Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Apendisitis
adalah
peradangan
yang
terjadi
pada
apendiks
BAB II
LAPORAN KASUS
2. Pekerjaan
: Wiraswasta
3. Alamat
: Menikah
2. Jumlah anak/saudara
: 3 orang
: baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 37,8C
Pernafasan
: 20 x/menit
Berat badan
: 66 kg
Tinggi badan
:-
Kepala
: Normocephal
Mata
: Kelopak
: Normal
Conjungtiva
: Anemis (-)
Sklera
: Ikterik (-)
Kornea
: Normal
Pupil
Lensa
Mulut
: Bibir
: Baik
: Lembab
Leher
Bau pernafasan
: Normal
Gigi geligi
: Lengkap
Palatum
: Leviasi (-)
Gusi
Selaput Lendir
: Normal
Lidah
: KGB
Kel.tiroid
JVP
: 5 - 2 cmH2O
Pulmo
Pemeriksaan
Kanan
Inspeksi
Statis
Kiri
&
dinamis: Statis
&
dinamis
simetris
simetris
Palpasi
Perkusi
Sonor
Sonor
Auskultasi
VI kanan
VII
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI 2 jari bergeser ke lateral dari linea
midclavicula kiri
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Timpani
Auskultasi
a. Ekstremitas Atas
Ekstremitas bawah
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskulltasi
Pemeriksaan Tambahan:
-
2.10
: 12 mg/dl
Diagnosis
Kolik abdomen e.c Suspek Apendisitis akut
2.11
Diagnosis Banding
o Infeksi saluran kemih
o Ureterolitiasi
2.12
Manajemen
a. Promotif :
o Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini merupakan infeksi
atau peradangan pada usus buntu
o Menjelaskan kepada pasien penyebab kemungkinan timbulnya
penyakit ini
o Menjelaskan komplikasi terburuk dari penyakit ini bila tidak
dilakukan pengobatan secara cepat, tepat, dan adekuat.
b. Preventif :
o Pasien dianjurkan untuk tirah baring selama pengobatan
o Pasien diminta untuk tidak mengurut perutnya yang sakit
o Meminta pasien untuk makan-makanan yang lunak dan tidak makan
sambal yang terlalu banyak
c. Kuratif :
Medikamentosa :
Asam mefenamat
3x500 mg
Ciprofloxacin
2x500 mg
Domperidone
3x10 mg
B. complek
2x1 tab
Rahabilitatif :
o Pasien dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan dan
pengobatan lebih lanjut.
o Istirahat yang cukup
Tanggal
: 22 Oktober 2014
No. X
S 3dd tab I
R/ Ciprofloxacin
500 mg
No. X
10 mg
No. X
S 2 dd tab I
R/ Domperidone
S 3 dd tab I
R/ Vitamin B. Complex
No. VI
S 2 dd tab I
Pro
: Tn.H
Alamat
: RT O4 Telanai Pura
Umur : 58 tahun
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm,
dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar
dibagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar
pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Keadaan ini mungkin jadi
sebab rendahnya insiden apendisitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks
terletak di intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan
ruang geraknya bergantung pada panjang meso apendiks penggantungnya.Pada
kasus selebihnya apendiks terletak retroperitoneal, yaitu dibelakang sekum, di
belakang kolon asendens, atau ditepi lateral kolon asendens.
3.2 Histologi
Apendiks mempunyai struktur yang sama dengan usus besar. Glandula
mukosanya terpisahkan dari vascular submukosa oleh mukosa muskular dan
bagian luar dinding submukosa adalah dinding otot yang sama. Apendiks
dibungkus oleh tunika serosa yang terdiri atas vaskularisasi pembuluh darah
besar dan bergabung menjadi satu di mesoapendiks.
10
3.3 Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir itu secara normal
disurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir dimuara paendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gult associated
lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks,
ialah IgA. Immunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.
Namun demikian pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh
sebab jumlah jaringan limfe di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah
di saluran cerna dan seluruh tubuh.1 Jika terjadi sumbatan pada lumen apendiks
maka akan timbul peradangan yang dikenal dengan apendisitis.
11
3.5 Epidemiologi
Apendisitis akut timbul dalam sekitar 7 persen individu di Negara bagian
barat, dan merupakan sebab terlazim akut abdomen yang memerlukan intervensi
bedah. Sekitar 200.000 apendiktomi dilakukan tiap tahun di amerika serikat.
