Vous êtes sur la page 1sur 3

Gejala Klinis Rhinitis Alergi

1. Serangan timbul bila terjadi kontak dengan alergen penyebab.


2. Di dahului rasa gatal pada hidung, mata atau kadang-kadang pada palatum
mole.
3. Bersin-bersin paroksimal, pilek encer, dan hidung buntu.
4. Gangguan pembauan, mata sembab dan berair, kadang-kadang disertai
sakit kepala.
5. Tidak ada tanda-tanda infeksi.
(Soemantri, Djoko. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF THT. Surabaya:
RSU Dokter Soetomo)

Pemeriksaan Rhinitis Alergika


Pemeriksaan Fisik
1. Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat
atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten,
mukosa inferior tampak hipertropi.
2. Gejala spesifik lain pada anak adalah terdapatnya bayangan gelap di
daerah bawah mata yang terjadi karena statis vena sekunder akibat
obstruksi hidung. Gejala ini disebut allergic shiner. Sering juga tampak
anak menggosok-gosok hidung karena gatal dengan punggung tangan.
Keadaan ini disebut allergic salute. Keadaan menggosok-gosok hidung ini
lama kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum
nasi bagian sepertiga bawah yang disebut allergic crease. Mulut sering
terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan gigi. Dinding posterior faring tampak granuler dan
edema, serta dinding lateral faring melebar. Lidah tampak seperti
gambaran peta.

Pemeriksaan Penunjang
In vitro :
Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian
pula pemeriksaan IgE total (prist paper radio immuno sorbent test) seringkali
menunjukkan nilai normal. Kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu
macam penyakit. Misalnya selain rhinitis alergi juga menderita asma bronkiale.
Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak
kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi tinggi. Lebih bermakna adalah
pemeriksaan IgE spesifik dengan RSAT (radio immuno sorbent test) atau ELISA
(enzyme linked immuno sorbent assay test). Ditemukannya eosinofil dalam jumlah
banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil (> 5 sel/lap)
mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel PMN
menunjukkan adanya infeksi bakteri.
In vivo:
Alergen penyebab dapat dicari dengan pemeriksaan tes cukil kulit, uji
intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (skin end point
titration/SET), SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan
alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya. Keuntungan
SET selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial untuk
desensitisasi dapat diketahui.
Untuk uji alergi makanan, uji kulit yang akhir-akhir ini banyak dilakukan
adalah intracutaneus provocative dilutional food test (IPDFT), pemeriksaan yang
lainnya adalah dengan diet eliminasi dan provokasi (challenge test).
Alergen ingestan secara tuntas lenyap dari tubuh dalam waktu 2 minggu.
Karena itu pada challenge test, makanan yang dicurigai diberikan pada pasien
setelah berpantang selama 5 hari. Selanjutnya diamati reaksi nya. Pada diet
eliminasi, jenis makanan setiap kali dihilangkan dari menu makanan sampai suatu
ketika gejala menghilang dengan meniadakan suatu jenis makanan.

Diagnosis Banding
1. Rhinitis akut: ada keluhan panas badan, mukosa hiperemi, sekret
mukopurulen.
2. Rhinitis medikamentosa (drug induced rhinitis): karena penggunaan tetes
hidung dalam jangka lama, reserpine, clonidine, - methyldopa,
guanethidine, chlorpromazine, dan phenotiazine lain.
3. Rhinitis hormonal (hormonally induced rhinitis): pada penderita hamil,
hipertiroid, penggunaan pil kb.
4. Rhinitis vasomotor.
(Arsyad, Eflaty. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT Edisi Ketujuh. Jakarta: FK
UI)

Dasar Diagnosis
Kriteria Subjektif:
1. Rasa gatal pada hidung dan mata.
2. Bersin-bersin, hidung buntu, pilek encer.
3. Gangguan pembauan, kadang-kadang dengan sakit kepala.
Kriteria Objektif:
1. Mukosa basah, edema dan berwarna pucat.
2. Adanya sekret encer yang banyak.
3. Mukosa inferior tampak hipertrophy.
4. Terdapat bayangan gelap didaerah bawah mata.
5. Dinding posterior faring tampak granuler dan edema.
6. Dinding lateral faring menebal.
7. Lidah tampak seperti gambaran peta.

Vous aimerez peut-être aussi