Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Perkembangan Kota
Kota memiliki pengertian yang berbeda-beda, tergantung pada sudut pandang
dan bidang kajian yang dilakukan. Secara umum beberapa unsur yang tedapat pada
pengertian kota adalah: kawasan pemukiman dengan jumlah dan kepadatan
penduduk yang relatif tinggi, memiliki luas areal terbatas, pada umumnya bersifat
non agraris, tempat sekelompok orang-orang dalam jumlah tertentu dan bertempat
tinggal bersama dalam suatu wilayah geografis tertentu, cenderung berpola hubungan
rasional, ekonomis dan individualistis (Kamus Tata Ruang, 1997:52). Bentuk kota
yang terjadi dekarang tidak terlepas dari proses pembentukankota itu sendiri.
Perkembangan kota, pada hakekatnya menyangkut berbagai aspek kehidupan.
Perkembangan adalah suatu proses perubahan keadaan dari suatu keadaan ke
keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Perkembangan dan pertumbuhan kota
berjalan sangat dinamis. Menurut Branch (1995:37) beberapa unsur yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kota antara lain :
1)
2)
Tapak (site), merujuk pada topografi kota. Sebuah kota akan berkembang
dengan
memperhitungkan
kondisi
kontur
bumi.
Dengan
demikian
Fungsi yang diemban kota, yaitu aktivitas utama atau yang paling menonjol
yang dijalankan oleh kota tersebut. Kota yang memiliki banyak fungsi, seperti
fungsi ekonomi dan kebudayaan, akan lebih cepat perkembangannya daripada
kota berfungsi tunggal.
4)
5)
Unsur-unsur
umum,
yakni
unsur-unsur
yang
turut
mempengaruhi
tampilan fisik tercermin dari bentukan fisik perkotaan yang mengemban fungsifungsi tertentu. Pertumbuhan kota lebih cenderung
dari ekosistemnya yang kurang atau tidak berfungsi dengan baik, sehingga terjadi
ketimpangan dalam ekosistem setempat, serta terjadinya adaptasi ekologis baru bagi
penduduk yang pindah dari daerah asalnya ke daerah baru (perkotaan).
Menurut Catanese (1998) faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kota
ini dapat berupa faktor fisik maupun non fisik. Faktor-faktor fisik akan
mempengaruhi perkembangan suatu kota diantaranya :
1)
Faktor lokasi, faktor lokasi dimana kota itu berada akan sangat mempengaruhi
perkembangan kota tersebut, hal ini berkaitan dengan kemampuan kota
tersebut untuk melakukan aktivitas dan interaksi yang dilakukan penduduknya.
2)
Faktor aktivitas kota, kegiatan yang ada di dalam kota tersebut, terutama
kegiatan perekonomian. Perkembangan kegiatan perekonomian ditentukan oleh
faktor-faktor yang berasal dari dalam kota itu sendiri (faktor internal) yang
meliputi faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal serta faktorfaktor yang berasal dari luar daerah (faktor eksternal) yaitu tingkat permintaan
dari daerah-daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah yang
bersangkutan.
2)
kekotaan di semua bagian sisi-sisi luar darpada daerah kota utama. Perembetan
paling cepat terlihat di sepanjang jalur transportasi yang ada, khususnya yang
bersifat menjari (radial) dari pusat kota. Daerah sepanjang rute transportasi
utama merupakan tekanan paling berat dari perkembangan. Membumbungnya
harga lahan pada kawasan ini telah memojokkan lahan pertanian, dengan
makin banyaknya konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian.
3)
Menurut Bourne (1982) kota dapat diketahui lebih lanjut dari struktur tata
ruangnya. Struktur kota terbentuk dari tiga kombinasi elemen, yaitu :
1) Bentuk kota, merupakan pola atau penataan ruang dari tiap-tiap elemen kota sperti
bangunan dan penggunaan lahan, kelompok sosial, kegiatan ekonomi dan
kelembagaan di dalam kota.
