Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Riodian Saputra
406118008
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
: Riodian Saputra
NIM
: 406118008
Fakultas
: Kedokteran Umum
Universitas
: Universitas Tarumanagara
Tingkat
Bidang Pendidikan
: Ilmu Saraf
Judul Makalah
Diajukan
: Desember 2013
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua SMF Ilmu Saraf
RSUD Kota Semarang,
Pembimbing,
(dr. Mintarti,
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
KATA PENGANTAR
pengetahuan
tentang
DISTROFI
MUSKULORUM
Nuraini
pembimbing
W,
Sp.S
kepaniteraan
selaku
Klnik
KSMF
Ilmu
Ilmu
Saraf
Saraf
RSUD
dan
kota
Semarang
2. dr. Mintarti, Sp.S selaku pembimbing kepaniteraan Klnik Ilmu
Saraf RSUD kota Semarang
Penulis telah berusaha agar referat ini dibuat sesempurna mungkin,
tetapi penulis sangat menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik
Tuhan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca agar referat ini dapat menjadi lebih
sempurna.
Permohonan maaf penulis sampaikan apabila dalam penulisan
referat ini terdapat kesalahan dan kekurangan dalam referat ini.
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
Semarang, Desember 2013
Penulis
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................1
KATA
PENGANTAR...............................................................................................
...............................................................................................................2
DAFTAR
ISI..............................................................................................................
...............................................................................................................3
BAB I.
PENDAHULUAN....................................................................4
BAB II.
PEMBAHASAN......................................................................5
Definisi................................................................................9
C.2.
Klasifikasi............................................................................9
C.3.
Etiologi
10
C.4.
Epidemiologi
14
C.5.
Patologi
14
C.6.
Patofisiologi........................................................................................
15
C.7.
Manifestasi
18
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD Kota Semarang
Periode 03 November 2013 07 Desember 2013
Klinis
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
C.8.
Pemeriksaan
Penunjang
23
C.9.
Diagnosa
Banding
24
C.10. Penatalaksanaan
25
C.11. Komplikasi
28
C.12. Pencegahan
29
C.13. Prognosis
29
BAB III.
KESIMPULAN
30
BAB IV.
DAFTAR
PUSTAKA
32
BAB I
PENDAHULUAN
Otot otot skeletal dan neuron-neuron menyusun susunan
neurovoluntar yang dapat mengurus dan melaksanakan gerakan
yang dikendalikan oleh kemauan atau atas kesadaran sendiri.
Secara anatomik, sistem tersebut terdiri dari upper motoneuron
(UMN), lower motoneuron (LMN) dan alat penghubung antara saraf
dan otot dan otot skeletal. Neuron melalui lintasan lintasan
neuronalnya menghasilkan suatu impuls yang akan disampaikan
kepada serabut otot sehingga menimbulkan suatu gerakan otot.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD Kota Semarang
Periode 03 November 2013 07 Desember 2013
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
Unit
kesatuan
gerakan
motorik
tersusun
atas
sebuah
progresif
adalah
suatu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Serat Otot Rangka
Semua otot rangka dibentuk oleh sejumlah serat yang
berdiameter sekitar 10 sampai 80 mikrometer. Sebagian besar otot
serat- seratnya membentuk diseluruh panjang otot. Serat otot itu
sendiri tersusun atas suatu membran sel yang membungkus
protoplasma yang dinamakan sarkolema, sedangkan protoplasma
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD Kota Semarang
Periode 03 November 2013 07 Desember 2013
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
dari serat otot tersebut dinamakan sarkoplasma. Sarkoplasma
tersusun atas unsur unsur intraseluler. Cairan yang terdapat pada
sarkoplasma mengandung kalium, magnesium, fosfat dan enzim
protein. Selain itu, terdapat pula mitokondria yang terletak diantara
dan sejajar dengan miofibril. Mitokondria ini sebagai pusat produksi
ATP
guna
miofibril-miofibril
berkontraksi.
