Vous êtes sur la page 1sur 12

Latar Belakang

Gula darah terdiri dari glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa merupakan
monosakarida yang paling dominan, sedangkan fruktosa akan meningkat
pada diet buah yang banyak, dan galaktosa darah akan meningkat pada saat
hamil dan laktasi. Pada laboratorium, pemeriksaan gula darah banyak
dilakukan mengingat kepentingan diagnostic klinis yang luas dalam bidang
kedokteran. Dalam keadaan fisiologis, kadar gula darah mempunyai variasi,
namun tetap dalam batas-batas normal.
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3
macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu
adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin. Didalam darah terdapat zat
glukosa, glukosa ini gunanya untuk dibakar agar mendapatkan kalori atau
energi. Sebagian glukosa yang ada dalam darah adalah hasil penyerapan dari
usus dan sebagian lagi dari hasil pemecahan simpanan energi dalam
jaringan. Glukosa yang ada di usus bisa berasal dari glukosa yang kita makan
atau bisa juga hasil pemecahan zat tepung yang kita makan dari nasi, ubi,
jagung, kentang, roti atau dari yang lain. Glukosa, fruktosa dan galaktosa
masuk melalui dinding usus halus kedalam aliran darah. Fruktosa dan
galaktosa akan diubah dalam tubuh menjadi glukosa. Glukosa merupakan
hasil akhir dari pencernaan dan diabsorbsi secara keseluruhan sebagai
karbohidrat. Kadar glukosa dalam darah bervariasi dengan daya penyerapan,
akan menjadi lebih tinggi setelah makan dan akan menjadi turun bila tidak
ada makanan yang masuk selama beberapa jam. Glikogen dapat lewat
dengan bebas keluar dan masuk ke dalam sel dimana glukosa dapat
digunakan semata-mata sebagai sumber energi. Glukosa disimpan sebagai
glikogen di dalam sel hati oleh insulin (suatu hormon yang disekresi oleh
pankreas). Glikogen akan diubah kembali menjadi glukosa oleh aksi dari
glukogen (hormon lain yang disekresi oleh pankreas) dan adrenalin yaitu
suatu hormon yang disekresi oleh kelenjar adrenalin. Penurunan kadar
glukosa darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan yang tidak
adekuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Peningkatan kadar
glukosa darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin yang beredar tidak
mencukupi atau tidak dapat berfungsi dengan baik; keadaan ini disebut
diabetes mellitus.Diabetes mellitus (DM) adalah sekumpulan gejala yang
muncul pada seseorang yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang
melebihi normal (hiperglikemik) akibat tubuh kekurangan insulin baik relatif
maupun absolut atau kurang efektifnya insulin. Diabetes mellitus di Indonesia
dikenal dengan penyakit gula atau kencing manis. Prevalensi diabetes
mellitus (DM) di dunia terus meningkat.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan Diabetes Mellitus,
namun cara yang dianjurkan dan banyak digunakan adalah melalui cara

enzimatik Glukosa Oksidase (GOD), karena metode ini dianggap mendekati


hasil kadar glukosa. Oleh karena itu, dalam praktikum Patologi Klinik kali ini
kami melakukan percobaan Uji Glukosa dengan metode GOD-PAP untuk
mendiagnosis adanya diabetes mellitus.

Prinsip
Metode GOD-PAP/ Trinde
Glukosa diukur kadarnya setelah dioksidasi secara enzimatis mengguunakan
enzim GOD atau glukosa oksidase. Peroksida (H2O2) yang terbentuk
kemudian bereaksi dengan fenol dan 4-aminokuinon dengan katalis enzim
peroksidase (POD) yang membentuk kuinonimin. Intensitas warna yang
terbentuk sebanding dengan kadar glukosa dalam sampel.

