Vous êtes sur la page 1sur 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencernaan merupakan sebuah proses metabolisme dimana suatu
makhluk hidup memproses sebuah zat dalam rangka untuk mengubah secara
kimia atau mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi. Namun, jika proses ini terjadi
perubahan maka akan terjadi gangguan pencernaan, gangguan tersebut
misalnya hernia dan ileus.
Insiden hernia pada populasi umum adalah 1%, dan pada bayi
prematur 5%. Laki-laki paling sering terkena (85% kasus). Setengah dari
kasus-kasus hernia inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di bawah
6 bulan. Hernia pada sisi kanan lebih sering daripada sisi kiri (2: 1).25% klien
menderita hernia bilateral. Sedangkan insiden tertinggi adalah pada masa bayi
9 lebih dari 50%, selebihnya terdapat pada anak-anak yang berusia kurang
dari 5 tahun. Sedangkan obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah
abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus
akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Angka kematian keseluruhan
untuk obstruksi ileus kira-kira 10 % Angka kematian untuk obstruksi non
strangulata adalah 5-8 %, sedangkan pada obstruksi strangulata telah
dilaporkan 20-75 %.
Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang definisi
obstruksi ileus dan hernia beserta etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis serta asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami hernia dan ileus sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan yang baik dan benar sehingga dapat meningkatkan
derajat kesembuhan klien.

B. Rumusan Masalah
1. Hernia
a. Apa definisi dari hernia?
b. Apa saja klasifikasi hernia?
c. Bagaimana anatomi fisiologi hernia?
d. Apa etiologi hernia?
e. Bagaimana patofisiologi hernia?
f. Bagaimana manifestasi klinis pada hernia?
g. Bagaimana pemeriksaan diagnostik hernia?
h. Bagaimana asuhan keperawatan hernia?
2. Ileus
a. Apa definisi dari ileus?
b. Apa saja klasifikasi ileus?
c. Bagaimana anatomi fisiologi ileus?
d. Apa etiologi ileus?
e. Bagaimana patofisiologi ileus?
f. Bagaimana manifestasi klinis pada ileus?
g. Bagaimana pemeriksaan diagnostik ileus?
h. Bagaimana asuhan keperawatan ileus?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari hernia dan ileus.
2. Untuk mengetahui klasifikasi hernia dan ileus.
3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi hernia dan ileus.
4. Untuk mengetahui etiologi hernia dan ileus.
5. Untuk mengetahui patofisiologi hernia dan ileus.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada hernia dan ileus.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada hernia dan ileus.
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada hernia dan ileus.

D. Manfaat Penulisan
1. Menambah ilmu pengetahuan mengenai beberapa penyakit gangguan
sistem pencernaaan, yaitu hernia dan ileus.
2. Menambah pemahaman bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan
pada penderita hernia dan ileus.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hernia
1. Konsep Dasar Hernia
a. Pengertian
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia adalah
tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana
rongga tersebut harusnya berada dalam keadaan normal tertutup
(Nanda, 2006). Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ
tubuh dari suatu ruangan melalui suatu celah atau lubang keluar di
bawah kulit atau menuju rongga lain, dapat kongenital ataupun
aquisita.
b. Klasifikasi
1) Hernia Inguinalis
Hernia inguinalis adalah hernia yang tampak di daerah sela paha
(region inguinalis). Hernia inguinalis dibagi menjadi dua :
a) Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis
lateralis yaitu hernia yang keluar dari rongga peritonium
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke
dalam kanalis inguinalis (Jong 2004). Pada waktu jari masuk
berada dalam anulus eksternus, klien diminta mengedan. Jika
ujung jari menyentuh hernia berarti hernia inguinalis lateralis.
b) Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis
medialis yaitu hernia yang melalui dinding inguinal
posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang
dibatasi segitiga Hesselbach (Arif Mansjoer,2000). Ketika jari masuk berada
dalam anulus eksternus, klien diminta mengedan bagian sisi jari yang
menyentuhnya adalah hernia inguinalis medial.
2) Hernia Femoralis
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral pada lipat paha yang
merupakan penonjolan kantong di bawah ligamentum inguinal di antara