Dalam
sarkoplasma
longgar
dan
mengandung
banyak
sarkoplasma
yang
tampak
jembatan
penonjolan-penonjolan
penyeberangan.
kecil
Interaksi
yang
merupakan
antara
jembatan
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
Pada ujung-ujung filamen aktin melekat pada lempeng Z yang terdiri
dari protein filamentosa. Lempeng ini berjalan menyilang melewati
miofibril dan menyilang drai satu miofibril ke miofibril lainnya dan
melekatkan antar miofibril disepanjang serat otot. Bagian miofibril
yang terletak antara dua kempeng Z dinamakan sarkomer.
2+
3.4
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
pada
mitokondria
sel
otot.
Sumber
energi
untuk
dibentuk
akan
memulai
tugasnya
untuk
menimbulkan
pergerakan miofibril aktin dan miosin sel otot. ATP pada proses
kontraksi otot akan dipecah menjadi ADP, semakin hebat kerja otot,
maka akan semakin besar jumlah ATP yang dipecah. Berikut
mekanisme yang dilakukan pada saat otot berkontraksi :
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD Kota Semarang
Periode 03 November 2013 07 Desember 2013
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
1. Sebelum kontraksi dimulai, kepala jembatan penyeberangan
berikatan dengan ATP. Aktivitas ATPase dari kepala miosin segera
memecah
ATP,
ADP
dan
Pi,
tetapi
meninggalkan
hasil
mirirng
ke
arah
lengan
jembatan
penyeberangan.
ADP
dan
Pi
penyeberangan
mengadakan
yang
mrirng,
pelepasan
yang
disertai
dengan
energi
yang
3.4
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
C.2.
Klasifikasi
Penyakit distrofi muskulorum progresiva terbagi menjadi
beberapa jenis, yakni :
1. X-linked resesif :
1.
Duchenne Muscular Dystrophy
2.
Becker Muscular Dystrophy
3.
Scapuloperoneal Dystrophy
4.
Microdeletion Syndromes
2. Distrofi muskuler autosomal resesif :
1.
Limb- girdle muscular dystrophy
2.
Congenital muscular dystrophy
3. Distrofi muskular autosomal dominan :
1.
Fascioscapularhumelar muscular dystrophy
2.
Ocular muscular dystrophy
3.
Oculopharingeal muscular dystrophy
4.
Distal muscular dystrophy
4.
Distrofi miotonik. 6
C.3. Etiologi
Kelainan dari jenis miopati distrofi muskulorum
progresiva tipe Duchenne disebabkan karena adanya mutasi
genetik pada kromsom X-terkait. Kelainan gen yang terkena
terletak pada lokus Xp21. Sedangkan distrofi muskular tipe lain
yakni FSH distofi muskular kelainan genetik terjadi karena
penghapusan gen yang terletak pada kromosom 4q35. Adanya
perubahan pada struktur protein distrofin yang merupakan
protein yang terikat pada membran sarkolema otot, sehingga
pada kelainan ini didapatkan defisiensi distrofin yang
dapat merusak serabut otot oleh kalsium di dalam sel yang
tidak dapat dikontrol. Tidak hanya dengan adanya defisiensi
distrofin kelainan ini juga menyebabkan penurunan sekunder
pada beberapa glikoprotein terkait distrofin pada sarkolema
yang
mengakibatkan
hilangnya
ikatan
dengan
matriks
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
ekstraseluler dan sarkolema itu sendiri lebih mudah terjadinya
nekrosis.
atas
adanya
suatu
kelainan
genetik.
DMP
berikut :
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
yang ia peroleh dari ayah dan ibunya. Gambar diatas terlihat
bahwa salah satu kromosom X mengalami defek yang ia
wariskan dari ibunya. Sehingga anak laki-laki yang ia turunkan
akan mendapatkan satu defek
X. Kedua
gambar
tersebut
akan
menurunkan
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
karena kromosom X lainnya akan mengkompensasi terhadap
resesif kromosom X terkait.
Gambar 6.
Pola penurunan DMP pada setiap kesempatan keturunan
anak-anaknya.
Gambar diatas menunjukan bagaimana keturunan
keturunan yang dihasilkan dari wanita yang memiliki defek
pada
salah
satu
kromosom
X-nya.
Seorang
laki-laki
atau
penyakit
satu
anak
laki-laki
dengan
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
C.4.
