Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ASMA
oleh :
FIQIH FARUZ ROMADHON
G99122046
PENDAHULUAN
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan
dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun
zat-zat yang ada dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di
masyarakat adalah penyakit asma.
Asma adalah satu di antara beberapa penyakit yang tidak bisa
disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin
dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila
karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu
berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya
pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita
atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama,
sering menjadi problem tersendiri (Mukhid dkk, 2007).
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa
mengi,
batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini
hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.(1)
Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala
tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan
sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian.(1)
B. PATOFISIOLOGI DAN MEKANISME TERJADINYA ASMA
Gejala asma, yaitu batuk, sesak nafas, dan mengi merupakan akibat dari
obstruksi bronkus yang didasari oleh inflamasi kronik dan hiperaktivitas
bronkus. Inflamasi saluran napas pada asma merupakan proses yang
sangat kompleks, melibatkan faktor genetik, antigen, berbagai sel inflamasi,
interaksi antar sel dan mediator yang membentuk proses inflamasi kronik
dan remodeling. Perubahan
akibat
inflamasi
pada
penderita
asma
bronkus, hipersekresi
mukus, keterbatasan
aliran
udara
yang
prostaglandin
dan
platelet-activating
factor
(PAF)
yang
Sel
mast : melepaskan
mediator
bronkokonstriktor ( histamin,
saluran
pernapasan. Kemungkinan
memiliki
peran
dalam
Sel
dendritik : berinteraksi
dengan
sel
regulator
dan
untuk
melepas
mediator
inflamasi
dan
sitokin
yang
Otot polos bronkus : konstriksi sebagai respons terhadap mediatormediator bronkokonstriksi dan dapat dikembalikan oleh bronkodilator.
Selain
karakteristik
perubahan
respons
sering
inflamasi, terdapat
disebut
remodeling
ini
berhubungan
dengan
mengakibatkan
penyempitan
ireversibel
perubahan
saluran
beratnya
saluran
struktur
yang
pernapasan. Beberapa
penyakit
dan
dapat
pernapasan.(2) Proses
dengan inflamasi
dan perbaikan
saluran
napas bersifat
(4)
mediator
Beberapa sel
dan mediator yang berpengaruh pada asma dan akibatnya pada jalan
napas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
.
Sel-sel Inflamasi
-Sel mast
-Eosinofil
-Sel Th2
-Basofil
-Neutrofil
-Pletelets
Sel Struktural :
-Sel epitel
-Sel otot polos
-Sel endotel
-Fibroblast
-Sel saraf
Mediator :
-Histamin
-Leukotrin
-Prostanoid
-PAF
-Kinin
-Adenosin
-Endotelin
-Nitric oxide
-Sitokin
-kemokin
Efek :
Bronkospasme
Eksudasi
plasma
Sekresi mukus
Hiperesponsivitas jalan napas
Perubahan
struktur
2.
3.
Faktor genetik
a.
Hipereaktivitas
b.
Atopi/alergi bronkus
c.
d.
Jenis kelamin
e.
Ras/etnik
2. Faktor lingkungan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Perubahan cuaca
D. DIAGNOSIS ASMA
Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini dapat
ditangani dengan semestinya, Mengi (wheezing) dan/atau batuk kronik
berulang merupakan titik awal untuk menegakkan diagnosis. Secara umum
untuk menegakkan diagnosis asma diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang . (1)
1.
Anamnesis
Riwayat perjalanan penyakit, faktor-faktor yang berpengaruh pada asma,
riwayat keluarga, dan riwayat adanya alergi, serta gejala klinis.
2.
Pemeriksaan fisik
Tanda asma yang paling sering ditemukan adalah mengi, namun pada
sebagian pasien asma tidak didapatkan mengi diluar serangan. Begitu juga
pada asma yang sangat berat berat mengi dapat tidak terdengar (silent
chest), biasanya pasien dalam keadaan sianosis dan kesadaran menurun.
Secara umum pasien yang sedang mengalami serangan asma dapat
ditemukan hal-hal sebagai berikut, sesuai derajat serangan :
Inspeksi
Pemeriksaan penunjang
darah(terutama
eosinofil,
Ig
total,
Ig
spesifik),
Uji Alergi (Tes tusuk kulit /skin prick test) untuk menilai ada
tidaknya alergi.
E. Klasifikasi
Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan asma saat
serangan (akut).