ligamentum lakunare di medial dan vena femoralis dilateral. Hernia ini sering
ditemukan pada wanita dibanding laki-laki dengan perbandingan 2:1 dan pada
umumnya mengenai remaja dan sangat jarang pada anak-anak. Pintu masuk
dari hernia inguinalis adalah anulus femoralis, selanjutnya isi hernia masuk
kedalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena
femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar dari fosa ovalis di lipat
paha.
3) Hernia Umbilicalis Kongenital
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya
tertutup peritoneum dan kulit akibat penutupan yang inkomplet dan tidak
adanya fasia umbilikalis. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan
angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur.
4) Hernia Paraumbilicalus
Hernia pada orang dewasa yang terjadi lewat dinding abdomen di sebelah
sentral tepat di atas umbilikus. Sebagian besar disebabkan karena obesitas,
ditambah lagi dengan kelemahan otot abdomen yang terjadi setelah kelahiran
anak. Hernia ini dapat menjadi besar sekali dan dapat mengalami strangulasi.
5) Hernia Insisional
Hernia lewat bekas operasi, biasanya luka yang pernah mengalami infeksi.
6) Hernia Epigastrica
Hernia kecil dari tambahan jaringan lemak peritoneum yang terjadi lewat
selubung otot pada garis tengah abdomen di bawah processus xiphoideus os
sternum. Benjolan hernia ini dapat menimbulkan keluhan nyeri tekan yang
sangat karena otot-otot menariknya ketika klien bergerak.
7) Hernia Diaphragmatica
Di sebut juga hiatus hernia. Bagian proksimal lambung bersama
oesophagus pers abdominalis dengan spinvter cardiac masuk (herniasi)
lewat hiatus oesophagealis ke dalam thorax (sliding hernia), atau hanya
bagian fundus lambung yang dapat masuk dan terletak di samping
c.

oesophagus (para-oesophageal).
Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
Kongenital
Obesitas
Ibu hamil
Mengejan

Mengangkat beban berat

d.

Patofisiologi

Faktor pencetus
aktivitas berat, bayi
prematur, kelemahan
dinding abdominal,
inter abdominal tinggi,
adanya tekanan.
Hernia umbilikalis
kongenital
Masuknya omentum
organ intestinal ke
keantong umbilikalis
Gangguan suplai
darah ke intestinal
Nekrosis
intestinal

Hernia

Hernia para
umbilikalis

Hernia
inguinalis

Kantung hernia
melewati dinding
abdomen

Kantong hernia
memasuki celah
inguinal

Prostusi hilang
timbul

Dinding posterior
kanalis inguinal
yang lemah

Ketidak
nyamanan
Intervensi bedah
relatif atau konservatif

Benjolan pada
region inguinal
Di atas ligamentum
inguinal mengecil bila
berbaring
pembedahan

Insisi bedah

Asupan gizi
kurang

Mual

Resti perdarahan, resti


infeksi

Peristaltik usus
menurun

Nafsu makan
menurun

Terputusnya jaringan
saraf

Gangguan eliminasi

Nyeri

Gangguan rasa
nyaman

Kantung hernia
memasuki celah bekas
Kantong hernia
memasuki rongga
thoraks

Intake makanan
inadekuat
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Hernia Insisional

Heatus
hernia

e. Gambaran Klinis
1) Klien datang dengan benjolan di tempat lokasi hernia.
2) Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu
disertai perasaan mual.
3) Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan
bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
4) Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing
sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai
hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela paha.
5) Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut
disertai sasak nafas.
6) Bila klien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan
bertambah besar.
2.

Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Adapun data-data yang menjadi data fokus dari hernia adalah sebagai
berikut :
1) Aktivitas atau istirahat
Gejala : Kelemahan, riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat,
tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Gangguan dalam berjalan, kelemahan ambulasi.
2) Eliminasi
Gejala: : Konstipasi, tidak dapat flaktus.
Tanda : Adanya retensi urine atau inkontinensia urine.
3) Makanan atau cairan
Gejala : Hilangnya nafsu makan, mual, muntah
Tanda : BB turun, dehidrasi, lemas otot.
4) Nyeri atau kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan pada kwadran bawah, semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, mengangkat benda berat, defekasi, nyeri tak ada
hentinya atau ada episode nyeri yang lebih berat secara intermiten.
Tanda : Prubahan gara berjalan, nyeri tekan abdomen.
5) Keamanan
Gejala : Peningkatan suhu 39.6o 40o C

b.

Diagnosa Keperawatan
Dari teori tentang Post Operasi Hernioraphy, dapat ditarik beberapa diagnose
antara lain :

1) Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan ditandai dengan luka


pada abdomen.
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada luka bekas post
operasi.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi ditandai
dengan ketidaknyamanan keterbatasan gerak.
4) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diit
cairan ditandai dengan penuruna fungsi usus.
5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi atau
drainage ditandai dengan keseimbangan cairan.
6) Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman ditandai dengan
c.

perawatan luka yang kurang. (NANDA, 2005 ; Doengoes, 2000)


Intervensi Keperawatan
1) Mengurangi hernia
Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah
nyeri. Klien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak

meningkat.
Menurunkan tegangan otot abdomen.
Posisikan klien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
Klien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20 terhadap

hernia inguinalis.
Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan
menimbulkan proses analgesia.
Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu
mengembalikan isis hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah
apeks akan menyebabkan isis hernia keluar dari pintu hernia.
Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali
percobaanm
Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat
dan posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selam 20-30 menit.
2) Konsul bedah
o Reduksi hernia yang tidak berhasil
o Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum klien yang memburuk
o Pada klien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi
kesehatan saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi
dapat dilakukan. Operasi yang cito mempunyai resiko yang besar pada
klien geriatri.

o Jika klien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila


dilakukan penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat
tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi
hernia.
o Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada
hernia maka operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi
untuk mengurangi hernia inkerserasi dapat dicoba. Klien di posisikan
dengan panggul dielevasikan dan di beri analgetik dan obat sedasi untuk
merelaxkan otot-otot.
o Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan
tidak ada gejala strangulasi.
o Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan
usus masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis.
o Indikasi operasi
Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif
tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama
inkarserata, strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus),
testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti
tindakan operatif.
Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (RobaeckMadsen, Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena
angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery.
3) Fokus Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : Secara verbal klien mengungkapkan nyeri

berkurang atau hilang, Klien dapat beristirahat dengan tenang.


Intervensi :
o Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0-10)
Rasional
: Membantu mengevaluasi derajat
ketidaknyamanan
o

dan

keefektifan

menyatakan terjadinya komplikasi.


Pantau tanda-tanda vital

analgesic

atau

dapat

Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi


dan pernafasan yang berhubungan dengan keluhan atau
o

penghilangan nyeri.
Dorong Ambulasi diri
Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh

merangsang peristaltik dan kelancaran flaktus.


Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi
Rasional : Meningkatkan istirahat, memusatkan

kembali

perhatian dapat meningkatkan koping.


Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik
Rasional : Memberikan penurunan nyeri hebat
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada luka bekas
o

b.

post operasi.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas dengan nyaman
Kriteria hasil : Menunjukkan mobilitas yang aman dan Meningkatkan

kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit.


Intervensi :
o Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan klien
Rasional : Imbolitas yang dipaksakan dapat memperberat keadaan.
o Anjurkan klien untuk beraktivitas sehari-hari dalam keterbatasan
klien.
Rasional : Partisipasi klien akan meningkatkan kemandirian klien.
o Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan kemandirian
klien.
Rasional : Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang
khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.
o Kolaborasi dalam pemberian obat.
Rasional : Obat dapat meningkatkan rasa nyaman dan

c.

kerjasama klien selama melakukan aktivitas.


Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.
Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menunjukkan penyembuhan luka cepat

dan

menunjukkan perilaku atau teknik untuk meningkatkan penyembuhan,


mencegah komplikasi.
Intervensi :
o Lihat semua insisi.
Rasional : mencegah komplikasi
o Evaluasi proses penyembuhan.
Rasional : mengetahui peningkatan penyembuhan.

Kaji ulang penyembuhan terhadap klien.


Rasional : menunjukkan penyembuhan luka.
o Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltik usus
Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic

usus

merupakan tanda bahwa fungsi defekasi hilang.


d. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diit cairan.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan
mencapai rentang yang diharapkan individu dan menyiapkan
pola diet dengan masukan kalori adekuat, menyatakan

pemahaman kebutuhan nutrisi.


Intervensi :
o Berikan porsi kecil tapi sering.
Rasional : meningkatkan nafsu makan.
o Evaluasi status nutrisi, ukur berat badan normal.
Rasional : adanya kondisi kronis dapat menimbulkan
malnutrisi.
o Evaluasi status dan ukur berat badan setiap harinya.
Rasional : mengetahui adanya perubahan status gizi.

e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/


drainage.
Tujuan : Kekurangan cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan,

tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.


Intervensi :
o Awasi tanda vital.
Rasional : cairan yang masuk dapat merubah
o
o

f.

keseimbangan cairan.
Observasi karakter drainase.
Rasional : pemantauan cairan yang masuk
Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral.
Rasional : diberikan agar tidak kekurangan cairan.

Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.


Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil : Tanda vital dalam batas normal, luka kering tidak
ada pus.

Intervensi :
o Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Suhu malam hari memucak yang kembali ke normal
o

o
o

pada pagi hari adalah karakteristik infeksi.


Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
Rasional : Perkembangan infeksi dapat memperlambat
pemulihan
Pertahankan keperawatan luka aseptic
Rasional : Lindungi klien dari kontaminasi selama pengantian
Pertahankan balutan kering
Rasional : Balutan basah bertindak sebagai sumbu penyerapan
kontaminasi.
Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Rasional : Diberikan untuk mengatasi nyeri-nyeri.

B. Obstruksi Usus
1. Konsep Dasar Obstruksi Usus
a. Definisi
Obstruksi usus adalah suatu penyumbatan yang dapat bersifat
fungsional atau mekanis yang terjadi pada lintasan isi usus di
sepanjang usus. Penymbatan tersebut menghalangi jalannya makanan,
cairan dan flatus, sehingga mengakibatkan distensi dan banyak
kehilangan cairan di usus. Obstruksi sering disebabkan oleh
pelengketan, hernia internal, penyakit Crohn, dan enteritis akibat radiasi, serta
kadang-kadang disebabkan oleh kanker. Setelah membedakan obstruksi dari
b.

ileus paralitik, pembedahan biasanya diindikasikan.


Klasifikasi
1) Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oeh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia strangulata
atau kronis akibat karsinoma yang melingkar.
2) Neurogenik (Ileus Paralitik)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh

c.

peristaltik.
Etiologi
Penyebabnya dapat berada dalam lumen usus misalnya benda asing, batu
empedu.
Dapat di dalam dinding usus misalnya karsinoma yang melingkar.
Dapat di luar usus misal pelekatan, strangulasi kantong hernia.

Peritonitis. Toksin bekerja secara lokal pada usus.