Epidemiologi
Penyakit DMP lebih sering mengenai anak laki-laki
dibanding
perempuan.
mendapatkan
defek
Jika
seorang
genetik,
anak
kelemahan
perempuan
otot
yang
(9)
(10)
C.5. Patologi
Keadaan patologi distrofi muskulorum progresiva
menunjukkan
adanya
atropi
serabut-serabut
otot,
dan
(11)
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
protein dan dalam beberapa kasus perubahan terhadap dalam
satu basa
penghentian
Distrofin
terikat
kuat
dengan
membran
protein
dan
glikoprotein
(DAGs).
Struktur
156-kDa
yang
dikenal
biologik
yang
-dystroglycan.
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
ditemukan pada otot polos, jantung, otot
dengan jumlah yang sedikit.
(13)
penghapusan
gen,
mengakibatkan
molekul
distrofin
DAPs
dan
kerusakan
pada
komplek
protein
(14)
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
berat.
kelemahan
Distrofi
otot
muskulorum
yang
lebih
tipe
banyak
Duchenne
terkena
pada
memiliki
baigan
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
terjatuh. Setelah jatuh anak merasa sulit untuk bangun kembali.
Ketika anak berusaha untuk bangun kembali, anak seolah olah
memanjat dirinya sendiri agar dapat berdiri dnegan tegak.
Awalnya
anak
akan
jongkok,
kemudian
kedua
tangan
(5)
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
Gambar 11.
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
karet, meskipun nampak besar tetapi otot tersebut lemah.
Proses penyakit akan terus berlangsung, dan pada saat usia 10
15 tahun anak sudah memerlukan kursi roda. Akan tampak pula
adanya kontraktur dan kifoskoliosis. Pada fase lanjutan, akan
terjadi kelemahan pada otot-otot respirasi (interkosta dan
diagfragma)
dan
berpotensi
mengalami
infeksi
saluran
(5)
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
hiperactuve
disorders,
retardasi
mental,
obsesif-
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
5. Kelemahan pada bagian tubuh atas, seperti tangan, leher
dalan area lainnya tdiak seberat bagian tubuh bawah.
6. Dapat pula ditemui masalah gangguan pernafasan.
7. Masalah koqnitif.
8. Kehilangan fungsi keseimbangan dan koordinasi.
2. Distrofi muskulorum tipe Fascioscapulohumeral
Distrofi muskulorum Fascioscapulohumeral berbeda dengan
DMD dan BMD karena kelainan ini lebih mengenai bagian atas
tubuh, meskipun bagian bawah tubuh juga bisa terkena.
Penyakit ini juga diturunkan secara genetik dapat melanda
pria dan wanita dan dapat berkembang mulai dari anak-anak
yang salah satu orang tuanya adalah carier. FMD terutama
menyerang daerah wajah, bahu, dan otot lengan atas. Gejala
seringkali tidak muncul sampai usia 10-26 tahun, tetapi gejala
tak jarang muncul lama kemudian. Dalam beberapa kasus,
juga terdapat gekala tidak berkembang. Gejala-gejala yang
dapat terlihat adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
kedua
bahunya
karena
kelemahannya
tersebut.
7. Bila kondisi ini memburuk, kelemahan juga akan melanda
pada kedua kaki hingga suatu saat penderita tidak bisa
berjalan.
3. Distrofi muskulorum tipe Limb-girdle
Kelainan tipe ini meliputi 18 kelainan herediter yang berbeda
dan pertama kali mengenai otot gelang bahu dan pinggul.
Penyakit ini lama kelamaan dapat semakin parah dan
melibatkan
banyak
otot
lainnya.
Gejala
klinis
yang
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
ditampakkan pertama kali adalah kelemahan pada daerah
pinggul yang ditunjukkan dnegan penderita tidak bisa duduk
tanpa bantuan alat atau naik tangga. Kelemahan ini dimulai
pada masa anak- anak sampai dewasa muda. Gejala lain
yang ditampakan sebagai berikut :
1.
Berjalan secara abnormal.
2.
Kehilangan massa otot, pada bagian otot tertentu tampak
3.
4.
5.
tipis.
Nyeri punggung dan pinggang.
Kelemahan otot otot wajah.
Kelemahan pada kedua kaki, tumit, lengan bawah dan
tangan.
C.8.
