Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki pengetahuan tentang
perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas ini dengan baik.
Perubahan Fisiologis pada sistem Reproduksi
a) Uterus
(1) Proses Involusi
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus ke
keadaan sebelum hamil. Proses involusi merupakan salah satu peristiwa penting dalam
masa nifas, disamping proses laktasi
baru melahirkan masih membesar, jika diraba dari luar tinggi fundus uteri kira-kira 1 jari
dari pusat, sedangkan beratnya lebih kurang 1 kg. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
darah dalam dinding rahim mengalir dalam pembuluh-pembuluh darah yang membesar
dan setelah itu berangsur-angsur menjadi kecil.
(2) Kontraksi
Kontraksi uterus terus meningkat secara bermakna setelah bayi keluar, yang
diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauteri yang sangat
besar. Kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar , ini menyebabkan iskemia
pada lokasi perlekatan antara plasenta sehingga jaringan perlekatan antara plasenta
dan dinding uterus menjadi nekrosis dan lepas.
Upaya untuk mepertahankan kontraksi uterus selama masa awal nifas ini penting
sekali, maka biasanya suntikan oksitosin ( pitosin ) secara intravena atau intramuscular
diberikan segera setelah plasenta lahir (Bobak 2005). Inisiasi menyususi dini ( IMD )
dimana membiarkan bayi di payudara ibu segera setelah lahir dalam masa ini penting
juga
oksitosin.
(3) Afterpains
Dalam minggu pertama sesudah bayi lahir, mungkin ibu mengalami kram / mulas
pada abdomen yang berlangsung sebentar, mirip sekali dengan kram waktu periode
menstruasi, keadaan ini disebut afterpains, yang ditimbulkan oleh karena kontraksi
uterus pada waktu mendorong gumpalan darah dan jaringan yang terkumpul didalam
uterus.
(4) Tempat Plasenta
Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi
tempat / situs plasenta akan menjadi nekrotik ( layu / mati ). Desidua yang mati akan
keluar bersama dengan sisa cairan, suatu campuran antara darah yang dinamakan
lokia yang menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik tadi adalah karena pertumbuhan
endometrium .
(4) Lokia
Lokia adalah darah dan cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas. Lokia
mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih
cepat daripada vagina normal. Lokia mempunyai bau amis ( anyir), meskipun tidak
terlalu menyengat, dan volumenya berbeda-beda pada setiap ibu, lokia mengalami
perubahan karena proses involusi.
(a) Lochea rubra (cruenta), berwarna merah berisi darah segar bercampur sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari
post partum.
(b) Lochea sanguinolenta, berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari 3-7
post partum.
(c) Lochea serosa, berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7-14 post
partum.
(d) Lochea alba, cairan putih selama 2 minggu (Wiknjosastro. H, 2005, hal : 241).
b) Serviks Uteri
Involusi serviks dan segmen bawah uterus / eksterna setelah persalinan berbeda
dan tidak kembali pada keadaan sebelum hamil. Muara serviks eksterna / katalis
servikalis tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan ( pada multipara
), tetapi terlihat memanjang seperti celah atau garis horisontal agak lebar , sering
disebut mulut ikan atau porous serviks.
Serviks akan menjadi lunak segera setelah melahirkan. Dalam waktu sekitar 20
jam setelah persalinan, serviks memendek dengan konsistensi lebih padat dan kembali
ke bentuk semula dalam masa involusi.
c) Vagina
Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rudae kembali. Vagina
yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap seperti ukuran sebelum
hamil pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah melahirkan. Rugae akan terlihat kembali
pada minggu ke-3 atau ke-4. Estrogen setelah melahirkan sangat berperan dalam
penebalan mukosa vagina dan pembentukan rugae kembali
d) Perineum
Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya setelah melahirkan,
perineum menjadi agak bengkak/edema/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas
robekan atau episiotomy, yaitu sayatan untuk memperluas pengeluaran bayi. Proses
penyembuhan luka episiotomi sama seperti luka operasi lain. Perhatikan tanda-tanda
infeksi pada luka episiotomi seperti nyeri, merah, panas, bengkak, atau keluar cairan
tidak lazim. Penyembuhan luka biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah melahirkan.
e) Organ Otot Panggul
Struktur dan penopang otot uterus dan vagina dapat mengalami cedera selama
waktu melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan relaksasi panggul, yang berhubungan
dengan pemajangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul yang
menopang uterus, dinding vagina, rektum, uretra, dan kandung kemih.