Suplai otonom dapat terkena pada cidera spinal, uremia dan setelah
pembedahan abdomen.
Perlengketan yaitu lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh
secara lambat atau apada jaringan parut setelah pembedahan abdomen.
Intusepsi, salah satu bagian dari usus menyusun ke dalam bagian lain yang
ada di bawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik ke
dalam segmen selanjutnya oleh gerakan peristaltik yang memperkuat
segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anak-anak dimana
kelenjar limfe mendorong dinding ileum ke dalam dan terpijat di
sepanjang usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum ke dalam usus
besar(kolon) dan bahkan sejauh rektum dan anus.
Volvulus, yaitu usus besar yang mempunyai mesokolon terpuntir sendiri
dengan demikian menimbulkan penyumbatan dnegan menutupnya
gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi
pada usus halus yang terputar pada mesentrimnya.
Hernia : protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding
dan atau dinding dan otot abdomen.
Tumor : tumor yang ada di dinding usus meluas ke lumen usus atau tumor
di luar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.
Kelainan kongenital.

d. Patofisiologi

Predisposisi sistemik, meliputi


sepsis,
obat-obatan,
gangguan
elektrolit
dan
metabolik, infark miokard,
pneumonia, trauma biler dan
ginjal kronik, cidera kepala,
dan prosedur bedah syaraf,
inflamasi intra-abdomen dan
peritonitis,
hematoma

Ketidak mampuan
Penurunan intake

Predisposisi
operatif
abdominal

ILEUS
Hipomotilitas
(kelumpuhan) intestinal

Gangguan

Resiko syok

Nyeri

Ansietas

Hilangnya kemampuan
intestinal dalam pasase
material fases

Mual, muntah, kembung,

Kekurangan volume
Penurunan volume cairan

paska
bedah

Konstipasi
Kehilangan cairan dan

Resiko ketidakseimbangan

Distensi abdomen

Kecemasan pemenuhan
kebutuhan informasi

Asupan nutrisi tidak


Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Respon lokal syaraf
terhadap inflamasi
Respon psikologis
misintrepretasi
perawatan dan
pengobatan

e. Gambaran Klinis
Muntah, nyeri kolik abdomen, distensi abdomen, konstipasi absolut
(baik feses ataupun flatus).
Dehidrasi dan hilangnya turgor kulit.
Hipotensi, takikardia.
Distensi abdomen dan peningkatan bising usus.
Rektum kosong pada pemeriksaan rectal toucher.
Nyeri tekan atau nyeri lepas menandakan peritonitis.
Bising usus tenang atau tidak ada secara klasik dapat ditemukan
tetapi temuan yang tidak konsisten.
Pemeriksaan laborat sering kali normal.
2.

Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Pengkajian Data Klien
a) Aktivitas atau istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia.
b) Sirkulasi
Tanda :

Takikardi (respon terhadap demam dehidrasi, proses inflamasi


dan nyeri).

Tekanan darah : hipotensi

Kulit : turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah

c) Integritas ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi kesal, faktor stress akut/kronik
Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.

d) Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair
Perdarahan per rektal
Tanda : Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltic atau adanya peristaltic
yang dapat dilihat.
e) Makanan atau cairan
Gejala :

Anoreksia, mual atau muntah

Penurunan berat badan

Tidak toleran terhadap diet/sensitif

Tanda :

f)

Penurunan lemak subkutan/mast otot

Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk

Membran mukosa pucat, luka inflamasi rongga mulut.

Higiene
Tanda :

Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri

Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin

Bau badan.

g) Nyeri atau kenyamanan


Gejala :
Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran kanan bawah, nyeri
abdomen tengah bawah
Nyeri tekan menyebar ke bagian periumbilikal
Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (ansietas)
Tanda : nyeri tekan abdome atau distensi
h) Keamanan
Gejala :
Riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik vaskulitis
Artritis

Peningkatan suhu 39,6o-40o C

Penglihatan kabur

Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamin ke


dalam usus dan mempunyai efek inflamasi)

Tanda : lesi kulit mungkin ada.


i)

Interaksi sosial
Gejala : masalah berhubungan/peran sehubungan dengan kondisi
ketidakmampuan aktif secara sosial.