2) Interaksi dalam kota, terbentuk dari sejumlah hubungan kaitan dan aliran
pergerakan yang mengintegrasikan elemen-elemen dalam kota tersebut.
3) Mekanisme pengaturan yang ada di dalam kota, merupakan mekanisme yang
menghubungkan kedua elemen sebelumnya kedalam struktur kota yang berbeda,
misalnya berdasarkan penggunaan lahan dan aliran pergerakan dalam kota yang
terbentuk mekanisme harga lahan yang berbeda-beda di dalam kota.
II.3.1 Model Struktur Kota
Herbert dalam Yunus (2000) mengemukakan bahwa terdapat 3 model klasik
berkaitan dengan struktur kota yang dibedakan menjadi tori zona konsentris, teori
sektoral dan konsep multiple-nuclei. Secara umum model-model tersebut
menjelaskan bagaimana tata guna lahan yang mungkin terbentuk di dalam
perkembangan suatu kota.
1) Teori Zona Konsentris
Teori zona konsentris merupakan model yang dikemukakan oleh E.W
Burgess yang menggambarkan struktur kota sebagai pola lima zona lingkaran
konsentris. Menurut model ini, dinamika perkembangan kota akan terjadi dengan
meluasnya zona pada setiap lingkaran. Sejalan dengan perkembangan masyarakat
maka berkembang pula jumlah penduduk dan jumlah struktur yang dibutuhkan
Gambar II.1
TEORI ZONA KONSENTRIS
Karakteristik masing-masing zona dapt diuraikan sebagai berikut :
a.
Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau Central Business District (CBD)
Daerah ini merupakan pusat dari segala kegiatan kota antara lain politik,
sosial-budaya, ekonomi dan teknologi. Zona ini terdiri dari 2 bagian, yaitu
bagian paling inti yang disebut RBD (Retail Business District) dan bagian di
luarnya yang disebut WBD (WholesaleBusiness District). Pada bagian paling
inti, kegiatan dominan antara lain pusat perbelanjaan, perkantoran, pusat
hiburan dan kegiatan sosial-politik. Seedangkan pada bagian di luarnya
ditempati oleh bangunan yang digunakan untuk kegiatan ekonomi dalam
jumlah yang yang besar, antara lain seperti pasar dan pergudangan
(warehouse).
b.
c.
d.
e.
2. Teori Sektoral
Teori sektoral dirumuskan oleh Hommer Hoyt yang mengemukakan bahwa
perkembangan suatu kawasan tidak akan selalu membentuk lingkaran konsentris,
akan tetapi terdistribusi sesuai dengan perbedaan potensi pengembangannya. Hal
ini akhirnya akan membentuk struktur sektoral, mengingat perkembangan suatu
kawasan tidak akan terjadi secara merata ke segala arah. Secara konsep, model
teori sektor yang dikembangkan oleh Hoyt dalam beberapa hal masih
menunjukkan persebaran zona-zona konsentrisnya. Jelas sekali terlihat disini
bahwa jalur transportasi yang menjari (menghubungkan pusat kota ke bagian-
bagian yang lebih jauh) diberi peranan yang besar dalam pembentukan pola
struktur internal kotanya.
Gambar II.2
TEORI SEKTORAL
Secara garis besar, zona yang ada dalam teori sektor dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
b.
d.
e.
GAMBAR II.3
TEORI PUSAT BERGANDA ( MULTIPLE NUCLEI )
Zona-zona keruangan pada teori pusat berganda ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
biasanya
mengalami
berbagai
permasalahan
lingkungan
seperti
h.
i.
1.
2.