1. Asma saat tanpa serangan
Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada
orang dewasa (6)
Derajat asma
Gejala
Intermitten
Gejala malam
Faal paru
2 kali sebulan
Bulanan
-
APE80%
G
ejala<1x/minggu.
-
EP180% nilai
T
prediksi APE80%
nilai terbaik.
serangan.
-
V
ariabiliti APE<20%.
erangan singkat.
Mingguan
Persisten ringan
APE>80%
G
ejala>1x/minggu
EP180% nilai
tetapi<1x/hari.
prediksi APE80%
S
nilai terbaik.
erangan dapat
Persisten sedang
mengganggu aktifiti
dan tidur
Harian
30%.
APE 60-80%
VEP1 60-80%
S
nilai prediksi
erangan
APE 60-80%
mengganggu aktifiti
nilai terbaik.
dan tidur.
-
Var
iabiliti APE>30%.
embutuhkan
bronkodilator setiap
hari.
Persisten berat
Kontinyu
-
APE 60%
G
Sering
EP160% nilai
prediksi
ering kambuh
-
APE60% nilai
A
terbaik
V
ariabiliti APE>30%
Asma episodik
Asma episodik
kebutuhan obat
jarang
sering
<1x/bulan
<1minggu
>1x/bulan
>1minggu
Asma persisten
Frekuensi serangan
Lama serangan
Sering
Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
10
periode bebas
3
4
Intensitas serangan
Diantara serangan
Biasanya ringan
Tanpa gejala
serangan
Biasanya sedang Biasanya berat
Sering ada
Gejala siang dan
Tidak
gejala
Sering
malam
Sangat tergganggu
Pemeriksaan fisik
tergganggu
Normal ( tidak
tergganggu
Mungkin
Tidak pernah
diluar serangan
ditemukan
tergganggu
normal
kelainan)
(ditemukan
Tidak perlu
kelainan)
Perlu
Perlu
Obat
pengendali(anti
inflamasi)
Uji faal paru(diluar
PEFatauFEV1>8
PEFatauFEV1<6
PEVatauFEV<60%
serangan)
Variabilitas faal
0%
Variabilitas>15
0-80%
Variabilitas>30
Variabilitas 20-
paru(bila ada
30%.
serangan)
Variabilitas >50%
Ringan
Sedang
Berat
Ancaman
henti napas
laboratorium
Sesak (breathless)
Berjalan
Berbicara
Istirahat
11
Bayi :
Bayi :
Bayi :
Menangis
-Tangis
Tidakmau
keras
pendek dan
makan/minu
lemah
-Kesulitan
menetek/mak
Bisa
an
Lebih suka
Duduk
berbaring
duduk
bertopang
Kalimat
Penggal
lengan
Kata-kata
Kesadaran
Mungkin
kalimat
Biasanya
Biasanya
Kebingunga
Sianosis
Wheezing
iritabel
Tidak ada
Sedang,
iritabel
Tidak ada
Nyaring,
iritabel
Ada
Sangat
n
Nyata
Sulit/tidak
sering
sepanjang
nyaring,
terdengar
hanya pada
ekspirasi
terdengar
akhir
inspirasi
tanpa
Penggunaan otot
ekspirasi
Biasanya
Biasanya ya
stetoskop
Ya
bantu respiratorik
tidak
Posisi
Bicara
Gerakan
paradok
torako-
Retraksi
Frekuensi napas
Dangkal,
Sedang,
Dalam,
abdominal
Dangkal /
retraksi
ditambah
ditambah
hilang
interkostal
retraksi
napas
suprasternal
cuping
hidung
Takipnu
Takipnu
Takipnu
Bradipnu
Pedoman nilai baku frekuensi napas pada anak
sadar :
Usia
Frekuensi
12
Frekuensi nadi
< 2 bulan
<60
2-12 bulan
< 50
1-5 tahun
< 40
6-8 tahun
< 30
Normal
Takikardi
Takikardi
Dradikardi
Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak
Usia
Frekuensi
< 160
1-2 tahun
< 120
Pulsus paradoksus
6-8 tahun
Tidak ada
Ada
Ada
< 110
Tidak ada,
(pemeriksaannya
(< 10
(10-20
(>20mmHg)
tanda
tidak praktis)
mmHg)
mmHg)
kelelahan
otot
respiratorik
>60%
40-60%
<40%
Pra bonkodilator
>80%
60-80%
<60%,
Pasca
respon<2
bronkodilator
SaO2 %
PaO2
>95%
Normal
91-95%
>60 mmHg
jam
90%
<60 mmHg
<45 mmHg
>45 mmHg
(biasanya
tidak perlu
diperiksa)
<45 mmHg
PaCO2
13
Edukasi (1)
Edukasi yang diberikan mencakup :
Kapan pasien berobat/ mencari pertolongan
Mengenali gejala serangan asma secara dini
Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu
penggunaannya
Mengenali dan menghindari faktor pencetus
Kontrol teratur
b.
