Vous êtes sur la page 1sur 18

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
BBLR adalah berat badan lahir rendah, dimana bayi yang lahir dengan
memiliki berat badan kurang dari 2.500 gram atau sampai 2.499 gram.
Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan karena
kenyataan bahwa: tinggi angka kematian bayi dan balita berkaitan erat, bukan saja
pada masa gestasi tetapi juga pada maturitas bayi. Pada tahun 1961 World health
organization (WHO) menyatakan bahwa semua bayi baru lahir, berat badannya
kurang atau sama dengan 2.500 gram disebut Low BirthWegth Infant atau bayi
berat lahir rendah (BBLR). BBLR bermasalah serius pada kualitas generasi
mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
berpengaruh pada kecerdasan.
Prevelensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 % dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3 % sampai dengan 38% dan lebih sering terjadi
di negara-negara berkembang atau sosio ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR di dapatkan di negara berkembang dan angka
kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir rendah dari
2.500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas dan
morbilitas neonatus, bayi dan anak serta memberi dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara
satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9% - 30%, hasil studi di 7
daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentan 2,1% - 17,2% secara
nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih
besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju
Indonesia sehat 2010 yakni yang telah kita lewati. (rujukan: http://warnet dipo.
Blogspot. Com/2009/05/Faktor resiko bayi berat lahir randah. Html).
Salah satu factor yang memicu kelahiran BBLR adalah status gizi pada ibu
hamil. Status gizi yang buruk akibat dari beberapa faktor yakni sosial ekonomi yang
rendah, penyakit yang diderita ibu, pola perilaku, umur kurang dari 20 tahun atau di

atas 35 tahun serta jarak hamil dan persalinan yang dekat. Adapun juga faktor lain
yaitu faktor kehamilan yakni hamil dengan hidramion, hamil ganda, komplikasi
hamil. Serta faktor janin. Yakni berupa cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan
kelainan kromosom. Semuanya sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan janin yang mengakibatkan kelahiran bayi yang beresiko tinggi yakni
dengan

adanya

gangguan

sistim

pernapasan

metabolik,

kardiovaskuler,

gastrointestinal, neuromuskuloskletal, dan genitourinaria.


Oleh kasus BBLR ini akan menuntut perawatan yang baik, maka dengan
makalah ini akan diuraikan tentang perawatan bayi dengan BBLR.
2. Tujuan
Tujuan umum
Mahasiswa/I dapat memahami asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah
BBLR).
Tujuan khusus
Agar mahasiswa/I memahami dan dapat :
1. Menyebutkan komplikasi BBLR
2. Menjelaskan komplikasi asuhan keperawatan BBLR

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
Pengertian
BBLR : adalah penyakit bayi baru lahir dengan berat badan kurang 2.500 gram,
kenyataan tidak memuaskan ternyata morbiditas dan mortalitas neonatus tidak
tergantung pada berat badan tetapi maturitas bayi (Ilmu Kesehatan Anak, 1985).
BBLR : adalah bayi lahir dengan kurang dari 2.500 gram (Prof.Dr.Rustam
Mochtar, MPH, 1998).
BBLR : bayi baru lahir dengan berat badan kurang 2.500 gram /yaitu karena
hamil kurang dari 37 minggu. (Prof. dr.Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG. 1998).
BBLR : semua bayi yang lahir dengan berat badan sama atau kurang dari 2.500
(Asrining Surami, dkk. 2003).
Klasifikasi BBLR
Prematuritas murni : adalah bayi lahir dengan umur kehamilan < 37 minggu
dan mempunyai berat sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan.
Dismaturitas : adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan.
1. Etiologi
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor
2.1 Faktor ibu
Gizi saat hamil yang kurang
Usia ibu : usia ibu saat hamil < 20 tahun atau > 35 tahun, multi grafida
yang jaraknya terlalu dekat.
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Penyakit : hipertensi, jantung, TBC
Pekerja yang terlalu berat
Pola perilaku : ibu yang perokok, peminum alkohol dan pecandu narkotik.