3.
pemanfaatan suatu bidang tanah pada suatu waktu. Kemampuan untuk meramalkan
kebutuhan perjalanan mendatang tergantung pada penentuan dan penggunaan tata
guna lahan pada masa mendatang. Sehingga diharuskan untuk merinci tata guna
lahan yang ada. Penggunaan lahan ditentukan oleh lokasi dan tersedianya pelayanan
yang memadai dari fasilitas kota. Meskipun transportasi dan tata guna lahan sangat
berhubungan, tepatnya perilaku hubungan ini adalah kompleks, dan transportasi
adalah salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan tata guna
lahan (Catanese, 1998:381). Menurut Chapin (1979:28), ada 3 (tiga) sistem yang
mempengaruhi penggunaan lahan perkotaan, yaitu :
a. Sistem aktivitas kota, berhubungan dengan manusia dan lembaganya. Dalam
konteks ini, sistem aktivitas kota mewujudkan aktivitas antar tempat dan antar
perjalanan. Dengan kata lain bahwa pergerakan diwujudkan dalam jaringan
transportasi, dan aktivitas diwujudkan dalam bentuk guna lahan.
penyesuaiannya bagi
kegunaan manusia.
Sistem
pengembangan lahan ini berhubungan dengan lahan kota, baik itu dari segi
penyediaannya maupun dari segi ekonomisnya.
c. Ssitem lingkungan. Sistem ini berfungsi untuk menyediakan tempat bagi
kehidupan dan keberadaan manusia serta habitat dan sumber daya untuk
mendukung kelangsungan hidup manusia.
Ketiga sistem tersebut akan saling mempengaruhi dalam membentuk struktur
penggunaan lahan kota. Di negara maju, unsur yang paling penting dalam
membentuk struktur ruang kota adalah sistem aktivitas. Karena di negara maju
dengan penduduk yang padat dan kegiatan perkotaan yang beraneka ragam
mengakibatkan sistem aktivitas masyarakat kota akan lebih berperan daripada sistem
pengembangan lahan dan sistem lingkungannya.
Dalam Yunus (2000:177), Charles Colby mencetuskan idenya tentang
kekuatan-kekuatan dinamis yang mempengaruhi pola penggunaan lahan kota. Secara
garis besar, kekuatan-kekuatan dinamis tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu
kekuatan sentrifugal dan kekuatan sentripetal. Kekuatan gerak sentrifugal adalah
kekuatan yang menyebabkan adanya pergerakan penduduk dan fungsi-fungsi
pergerakan dari dalam kota menuju ke bagian luar kota (pheripherial zone).
Sedangkan gerak sentripetal adalah kekuatan yang menyebabkan adanya pergerakan
penduduk dan fungsi-fungsi pergerakan dari luar kota menuju ke bagian dalam kota
(inner zone). Berikut ini adalah hal-hal yang mendorong terjadinya gerak sentrifugal
dan gerak sentripetal.
jangkau yang relatif mudah dari semua bagian inti suatu kota, bisa merupakan
kawasan pemukiman, komersial dan pusat komunikasi yang disebut CBD (Central
Business District). Keterpusatan pusat kota menyebabkan perubahan fungsi dari yang
semula merupakan pusat kegiatan pemerintahan atau jasa dan pelayanan umum
lainnya menjadi kegiatan lain, misalnya perdagangan. Adanya kemungkinan
perkembangan yang cukup besar dari masing-masing kegiatan tanpa diikuti oleh
kesempatan perkembangan yang cukup karena ruang yang terbatas, dapat
menyebabkan terjadinya penyebaran kegiatan tersebut ke wilayah luar yang belum
tentu dapat membantu pengembangan struktur kota dengan baik.
Struktur kota yang baik dapat mengidentifikasikan kawasan fungsional
karena adanya perkembangan kota. Perkembangan kota identik dengan tingkat
pelayanan kota yang ditunjukkan oleh sifat pelayanan pusat dan sub pusat pelayanan
kota. Tingkat pelayanan kota merupakan tolak ukur keefisienan kota dimana nilai
efisiensi dapat dicapai apabila pusat pelayanan sesuai dengan kebutuhan penduduk.