Obat asma
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega
diberikan pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol
ditujukan untuk pencegahan serangan asma dan diberikan dalam
jangka panjang dan terus menerus. Untuk mengontrol asma digunakan
anti inflamasi (kortikosteroid inhalasi). Pada anak, kontrol lingkungan
mutlak dilakukan sebelum diberikan kortikosteroid dan dosis
diturunkan apabila dua sampai tiga bulan kondisi telah terkontrol.
Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol antara lain :
1) Kortikosteroid
Rute pemberian bisa secara inhalasi ataupun sistemik (oral
atau parenteral). Mekanisme aksi antiinflamasi dari kortikosteroid
belum diketahui secara pasti.Studi tentang kortikosteroid inhalasi
menunjukkan kegunaannya dalam memperbaiki fungsi paru,
mengurangi hiperrespon saluran nafas, mengurangi gejala,
mengurangi frekuensi dan beratnya eksaserbasi dan memperbaiki
kualitas hidup.Dosis tinggi dan jangka panjang kortikosteroid
inhalasi bermanfaat untuk pengobatan asma persisten berat karena
dapat menurunkan pemakaian koetikosteroid oral jangka panjang
dan mengurangi efek samping sistemik.
Untuk kortikosteroid sistemik, pemberian oral lebih aman
dibanding parenteral. Jika kortikosteroid oral akan diberikan
secara jangka panjang, harus diperhatikan mengenai efek samping
14
oral
pilihan
karena
mempunyai
efek
samping
lokal
kortikosteroid
inhalasi
adalah
dan
sulfur
dioksida.
Pemberian
jangka
panjang
15
16
asma,
studi
klinis
mendapatkan
bahwa
Obat Pengontrol(Harian)
Tidak perlu
Obat Pelega
Bronkodilator aksi singkat,
yaitu agonis beta 2 bila perlu
17
Intensitas
pengobatan
dipakai
sebelum
Persisten
Ringan
nedokromil
500
g/
kromolin/
atau
teofilin
lepas lambat
Bila
perlu
ditingkatkan
sampai
800g/
ditambahkan bronkodilator
aksi lama terutama untuk
mengontrol asma malam.
Dapat
diberikan
agonis
lambat.
Inhalasi kortikosteroid800 Inhalasi agonis beta 2 aksi
2000g
Bronkodilator
aksi
lamaterutama
untuk
teofilinlepas lambat.
Inhalasi kortikosteroid800
2000g atau lebih
Bronkodilator
aksi
lamaterutama
untuk
18
Keadaan
Mengancam Jiwa
Mengantuk,
Gelisah
Gelisah
gelisah, kesadaran
menurun
20-
>30x/mnit
<100
30x/menit
100-120
Akhir
Ispirasi dan
ekspirasi
ekspirasi
>120
Bradikardia
Kelelahan otot
thorako abdominal
suprasternal
Akhir
Mengi
ekspirasi
APE
PaO2
paCO2
paksa
>80%
>80 mmHg
<45 mmHg
Silent chest
60-80%
<60%
80-60 mmHg <60 mmHg
<45 mmHg
>45 mmHg
19
SaO2
>95%
91-95%
<90%
polos
saluran
nafas,
meningkatkan
klirens
mukosilier,
20
21
dan pemeriksaan
fisik
dan aminofilin IV (bolus Riwayat
atau drip).
Apabila 2
agonis kerja cepat tidak
(auskultasi, otot bantu napas, denyut jantung, frekuensi napas) dan bila mungkin faal paru (APE atau
tersedia dapatVEP1,
digantikan
dengan
adrenalin
subkutan.
Padaindikasi
serangan asma
saturasi O2),
AGDA
dan pemeriksaan
lain atas
Bila tidak ada dapat menggunakan IDT (MDI) dengan alat bantu (spacer).