(8)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan biokimiawi juga ikut mengambil peran dalam
usaha penegakkan diagnosis penyakit DMP. Pada penyakit otot
ini sejumlah kadar enzim dapat meningkat, seperti aldolase,
glutamik-aseto-asetat
transaminase,
glutamik
piruvat
suatu
peningkatan
hasil
pada
laktatdehidrogenase
laboratorium
enzim
maka
menunjukkan
kreatin
keadaan
ini
fosfakinase
menandai
adanya
dan
adanya
(5)
(16)
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
menjadi suatu masalah. Otot-otot yang dapat dilakukan untuk
tindakan biopsi adalah otot vastus lateralis (quadriseps femoris)
dan otot gastroknemeus.
(7)
Differential Diagnosis
Kelainan jenis miopati primer ini dapat juga ditemui pada
kondisi kondisi sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
proksimal
karena
polimiositis.
Penderita dewasa
proksimal
karena
dengan
kelemahan
polimiositis kongenital.
Penderita dewasa dengan kelemahan otot proksimal kronik
atau subakut simetris, kemungkinan karena atrofi muskularis
5.
atrofi,
(5)
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
C.10. Penatalaksanaan
Strategi terapi penyakit miopati distrofi muskulorum
progersiva terdiri dari tiga kategor, yakni terapi farmakologi
suportif, penelitian terapi gen, dan penelitian terapi seluler.
Adapun terapi gen meliputi virus, plasmid, dan pendekatan
berbasis
oligonukleotida.
Sedangkan
terapi
seluler
(16)
1. Terapi suportif
Sementara belum ada pengobatan yang ada untuk
miopati baik tipe Duchenne atau Becker, terapi medis dan
suportif dapat memberikan dampak yang positif dalam
menurunkan
morbiditas,
meningkatkan
kualitas
hidup,
Pengobatan
Pemakaian
kortikosteroid
setidaknya
salah
satu
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
perbaikan klinis dan berlangsung hingga tiga tahun. Hal ini
disebabkan kortikosteroid mampu mengurangi peradangan
jaringan, menekan sel sitotoksik, meningkatkan homeostasis
kalsium dan merangsang myoblast. Seorang anak penderita
DMP
yang
secara
tiba-tiba
menghentikan
pengobatan
mg/kg/hari
kortikosteroid
mengingat
yakni
efek
katarak,
jangka
panjang
hipertensi,
dari
diabetes,
(17)
dapat
memperlambat
timbulnya
kontraktur
dan
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
penderita dan disesuaikan dengan kemampuan penderita
sendiri. Selain itu, untuk memberi support pada penderita,
pendekatan keluarga perlu dilakukan agar penderita tidak
patah semangat dalam melakukan proses rehabilitasi medik.
(14)
3. Perbaikan Gizi
Penderita perlu memperhatikan keadaan gizi agar dapat
memperbaiki keadaan otot-otot yang mengalami atrofi. Tidak
ada anjuran diet yang dilakukan, tetapi penderita dengan gizi
yang masih kurang dapat diberikan asupan kalsium sebanyak
800 mg/hari untuk anak usia 4-8 tahun, dan
1300 mg.hari untuk anak usia 9-18 tahun.
4. Pembedahan
(16)
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
distrofi muskular tipe Duchenne. Pada kelainan FSH tindakan
fiksasi dapat memberikan perbaikan skapula.
(16)
5. Perawatan jantung
Salah satu dampak yang tidak baik yang ditemukan pada
penderita DMP adalah adanya kardiomiopati. Umumnya pada
saat
mendiagnosis
penyakit
ini
perlu
dipikirkan
untuk
mencegah
kelianan
yang
lebih
berat
nantinya.
telah
mengalami
kardiomiopati
dapat
diberikan
dipertimbangkan.
Terapi
dipertimbangkan pada
pasien
dengan
disfungsi
antikoagulan
jantung
guna
pada
juga
bisa
mencegah
hewan
coba
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
protein dengan baik. Akan tetapi terapi ini masih memiliki
kelemahan karena adanya reaksi imun berupa penolakan
yang dapat menyebabkan penurunan fungsi gen.
