Vous êtes sur la page 1sur 8

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK


MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN
(STUDI KASUS DI PG LESTARI)
Fitri Agustina
Jurusan Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Madura
Jl. Raya Telang Po Box 2 Kamal, Bangkalan
Email : fitri_agoesti@yahoo.com

ABSTRAK
Semakin ketatnya dunia bisnis serta lingkungan yang berkembang secara cepat
mengharuskan suatu organisasi perusahaan harus mampu merespon adanya perubahan.
Jika perusahaan tidak mau atau tidak bisa merespon perubahan tersebut maka akan
mengalami kegagalan yang sangat besar. P.G. LESTARI sebagai salah satu pabrik yang
berada di bawah naungan P.T.P Nusantara XI harus juga merespon tuntutan lingkungan
bisnis. Salah satu faktor yang menentukan proses produksi gula adalah tersedianya
mesin dengan performansi yang baik.
Tujuan penelitian ini adalah mengukur produktivitas mesin dengan pendekatan
Total Productivity Maintenance (TPM) yang selanjutnya akan digunakan untuk
penyusunan penjadwalan perawatan yang lebih baik lagi.
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan pada umumnya
efektifitas mesin/peralatan di stasiun masakan dan putaran belum mencapai kondisi
ideal atau dibawah 85%. Hal ini dilihat dari hasil identifikasi the six big lossess yaitu
availability , performance dan quality yang belum memenuhi target. Perbaikan
penjadwalan perawatan harus bisa memberikan availability mesin yang tinggi dan juga
memberikan performance dan hasil produk yang berkualitas.
Kata kunci : Total Productivity Maintenance, overall effectiveness equipment
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin berkembang sekarang ini,
memacu pula perkembangan teknologi pengolahan gula dan juga permesinan yang
digunakan. Untuk memperoleh hasil produksi gula yang memenuhi standard produksi
dan dapat memenuhi target produksi yang maksimal, maka dibutuhkan adanya kerja
sama seluruh staf dan karyawan pabrik gula. Faktor pendukung lainnya adalah mutu
tebu yang akan digiling, serta adanya dukungan mesin dan peralatan yang mempunyai
unjuk kerja yang maksimal. Untuk itu diperlukan perawatan, perbaikan serta pergantian
suku cadang yang telah aus secara periodik.
Perawatan yang dilakukan pada mesin seharusnya tidak hanya dilakukan oleh
bagian perawatan (Maintenance). Tetapi diharapkan semua orang yang berkaitan
dengan proses produksi seperti operator, mandor maupun tenaga yang lainnya mampu
melakukan perawatan dan perbaikan pada mesin yang ada. PG. Lestari sendiri telah
melakukan metode perawatan yang telah terjadwal pada saat di luar jadwal operasi.
Perawatan tersebut merupakan perawatan secara total yang dilakukan oleh bagian
perawatan sendiri.
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisa terhadap perawatan mesin dengan
metode Total Productivity Maintenance. Total Productivity Maintenance (TPM) adalah
pendekatan yang dipergunakan sebagai usaha untuk memaksimalkan keefektivan dari

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII


Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

fasilitas yang dipergunakan dalam menjalankan bisnisnya. TPM tidak hanya mengenani
perawatan (Maintenance) tapi menyangkut semua aspek dari operasi dan instalasi dari
fasilitas tersebut dan TPM sangat mempengaruhi motivasi orang-orang yang bekerja
dalam suatu perusahaan. Hasil dari pengukuran produktivitas mesin selanjutnya akan
dipergunakan untuk menyusun jadwal perawatan yang lebih baik.
TINJAUAN PUSTAKA
Total Productivity Maintenance (TPM)
Total Productivity Maintenance (TPM) adalah pendekatan yang dipergunakan
sebagai usaha untuk memaksimalkan keefektivan dari fasilitas yang dipergunakan
dalam menjalankan bisnisnya. TPM tidak hanya mengenani perawatan (Maintenance)
tapi menyangkut semua aspek operasi dan instalasi dari fasilitas tersebut dan TPM
sangat mempengaruhi motivasi orang-orang yang bekerja dalam suatu perusahaan.
TPM memiliki tiga komponen, yaitu :
1. Pendekatan Total (Total Approach)
Filosofi dari TPM sesuai dengan semua aspek yang terkait dengan fasilitas
yang dipergunakan dalam area operasi dan orang yang mengoperasikan,
menset-up dan merawat fasilitas.
2. Aksi yang Produktif (Productive Action)
Pendekatan yang pro-aktif pada setiap kondisi dan operasi fasilitas, bertujuan
untuk meningkatkan kekonstanan produktifitas dan performansi bisnis secara
keseluruhan.
3. Perawatan (Maintenance)
Metodologi yang sangat praktis untuk melakukan perawatan dan peningkatan
keefektifitasan dari fasilitas dan integrasi dari semua operasi produksi.

