Vous êtes sur la page 1sur 9

BUKU ACUAN

Modul no : 2
Kolegium Ilmu Orthopaedi
& Traumatologi
Keterkaitan dengan
modul lain

PENATALAKSANAAN
DISLOKASI BAHU

ICOPIM :
8-209

Modul Reduksi Tertutup dan


Imobilisasi

1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah mengikuti sesi ini peserta program mampu memahami dan mengerti tentang
anatomi, patofisiologi-biomekanik, cara mendiagnosa, cara penatalaksanaan terapi nonoperatif/operatif, komplikasi penatalaksanaan terapi non-operatif/operatif, rehabilitasi
pasca tindakan.
2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Setelah mengikuti sesi ini peserta program akan memiliki kemampuan untuk:
1. Manpu menjelaskan tipe dan klasifikasi dislokasi bahu
2. Mampu menjelaskan gejala klinis dan patologi dan masing-masing tipe dan
klasifikasi dislokasi bahu
3. Mampu melakukan komunikasi dengan pasien dan atau keluarga mengenai fraktur
dislokasi tertutup dan penatalaksanaanya serta hal-hal yang mungkin terjadi selama
atau sesudah penatalaksanaan
4. Melakukan penatalaksanaan pre-operatif, operatif dan pasca operatif sesuai dengan
tipe dan klasifikasinya termasuk indikasi mutlak dan kontra indikasi operatif
5. Melakukan tindakan reduksi tertutup dislokasi bahu dan mampu melakukan reduksi
terbuka bila dislokasi bahu tidak bisa direduksi
6. Mampu mendeteksi dan menangani komplikasi dini yang terjadi pasca tindakan.
7. Melaksanakan penanganan rehabilitasi pasca tindakan melalui kerjasama tim
3. KOMPETENSI
Tahapan Bedah Dasar (semester I-III)
1. Persiapan pra tindakan
Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang, Informed consent
2. Follow up dan rehabilitasi
Tahapan Bedah Lanjut (semester IV-VII) dan chief resident (semester VIII-IX)
1. Persiapan pra tindakan
Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang, Informed consent
2. Melakukan penanganan non operatif (bimbingan, mandiri) setelah sebelumnya pernah
manjadi asisten
3. Penanganan komplikasi
4. Follow up dan rehabilitasi
5. Tata cara merujuk pada spesialis Orthopaedi dan Traumatologi

4. REFERENSI
1. SalterR. Textbook of disorder and injuries of the musculoskeletal system. 3 rd ed,
Baltimore: Williams and Wilkins, 1999.
2. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apleys System of Orthopaedics and Fractures,
8th ed. Great Britain, Arnold. 2001.
3. Canale ST. Campbell's Operative Orthopaedics. 10th ed. Baltimore. Mosby. 2001.
4. Rockwood and Greens Fractures in Adults and in Children.
5. Hoppenfeld S. Surgical Exposure in Orthopaedic the anatomic approach. 2 nd ed.
Philladelphia. Lipincott William and Wilkins. 1994.
5. GAMBARAN UMUM
Sendi bahu merupakan sendi besar yang paling sering mengalami dislokasi , lebih
dari 45% dari keseluruhan dislokasi. Sebagian besar dislokasi sendi bahu adalah jenis
anterior, 8-9 x lebih sering daripada dislokasi sendi bahu posterior. Dislokasi sendi ke
inferior dan superior pada sendi bahu sangat jarang.
Secara garis besar dislokasi bahu dibagi menjadi dislokasi anterior dan dislokasi
posterior. Dislokasi anterior disebabkan oleh gaya eksternal rotasi dan ekstensi pada sendi
bahu yang berlebihan. Sehingga kaput humerus terbawa ke depan dan biasanya
mengavulsi tulang rawan labrum glenoid dan kapsul pada batas anterior kavitas glenoid
(bankart lession). Dislokasi posterior disebabkan jatuh secara langsung pada permukaan
depan bahu dimana bahu dalam posisi adduksi dan rotasi internal.
Terdapat tiga teknik reduksi pada dislokasi bahu yakni teknik Hippocrates, Stimson,
dan Kocher. Indikasi pembedahan adalah fraktur displacement pada tuberositas minor,
fragmen glenoid posterior yang besar, dislokasi yang tidak tereduksi secara tertutup,
dislokasi terbuka, fraktur anteromedial humeral impaction. Pilihan operasi termasuk
reduksi secara terbuka, reveferse Putty Platt prosedur, Boyd Sisk prosedur, humeral dan
glenoid osteotomi, capsulorapy.
Sedangkan komplikasinya antara lain robeknya rotator cuff, cidera nervus axilary
(lesi biasanya neuropraxia, yang dapat sembuh spontan dalam beberapa minggu), cidera
arteri axilary, dan rekuren dislokasi anterior
6. MATERI BAKU DISLOKASI BAHU
Epidemiologi
- Merupakan sendi besar yang paling sering mengalami dislokasi , lebih dari 45% dari
keseluruhan dislokasi.
- Sebagian besar dislokasi sendi bahu adalah jenis anterior, 8-9 x lebih sering daripada
dislokasi sendi bahu posterior.
Anatomi
- Kestabilan sendi bahu tergantung dari kapsul sendi dan otot-otot di sekitar sendi
- Glenoid sangat dangkal bila dibandingkan dengan kaput humerus, sehingga kestabilan
dari tulang sendiri sangat minimal. Karena sebab ini sendi bahu sangat sering mengalami
dislokasi.
Mekanisme cedera
2