2.2 Faktor kehamilan


Hidramnion, kehamilan ganda, perdarahan antepartum dan komplikasi
hamil. (pre-eklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini)
2.3 Faktor janin : cacat bawaan, infeksi dalam rahim, kelainan kromosom.
2. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi semakin tinggi resiko gizinya.
Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi adalah :
Menurunnya simpanan zat gizi. Hamipr semua lemak, glikogen dan mineral,
seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan. Dengan demikian bayi preterem mempunyai potensi termasuk
hipoglekimia dan anemia.
Meningkatnya kebutuhan kalori untuk bertumbuh. BBLR memerlukan
sekitar 120 kkal / kg BB/ hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal /kk
BB/hari.
Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi
antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi
pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai usia kehamilan 32-34
minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya mortilitas usus sering
terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu
enzim yang terlibat pada pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar
laktase (enzim pencerna susu) juga rendah sekitar usia kehamilan 34 minggu.
Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernapas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernapasan juga akan mengganggu makanan per
oral. Bayi dengan taci pneu (kecepatan napas >60 kali per menit), tidaklah aman
bila mengisap puting susu dan juga memerluka ventilasi secara mekanis.

Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan


dengan berat badan, dan sedikitnya lemak di bawah kulit.
Belum matangnya sistim imunoligi menyebabkan resiko tinggi infeksi.

Pathway BBLR
Faktor Ibu
Gizi hamil yang kurang
Umur <20 tahun /di atas 35 tahun
Jarak hamil dan bersalin terlalu
dekat
Penyakit : HT, jantung, TBC
Pekerja yang terlalu berat

Faktor kehamilan
Hidramnion
Kehamilan ganda
Perdarahan antepartum
Komplikasi hamil

Faktor janin
Cacat bawaan
Infeksi dalam rahim
Kelainan kromosom

Gangguan Perfusi Jaringan Plasenta

Gangguan Pertumbuhan Janin

BBLR

Menurunya
asupan gizi /
<lemak
Hipotermi

Gangguan pernapasan

Asfiksia

Gangguan pencernaan

Hepar imatur

Ginjal imatur

Perdarahan otak

Aspirasi pneumonia

Hiperbillirubin

Edema

Kematian

3. Gejala Klinis
4.1 Prematuritas murni
Berat badan < 2.500 gram.
Panjang badan 45 cm
LD < 30 cm
LK < 33 cm
Kepala relatif besar dari badannya
Kulitnya tipis, lanugo banyak
Lemak sub kutan kurang
Osefikasi tengkorak sedikit
Ubun-ubun dan sutura lebar
Genitalia imatur
Tulang rawan dan daun telinga belum cukup
Rambut tipis, halus
Puting susu belum terbentuk dengan baik
Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal
Pergerakan kurang dan masih lemah
Refleks mengisap dan menelan belum sempurna
Pernapasan belum teratur dan sering terdapat apnea
4.2 Dismatur
Preterem : sama dengan bayi prematuritas murni
Post term : kulit pucat atau bernoda, mekonium kering, kulit keriput, tipis
jaringan lemak, bayi tampak gesit aktif dan kuat
4. Komplikasi
5.1 Gangguan sistim termoregulasi : suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena
kesulitan mempertahankan tubuh yang disebakan oleh penguapan yang
bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit. Permukaan
tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang
tidak aktif produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat yang

belum cukup serta pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana


mestinya.
5.2 Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit BBLR : hal ini
disebabkan oleh kekurangan sur faktan, perubahan dan pengembangan paru
yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga
yang mudah melengkung.
5.3 Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi
Distensi abdomen akibat dari mortilitas usus berkurang, volume lambung
berkurang sehingga waktu pengosongan bertambah, daya untuk mencerna
dan mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam lemak. Dan
beberapa mineral tertentu berkurang. Kerja spinter kardio-osefagus yang
belum sempurna memudahkan terjadinya resgusgitasi isi lambung ke
esofagus dan mudah terjadi aspirasi.
5.4 Gangguan imunologi
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar igG
gamma globulin.
5. Penatalaksanaan Medis
6.1 Kolaborasi pemberian O2
Pemberian oksigen untuk bayi harus dikendalikan dengan baik karena
konsentasri yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
timbulnya kerusakan pada jaringan retina sehingga menimbulkan kebutaan.
6.2 Perawatan dan inkubator
Pada