Menyediakan
sistem
perawatan
fasilitas

Memperbaiki,
merawat fasilitas
yg ada

Mendeteksi dan
menghapus
kesalahan
masalah

Membeli dan
memasang fasilitas
baru

Menyusun,mengawasi
ke efektifan proses
Mendeteksi
dan
menghapus
kesalahan
inheren

Menyusun
dan merawat
kebersihan,
kerapian
tempat kerja

Gambar 1. Komponen practical TPM

TPM adalah total quality yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi dan
performance dari fasilitas yang digunakan untuk melakukan proses operasi. Melalui
team TPM, hubungan komunikasi yang baik dan efektif dibangun dan orang-orang di
semua level dalam perusahaan diberi kesempatan untuk mengemukakan pandangan dan
idenya.
Dalam TPM terdapat Six Big Loses yang spesifikasinya adalah sebagai berikut :
1. Availability
Breakdown losses karena kelelahan dan perbaikan

ISBN : 978-979-99735-4-2
A-33-2

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII


Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

Set-up and adjustment losses tinggi ketika ada perubahan dari satu produk ke
produk yang lainnya, atau dari satu batch ke batch yang lainnya.
2. Performance
Idling and minor stoppage losses tinggi karena aktivitas berjalan, kesalahan
sensor, dan lain-lain dan juga aktivitas menunggu kedatangan atau
pengangkutan material atau part.
Speed losses, mesin tidak beroperasi maksimum karena ada sejumlah fault.
3. Quality
Scrap and re-work losses meningkat dari problem kapasitas proses, problem
material, dan lain-lain
Start-up losses terjadi ketika proses menghabiskan banyak waktu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang dikumpulkan adalah data auditasi perusahaan untuk stasiun kerja
yang ada dan auditasi terhadap mesin. Auditasi stasiun kerja maupun mesin didapatkan
dari penyebaran kuesioner. Hasil untuk auditasi perusahaan pada Gambar 2.
AUDITASI PERUSAHAAN

ni l a i
a u d i t a si

250
200
150
100
50
0

187 171 173

214

gilingan

170 164

pemurnian
ket el
penguapan

st asiun

masakan

st a si u n

put aran

Gambar 2. Grafik hasil auditasi perusahaan

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa performansi yang terbaik pada stasiun
penguapan sedangkan yang terburuk stasiun putaran. Kemudian penelitian difokuskan
pada stasiun kerja yang memiliki performansi terburuk, yaitu stasiun putaran dan stasiun
masakan. Hasil auditasi mesin pada stasiun masakan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Auditasi Pan
No

Kriteria

Pan 1

Pan 2

Pan 3

Pan 4

Pan 5

Pan 6

Pan 7

Struktur Mesin

31

32

31

30

35

33

36

Komponen Mesin

36

39

34

34

40

30

35

Pembuangan Sampah atau


Kotoran

22

24

20

21

24

21

24

Sistem
Hydraulic/Pneumatic dan
Sistem Pengairan yang
Lain

44

37

46

45

45

44

46

Kontrol Listrik

43

52

50

55

57

52

53

176

184

180

185

201

180

194

Total

ISBN : 978-979-99735-4-2
A-33-3

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII


Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

Dari Tabel 1 didapatkan hasil bahwa pan yang memiliki nilai tertinggi adalah
pan 5 sedangkan yang terburuk adalah pan 1. Sedangkan untuk stasiun putaran yang
terbaik adalah palung 1-4 dan putaran A.
Tabel 2 Hasil Six Big Losess Pan 2
PAN 2

tanggal
20/06/2007
21/06/2007
22/06/2007
23/06/2007

operator
mulai
bekerja
6,00
6,00
6,00
6,00

availability
berhenti
bekerja
6,00
6,00
6,00
6,00

total
24
24
24
24

self
breakdown
0,00
0,00
0,00
0,00

breakdown
6,85
12,30
7,20
6,50

pembersihan
0,90
0,90
0,90
0,90

setup
0,30
0,30
0,30
0,30

performance
jumlah
produk
600
650
650
700

quality
rework
1,00
1,15
2,00
2,30

Perhitungan big losses dengan rumus sebagai berikut :


% Availability =

LoadingTim e BreakdownA ndSetupTim eLoss


x100
LoadingTim e

Quantity Pr oduced
x100
TimeRunXCapacity
Pr oduced fecs Re Pr ocessed
% Quality =
x100
Pr oduced
Keterangan :
1.Loading time adalah waktu kerja mesin selama waktu tertentu.
2.Breakdown adalah kerusakan mesin karena kesalahan stasiun lain maupun
kesalahan dari stasiun itu sendiri (yang dihitung availabilitynya).
3.Set-up adalah waktu yang dibutuhkan pertama kali untuk menjalankan mesin
seteleh mesin berhenti.
4.Amount/Quantity produced adalah jumlah produk yang dihasilkan selama waktu
tertentu.
5.Capasity adalah kemampuan mesin berproduksi secara normal.
6.Amount defect adalah jumlah produk yang cacat.
7.Amount re-processed adalah jumlah produk yang harus mengalami proses ulang.
Performance=