Latihan Kegel dapat direkomendasikan setelah persalinan untuk membantu
memperbaiki tonus dan fungsi otot vagina dan panggul.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam
melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok, dan masyarakat yang
berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon klien terhadap
penyakitnya.
Pada dasarnya proses keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara sistematis dan menggunakan pemikiran. Proses keperawatan juga merupakan
kegiatan yang didasarkan pada ilmiahserta metode pendekatan yang dilakukan oleh
tenaga perawatan dalam membantu pemecahan masalah klien.
Dalam proses keperawatan ada lima tahap, dimana tahap-tahap tersebut tidak dapat
dipisahkan,
dan
saling
berhubungan.
Tahap-tahap
ini
secara
bersama-sama
membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinyu yaitu tahap pengkajian,
f. Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5 pasca
partum
g. Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilicus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira selebar
jari setiap harinya. Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke 2-3, berlanjut menjadi lokhea
serosa dengan aliran tergantung pada posisi ( missal, rekumben versus ambulasi
berdiri ) dan aktivitas ( mis. Menyusui ). Payudara : produksi kolostrum 48 jam diagnosa
pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke- 3, mungkin lebih dini,
tergantung kapan menyusui dimulai.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Doenges ( 2001 ) pada ibu post partum lebih dari 4 jam
sampai 3 hari pasca partum yaitu :
a. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan atau
distensi, efek-efek hormonal.
b.
Ketidakpuasan
dengan
pengalaman
menyusui
berhubungan
dengan
tingkat
diaphoresis, peningkatan haluaran urin dan kehilangan tidak kasat mata meningkat,
hemoragi)
g. Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan
volume cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek-efek
infus oksitosin adanya HKK.
h. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot ( diastasis rektil), efek-efek
progesterone, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anastesia, diare persalinan, kurang
masukan, nyeri perineal/rektal .
i. Risiko terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang dukungan
diantara / dari orang terdekat, kurang pengetahuan, ketidakefektifan dan / atau tidak
tersedianya model peran, harapan tidak realistis untuk diri sendiri / bayi/pasangan, tidak
terpenuhinya kebutuhan maturasi sosial / emosional dari klien / pasangan, adanya
stressor ( mis, finansial, rumah tangga pekerjaan)
j.
Risiko koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis maturasional dari
kehamilan / mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang tua ( atau
melepaskan untuk adopsi), kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem pendukung,
persepsi tidak realistis.
k. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis ( sangat
gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri /ketidaknyamanan, proses persalinan dan
kelahiran melelahkan.
l.
kebutuhan-kebutuhan
individu
dan
tugas
adaptif,
memungkinkan
tujuanaktualisasi diri.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Menurut Doenges intervensi / perencanaan pada ibu postpartumlebih dari 4 jam
sampai 3 hari pascapartum adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan atau
distensi, efek-efek hormonal
Tujuan :
1)
RASIONAL
Mandiri
1.
Tinjau
Perhatikan
kebutuhan-
Mengidentifikasi
yang tepat.
Dapat
menunjukkan
trauma
ekimosis, nyeri tekan local, eksudat dan/ atau terjadinya komplikasi yang
purulent, atau kehi-langan perlekatan memerlukan
jahitan. (rujuk pada DK : infeksi, lanjut
evaluasi /
intervensi
vasokonstriksi,
Meningkatkan
me-
diantara 100
dan
sirkulasi
pada
meningkatakan
oksi-
di
atas
episiotomi
6.
adanya dan frekuensi / intesitas after partum, kontraksi uterus kuat dan
pains.
Perhatikan
pemberat
hari
selanjutnya,
frekuensinya
berkurang.
memperberat
multipara,
dan
meskipun
intesitasnya
Faktor-faktor
yang
afterpain
meliputi
overdistensi
uterus,
Inspeksi payudara
dan
jaringan
7. Pada 24 jam pasca partum, payudara
puting, kaji pembesaran dan /atau harus lunak dan tidak perih, dn puting
puting pecah-pecah.
keme-rahan.
Pembesaran
b.
Ketidakpuasan
dengan
pengalaman
menyusui
berhubungan
dengan
tingkat
RASIONAL
Mandiri
1.
klien
sebelumnya.
tentang
menyusui kebutuhan
saat
mengembangkan
rawatan.
ini
rencana
dan
pe-
pengalaman
menyusui
dengan
mempengaruhi
upaya-
Berikan
informasi
verbal
dan
3. Membantu menjamin suplai susu
luka,
memberikan
dapat
dirujuk
klien
sesuai
kebutuhan
4. Demonstrasikan dan tinjau ulang
4.
