dan penyajian pada laporan keuangan. Terdapat 9 kode
akun yang menggambarkan karakteristik masing-masing akun, sebagai berikut:
1. Menunjukan asset
2. Menunjukan kewajiban
3. Menunjukan ekuitas
4. Menunjukan pendapatan-LRA
5. Menunjukan belanja
6. Menunjukan transfer
7. Menunjukan pembiayaan
8. Menunjukan pendapatan-LO
9. Menunjukan beban

Metode pencatatan
Sistem akuntansi berbasis akrual akan mengakomondasi baik basis akrual maupun basis kas dalam satu
sistem. Oleh sebab itu, metode pencatatan yang digunakan dalam sistem akuntansi berbasis akrual
untuk mencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran kas akan langsung berpengaruh terhadap
laporan realisasi anggaran (LRA) dan laporan operasional (LO). Dilakukan dua jenis penjurnalan
sekaligus, baik untuk peerimaan kas maupun pengeluaran kas. Untuk mencegah duplikasi pencatatan
akun kas dalam sistem akuntansi berbasis akrual ini, akan dikenal akun baru yang dinamakan perubahan
SAL.

Proses akuntansi dan penyusunan laporan keuangan pada entitas akuntansi:


1.
2.
3.
4.

Identifikasi transaksi keuangan


Membuat jurnal atas transaksi keuangan
Posting kebuku besar
Menyusun neraca lajur:
a. Menyusun neraca saldo
b. Membuat jurnal penyesuaian
c. Membuat jurnal penutup
5. Menyusun laporan keuangan
Proses penyusunan laporan keuangan pada entitas pelaporan:
1. Penggabungan laporan keuangan entitas akuntansi (SKPD) : LRA, Neraca, LO, LPE, caLK menjadi
laporan keuangan Pemda
2. Penyusunan LPSAL dan LAK Pemda
Proses penggabungan LK SKPD dan penyusunan LPSAL dan LAK pemda dilakukan oleh SKPKD.

Pukul 13.00 kunjungan ke Direktur Jendral Pajak (Dirjend Pajak)


Direktur Jendral Pajak (Dirjend Pajak) adalah sebuah direktorat jendral di bawah kementrian keuangan
Indonesia yang menpunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di
dalam perpajakan.
Dalam menjalankan tugasnya, Direktur Jendral Pajak (Dirjend Pajak) menyelenggarakan fungsi:

Penyiapan perumusan kebijakan Departemen keuangan di bidang perpajakan.


Pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan.
Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang perpajakan.
Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perpajakan.
Pelaksanaan administrasi Direktur Jendral Pajak (Dirjend Pajak)

Ringkasan materi :
pentingnya peranan pajak dalam menciptakan kemandirian pembangunan
BOSS dan LEADER serupa namun berbeda, mengapa? Karena, BOSS hanya memerintah anak buahnya
saja tanpa tanpa memberi contoh kepada anak buahnya. Sedangkan, LEADER adalah seorang pemimpin
yang memberi contoh kepada anggotannya sehingga anggotannya mencontoh Sang leader tersebut.
Bangsa ini membutuhkan seorang LEADER bukan seorang BOSS.

Mahasiswa adalah seorang calon pemimpin dalam sebuah pembangunan bangsa dan negara Indonesia.
Seorang pemimpin harus berani bermimpi. Bermimpi untuk menjadikan negara Indonesia sebagai
negara yang lebih maju. Seperti negara-negara di eropa, amerika, jepang dan negara tetangga yaitu
singapura.
IMF memproyeksikan Indonesia akan mempunyai pertumbuhan ekonomi tercepat diantara negaranegara G20. Pada proyeksi pertumbuhan (CAGR) PDB Nominal periode 2012 hingga 2017, Indonesia
menempati posisi pertama sekitar 15,5% pertumbuhan ekonominya dibandingkan negara-negara
lainnya. Dan akan menjadi negara dengan tingkat perekonomiannya terbesar ke-4 di dunia pada tahun
2050.
Lalu, kenapa Indonesia masih menjadi negara berkembang?
Suatu negara dikatakan maju apabila sudah bisa mandiri dalam perekonomian di negara tersebut.
Indonesia masih dikatakan belum mandiri dalam bidang ekonomi, karena:
1. APBN mengalami Defisit
2. Instrument utang dimiliki oleh asing
3. 10% dari belanja negara di APBN 2014 digunakan untuk bayar utang
a. Cicilan pokok = Rp 59,1 Triliun
b. Bunga utang = Rp 121,3 Triliun
4. Kebanyakan investor asing yang menginvestasikan kekayaan di Indonesia bahkan sebagian
besar pertambangan di wilayah Indonesia di kuasai oleh asing.
5. Masih impor bahan kebutuhan pangan
Dalam sejarah perjalanan Republik ini, telah kita ketahui bahwa sumber pendapatan negara dari pajak
telah menjadi unsur utama dalam menunjang kegiatan perekonomian, menggerakkan roda
pemerintahan dan penyediaan fasilitas umum bagi masyarakat. Bahkan secara presentasesekitar 70%
hingga 80% pendapatan negara Indonesia dari pajak. Ini menunjukan peranan pajak dalam mewujudkan
stabilitas roda kehidupan negeri ini harus makin ditingkatkan lagi mengingat makin tingginya tuntutan
kebutuhan dan makin kompleksnya tantangan jaman, terutama memasuki era globalisasi.

Vous aimerez peut-être aussi