Angka mortalitas bervariasi dari kurang dari 0,1 persen dalam kasus tak
berkomplikasi sampai sekitar 5 persen dalam kasus dengan perforasi.2
Apendisitis dapat ditemukan pada semua usia, hanya pada anak kurang dari 2
tahun jarang dilaporkan. Insiden apendisitis tertinggi pada kelompok umur 20-30
tahun, setelah umur 30 tahun insiden apendisitis menglami penurunan jumlah.
Insiden laki-laki dan perempuan umumnya sebanding.
3.6 Etiologi
Penyebab apendisitis akut yang palig sering adalah terjadinya obstruksi
pada lumen. Obstruksi pada lumen biasanya disebabkan oleh fekalit (batu tinja),
hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks dan parasit yang ada di usus besar.
Parasit yang berperan dalam menyebabkan obstruksi pada apendiks adalah cacing
asscaris dan strongiloide species.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan
yang
3.7 Patofisiologi
Secara pathogenesis factor penting terjadinya apendisitis adalah adanya
obstruksi lumen apendiks yang biasanya disebabkan oleh fekalit. Obstruksi
lumen apendiks merupakan faktor penyebab dominan pada apendisitis akut.
Peradangan pada apendiks berawal di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh
lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam. Obstruksi pada bagian yang
proksimal dari lumen menyebabkan stasis bagian distal apendiks, sehingga
mucus yang terbentuk secara terus menerus akan terakumulasi. Selanjutnya akan
12
Patogenesis
Peradangan
mukosa
Seluruh permukaan
(24-48 jam)
Mukus terkurung,
Tek. Intraluminar
Obstruksi Lumen
F. Resiko
Fokalit
Translokasi kuman
peritonitis
Perforasi (app
perforasi)
Penumpukan nanah
dan T. Intra/odem
Gangren
13
14
.
3.8.3 Apendisitis Perforasi
Appendicitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah ganggren
yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis
umum. Pada dinding appendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan
nekrotik.
3.8.4 Apendisitis Kronis
Appendicitis kronis merupakan lanjutan appendicitis akut supuratif
sebagai proses radang yang persisten akibat infeksi mikroorganisme dengan
virulensi rendah, khususnya obstruksi parsial terhadap lumen. Diagnosa
appendicitis kronis baru dapat ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri
berulang di perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik appendiks
secara makroskopik dan mikroskopik. Secara histologis, dinding appendiks
menebal, sub mukosa dan muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat
infiltrasi sel radang limfosit dan eosinofil pada sub mukosa, muskularis propia,
dan serosa. Pembuluh darah serosa tampak dilatasi.
15
16
Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan
kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda
kunci diagnosis.
17
adalah
nyeri
tekan
seluruh
lapangan
abdomen
yang
Rovsing sign (+). Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan
bawah apabila dilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal
ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi
peritoneal pada sisi yang berlawanan.
Psoas sign (+). Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus
psoas oleh peradangan yang terjadi pada apendiks.
18
Obturator sign (+). Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila
panggul dan lutut difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar
secara pasif, hal tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada
daerah hipogastrium.
Interpretasi
Rovsings sign
Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah
dan timbul nyeri pada sisi kanan.
Obturator sign
Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada
panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina.
Dunphys sign
Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda spermatic
kanan
Kocher (Kosher)s
sign
Sitkovskiy
(Rosenstein)s sign
Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran kanan bawah saat
pasien dibaringkan pada sisi kiri
BartomierMichelsons sign
Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran kanan bawah pada pasien
dibaringkan pada sisi kiri dibandingkan dengan posisi terlentang
Aure-Rozanovas sign
Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit triangle kanan (akan positif
Shchetkin-Bloombergs sign)
Blumberg sign
Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan bawah
kemudian dilepaskan tiba-tiba
19
Skor
Anoreksia
Nyeri lepas
Total
10
Interpretasi :
-
Pasien dengan skor awal 4 sangat tidak mungkin menderita apendisitis dan
tidak memerlukan perawatan di rumah sakit kecuali gejalanya memburuk.
Skor 5-6 : dipertimbangkan apendisitis akut tapi tidak perlu operasi segera
Skor 9-10: hampir defi-nitif mengalami apendisitis akut dan dibutuhkan tindakan
bedah
20
21
normal atau terdapat leukosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks
yang meradang menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan leukosit
meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap
mikroorganisme yang menyerang.
4. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase
Membantu mendiagnosa peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.
5. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG)
Untuk memeriksa adanya kemungkinan kehamilan.
6. Pemeriksaan barium enema
Untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan Barium enema dan
Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk kemungkinan karsinoma
colon.
7. Pemeriksaan radiologi
Berupa foto barium usus buntu (Appendicogram) dapat membantu
melihat terjadinya sumbatan atau adanya kotoran (skibala) didalam lumen
usus buntu. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi
dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan
diagnosis banding. Foto barium enema yang dilakukan perlahan pada
appendicitis akut memperlihatkan tidak adanya pengisian apendiks dan
efek massa pada tepi medial serta inferior dari seccum; pengisisan
menyingkirkan appendicitis.
22
Appendicogram
dengan
non-filling
apendiks
(negatif
scoliosis ke kanan
23
3. Demam dengue, dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis dan diperoleh
hasil positif untuk Rumple Leed, trombositopeni, dan hematokrit yang
meningkat.
4. Infeksi Panggul, salpingitis akut kanan sulit dibedakan dengan
appendicitis akut. Suhu biasanya lebih tinggi daripada appendicitis dan
nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita
biasanya disertai keputihan dan infeksi urin.
5. Gangguan alat reproduksi perempuan, folikel ovarium yang pecah dapat
memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi.
Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam.
6. Kehamilan ektopik, hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan
keluhan yang tidak jelas seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di luar
rahim disertai pendarahan menimbulkan nyeri mendadak difus di pelvic
dan bisa terjadi syok hipovolemik.
7. Divertikulosis Meckel, gambaran klinisnya hampir sama dengan
appendicitis akut dan sering dihubungkan dengan komplikasi yang mirip
pada appendicitis akut sehingga diperlukan pengobatan serta tindakan
bedah yang sama.
8. Ulkus peptikum perforasi, sangat mirip dengan appendicitis jika isi
gastroduodenum mengendap turun ke daerah usus bagian kanan sekum.
9. Batu ureter, jika diperkirakan mengendap dekat appendiks dan menyerupai
appendicitis retrocaecal. Nyeri menjalar ke labia, skrotum, penis,
hematuria, dan terjadi demam atau leukositosis.
24
3.12 Terapi
Berikut adalah pengelolaan penderita tersangka Apendisitis akut:
Kecurigaan Apendisitis Akut
Tidak Jelas
Observasi Aktif
Appendisitis
Tidak Jelas
Apendiktomi
Penyakit lain
Tindakan yang sesuai
25
26
: A. Chaud
: A. Froid
pembebasan
apendiks
dari
mesoapendiks
sambil
27
28
29
30
lalu naikkan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan
hari berikutnya diberikan makanan lunak
Satu hari pascaoperasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat
tidur selama 2x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar
kamar. Hari ke tujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
3.13 Prognosis
Kebanyakan pasien setelah operasi appendektomi sembuh spontan tanpa
penyulit, namun komplikasi dapat terjadi apabila pengobatan tertunda atau telah
terjadi peritonitis/peradangan di dalam rongga perut. Cepat dan lambatnya
penyembuhan setelah operasi usus buntu tergantung dari usia pasien, kondisi,
keadaan umum pasien, penyakit penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi
dan keadaan lainya yang biasanya sembuh antara 10 sampai 28 hari.
Alasan adanya kemungkinan ancaman jiwa dikarenakan peritonitis di dalam
rongga perut ini menyebabkan operasi usus buntu akut/emergensi perlu dilakukan
secepatnya. Kematian pasien dan komplikasi hebat jarang terjadi karena usus
buntu akut. Namun hal ini bisa terjadi bila peritonitis dibiarkan dan tidak diobati
secara benar.
3.14 Komplikasi
Menurut Hartman, dikutip dari Nelson 1994, komplikasi yang sering timbul
adalah perforasi, peritonitis, infeksi luka, abses intraabdomen dan
obstruksi
intestinum.
Menurut Arif Mansjoer, Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda
dengan spontan, tetapi penyakit ini tidak dapat diramalkan dan mempunyai
kecenderungan menjadi progresif dan mengalami perforasi. Karena perforasi
jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam masa
tersebut.
Tanda tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding
perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang
terlokalisasi, ileus, demam, malaise, leukositosis semakin jelas. Bila perforasi
31
dengan peritonitis umum pembentukan abses telah terjadi sejak klien pertama
sekali datang, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi
untuk menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang : tirah
baring dalam posisi fowler medium, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan
elektrolit,
pemberian
penenang,
pemberian
antibiotik
berspektrum
luas
32
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Analisa Kasus
Pada analisa kasus kali ini adalah seorang pasien bernama Tn. H/58
tahun/ Wiraswasta, dating kepuskesmas dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak 3 hari yang lalu, demam (+), mual muntah (+), perut kembung
(+), os sebelumnya sudah pernah berobat dengan keluhan yang sama.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, pada pemeriksaan abdomen nyeri
tekan daerah Mc Burney (+), Nyeri lepas (+),
-
Status Lokalis
Pemeriksaan Abdomen:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskulltasi
Pemeriksaan Tambahan:
-
Pemeriksaan penunjang
-
Hasil Pemeriksaan:
Laeukosit
: 15.000 mm3
Hb
: 12 mg/dl
33
Tanda
Skor
Anoreksia
Nyeri lepas
Total
10
Interpretasi :
-
Pasien dengan skor awal 4 sangat tidak mungkin menderita apendisitis dan
tidak memerlukan perawatan di rumah sakit kecuali gejalanya memburuk.
Skor 5-6 : dipertimbangkan apendisitis akut tapi tidak perlu operasi segera
Skor 9-10: hampir defi-nitif mengalami apendisitis akut dan dibutuhkan tindakan
bedah
34
Preventif :
o Pasien dianjurkan untuk tirah baring selama pengobatan
o Pasien diminta untuk tidak mengurut perutnya yang sakit
o Meminta pasien untuk makan-makanan yang lunak dan tidak makan
sambal yang terlalu banyak
Kuratif :
Medikamentosa :
Asam mefenamat
3x500 mg
Ciprofloxacin
2x500 mg
Domperidone
3x10 mg
B. complek
2x1 tab
Rahabilitatif :
o Pasien dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan dan
pengobatan lebih lanjut.
o Istirahat yang cukup
Berdasarkan teori terapi yang diberikan kepada pasien ini sudah tepat,
karena pada pasien ini jumlah Alvarado skornya hanya 5, maka cukup dengan
pemberian obat-obatan belum perlu operasi apendektomi, tetapi untuk kepastian
diagnosis maka pasien disarankan untuk dirujuk/ dirawat secara intensif di Rumah
Sakit.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Tn. H / 58 tahun / pekerjaan Wiraswasta
menderita kolik abdomen e.c suspek apendisitis akut, dan terapi serta tindakan
yang diberikan kepada pasien sudah tepat dan sesuai dengan teori dari apendisitis.
35
TINJAUAN PUSTAKA
Diunduh
dari
URL:
https://www.scribd.com/doc/57761423/referat-apendisitis#download
3. Dono. Apendisitis. APP (serial online). Diakses (tanggal 21 oktober 2014).
Diunduh
dari:
URL:
https://www.scribd.com/doc/85010953/Referat-
Appendicitis-Dr-Dono-SpB#download
4. Wibisono S. APendisitis akut. (serial online). Diakses (tanggal 21 oktober
20140.
Diunduh
dari:
URL:
https://www.scribd.com/doc/114013124/MAKALAH-APENDISITIS
5. Prasetyo DS. Apendsitis. (serial online). Diakese (tanggal 21 oktoer 2014).
Diunduh dari: URL: https://www.scribd.com/doc/82894087/MAKALAHJADI-APENDISITIS
6. Lauren. System Skoring Pada Apendisitis. (serial online). Diakses (tanggal
21
oktober
2014).
Diunduh
dari:
URL:
https://bedahunmuh.files.wordpress.com/2010/06/appendicitis.pdf
7. Sari SP. Penatalaksanaan Apendisitis. (serial online). Diakses (tanggal 21
oktober
2014).
Diunduh
dari
URL:
http://core.kmi.open.ac.uk/download/pdf/11712818.pdf
8. Guyton, Arthur C. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.
Jakarta:EGC (Penerbit Buku Kedokteran) ; 1996.
9. Lindseth GN. Gangguan Usus Halus. Patofisiologi. Vol. I. Jakarta EGC;
2006.
10. Sabiston DC. Apendiktomi pada Atlas Bedah Umum. Tangerang Selatan:
Binarupa Aksara; 2011.
36
37