Posisi
yang
tepat
luka
menyusui
puting
puting
lamanya
tanpa
me-
nyusui.
biasanya
setiap
habis dapat
mencegah
membatasi
yang
dapat
merusak
proses
menyusui.
6.
Anjurkan
klien
untuk
ringkan
puting
dengan
selama
20-30
menit
menyusui
dan
mengen-cangkan
memberikan menyebabkan
kering.
menggunakan
lampu media
pu-ting
lembab
dalam
meningkatkan
bakteri
dan
pada
area
puting
untuk
dapat
mengatasi
pecah
dengan
7.
Instruksikan
klien
menghindari
untuk
7.
penggunaan kegagalan
laktasi.
Pelindung
mana
perlu
untuk
dapat
mengganggu
mencegah
atau
tersedianya.
Suplai
yang
digunakan
Mangkuk
laktasi
pelindung
ereksi,
teknik
Hoffman
dan
latihan
Rujuk
klien
pada
kelompok
9.
Memberikan
menerus
untuk
bantuan
terus
meningkatkan
kesuksesan hasil.
10. Identifikasi sumber-sumber yang
10.
tersedia
dimasyarakat
Pelayanan
ini
mendukung
pemberian ASI melalui pendi-dikan
sesuai klien dan nutrisional.
c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau kerusakan kulit,
penurunan Hb, prosedur invasive dan/ atau peningkatan pemajanan lingkungan, rupture
ketuban lama, malnutrisi.
Tujuan :
1)
resiko /
meningkatkan penyembuhan
2) Menunjukkan luka yang bebas dari drainase purulen
3) Bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.
Kaji
catatan
prenatal
dan
1. Membantu mengidentifikasi faktor-
vagina
resiko
yang
dapat
hemoragi,
tertahannya plasenta.
dan memberi
kecendrungan
klien
terkena infeksi.
Kegagalan
myometrium
untuk
kemungkinan
atau
kemajuan
perubahan
normal
dari
menjadi serosa.
rabas
mungkin
untuk
normal
menunjukkan
dari
rubra
puting
menimbulkan
atau
nyeri
pemeriksaan
tekan.
Anjurkan
rutin
payudara.
6.
berlebihan,
kemerahan, laserasi
derajat
ketiga
meningkatkan
sampai
risiko
urinarius
meningkatkan
8.
Stasis
Anjurkan
perawatan
rektal
mamasuki
hari
diganti
ataupun
rendam
dan
gunakan
9.
Membantu
mencegah
atau
mencuci
tangan
cermat
dan
perineal
terkontaminasi
Diskusikan
dan
dengan
dengan
linen
tepat.
klien
2. Etiologi
Terjadinya ruptur perineum dapat di sebabkan oleh beberapa hal :
a. Kepala anak terlalu cepat lahir.
b. Anak besar.
c. Vagina sempit.
d. Persalinan buatan
e. Panggul sempit (Mochtar,R, 1998, hal. 292).
3. Insiden
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutya, robekan ini dapat di hindarkan atau di kurangi
dengan menjadi sampai dasar panggul di lalui oleh kepala janin dengan cepat,
sebaliknya kepala janin yang akan lahir, janin ditahan terlampau kuat dan karena dapat
menyebabkan perdarahan dalam tengkorak janin dan terjadinya asfiksia, robekan
perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila janin terlalu
cepat di sudut, anus lebih kecil dari biasanya, kepala janin melewati pintu bawah
panggul dengan ukuran yang lebih dari pada sirkumferensia suboksipito brehmatika
atau anak dilahirkan dengan pembedahan vagina (Wiknjosastro, 2005, hal.665).
4. Patofisiologi
Terjadinya Ruptur Perineum yaitu karena desakan tiba- tiba dan terlalu cepat
kepala janin keluar dan karena pergerakan pada vulva membuat integritas kulit menjadi
rusak dan lebih jauh kontuinitas jaringan dan pembuluh darah terpisah dan kadang
menimbulkan perdarahan (Wiknjosastro, 2002, hal 665)
5. Manifestasi klinik
a. Gelisah
b. Nadi cepat
c. Pernapasan
d. Pucat
e. Segmen bawah uterus menegang
f. Pendarahan pervaginam (Wiknjosastro, 2005, hal 668-669).
6. Penatalaksanaan Medik
a. Menjahit luka
b. Anastesi
c. Pemberian analgetik
d. Pemberian vitamin
e. Pemberian antibiotic
f. Merawat luka perineum