Struktur kota yang efisien adalah kota yang mampu mengakomodasikan pusat dan
sub pusat sedemikian rupa sehingga mampu mengurangi ketergantungan kawasan
kota hanya pada satu kawasan pusat saja. Berkaitan dengan pergerakan yang
mempengaruhi efisien suatu kota adalah ukuran yang didasarkan pada panjang
perjalanan yang harus ditempuh dalam pergerakan dalam kota, konsumsi energi yang
harus dikeluarkan dan besarnya waktu yang dibutuhkan dalam melakukan perjalanan
(Catanese, 1998).
II.5.1 Sub Pusat Kota
Proses perkembangan wilayah pinggiran kota akibat ketidakmampuan pusat
kota dalam melayani masyarakat kota, menyebabkan terjadinya suatu pusat pada
wilayah baru di wilayah pinggiran sebagai bagian yang tidak lepas dari kota
utamanya, menurut Gallion proses kejadian tersebut merupakan proses pembentukan
pusat tingkat kedua yang disebut pusat sekunder atau sub pusat. Sub pusat kota yang
sifatnya masih terikat terhadap pusat kota utamanya, umumnya di dominasi oleh
kegiatan administrasi dan fungsi perdagangan besar. Kegiatan utama yang
menyebabkan terbentuknya
perdagangan eceran, perkantoran, jasa profesi, jasa usaha, cabang-cabang bank dan
kegiatan hiburan. Perkembangan daerah pinggiran kota telah mendorong bagi
tumbuhnya kota-kota yang bersifat multisentris, yaitu adanya pusat-pusat
pertumbuhan baru di daerah pinggiran tersebut. Pada awal perkembangannya, yang
berkembang hanya berupa satu aktivitas kawasan, seperti aktivitas pemukiman,
aktivitas industri atau aktivitas perdagangan dan jasa saja. Aktivitas tersebut akan
menarik aktivitas-aktivitas lainnya untuk berlokasi di daerah pinggiran kota tersebut.
Perkembangan daerah pinggiran dapat dikatakan menjadi daerah sub pusat apabila
memiliki kepadatan pekerjaan dan rasio pekerjaan dengan penduduk yang lebih
tinggi dibanding daerah lain di sekitar daerah pinggiran. Menurut Djoko Sujarto
(dalam Maziah, 2002:25) manfaat pembentukan sub pusat kota adalah :
a) Memperoleh distribusi dan alokasi pemanfaatan ruang kota yang seimbang. Ada
beberapa hasil studi yang menyatakan bahwa penyebaran fasilitas kegiatan
perkotaan merupakan salah satu upaya yang penting dilakukan sebagai tindak
lanjut kebijaksanaan perluasan batas administrasi.
b) Penetapan lokasi sub pusat kota yang tepat dapat mengarahkan perkembangan dan
pertumbuhan kota.
No.
Jenis Kegiatan
1.
Kegiatan Perkantoran
2.
Kegiatan Perdagangan
3.
Fasilitas Kegiatan
Kantor kecamatan, pos koramil, kantor
swasta
Pusat pertokoan, pasar wilayah dan jasa
perdagangan lainnya, seperti : apotik,
restoran,
bank,
bengkel,
biro
perjalanan/pengangkutan, dll.
Lainnya :
- Fasilitas pelayanan umum
- Fasilitas kebudayaan
- Fasilitas rekreasi
- Fasilitas kesehatan
- Fasilitas peribadatan
Masjid, musholla, Gereja, dsb
guna mendukung kelancaran arus barang dan Jasa serta aktifitas masyarakat.