2) Pemeriksaan penunjang :

b.

Hb, PCV : meningkat akibat dehidrasi.

Leukosit : normal atau sedikit meningkat.

Ureum dan elektrolit : ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah.

Rontgen thoraks : difragma meninggi akibat distensi abdomen.

Rontgen abdomen dalam posisi terlentang.

Enema kontras tunggal pada usus besar.

Diagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan iritasi intestinal, distensi abdominal.
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan 1x24jam di harapkan
gangguan rasa nyaman (nyeri) dapat teratasi.
Kriteria hasil :
- tidak ada tanda-tanda nyeri
- Skala nyeri (0-3).
- TTV dalam batas normal (TD: 110/70-120/80 mmHg, N: 80100x/mnt, RR: 16-20x/mnt, S: 36,5-37,5o C)
Intervensi :
-

Observasi tingkat nyeri

Rasional : memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri.

Pantau status abdomen tiap 4 jam.


Rasional : diduga inflamasi peritoneal, memerlukan intervensi medis
yang cepat.

Dorong ambulasi dini dan hindari duduk yang lama


Rasional : menurunkan kekakuan otot dan sendi ambulasi atau
perubahan posisi sering menurunkan tekanan perianal.

Pertahankan klien pada posisi semi fowler


Rasional : menurunkan tekanan diafragma yang terdorong oleh organ
visceral.

Pertahankan puasa sampai bising usus kembali, distensi abdomen


berkurang dan flatus keluar
Rasional : memungkinkan makanan peroral dengan tidak ada bising
usus akan meningkatkan distensi dan ketidak nyamanan.

Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi


Rasional : mengurangi nyeri dengan mengalihkan perhatian klien ke
hal yang lain.

Kolaborasi:

berikan

analgesik

sesuai

indikasi

dan

evaluasi

keefektifannya.
Rasional : menurunkan ambang nyeri dan meningkatkan kenyamanan.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihan, mual


dan muntah.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
kebutuhan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, turgor kulit normal, membran
mukosa bibir basah dan mata tidak cowong
Intervensi :

Observasi TTV
Rasional : Peningkatan suhu atau lamanya demam meningkatkan laju
metabolik, TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia

menunjukkan kekurangan cairan sistemik.


Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).
Rasional : indikator langsung keadekuatan volume cairan.
Observasi intake dan output.
Rasional : indikator keseimbangan cairan terutama kehilangan cairan
Berikan cairan tambahan intravena sesuai indikasi.
Rasional : mengurangi sekresi lambung dan mencuci elektrolit.
Kolaborasi: pemberian cairan parenteral, transfusi sesuai indikasi
Rasional : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko

dehidrasi
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan absorbsi nutrisi.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam nutrisi
optimal.
Kriteria hasil : BB meningkat atau normal sesuai umur, nafsu makan
meningkat, tidak mengalami mual, muntah.
Intervensi :
- Anjurkan pembatasan aktivitas selama fase akut
Rasional : menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah
-

penurunan kalori dan simpanan energi


Anjurkan istirahat sebelum makan
Rasional : menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan

kalori dan simpanan energi


Tingkatkan diet oral baik cairan maupun makanan rendah residu
Rasional : diet rendah residu dapat dipertahankan 6 8 minggu untuk

memberikan waktu yang adekuat untuk penyembuhan usus.


Konsultasi dengan ahli gizi
Rasional : mengkaji kebutuhan nutrisi dalam perubahan pencernaan dan

fungsi usus.
Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi
Rasional : mencegah memburuknya keadaan klien.
Defisensi pengetahuan tentang kondisi atau situasi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan atau mengingat,
kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi,
keterbatasan kognitif.