Secara garis besar dislokasi bahu dibagi menjadi : dislokasi anterior dan dislokasi
posterior.
Pada dislokasi anterior disebabkan oleh gaya eksternal rotasi dan ekstensi pada sendi
bahu yang berlebihan. Sehingga kaput humerus terbawa ke depan dan biasanya
mengavulsi tulang rawan labrum glenoid dan kapsul pada batas anterior kavitas glenoid
( bankart lession ).
Dislokasi posterior disebabkan jatuh secara langsung pada permukaan depan bahu
dimana bahu dalam posisi adduksi dan rotasi internal.

Gambar 1. Dislokasi bahu anterior, biasanya kapsul robek pada tempat lekatnya ke glenoid,
disebut lesi Bankart. Pada kaput humerus dapat ditemukan kelainan yang disebut lesi Sach
Hill . Kapsul (1), Glenoid labrum (2).

Gambar 2. Lesi Sach Hill pada kaput humerus


Evaluasi klinis
- Dislokasi anterior
Nyeri pada sendi bahu, setelah pergerakan berlebih atau trauma pada sendi bahu.
Pasien biasanya memegang siku dengan tangan yang lain untuk mencegah pergerakan
sendi yang sakit. Perlu diketahui apakah ada riwayat dislokasi sebelumnya. Posisi
lengan dalam keadaan sedikit abduksi dan eksternal rotasi pada sendi bahu. Bahu
tampak lebih datar karena pergeseran dari kaput humerus.
Pada palpasi di tepi bawah acromion, tahanan dari kaput humerus menghilang dan
kaput humerus yang terdislokasi dapat palpasi berada di anterior.
3

Cidera nervus axilary (circumplex) merupakan komplikasi yang sering. Perlu


diperiksa sensitivitas daerah yang dipersarafi nervus tersebut, pada daerah deltoid.
Nervus muskulokutaneus perlu diperiksa dengan memeriksa sensasi pada daerah
anterior lengan bawah.
Dislokasi posterior
Secara klinis dislokasi bahu posterior tidak ada deformitas klinis yang jelas, setelah
terjadi dislokasi, lengan biasanya dalam posisi internal rotasi dan adduksi.
Perlu diperiksa n. Axilary, walaupun lebih jarang cidera pada dislokasi posterior.
Pada pemeriksaan ditemukan keterbatasan rotasi eksternal dan elevasi ke anterior
(<90). Palpasi pada bahu dapat ditemukan massa di posterior bahu.

Evaluasi radiologi
- Dislokasi anterior
Kebanyakan dislokasi anterior dapat dilihat secara jelas pada foto roentgen bahu
proyeksi AP. Kaput humerus tergeser pada anterior dan medial, hilangnya kongruitas
glenoid dan kaput humerus.
Bila ragu pada proyeksi AP, dapat ditambah dengan proyeksi axial lateral. Tapi
biasanya pasien terlalu sakit untuk dilakukan proyeksi tersebut, dapat dilakukan
dengan proyeksi apical oblik.