Kemampuan jalan untuk memberikan pelayanan lalu lintas secara optimal juga erat
hubungannya dengan bentuk atau dimensi dari jalan tersebut, sedangkan faktor lain
yang diperlukan agar jalan dapat memberikan pelayanan secara optimal adalah faktor
kekuatan atau konstruksi jalan (bagian jalan yang memikul beban lalu lintas) (Dewi
Handayani, 2010). Jaringan merupakan serangkaian simpul-simpul, yang dalam hal
GAMBAR II.4
JENIS JARINGAN JALAN
Jaringan jalan grid merupakan bentuk jaringan jalan pada sebagian besar kota
yang mempunyai jaringan jalan yang telah direncanakan. Jaringan ini terutama cocok
untuk situasi dimana pola perjalanan sangat terpencar dan untuk layanan transportasi
yang samapada semua area.
Jenis jaringan radial difokuskan kepada daerah inti tertentu seperti CBD. Pola
jalan seperti menunjukkan pentingnya CBD dibandingkan dengan berbagai pusat
kegiatan lainnya di wilayah kota tersebut. Jenis populer lainnya dari jaringan jalan
terutama untuk jalan-jalan arteri utama, adalah kombinasi bentuk-bentuk radial dan
cincin. Jaringan jalan ini tidak saja memberikan akses yang baik menuju pusat kota,
tetapi juga cocok untuk lalu-lintas dari dan ke pusat-pusat kota lainnya dengan
memutar pusat-pusat kemacetan.
Bentuk lain adalah jaringan jalan spinal yang biasa terdapat pada jaringan
transportasi antar kota pada banyak koridor perkotaan yang telah berkembang pesat.
Ada bentuk lainnya bersifat abstrak yang memang mingkin untuk diterapkan tetapi
tidak pernah dipakai, yaitu jaringan jalan heksagonal. Keuntungan jaringan jalan ini
adalah adanya persimpangan-persimpangan jalan yang berpencar dan mengumpul,
tetapi tanpa melintang satu sama lain secara langsung.
Jalan mempunyai suatu sistem jaringan jalan yang mengikat dan
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam
pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hirarki (Munawar, 2005). Menurut
pelayanan jasa distribusinya, sistem jaringan jalan terdiri dari :
1) Sistem jaringan jalan primer, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota.
2) Sistem jaringan jalan sekunder, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi untuk masyarakat di dalam kota.
b.
c.
d.
e.
f.
Pola Pergerakan
II.7.1 Pergerakan
Pergerakan adalah peralihan dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan sarana (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1994). Pergerakan diartikan
sebagai pergerakan satu arah dari suatu zona asal menuju zona tujuan, termasuk
pejalan kaki (Tamin, 2008). Menurut Morlok (1978) timbulmya pergerakan karena
adanya proses pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi di tempat asalnya.
Pergerakan terbentuk karena manusia memerlukan pergerakan bagi kegiatan
yang
menunjukkan
pola
pergerakan
yang
terjadi
yang
dapat
(konsumsi), serta industri dan pertanian (produksi). Selain itu pola perjalanan barang
sangat dipengaruhi oleh rantai distribusi yang menghubungkan pusat produksi ke
daerah konsumsi.
II.7.3. Klasifikasi Pergerakan
A. Berdasarkan tujuan pergerakan
Maksud orang melakukan pergerakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Tujuan pergerakan, pergerakan berbasis rumah ada lima kategori yang sering
digunakan adalah:
1.Pergerakan ke tempat kerja
2.Pergerakan ke sekolah atau universitas (pergerakan dengan tujuan pendidikan)
3. Pergerakan ketempat belanja
4. Pergerakan untuk kepentingan sosial dan rekreasi, dan
5. Lain-lain
B. Berdasarkan Waktu
Pergerakan dikelompokan menjadi pergerakan pada jam sibuk dan pada jam
tidak sibuk. Proporsi pergerakan yang dilakukan oleh setiap tujuan pergerakan sangat
berfluktuatif atau bervariasi sepanjang hari. Kebanyakan pergerakan pada jam sibuk
pagi merupakan pergerakan utama yang dilakukan setiap hari (untuk bekerja dan
pendidikan) yang tidak terjadi pada jam sibuk.