Kriteria hasil : klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,


kondisi, prognosis dan program pengobatan. Selain itu klien dan keluarga
mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar. Serta klien dan
keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat tau tim

kesehatan lainnya.
Intervensi :
Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.
- Sediakan informasi pada klien tentang kondisi dengan cara yang tepat.
Risiko ketidak seimbangan elektrolit.
Kriteria hasil :
- Suhu kulit normal (360-370 C)
- TTV dalam batas normal
- Hidrasi adekuat.
Intervensi :
- Pantau TTV.
Tingkatkan keadekuatan masukan cairan dan nutrisi.

Risiko syok hipovolemik.


Intervensi :
- Monitor status sirkulasi tekanan darah, warna kulit, suhu, denyut jantung,
heart rate dan ritme, nadi perifer dan kapiler refill.
- Pantau nilai Hb, Ht, AGD dan elektrolit.
- Monitor tanda awal syok.
Konstipasi berhubungan dengan hipomotilitas atau kelumpuhan intestinal.
Tujuan : dalam waktu 5x24 jam terjadi perbaikan konstipasi
Kriteria hasil : bising usus terdengar normal, frekuensi 5-25x/menit
Intervensi :
1) Kaji faktor predisposisi terjadinya ileus.
Rasional : walaupun predisiposisi ileus biasanya terjadi akibat
pascabedah abdomen, tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung
peningkatan risiko terjadinya ileus.
2) Pasang selang nasogastrik.
Rasional : pemasangan selang nasogastrik dilakukan untuk menurunkan
keluhan kembung dan distensi abdomen.
3) Lakukan teknik ambulasi.
Rasional : pelaksanaan ambulasi tetap bermanfaat dalam mencegah
pembentukan atelektasis, obstruksi vena profunda, dan pneumonia.
4) Kolaborasi dengan dokter pemberian opioid antagonis selektif.
Rasional : alvimopan ini ditunjukkan untuk membantu mencegah ileus
postoperatif reseksi usus.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
1. Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa latin, yaitu herniae yang berarti
penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong
dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut
dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).
Etiologi illeus dibagi menjadi dua bagian menurut dua jenis obstruksi,
yaitu: mekanis dan neurologis.
2. Etiologi
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Penyakit penyerta
4. Keturunan
5. Obesitas
6. Kehamilan
7. Pekerjaan
8. Kelahiran prematur
3. Klasifikasi
Hernia
1. Berdasarkan terjadinya : hernia kongenital dan hernia dapatan
2. Berdasarkan sifatnya : Hernia reponibel, ireponibel dan strangulata.
3. Berdasarkan letaknya : hernia femoralis, umbilikalis, sikatris dan
inguinalis.
Illeus
1. Menurut jenis obstruksi: illeus mekanis dan illeus neurologis
4. Manifestasi klinis
Hernia:
1. Adanya benjolan
2. Nyeri
3. Gangguan pasase usus
Illeus:
1. Nyeri tekan pada abdomen

2. Muntah
3. Konstipasi
4. Distensi abdomen
5. BAB darah dan lendir.
5. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala hernia :
1. Umumnya penderita mengeluhkan berok, berut, kelingser.
2. Adanya benjolan di selangkangan/kemaluan.
3. Rasa nyeri pada benjolan atau gejala mual muntah bila telah ada
komplikasi.
6. Asuhan keperawatan hernia dan illeus
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan: keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dulu dan riwayat penyakit keluarga.
2. Diagnosa
a. Pre Op
b. Post Op
3. Rencana keperawatan
a. Pre Op
b. Post Op
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam
pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yag lebih baik pada
makalah selanjutnya.
2. Bagi Pendidikan
Bagi Dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih
baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
3. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar mengetahui begaimana asuhan keperawatan
pada klien hernia

DAFTAR PUSTAKA

Ester, M. (2007). Buku Saku Keperawatan Ed.3. Jakarta: EGC. Hal. 170-174

Grace, P. A; Borley N. R. (2006). At A Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit


Erlangga. Hal. 117-119.

Tambayong J. (1999). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Hal. 140141.

Vous aimerez peut-être aussi