(1, 6)
Pengobatan Awal
Oksigenasi dengan kanul nasal
Inhalasi
agonislebih
beta-2 kerja
singkat (nebulisasi),
setiap
20 menit dalam satu jam) atau agonis beta-2
Untuk
jelasnya
lihat pada
algoritma
injeksi (Terbutalin 0,5 ml subkutan atau Adrenalin 1/1000 0,3 ml subkutan)
Kortikosteroid sistemik :
- serangan asma berat
- tidak ada respons segera dengan pengobatan bronkodilator
- dalam kortikosterois oral
Respons baik
Respons baik dan stabil dalam 60
menit
Pem.fisi normal
APE >70% prediksi/nilai terbaik
Dirawat di RS
Inhalasi agonis beta-2 + antikolinergik
Kortikosteroid sistemik
Aminofilin drip
Terapi Oksigen pertimbangkan kanul
nasal atau masker venturi
Pantau APE, Sat O2, Nadi, kadar teofilin
Perbaikan
Pulang
Bila APE > 60% prediksi / terbaik. Tetap
berikan pengobatan oral atau inhalasi
Tidak Perbaikan
Dirawat di ICU
Inhalasi agonis beta-2 + anti kolinergik
Kortikosteroid IV
Pertimbangkan agonis beta-2 injeksi
SC/IM/IV
Aminofilin drip
Mungkin perlu intubasi dan ventilasi
mekanik
22
Dirawat di ICU
Bila tidak perbaikan dalam 6-12 jam
Golongan
Nama generic
Bentuk/kemasan obat
Flutikason propionat
IDT
(Antiinfla
Budesonide
IDT, turbuhaler
Zafirlukast
Oral(tablet)
masi)
Antileukokotrin
23
Kortikosteroid
Metilprednisolon
Oral(injeksi)
sistemik
Prednison
Oral
Agonis beta-2
Prokaterol
Oral
kerjalama
Formoterol
Turbuhaler
Salmeterol
IDT
kombinasi steroid
Flutikason + Salmeterol.
IDT
dan
Budesonide + formoterol
Turbuhaler
Salbutamol
Agonis beta-2
kerjalama
Pelega
Agonis beta-2
solution
Terbutalin
Prokaterol
IDT
Fenoterol
IDT, solution
Ipratropium bromide
IDT, solution
Teofilin
Oral
Aminofilin
Oral, injeksi
Oral
Metilprednisolon
Oral, inhaler
Prednison
Oral
Antikolinergik
Metilsantin
Kortikosteroid
sistemik
24
Terkontrol
Gejala harian
Sebagian
Terkonrol
Tidak ada (dua Lebih dari dua Tiga atau lebih gejala
Pembatasan
Terkonrol
Tidak
perminggu)
Tidak ada
Terkontrol
aktivitas
Sewaktu-waktu
dalam
Gejala
Tidak ada
nokturnal/gangguan
muncul
Sebagian,
sewaktu
waktu
seminggu
Sewaktu
waktu
dalam
seminggu
dalam
tidur (terbangun)
seminggu
Kebutuhan
akan Tidak ada (dua Lebih dari dua
reliever atau terapi kali atau kurang kali seminggu
rescue
dalam
seminggu)
Fingsi Paru (PEF Normal
<
atau
(perkiraan atau
FEV1*)
dari
Eksaserbasi
Tidak ada
80%
kondisi
terbaik
bila
diukur)
Sekali
lebih
dalm seminggu***)
setahun**)
Tabel 7. Ciri-ciri Tingkatan Asma
25
ILUSTRASI KASUS
A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS
Nama
: Ny. K
Umur
: 45 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Surakarta
2. KELUHAN UTAMA
Sesak nafas
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke RSDM dengan keluhan utama sesak nafas disertai mengi.
Sejak sekitar 5 tahun yang lalu pasien sudah sering merasakan sesak napas
yang berulang dan hilang timbul. Saat terjadi serangan, pasien merasa
26
dadanya seperti terikat, dan kadang disertai batuk berdahak berwarna putih
jernih. Sesak nafas seringkali dirasakan pada malam hari, sehingga pasien
sering terbangun dari tidurnya. Selain pada malam hari pasien mengaku
sesak juga dirasakan setelah pasien membersihkan rumah. Akhir-akhir ini,
sesak nafas semakin sering dirasakan, dalam satu hari serangan bisa terjadi
sampai tiga kali. Sesak napas terjadi berulang-ulang dan dirasakan semakin
memberat.