C. Berdasarkan jenis orang
Perilaku pergerakan individu sangat di pengaruhi oleh atribut sosial ekonomi,
atribut yang dimaksud adalah :
1. Tingkat pendapatan, biasanya terdapat tiga tingkat pendapatan di Indonesia
tinggi,menengah,dan rendah.
II.8
Moda Pergerakan
Menurut Tahir (2005) moda pada dasarnya adalah sarana untuk
memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Tujuannya
adalah untuk membantu orang atau kelompok orang dalam menjangkau tempat yang
dikehendaki atau mengirirm barang dari tempat asal ke tempat tujuan. Vuchic dalam
Tahir (2005) membagi moda pergerakan menurut tipe dan penggunaanya sebagai
berikut :
a. Moda angkutan pribadi (private transport)
b. Moda angkutan umum (public transport)
c. Moda angkutan yang disewa (for-hir)
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya manusia melakukan suatu
perjalanan atau pergerakan dari satu tempat ke tempat lainnya dengan memanfaatkan
sarana transportasi. Hal ini menimbulkan pergerakan arus manusia, kenderaan dan
barang. Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan ini menghasilkan
pergerakan manusia dan atau barang dalam bentuk pergerakan kenderaan atau orang
(pejalan kaki). Pemilihan jenis sarana angkutan bagi kebutuhan pergerakan sangat
berpengaruh dengan efisiensi pergerakan yang ditimbulkan di daerah perkotaan.
Dalam
menentukan
pilihan
jenis
angkutan
untuk
pergerakan,
orang
Penulisan Terdahulu
Penelitian mengenai Kota Medan ini dilakukan untuk menganalisis bentuk
struktur kota Medan dan mengetahui pengaruh dari struktur kota tersebut terhadap
pola pergerakan yang terjadi di kota Medan. Hingga proposal ini diajukan,
sepengetahuan penulis belum ada peneliti lain yang melakukan penulisan tentang
struktur kota Medan dan pengaruhnya terhadap pola pergerakan di kota Medan,
tetapi penulisan yang berkaitan tentang pengaruh struktur kota terhadap pola
pergerakan di kota-kota lain telah dilakukan oleh peneliti lain.
Tabel II.3 Perbandingan Penelitian Yang Telah Ada Sebelumnya
No.
Peneliti
1. Imam
Setiyohadi
Tahun
Judul Penelitian
2008 Karakteristik Dan
Pola Pergerakan
Penduduk
Kota Batam Dan
Tujuan Penelitian
Mengetahui alasan
utama pemilihan
hunian di daerah
Hinterland
Lokasi
Batam
Hubungannya
Dengan
Perkembangan
Wiayah Hinterland
(Tesis)
2.
Adelina
Sekar
Wardhana
3.
Masruri
Abdusomad
4.
Rahayu
Sulistyorini
dan
Dwi
Heriyanto
2010
5.
Rina
Sari
2008
6.
Daniel
Septian
Pasaribu
Afita
2007
2004
2013
Penelitian tentang Struktur kota dan pola pergerakan telah banyak dilakukan,
meskipun terdapat perbedaan-perbedaan dari semua penelitian tersebut. Perbedannya
pada lokasi, berbeda terhadap fokus dan berbeda terhadap modus dan fokus atau
berbeda terhadap diantara tiga, yaitu berbeda terhadap modus dan fokus atau berbeda
terhadap lokasi dan modus. Meskipun dapat dikemukakan bahwa penelitian yang
dilaksanakan ini tidak mempunyai kesamaan dengan penelitian diatas, selain lokasi
dan subyek serta setting waktu dan obyek penelitian juga berbeda. Peneliltian ini
tidak dipungkiri mendasarkan argumentasinya pada sumber-sumber dan literatur
yang sama.