Gambar 3. Dislokasi anterior


-

Dislokasi posterior
Dengan proyeksi AP pada bahu sudah dapat terlihat jelas adanya dislokasi, bila ada
keraguan dapat ditambah dengan proyeksi lateral

Penatalaksanaan
Dislokasi anterior
4

Dislokasi anterior harus direduksi secepatnya. Reduksi tertutup dilakukan setelah


pemeriksaan klinis, evaluasi radiologi dan pemberian analgesia atau sedasi yang cukup.
Ada beberapa metode reduksi secara tertutup:
1. Teknik Hipocrates
Dapat dilakukan dengan satu orang penolong, kaki penolong ditempatkan di ketiak pasien,
lakukan internal dan eksternal rotasi dengan traksi aksial pada ekstremitas yang terlibat.
2. Teknik Stimson
Setelah pemberian analgetik, pasien dalam posisi telungkup di atas tempat tidur dengan
lengan yang terkena menggantung ke bawah dan ditraksi dengan beban 5 pound yang di
ikat ke pergelangan tangan. Ditraksi selama 15-20 menit.

Gambar 4. Teknik Hipocrates (kiri), Teknik Stimson (kanan).


3.Teknik Kocher
Metode reduksi yang populer, dilakukan setelah pemberian sedasi. Lakukan traksi pada
lengan atas, rotasi eksternal pada sendi bahu, usahakan dapat mencapai 90. Biasanya
sendi bahu dapat tereduksi dan terasa sensasi klik saat eksternal rotasi, bila ini tidak
terjadi, maka lakukan adduksi sendi bahu sehingga siku berada di depan dada. Kemudian
lakukan rotasi internal pada sendi bahu. Jika reduksi masih tidak tercapai ulangi tahapan
ini dari awal. Jika dengan sedasi saja reduksi gagal, maka indikasi untuk melakukan
reduksi dalam anestesi umum.

Gambar 5. Teknik Kocher


Setelah reduksi maka harus dilakukan pemeriksaan x-ray untuk konfirmasi. Setelah itu
lengan disokong dengan arm sling, dan di bebat dengan bandage ke dada supaya posisi
lengan dalam internal rotasi adduksi selama 3 minggu. Pada orang tua risiko untuk
redislokasi kecil, namun risiko kekakuan sendi lebih besar, maka penggunaan armsling
dalam baju selam 1-2 minggu sudah cukup.

Gambar 6. Perawatan pasca reduksi


Indikasi operasi pada dislokasi anterior antara lain:
-interposisi dari jaringan lunak
-displace dari tuberositas mayor
-fraktur glenoid rim > 5 mm
Tindakan operasi antara lain repair anterior labrum, capsulorapy, tendon/muscle transfer, dan
bony trensfer.
Dislokasi Posterior
Reduksi dapat tercapai dengan melakukan traksi pada lengan yang dalam posisi 90abduksi
dan kemudian lakukan eksternal rotasi pada sendi bahu. Jika hasil redukasi dianggap stabil,
maka lengan disanggah dengan arm sling dalam posisi seperti pada dislokasi anterior. Tetapi
bila hasil reduksi dianggap tidak stabil, maka penting untuk memposisikan lengan dalam
keadaan sendi bahu 40 abduksi dan 60 ieksternal rotasi dan ekstensi penuh. Imobilisasi
dipertahankan selama 3-6 minggu, tergantung usia pasien dan kestabilan sendi bahu.