(14)
C.11. Komplikasi
1. Kardiomiopati.
2. Gagal jantung kongestif.
3. Deformitas.
4. Aritmia jantung.
5. Gangguan mental.
6. Penurunan kualitas hidup progresif yang permanen :
1. Penurunan kemampuan dalam merawat diri sendiri.
2. Penurunan dalam hal mobilisasi.
7. Pneumonia atau penyakit infeksi saluran nafas lainnya.
8. Kegagalan respirasi. (8)
C. 12. Pencegahan
Tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk kasus
kelainan distrofi muskular dapat dilakukan dengan konselin
genetik bila terdapat salah satu anggota keluarga nya telah
menderita kelainan ini. Konseling genetik pada kasus DMP telah
memberikan nilai akurasi 95% selama proses kehamilan.
(8)
C.13. Prognosis
Prognosis untuk distrofi muskulorum progresiva umumnya tidak
baik, terutama pada tipe Duchenne. Tipe Duchenne
memiliki
(8)
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
BAB III
KESIMPULAN
1. Distorfi
muskular
progresiva
merupakan
suatu
miopati
primer
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
3. Oculopharingeal muscular dystrophy
4. Distal muscular dystrophy
4. Distrofi miotonik.
5. Terapi yang dapat diberikan adalah :
1. Terapi farmakologi : berupa prednison
2. Latihan fisik guna menunjang kehidupan dan menurunkan
3.
4.
5.
6.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
1. Mardjono, Mahar. 2008. Susunan Neuromuskular. Dalam : Neurologi
Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat. Hal. 1.
2. Paula, Johansen. 2008. Muscular Dystrophy. Rosen Publishing Group.
3. Guyton, Hall. 1997. Mekanisme Kontraksi Otot Rangka. Dalam :
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Hal. 91-106.
4. Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Otot. Dalam : Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal. 224-232.
5. Perdossi. 2002. Distrofi Muskular. Dalam : Buku Ajar Neurologi Klinis.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hal. 317-321.
6. Anonim. 2002. Muscular Dystrophy. [ serial online]. Diakses pada
tanggal
Oktober
2011.
Available
from
URL
www.healthatoz.com/muscular_dystrophy.jsp.
7. Behrman, Kliegman, Arvin. 2002. Kelainan Genetik. Dalam : Nelson
Ilmu Keseshatan Anak Volume 1. Jakarta :EGC. hal. 2123-2125.
8. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Muscular
dystrophies. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton
BF. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia, Pa:Saunders
Elsevier; 2007:chap 608
9. Emery AE. 2001. Duchenne's muscular dystrophy. In: Oxford
Monographs on Medical Genetics Series #24. 2nd ed. Oxford, United
Kingdom: Oxford University Press.
10. Dubowitz V. 2000. Muscle Disorders
in
Childhood. 2nd
ed.
12. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Muscular
dystrophies. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton
BF. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia, Pa:Saunders
Elsevier; 2007:chap 608
13. Victor, Maurice et Ropper, Hallan. 2001. Duchenne Muscular
Dystrophy. Principal of Neurology 7thedition.
1498-1499
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSUD Kota Semarang
Periode 03 November 2013 07 Desember 2013
McGrawh Hill. pp :
DISTROFI MUSKULORUM
PROGRESIVA Riodian Saputra
14. Michelle, Million. 2010. Dystrophinopaty. Medscape Reference.
Diakses
tanggal
Oktober
2011.
Available
from
URL
http://emedicine.medscape.com/article.
15. Darke J, Bushby K, Le Couteur A, McConachie H. Survey of behaviour
problems in children with neuromuscular diseases. Eur J Paediatr
Neurol. May 2006;10(3):129-34
16. Bushby K, Bourke J, Bullock R, Eagle M, Gibson M, and Quinby J. The
multidisciplinary management of Duchenne muscular dystrophy.
Current Paediatrics 2005; 15: 292-300.
17. Bushby K, Muntoni F, Urtizberea A, Hughes R, Griggs R. Report on
the 124th ENMC International Workshop. Treatment of Duchenne
muscular dystrophy; defining the gold standards of management in
the use of corticosteroids. 2-4 April 2004, Naarden, The Netherlands.
Neuromuscular Disorders 2004; 4:526-34.
18. Cardiovascular Health Supervision for Individuals Affected by
Duchenne or Becker muscular dystrophy. Section on Cardiology and
Cardiac Surgery. Pediatrics 2005;116;1569-1573.