dasarnya

ikubator

merupakan

suatu

kotak

dirancang

untuk

mempertahankan suatu suhu internal yang konstan dengan menggunakan


suatu termostat. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka suhu bayi yang
berat badan kurang dari 2 kg adalah 340C dan berat badan 1 kg adalah 350C.
Kelembaban inkubator sekitar 50-60%. Bila inkubator tidak ada, pemanasan
dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol air
hangat disekitar bayi, dan metode kanguru merupakan alternatif lain untuk
menghangatkan tubuh bayi.

6.3 Pemberian nutrisi yang adekuat


ASI merupakan pilihan pertama jika bayi mampu untuk mengisap. ASI juga
dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi jika tidak cukup kuat untuk
mengisap dari mamae. Pemasangan sonde fooding merupakan alternatif jika
bayi tidak bisa mengisap ASI dari ibu.
6.4 Kolaborasi pemberian vitamin karena bayi BBLR memerlukan vitamin
tambahan
6.5 Timbang berat badan bayi setiap hari
Beberapa hari pertama bayi akan kehilangan berat badan. Mencapai kembali
berat badan waktu lahirnya pada umur 7 10 hari.
6.6 Pencegahan infeksi
Jauhkan dari bayi-bayi lain
Jauhkan dari sanak saudara kecuali ibu
Jangan mengijinkan orang infeksi menyentuh bayi
Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi
Merawat bayi dengan melibatkan ibu

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data demografi
BAYI : Tanggal lahir ................Usia kehamilan..........................
Golongan darah...........................APGAR Skor.............................
IBU : Umur : <16 tahun, atau > 35 tahun saat hamil.
Riwayat kehamilan : kehamilan ganda, toksemia gravidarum, diabetes militus.
Riwayat persalinan : perdarahan antepartum
AYAH : Golongan darah.............
2. Data Fisiologis
Kepala : lebih besar dari badan
Ubun-ubun dan sutura lebar.
Rambut : tipis, halus dan teranyam
Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis dan telinga
Telinga : tulang rawan pada daun telinga imatur
Kulit :
Tipis, transparan, dapat mengkilat dan licin
Lemak sub kutan sedikit

Premature

Pembuluh darah kulit banyak terlihat


Kulit bernoda, mekonimu, kering, keriput, tipis
Jaringan lemak di bawah kulit tipis
Oksigenasi
Frekwensi pernapasan........kali / per menit
Pernapasan belum teratur........
Napas cuping hidung.........
Penurunan ekspansi dada /periode apnoe.......
Suara tangis..........
Seanosis............

Dismature

Kardiofaskuler
Frakwensi............dan irama denyut jantung..........
Suhu dan nadi.....
Aktifitas /istirahat
Pergerakan kurang dan lemah, banyak tidur tangis lemah, otot masih
hipotonik
Tampak gesit, aktif dan kuat (dismatur)
Nutrisi
Refleksi mengisap dan menelan, serta refleks batuk belum smpurna
Genitalia/payudara
Wanita

labia minora belum tertutup oleh labia mayora


Puting susu belum terbentuk dengan baik

Laki

Testis belum turun


Puting susu belum terbentuk dengan baik

3. Data Antopometri
Berat badan : <2.500
Panjang badan : < 45 cm
Lingkar dada : < 30 cm
Lingkar kepala : < 33 cm
4. Data Psikososial
Tempat tinggal
Keadaan sosial ekonomi
B. Diagnosa Keperawatan
1. In efektifnya pola napas b.d pengembangan jaringan paru yang buruk, kelemahan
otot pernapasan dan belum berfungsinya pusat pernapasan di otak.
2. Resiko tinggi hipotermi b.d ketidakmampuan mengontrol temperatur tubuh :
sedikitnya lemak tubuh, rendahnya kontrol vasomotor.
3. Resiko tinggi infeksi b.d maturnya sistem tubuh.
4. Kekurangan volume cairan b.d pengeluaran yang disebabkan oleh imaturitas
pemanas radian

5. Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi di rumah b.d kurangnya informasi


C. Perencanaan
Dx I :
Goal : Pasien akan mempertahankan pola napas yang efektif selama dalam perawatan
Objektif : pasien akan menunjukkan pernapasan yang stabil, teratur dan tidak sianosis
Dx II :
Goal : pasien akan mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal selama dalam
perawatan
Objektif : suhu tubuh antara 36,50C 370C dan tidak terjadi kehilangan panas
Dx III :
Goal : pasien akan terhindar dari bahaya infeksi selama dalam perawatan
Objektif : tidak adanya tanda-tanda efektif
Dx IV :
Goal : klien akan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit selama dalam
perawatan
Objektif : setelah perawatan 72 jam, kebutuhan cairan bayi stabil.
Dx V :
Goal : orang tua dan keluarga akan mengetahui tentang penyakit bayi dan perawatan
selanjutnya
Objektif : setelah penjelasan orang tua dapat memahami prosedur perawatan dan
dapat menyebutkan tanda dan gejala masalah pernapasan
D. Intervensi
Dx I :
1. Observasi : catat dan lapor upaya pernapasan. Frekwensi, perubahan warna, napas
cuping hidung, penurunan ekspansi dada, atau periode apneu.

R/ Sebagai indikator dalam menentukan intervensi


2. Tempatkan posisi kepala tinggi 300 dari tempat tidur
R/ Mempermudah pengembangan paru
3. Pertahankan jalan napas tetap terbuka
R/ Mencegah asfiksia
4. Pertahankan frekwensi dan setiap perubahan kondisi
R/ Perubahan buruk membutuhkan penanganan segera
5. Berikan O2 sesuai terapi
R/ Mencegah sianosis dan memenuhi kebutuhan O2
6. Lapor dokter tentang status metabolik, mengenai setiap perubahan analisa gas
darah
R/ Mengetahui perubahan secara dini juga mencegah komplikasi
Dx II :
1. Monitor suhu tiap 2 4 jam
R/ Mengetahui perubahan suhu tubuh secara dini
2. Pertahankan suhu lingkungan 20 dari temperatur tubuh
R/ Mencegah penguapan panas melalui konfeksi yaitu : penguapan dari tubuh ke
udara
3. Meminimalkan kehilangan panas melalui : evaporasi, radiasi, konfeksi dan
konduksi
R/ Mencegah kehilangan panas secara berlebihan
4. Beri ekstra selimut atau perawatan dalam inkubator
R/ Mempertahankan suhu tubuh bayi
Dx III :
1. Kaji tanda-tanda infeksi
R/ Sebagai indikator dalam menentukan intervensi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi
R/Mencegah infeksi nasopomial

3. Rawat tali pusat setiap hari dan teknik aseptik


R/ Mencegah berkembangnya mikro organisme
4. Observasi tanda-tanda vital
R/ Sebagai data penunjang
Dx IV :
1. Kaji dan awasi kebutuhan cairan tubuh
R/ Sebagai indikator dalam menentukan intervensi
2. Berikan cairan 50-60 cc /kg BB dan terus dinaikan sampai mencapai 200 cc/kg
BB
R/ Memenuhi kebutuhan cairan bayi
3. Timbang berat badan bayi setiap hari
R/ Sebagai data dasar untuk intervensi lebih lanjut
4. Pantau dan catat asupan dan pengeluaran cairan bayi tiap jam
R/ Sebagai indikator dalam menentukan intervensi
Dx V :
1. Informasikan kepada orang tua tentang proses penyakit
R/ Dapat menjalin kerja sama
2. Ajari orang tua tentang perawatan yang dibutuhkan di rumah
R/ Membantu orang tua untuk mandiri dalam perawatan lanjutan di rumah
3. Mendorong orang tua untuk ikut berpartisipasi dalam perawatan bayi
R/ Partisipasi orang tua sangat diperlukan untuk perawatan anak
4. Susun perawatan lanjutan dan rumah
R/ Sebagai panduan untuk orang tua dalam perawatan di rumah
E. Implementasi
1. Mengobservasi, mencatat, dan melaporkan upaya pernapasan
2. Meninggikan kepala bayi setinggi 300
3. Memberikan O2 sesuai instruksi
4. Mengobservasi tanda-tanda vital
5. Memberikan ekstra selimut