Tabel 3 Big Losses PAN


Stasiun Masakan
Kriteria
% Avability
% Performance
% Quality

PAN 1
Tidak
digunakan
Tidak
digunakan
Tidak
digunakan

PAN 2
41.58%

PAN 3
77.71%

PAN 4
51.04%

PAN 5
82.5%

PAN 6
91.70%

PAN 7
70.11%

61.53%

44.86%

42%

60%

78.87%

58.7%

94.62%

93.44%

94.85%

99.94%

93.20%

94.97%

Dari perhitungan The Six Big Losses di atas kita dapatkan nilai-nilai yang akan
digunakan pada perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE), yang terdiri dari
Availability, Performance dan Quality. OEE dapat diketahui dengan perhitungan :
Contoh untuk Pan 2 pada Stasiun Masakan
OEE % Availability % Performance %Quality
= 41,58% x 61,53% x 94,62%
= 24,2%

ISBN : 978-979-99735-4-2
A-33-4

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII


Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Tabel 4. Nilai OEE Stasiun Masakan dan Putaran

Mesin
Pan 2
Pan 3
Pan 4
Pan 5
Pan 6
Pan 7
Palung 2
Palung 3
Palung 4
Palung 5
Palung 6
Palung 8

Kriteria OEE
Availability Performance
41.58%
61.53%
77.71%
44.86%
51.04%
42%
82.5%
60%
91.70%
78.87%
70.11%
58.7%
61.70%
61.53%
51.57%
54%
64.19%
46.63%
93.64%
70%
65.04%
78.87%
70.11%
58.7%

Quality
94.62 %
93.44%
94.85%
99.94%
93.20%
94.97%
95.03%
93.26%
95.35%
99.59%
93.20%
94.97%

OEE
24.2%
32.57%
20.33%
49.47%
67.40%
39.08%
36.07%
25.97%
28.54%
65.28%
47.81%
39.08%

Berdasar pada Tabel 4 didapatkan hasil bahwa nilai Overall Equipment


Effectiveness (OEE) dari stasiun masakan dan putaran seluruhnya belum mencapai
kondisi ideal. Nilai ini dibandingkan dengan kondisi ideal untuk OEE dalam TPM yaitu
85% . Kita lihat bahwa nilai tertinggi OEE pada Pan 6 dan Palung 5, sedangkan yang
terendah Pan 4 dan Pan 2 . Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat efektifitas
seluruh mesin pada stasiun masakan masih rendah. Sehingga pihak perusahaan harus
mengevaluasi sistem perawatan dan secepatnya mengambil tindakan untuk
memperbaiki dan meningkatkan efektifitas mesin yang ada.
Perbaikan penjadwalan perawatan dilakukan karena pada stasiun masakan dan
putaran untuk ketersediaan mesin dan performansi mesin belum ada yang mencapai
target ideal. Rancangan penjadwalan perawatan digunakan untuk seluruh stasiun kerja.
Penjadwalan di bagi 2 tahap yaitu saat mesin beroperasi dan saat tidak beroperasi.
Selain penjadwalan perawatan yang sudah direncanakan maka perlu juga diantisipasi
adanya keadaan darurat, dimana terjadi breakdown yang bisa terjadi kapan saja.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari hasil auditasi perusahaan secara keseluruhan didapatkan hasil bahwa stasiun
putaran dan stasiun masakan mempunyai hasil yang terendah dilihat dari 4 kriteria
yaitu, kondisi mesin, area mesin, operator mesin dan performansi mesin.
2. Secara umum mesin-mesin yang digunakan pada proses produksi gula di PG. Lestari
terutama stasiun Masakan dan stasiun Putaran belum efektif, hal ini dilihat dari
sebagian besar mesin-mesin belum memenuhi nilai standard kriteria-kriteria dari
Overall Equipment Effectiveness (OEE) yaitu 85%.
3. Dengan melihat kondisi mesin pada stasiun putaran dan masakan dihasilkan bahwa
kedua stasiun tersebut belum efektif baik dari segi ketersediaan waktu kerja
(availability), performansi mesin dan kualitas produk yang dihasilkan.
4. Rancangan penjadwalan perawatan dilakukan dalam 2 tahap, tahap pertama
dijadwalkan saat mesin tidak berproduksi dan tahap kedua dijadwalkan pada saat
mesin berproduksi

ISBN : 978-979-99735-4-2
A-33-5

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII


Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

Saran
Perawatan yang dilakukan pada mesin seharusnya tidak hanya dilakukan oleh
departemen perawatan (Maintenance). Namun, diharapkan semua orang yang berkaitan
dengan proses produksi seperti operator, mandor maupun tenaga yang lainnya mampu
melakukan perawatan dan perbaikan secara sederhana pada mesin .
REFERENSI
Corder, A.S. 1992. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta : Erlangga.
Davis, R.K. . 1995. Productivity Improvement Through TPM : The Philosophy and
Application of Total Productive Maintenance, New York : Prentice Hall.

ISBN : 978-979-99735-4-2
A-33-6

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII


Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

ISBN : 978-979-99735-4-2
A-33-7

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII


Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008

ISBN : 978-979-99735-4-2
A-33-8

Vous aimerez peut-être aussi