Gambar 7. Reduksi pada dislokasi posterior sendi bahu (kiri). Imobilisasi pada dislokasi
bahu posterior ( kanan).
Indikasi pembedahan :
-Fraktur displacement pada tuberositas minor
-Fragmen glenoid posterior yang besar
-Dislokasi yang tidak tereduksi secara tertutup
-Dislokasi terbuka
-Fraktur anteromedial humeral impaction
Pilihan operasi termasuk reduksi secara terbuka, reveferse Putty Platt prosedur, Boyd Sisk
prosedur, humeral dan glenoid osteotomi, capsulorapy.
Prognosis
Secara fungsional pasien dengan dislokasi bahu dapat kembali pada fungsi dasar yang
normal.
Komplikasi
- Robeknya rotator cuff
- Cidera nervus axilary, lesi biasanya neuropraxia, yang dapat sembuh spontan dalam
beberapa minggu.
- Cidera arteri axilary
- Rekuren dislokasi anterior
7. ALGORITMA DIAGNOSA DAN LANGKAH PENGOBATAN
Algoritma

Dislokasi bahu

Akut

Neglected

Reduksi
tertutup

Rujuk spesialis
Orthopaedi
dan
Traumatologi

Tidak
berhasil

Reduksi
terbuka
Kepustakaan
1. SalterR. Textbook of disorder and injuries of the musculoskeletal system. 3 rd ed,
Baltimore: Williams and Wilkins, 1999.
2. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apleys System of Orthopaedics and Fractures,
8th ed. Great Britain, Arnold. 2001
3. Canale ST. Campbell's Operative Orthopaedics. 10th ed. Baltimore. Mosby. 2001
4. Rockwood and Greens Fractures in Adults and in Children.
5. Hoppenfeld S. Surgical Exposure in Orthopaedic the anatomic approach. 2 nd ed.
Philladelphia. Lipincott William and Wilkins. 1994
8. RANGKUMAN
Bahu Merupakan sendi besar yang paling sering mengalami dislokasi , lebih dari 45%
dari keseluruhan dislokasi. Sebagian besar dislokasi sendi bahu adalah jenis anterior, 8-9
x lebih sering daripada dislokasi sendi bahu posterior.
Kestabilan sendi bahu tergantung dari kapsul sendi dan otot-otot di sekitar sendi.
Glenoid sangat dangkal bila dibandingkan dengan kaput humerus, sehingga kestabilan
dari tulang sendiri sangat minimal. Karena sebab ini sendi bahu sangat sering mengalami
dislokasi.
Secara garis besar dislokasi bahu dibagi menjadi : dislokasi anterior dan dislokasi
posterior. Pada dislokasi anterior disebabkan oleh gaya eksternal rotasi dan ekstensi pada
sendi bahu yang berlebihan. Sehingga kaput humerus terbawa ke depan dan biasanya
mengavulsi tulang rawan labrum glenoid dan kapsul pada batas anterior kavitas glenoid
(bankart lession). Dislokasi posterior disebabkan jatuh secara langsung pada permukaan
depan bahu dimana bahu dalam posisi adduksi dan rotasi internal. Dislokasi anterior
harus direduksi secepatnya. Reduksi tertutup dilakukan setelah pemeriksaan klinis,

evaluasi radiologi dan pemberian analgesia atau sedasi yang cukup. Ada beberapa
metode reduksi secara tertutup: Hipocrates, Stimson, dan Kocher.
Setelah reduksi maka harus dilakukan pemeriksaan x-ray untuk konfirmasi.
Setelah itu lengan disokong dengan arm sling, dan di bebat dengan bandage ke dada
supaya posisi lengan dalam internal rotasi adduksi selama 3 minggu. Pada orang tua
risiko untuk redislokasi kecil, namun risiko kekakuan sendi lebih besar, maka
penggunaan armsling dalam baju selam 1-2 minggu sudah cukup.
Indikasi pembedahan antara lain: Fraktur displacement pada tuberositas minor,
Fragmen glenoid posterior yang besar, Dislokasi yang tidak tereduksi secara tertutup,
Dislokasi terbuka, dan Fraktur anteromedial humeral impaction. Pilihan operasi termasuk
reduksi secara terbuka, reveferse Putty Platt prosedur, Boyd Sisk prosedur, humeral dan
glenoid osteotomi, capsulorapy. Secara fungsional pasien dengan dislokasi bahu dapat
kembali pada fungsi dasar yang normal.
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: Robeknya rotator cuff, Cidera nervus
axilary, lesi biasanya neuropraxia, yang dapat sembuh spontan dalam beberapa minggu,
Cidera arteri axilary dan Rekuren dislokasi anterior.

Vous aimerez peut-être aussi