6. Mengkaji tanda-tanda infeksi


7. Mencuci tangan sebelum menyentuh bayi
8. Merawat tali pusat setiap hari dengan teknik aseptik
9. Mengkaji kebutuhan cairan bayi
10. Berikan cairan 150 180 ml / kg BB
11. Menimbang bayi setiap hari
12. Mencatat intake dan output
13. Informasikan kepada orang tua tentang proses penyakit dan mengajarkan
perawatan lanjutan di rumah
14. Mengajak orang tua untuk ikut berpartisipasi dalam perawatan bayi
15. Menyusun program perawatan lanjutan di rumah
F. Evaluasi
Mengacu pada tujuan :
Pola napas klien efektif
Suhu tubuh klien normal
Klien bebas dari infeksi
Keseimbangan cairam bayi stabil
Orang tua mengetahuai penyakit bayi dan perawatan lanjutan
G. Pendidikan Kesehatan
Dengan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan bayi, mekanisme pengendali
suhu juga menjadi lebih efisien. Jika minum memuaskan maka suhu tubuh stabil serta
pertembahan berat badan memuaskan, maka bayi dapat dipindahkan ke tempat tidur
terbuka. Saat ini ibu dapat dibimbing dalam menangani anaknya meliputi :
a. Perawatan tali pusat untuk mencegah infeksi
Kasa pembungkus tali pusat dibasahi dengan aquades/ NaCL
Bersihkan tali pusat dengan kapas alkohol mulai dari ujung sampai pangkal
tali pusat dan sekitarnya dengan diameter 2 cm
Olesi tali pusat dengan betadine 10 % dengan cara yang sama seperti di atas

Selanjutnya tali pusat dibungkus dengan kasa steril


b. Penanganan hipotermi
Kepala di tutup topi
Ganti popok yang basah segera di ganti
Bungkus dengan kain hangat dan sering disusui
Teknologi tepat guna (metode kanguru) : menghangatkan bayi melalui panas
tubuh ibu, bayi diletakkan telungkup di dada ibu, agar terjadi kontak langsung
ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus
berada dalam satu pakaian. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar
berkancing depan. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain
hangat yang disterika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutup tubuh
bayi dan ibu lakukan berulang kali sampai tubuh bayi hangat.
Memberi ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi dan memberikan kepuasan
Mengganti popok yang basah untuk mencegah kerusakan integritas kulit dan
memberikan kenyamanan
Pemeriksaan rutin sebulan sekali di puskesmas, posyandu ataupun rumah sakit
Imunisasi untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit
tertentu

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang
masa kehamilan.
2. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur, faktor ibu,
faktor janin, faktor lingkungan.
3. Tanda dan gejala BBLR yaitu BB kurang, PB kurang, LD kurang dan LK kurang
4. Penatalaksanaan BBLR adalah medikanmentosa, dietetik dan suporti
5. Asuhan keperawatan bayi dengan BBLR meliputi pengkajian, diagnosa,
implementasi, intervensi, dan evaluasi
B. Saran
Dengan melihat kasus bayi dengan berat lahir rendah berisiko terhadap kekurangan
nutrisi, resiko tinggi cedera dan gangguan pernapasan serta masalah-masalah yang
dapat muncul maka sangat diharapkan agar sebagai perawat mampu memberikan
asuhan keperawatan. Dengan memperhatikan kebutuhan dasar pasien baik mandiri
maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya agar tujuan pelayanan
keperawatan dapat tercapai dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Asrining Surami, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Edisi I. EGC. Jakarta
Oleh Staf Pengajar Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid III. FKUI. Jakarta.
Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi. Edisi II. EGC. Jakarta.
Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB. Cetakan I. EGC. Jakarta.
Rosa M. Sacharin, 1996. Prinsip Keperawatan Pedeatrik. Edisi II. EGC. Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi