Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Farmakoterapi S1 STFB
2014
DEFINISI
Penyakit ini adalah penyebab yang paling umum dari gangguan intelektua
yang berat pada orang lanjut usia dan kenyataannya merupakan suatu
masalah dalam perawatan orang usia lanjut di rumah.
Epidemiologi
Penyakit Alzheimer ( PA ) sering disebut sebagai penyakit akibat usia tua sebab banyak
erjadi pada individu yang berusia lebih dari 65 tahun,
tahun tetapi sekitar 5% dapat terjadi pada
usia 40 tahun sehingga dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Onset dini terjadi pada usia 40-64 tahun
2. Onset lambat terjadi pada usia diatas 65 tahun
Prevalensi dan insiden terjadinya PA meningkat sebanding dengan pertambahan usia, yaitu
ekitar 3% pada individu berusia 65-74 tahun dan meningkat sampai 47% pada individu
berusia diatas 85 tahun
Dibandingkan pria, wanita lebih banyak menderita penyakit ini, Selain itu juga dipengaruhi
oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan kelas sosial ekonomi.
Akhir-akhir ini dijumpai peningkatan jumlah kasus pada kelompok usia yang lebih muda
sekitar 40 50 tahun ). Prevalensinya 5-10% dari populasi warga usia 60-65 tahun dan
meningkat dua kali lipat setiap lima tahun dan menjadi 30-50% di atas 85 tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperkirakan lebih dari satu milyar orang tua yang
berusia lebih 60 tahun atau 10 persen penduduk dunia mengidap Alzheimer (2003).
Peningkatan ini
ini,, ada kaitannya dengan penduduk dunia yang semakin berusia
berusia,, jangka
hidup wanita meningkat hingga 80 tahun dan 75 tahun bagi lelaki.
lelaki.
PA adalah penyebab kematian terbesar yang kelima di USA pada individu lanjut usia.
Sebenarnya PA tidak menyebabkan kematian secara langsung tetapi ada faktor predisposisi
yang terdapat pada pasien PA yang secara tidak langsung dapat memperparah dan
menyebabkan kematian antara lain : sepsis, pneumonia, kekurangan nutrisi dan trauma.
Banyak penderita Alzheimer tidak melakukan pengobatan pada saat mulai terjadinya
gejala penyakit tersebut sehingga sulit memperkirakan waktu bertahan hidup setelah onset.
Diperkirakan waktu antara timbulnya gejala sampai kematian adalah 3 hingga 20 tahun.
ETIOLOGI
1. Faktor genetik
Penyebab terjadinya PA onset dini dan onset lambat.
Hampir sebagian besar terjadinya PA onset dini disebabkan karena
adanya perubahan pada kromosom 1, 14 atau 21.
Terutama adalah karena terjadi mutasi gen pada kromosom 14 yang
memproduksi protein presenilin I, dan pada kromosom 21 yang
menghasilkan protein dengan struktur yang sama dengan presenilin I
yang dinamakan presenilin II. Kedua jenis protein membantu dalam
proses pembentukan protein prekursor amiloid ( APP ) . Mutasi pada gen
APP menyebabkan terjadinya produksi protein beta amiloid yang
berlebihan. Adanya prenisillin dalam jumlah kurang lebih 50% adalah
penyebab terjadinya onset dini PA.
Terjadinya onset lambat PA dipengaruhi oleh genotip apolipoprotein E4 ( APO E4
). Pewarisan alel APO E4 meningkatkan resiko terjadinya onset lambat PA yang
juga dipengaruhi oleh usia, ras dan jenis kelamin ( resiko lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pria ).
2. Faktor lingkungan
PATOFISIOLOGI
Perubahan struktur otak
Perubahan struktur yang terlihat pada penderita PA adalah :
- Atropi kortical
- Penurunan jumlah neurotransmiter asetilkolin dan neurotransmiter
lainnya
- Terjadinya neurofibrillary
- Penumpukan plak beta amiloid ( gumpalan protein ).
movement, decision-making,
decision
problem solving, and planning
Auditory Perception
Memory
Speech
Emotional Respones
Visual Perception
2. Sistem kolinergik
3. Mediator inflamasi
Pelepasan mediator inflamasi dan konstituen sistem imum lainnya disebabkan karen
adanya microglial sel yang berada disekitar dan dalam sel plak amiloid yang
terbentuk. Mediator inflamasi yang dilepaskan antara lain alfa 1 antikromotripsin
( ACT ) dan alfa 2 makroglobulin, dan sitokinin ( interleukin 1 dan interleukin 6 ).
Mediator inflamasi ini meningkatkan toksisitas protein beta amiloid dan terjadi
penggumpalan. Senyawa sitotoksik dan radikal bebas juga diaktifkan
oleh microgliall sel sehingga menyebabkan penurunan pada neurotransmitter
yang dihasilkan.
5. Estrogen
Estrogen merupakan hormon yang dapat merangsang perkembangan neuronal
dan mencegah kerusakan akibat proses oksidasi.
Manfaat estrogen :
1. Meningkatkan jumlah reseptor untuk perkembangan neuronal. Hal ini
disebabkan karena kemampuan estrogen untuk merangsang pertumbuhan
sinaps, merangsang akson dan dendrit untuk membentuk terminal baru .
2. Mencegah pengambilan kolin dan kadar kolin asetiltransferase sehingga dapat
menormalkan kembali sistem kolinergik.
3. Meningkatkan jumlah reseptor N- metil D - aspartat yang merupakan bagian
pada otak yang mempengaruhi daya ingat.
4. Sebagai antioksidan yang mencegah kerusakan sel .
5. Mencegah terjadinya plak yang dipengaruhi oleh degradasi APP oleh
alfa secretase menjadi senyawa yang dapat larut.
MANIFESTASI KLINIK
Penyakit Alzheimer sukar dilihat karena banyak yang beranggapan orang tua yang semu
lupa, adalah sesuatu yang lazim karena faktor usia. Sebaliknya kemungkinan itu adalah
tanda-tanda
tanda awal seseorang itu mengidap penyakit Alzheimer.
Pikun/demensia akibat Penyakit Alzheimer (PA) amat ditakuti oleh para individu lanjut
usia, setidak-tidaknya
tidaknya di negara maju yang telah lama mengenalnya. Perjalanan PA
terkenal sebagai proses yang sangat menahun tetapi progresif. Seseorang yang tampak
sehat-sehat saja, "tiba-tiba"
tiba" menjadi pikun Alzheimer tanpa diketahui sebelumnya. Ini
disebabkan karena selama ini tidak teramati bahwa sebenarnya sebelum pikun telah
terjadi proses perantara berlangsung secara bertingkat melalui tahapan tertentu. Tahap
awal dimulai dari gejala mudah lupa, cepat lupa (forgetfulness)
(
yang banyak dijumpai pa
lanjut usia (28-38
38 persen dari populasi lanjut usia).
ejala-gejala
gejala dini yang secara umum timbul adalah:
Genetik predisposisi
Usia 0
Plak amiloid
Usia 20
Kerusakan sel
Usia 40
Respon radang
Neuritik plak,
neurofibrallry
kehilangan sinaps
Faktor awal :
Downs syndrome
Trauma pada kepala
Faktor genetik : APO
E4
APP
Prenisillin I
Prenisillin II
Umur
Depresi
Toksin
Penyakit
Hipotiroid
Buta huruf
Cepat lupa
Perubahan
suasana hati
Kehilangan kebebasan
Kematian
MANIFESTASI KLINIK
DIAGNOSIS
Tes laboratorium
CT scan, MRI
Uji neuropsikologik
EEG
SPECT, PET
Tingkat 1
Normal
Tingkat 2
Cepat lupa
Tingkat 3
Early confusion
Tingkat 4
Tingkat 5
Disorientasi, gangguan mengenal waktu (tanggal, tahun, haripenting), gangguan mengenal tempat, gangguan kemampuan menge
lingkungannya
Tingkat 6
Tingkat 7
Demensia akhir
Menjaga kebugaran mental dan aktivitas belajar dapat memperlambat onset demensia.
Mempertahankan gaya hidup sehat. Dalam hal ini pemberian nutrisi dan asupan cairan yang
tepat, sehat dan bergizi.
Berhenti merokok dan membatasi minuman beralkohol.
Menjaga agar lingkungan sekitar tetap tenang dan stabil
Bersosialiasi dengan orang lain
Memotivasi para lansia untuk melakukan pemeriksaan medis secara berkala / rutin dan lengkap
agar penyakit ini dapat terdeteksi sejak dini
Menciptakan lingkungan yang aman bagi individu dengan PA stadium lanjut.
Jika dijumpai gejala-gejala
gejala pikun/demensi maka dilakukan pemeriksaan diri ke dokter.
Kelompok pendukung pelaku rawat (caregiver
caregiver support group)
group sangat menunjang
penatalaksanaan yang diberikan pada pasien. Bukan hanya obat yang diperlukan, tetapi cara-ca
cara
merawat dan bersikap terhadap penderita Alzheimer sangat penting untuk keberhasilan terapi.
Baik keluarga, penderita maupun caregiver perlu mendapat pengetahuan yang cukup tentang
penyakit Alzheimer agar mampu bekerja sama dengan dokter yang merawat. Peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan / aktivitas bagi para penyandang demensia berupa
day care, community services dan lain-lain
lain sangat berarti dalam meningkatkan kualitas hidup
penderita Alzheimer.
TUJUAN PENGOBATAN
Menghilangkan hal yang yang tidak berhubungan dengan proses patologik atau penyakit yaitu depresi
MMSE stabil
enurun < 4 poin setelah 1 tahun )
Lanjutkan pengobatan diatas
Melakukan pengujian
MMSE 10-26
Donepezil
Galantamin
Rivastigmin
+
Vitamin E
MMSE memburuk
( 4 poin setelah 1 tahun )
Alternatif lain kolinesterase inhibitor + vitamin E
Depresi
SSRI,
nefazodon atau venlafaxin
Psikosis
Alternatif lain
Alternatif lain
Agitasi lainnya
Alternatif lain
Quetiapin
Alternatif lain atau
Desipramin, nortriptilin, atau mirtazapin
Haloperidol
Clozapin
Mekanisme kerja
Efektivitas
kursor asetilkolin :
Kolin, lesitin
bitor kolinesterase :
rin,
nepezil
antamin
astigmin
onis kolinergik
anekol, Xanomelin
Agonis muskarinik
Meningkatkan metabolisme
Efektif, kemungkinan
disebabkan dapat
memperbaiki mood
t lainnya
oloid mesilat
ogen
ha
AID
Mengurangi prevalensi PA
pada penderita rematoid vs
kontrol, dan beberapa
kelompok yang
mendapat pengobatan NSAID
or pertumbuhan saraf
odipin
gilin
min E
til-L-karnitin
Beberapa mempunyai
keuntungan yang minimal
dalam tes kognitif
tropik : piracetam,
acetam, aniracetam
Inhibitor kolinesterase
Asetilkolin merupakan neurotransmiter yang dibutuhkan untuk fungsi kognitif ( daya ingat
dan kemampuan berpikir ).
Penderita PA mengalami penurunan jumlah neurotransmiter asetilkolin sehingga mengalami
kemunduran pada fungsi kognitif.
Kolinesterase dapat meningkatkan kadar asetilkolin.
asetilkolin
Efek samping : anoreksia, mual, muntah, diare,
diare kehilangan berat badan, nyeri punggung,
pusing dan sakit kepala
Takrin bersifat hepatotoksik, jarang digunakan dalam terapi
Donepezil memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan takrin sehingga biasanya
menjadi pilihan utama.
Penggunaan bersama dengan obat antikolinergik akan mengurangi aktivitas antikolinergik
Rivastigmin mempunyai potensi yang rendah berinteraksi dengan obat lain karena
ikatannya dengan protein rendah dan tidak dimetabolisme melalui sistem sitokrom p-450
Galantamin selain inhibitor kolinesterase juga mempunyai aktivitas agonis reseptor nikotin
olinesterase Inhibitors for the Treatment of Cognitive Deficits in Patients with Mild to Modera
heimer's Disease
ug
Suggested dosage
Side effects
Specific cautions
nepezil
icept)
astigmine
elon)
Weight loss
Interacting drugs include
aminoglycosides and
procainamide (Procanbid
antamine
minyl)
ine
gnex)
Takrin
Donepizil
Rivastigmin
Galantamin
Dosis awal
5 mg sid, sebelum
tidur, sebelum
atau sesudah
makan
1,5 mg bid
Dosis pemeliharaan
20-40 mg qid
5-10 mg sid
3-6 mg bid
8-16 mg bid
Waktu pengobatan
4-6 minggu
4-6 minggu
2 minggu
4 minggu
Takrin
( n= 634 )
Donepezil
( n = 747 )
Rivastigmin
( n = 1189 )
Galantamin
( n = 1040 )
29%
NR
NR
16%
11%
12%
9%
6%
4%
9%
4%
NR
3%
4%
8%
2%
7%
8%
NR
11%
5%
10%
10%
8%
6%
9%
5%
4%
3%
3%
3%
2%
NR
NR
NR
NR
NR
47%
31%
19%
17%
21%
NR
9%
9%
17%
6%
NR
3%
5%
13%
4%
NR
NR
NR
24%
13%
9%
8%
9%
NR
5%
5%
9%
7%
NR
7%
4%
5%
3%
NR
NR
2. Antioksidan
Berdasarkan teori patofisiologi termasuk juga mengenai adanya radikal bebas yang dapat merusak
neurotransmiter sehingga mempengaruhi jumlah dan kualitasnya maka ada ketertarikan secara signifikan
untuk mengembangkan penggunaan antioksidan dalam pengobatan PA.
Salah satu penelitian yang melakukan perbandingan penggunaan vitamin E 1000 UI, selegilin 5 mg, dala
bentuk kombinasi keduanya dan plasebo untuk pengobatan pada penderita PA sedang, menunjukkan bahw
penggunaan vitamin E dan selegilin cukup efektif untuk pengobatan.
Vitamin E mempunyai efek samping yang rendah, harga tidak terlalu mahal, dan dapat digunakan dalam
jangka waktu yang tidak terbatas. Walaupun belum ada penelitian mengenai interaksinya dengan inhibito
kolinesterase tetapi belum ada keluhan mengenai interaksi yang terjadi bila keduanya digunakan bersama
Selegilin juga cukup efektif untuk pengobatan PA sedang, dimana salah satu penelitian menunjukkan
penggunaan selegilin 10 mg/hari dapat menurunkan nilai hasil tes BPRS. Penelitian lain juga menunjukk
selegilin dapat memperbaiki fungsi kognitif dan juga mood.
3. Estrogen
Belum ada hasil penelitian yang mendukung penggunaan estrogen dalam pengobatan simpton PA. Namu
demikian penelitian terus menerus dilakukan untuk mengetahui efektivitas estrogen dalam pengobatan
untuk mencegah penyakit Alzheimer.
4. Antiinflamasi
Suatu penelitian menunjukkan adanya penurunan insiden terjadinya PA pada pasien yang menggunak
NSAID secara rutin. Dimana pasien yang menggunakan NSAID selama lebih dari 2 tahun mempunya
resiko yang lebih kecil ( 0,4 ) dibandingkan yang menggunakan kurang dari 2 tahun ( 0,65 ). Namun
demikian efek samping yang dialami juga besar yaitu terjadi iritasi dan perdarahan pada GI. Oleh kar
itu NSAID tidak direkomendasikan untuk pencegahan maupun pengobatan PA secara umum.
5. Gingko biloba
Ekstrak gingko biloba ( EGb ) mengandung flavonoid dan terpenoid. Efek neuroprotektif Egb dapat
mengurangi pecahnya kapiler darah, sebagai antioksidan dan menghambat terjadinya plak serta dapat
memperbaiki daya ingat, memperlancar sirkulasi darah serebral.
Efek samping gangguan GI ringan, sakit kepala, pusing, dan vertigo, mual, muntah, diare, gelisah.
Walaupun ada bukti klinik bahwa Egb dapat digunakan untuk pengobatan namun tidak cukup efektif
karena masalah standarisasi kadar dalam produknya.
Dosis yang dianjurkan adalah 40 mg ekstrak yang telah terstandarisasi 3 x sehari selama 4-24
4
minggu
Ekstrak gingko biloba tidak boleh dikombinasi dengan inhibitor MAO karena meningkatkan efek tok
Demikian juga penggunaan dengan antikoagulan
TABLE 3
Drug Treatments to Be Considered in Patients with Dementia
mentia diagnosis
Medication
eimer's disease
Donepezil
Tacrine
Typical dosage
Comments
5 to 10 mg once
daily
Ibuprofen*
Conjugated
0.625 mg daily
Estrogens*
Vitamin E (alpha or
mixed tocopherols)*
though these medications cannot be recommended for treatment of Alzheimer's disease at present, current research is promising.
promisi
Sebagian besar penderita Alzheimer juga mengalami gejala / simpton non kognitif yang dapat
terbagi menjadi 3 kategori yaitu : gejala psikosis, perubahan perilaku dan depresi.
Penanganan untuk gejala psikosis atau perubahan perilaku juga perlu memperhatikan
keadaan lingkungan dan farmakologinya ( antipsikotik, antidepresan, mood stabilizer dan
antiansietas ). Untuk pasien dengan perilaku yang tidak agresif dapat dilakukan penanganan
dengan cara menjaga agar lingkungan sekitar tetap tenang dan stabil serta perhatian dari
keluarga. Pendekatan yang sama juga dapat dilakukan pada pasien PA dengan perubahan
perilaku yang agresif. Walaupun demikian pemberian obat-obatan
obat
ini sering digunakan jika
diperlukan.
Obat-obatan
obatan ini mempunyai efek samping antara lain sedasi dan efek samping
ekstrapiramidal. Oleh karena itu standar dalam penggunaan obat-obatan
obat
ini yaitu :
digunakan dalam dosis yang kecil, melakukan pengawasan yang ketat terhadap efek samping
yang dapat terjadi, dan mengurangi dosis secara bertahap.
Antipsikotik
Clozapin
Haloperidol
0,5-4 mg
Olanzepin
2,5-10 mg
Quetiapin
12,5-200 mg
Risperidon
0,25-2 mg
Antidepresan
Citalopram
Desipramin
luoxetin
Nortriptilin
aroxetin
ertralin
razodon
10-20 mg
50-150 mg
5-20 mg
25-150 mg
10-40 mg
50-200 mg
75-400 mg
Indikasi
Pengobatan psikosis : halusinasi,
delusi, curiga
Perilaku yang berubah : agitasi, agresif
Efek samping
Sedasi, minimal
ekstrapiramidal simp
Parkinson
Minimal EPS
Pengobatan depresi :
Kehilangan nafsu makan, imsonia,
kehilangan harapan, anhedonia,
withdrawal, pikiran untuk bunuh diri,
agitasi
Sedasi, kejang
Agitasi, anxietas,,inso
Sedasi, kejang
Diare, nausea
Sedasi hipotensi
Antikonvulsan
Karbamazepin
Asam valproat
100-1000 mg
1000-2500 mg
Anti anxietas
Lorazepam
Oxazepam
Clonazepam
Buspiron
Beta adrenergik
Propranolol
Pindolol
Hipnotik
Temazepam
Zolpidem
0,5-2 mg
7,5-30 mg
0,5-1,5 mg
10-45 mg
10-300 mg
5-40 mg
7,5 mg
5-10 mg
Insomnia
Antipsikotik
Obat-obat
obat antipsikotik sering digunakan dalam pengobatan gejala psikosis atau
perubahan perilaku pada penderita Alzheimer. Gejala yang dapat diobati dengan
antipsikotik adalah : agitasi, halusinasi, delusi, mudah curiga, hilang kontak dengan
lingkungan. Sedangkan untuk gejala withdrawal,
withdrawal apatis, dan penurunan fungsi kognitif
tidak memberikan efek.
Risperidon merupakan salah satu antipsikotik yang dapat digunakan. Efek sampingny
meningkat sesuai dengan kenaikan dosis yang digunakan. Efek samping utamanya
adalah ektrapiramidal side effect dan sedasi.
Olanzepin juga sering digunakan namun efek samping yang signifikan sering terjadi
adalah efek samping antikolinergik perifer.
Untuk pasien yang tidak cukup memberikan respon dan terjadi efek samping maka
dapat digunakan Quetiapin sebagai alternatif.
Pasien penderita PA lebih sensitif terhadap efek samping obat antipsikotik. Yang serin
menjadi masalah adalah munculnya efek samping ekstrapiramidal, perubahan tekanan
darah karena menghambat alfa adrenergik, efek antikolinergik, retensi urin, konstipasi
dan mulut kering.
Antidepresi
Seringkali gejala depresi ini menyebabkan kesalahan dalam diagnosa karena gejala ini sering
juga terjadi pada individu yang mengalami demensia. Gejala apatis, penurunan inisiatif dan
sosialisasi dengan lingkungan, kehilangan konsentrasi, retardasi, agitasi dan perubahan pola
makan serta gangguan pada tidur adalah gejala-gejala
gejala
yang sering terjadi pada depresi dan
demensia sehingga untuk mendapatkan diagnosa yang tepat perlu dilakukan interview pada
anggota keluarga atau yang merawat pasien. Diperlukan waktu beberapa minggu sebelumnya
untuk mendapatkan data-data
data yang tepat mengenai gejala yang terjadi sebelum dilakukan
pengobatan yang tepat dengan antidepresan.
Antidepresan yang dapat digunakan adalah antidepresan golongan SSRI antara lain :
citalopram, fluoxetin, paroxetin, atau setralin, venlafaxin, atau trazodon.
Trazodon dapat mengurangi imsonia,agitasi dan disforia pada penderita PA tetapi efek sampi
yang sering terjadi adalah ortostatik dan sedasi yang berlebihan.
berlebihan
Obat Hipnotik
Obat lainnya
Karena antipsikotik menunjukkan efek yang lambat dan efek samping yang cukup besar maka
digunakan obat lain sebagai alternatif antara lain : benzodiazepin, buspiron, karbamazepin,
selegilin dan valproat.
Benzodiazepin digunakan untuk mengobati agitasi, ansietas dan agresi tetapi efeknya lebih lam
dibandingkan obat antipsikotik. Benzodiazepin dapat merusak fungsi kognitif sehingga
meningkatkan resiko keparahan pada PA. Oleh karena itu penggunaan secara rutin tidak
dianjurkan.
Buspiron dapat mengobati agitasi dan agresi dengan efek samping yang minimal. Selegilin juga
dapat menyembuhkan gejala ansietas, depresi dan agitasi.
Apabila obat antipsikotik gagal untuk mengobati gejala non kognitif maka disarankan untuk
menggunakan alternatif kedua yaitu citalopram atau karbamazepin.
karbamazepin
INTERAKSI OBAT
Tacrin
Cimetidin, Fluvoxamin,
Kuinolon
Menghambat
metabolisme tacrin
sehingga
meningkatkan kadar
dalam darah,
meningkatkan efek
dan efek samping
Teofilin
Meningkatkan kadar
teofilin
Suksinilkolin
( Neuromuscular blocking )
Memperpanjang efek
depolarisasi
neuromuscular
blocking
Levodopa
Menghambat efek
levodopa
Beta bloker
Meningkatkan efek
bradikardi
Antikolinergik
Menghambat efek
antikolinergik
Antibiotika makrolida,
SSRI antidepresan
Rifampicin,
fenitoin, Menurunkan kadar dalam darah
karbamazepin, barbiturat
sehingga mengurangi efek
Antikolinergik
Efek antagonis
Terima kasih