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat alergi makanan
: disangkal
: disangkal
: disangkal
5. RIWAYAT KELUARGA
Riwayat sakit serupa
: disangkal
: disangkal
B. PEMERIKSAAN FISIK
Status Interna
Keadaan Umum
Tanda Vital :
Tensi
: 110/80 mmHg
Nadi
: 100 x / menit
: 37 0C
Kepala
: Mesocephal
Mata
THT
Leher
Thorax
Cor
Inspeksi
27
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
: Sonor/Sonor
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
Oedema
-
Akral dingin
-
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah
Hemoglobin
: 10,9 gr/dl
Hematokrit
: 31,4 %
Eritrosit
: 3,69 x 103/uL
Leukosit
: 12,0 x 103/uL
Trombosit
: 306 x 103/uL
Golongan Darah
:A
GDS
: 75 mg/dL
28
Ureum
: 18 mg/dL
Creatinin
: 0,8 mg/dL
Na+
: 140 mmol/L
K+
: 4,4 mmol/L
Ion klorida
: 107 mmol/L
SGOT
: 18 u/l
SGPT
: 14 u/l
Albumin
: 3,4 g/dl
LDH
: 200 U/L
PT
: 15,8
APTT
: 30,0
HbS Ag
: negatif
D. DIAGNOSA
Serangan asma sedang
E. PROGNOSA
Baik
F. TERAPI
Medikamentosa
1. Berotec MDI bila sesak nafas
2. Metilprednisolon 1x4 mg selama 7 hari
G. RESEP
Resep rawat jalan
R/ Berotec MDI No.I
S prn 2 dd puff II
R/ Metil prednisolon tab mg 4 No.VII
29
S 1 dd tab 1
Pro: Ny. K ( 45 th)
H. PEMBAHASAN OBAT
1. Agonis -adrenergik
Zat-zat ini bekerja secara selektif terhadap reseptor 2 aderenergik
(bronkospasmolisis) dan praktis tidak terhadap 1 (stimulasi jantung). Obat
dengan efek terhadap kedua reseptor sebaiknya jangan digunakan lagi
berhubung efeknya terhadap jantung, seperti efedrin, isoprenalin, dan
orsiprenalin. Pengecualian adalah adrenalin (reseptor dan ) yang sanagat
efektif pada keadaan kemelut.
Mekanisme kerjanya adalah melalui stimulasi reseptor 2 yang banyak
terdapat di trachea (batang tenggorok) dan bronchi, yang menyebabkan
aktivasi
dari
adenilsiklase.
Enzim
ini
memperkuat
pengubahan
seperti
30
KESIMPULAN
1. Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
berbagai sel inflamasi.
2. Asma terjadi akibat kepekaan (hiperreaktivitas) saluran napas terhadap
berbagai rangsangan sehingga timbul gejala-gejala pernapasan akibat
penyempitan saluran napas difus.
3. Dalam penatalaksanaan asma dikenal dua macam obat yaitu obat pengontrol
(controller) dan pelega (reliever).
4. Jenis obat yang dipakai dalam penanganan asma adalah obat bronkodilator
dan antiinflamasi.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Pedoman pengendalian
penyakit asma. Jakarta.
2. Global Initiative for Asthma (GINA).2006. Definition and overview.
3. Mangunnegoro H, Widjaja A, Sutoyo DK, Yunus F, Pradjnaparamita, Suryanto
E, dkk. 2004.Asma: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Barnes PJ, Drazen JM. 2002. Pathophysiology of asthma. In: Barnes PJ, Drazen
JM, Renned S, Thomson NC, editors. Asthma and COPD.Basic mechanisms and
clinical management. 2nd ed. London: Elsevier Science Ltd.
5. Rahmawati I, Yunus F, Wiyono WH. 2003. Patogenesis dan patofisiologi asma.
Dalam:Cermin Dunia Kedokteran; 141:5-11.
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2004. Pedoman diagnosis dan
Penatalaksanaan Asma di Indonesia.Jakarta: PDPI.
7. Syarfudin K. 2001. Kortikosteroid pada Asma Kronis. Karya Ilmiah PDPI
cabang Malang.
8. Tjay T.H., Rahardja K. 2002. Obat-obat penting: khasia dan penggunaan.
Jakarta: Elex Media Computindo.
9. Mukhid, dkk . 2007. Pharmaceutical care untuk penyakit asma.
32
33