Landasan Teori

PEMBAHASAN
Pada praktikum kimia klinik pertemuan kedua adalah menentukan kadar
glukosa pada darah denga metode god pap. Hal ini dilakukan agar
mahasiswa dapat menyiapkan pasien untuk pemeriksaan glukosa darah,
kemudian mahasiswa dapat mengintrepresentasikan hasil laboratorium yang
diperoleh menggunakan metode gd pap. Metode Glukosa Oksidase (GOD PAP)
adalah metode yang sangat spesifik untuk pengukuran glukosa didalam
serum atau plasma melalui reaksi dengan glukosa oksidase, asam glukonat
serta dibentuk hydrogen peroksida. Pemeriksaan dengan metode GOD PAP ini
dianjurkan menggunakan plasma darah yang diambil langsung dari vena
(pembuluh darah balik) disekitar lipatan siku. Hal ini disebabkan metode GOD
PAP dinilai bersifat lebih spesifik karena yang diukur hanya kadar glukosa.
Gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam
darah. Pada reaksi kimia enzimatis yang terjadi, glukosa oksidase(GOD)
mengoksidasi glukosa sehingga terbentuklah H2O2 yang dengan adanya
peroksidase akan bereaksi dengan phenol dan aminoantipirin. Oksidasi ini
akan menghasilkan zat warna yang intensitasnya sama dengan kadar
glukosa. Kemudian intensitas warna dibaca pada fotometer gelombang 540.
Gula darah terdiri dari glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa merupakan
monosakarida yang paling dominan, sedangkan fruktosa akan meningkat

pada diet buah yang banyak, dan galaktosa darah akan meningkat pada saat
hamil dan laktasi. Pada laboratorium, pemeriksaan gula darah banyak
dilakukan mengingat kepentingan diagnostic klinis yang luas dalam bidang
kedokteran. Dalam keadaan fisiologis, kadar gula darah mempunyai variasi,
namun tetap dalam batas-batas normal. Glukosa darah berasal dari
glukoneogenesis dan glikogenolisis. Sebagian besar karbohidrat yang dicerna
di dalam makanan akhirnya akan membentuk glukosa. Karbohidrat di dalam
makanan yang dicerna secara aktif mengandung residu glukosa, galaktosa,
dan fruktosa yang akan dilepas di intestinum yang kemudian diangkut ke hati
melalui vena porta hati. Galaktosa dan fruktosa dengan segera dikonfersi
menjadi glukosa.
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3
macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu
adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin. Didalam darah terdapat zat
glukosa, glukosa ini gunanya untuk dibakar agar mendapatkan kalori atau
energi. Sebagian glukosa yang ada dalam darah adalah hasil penyerapan dari
usus dan sebagian lagi dari hasil pemecahan simpanan energi dalam
jaringan. Glukosa yang ada di usus bisa berasal dari glukosa yang kita makan
atau bisa juga hasil pemecahan zat tepung yang kita makan dari nasi, ubi,
jagung, kentang, roti atau dari yang lain. Glukosa, fruktosa dan galaktosa
masuk melalui dinding usus halus kedalam aliran darah. Fruktosa dan
galaktosa akan diubah dalam tubuh menjadi glukosa. Glukosa merupakan
hasil akhir dari pencernaan dan diabsorbsi secara keseluruhan sebagai
karbohidrat. Kadar glukosa dalam darah bervariasi dengan daya penyerapan,
akan menjadi lebih tinggi setelah makan dan akan menjadi turun bila tidak
ada makanan yang masuk selama beberapa jam. Glikogen dapat lewat
dengan bebas keluar dan masuk ke dalam sel dimana glukosa dapat
digunakan semata-mata sebagai sumber energi. Glukosa disimpan sebagai
glikogen di dalam sel hati oleh insulin (suatu hormon yang disekresi oleh
pankreas). Glikogen akan diubah kembali menjadi glukosa oleh aksi dari
glukogen (hormon lain yang disekresi oleh pankreas) dan adrenalin yaitu
suatu hormon yang disekresi oleh kelenjar adrenalin. Penurunan kadar
glukosa darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan yang tidak
adekuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Peningkatan kadar
glukosa darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin yang beredar tidak
mencukupi atau tidak dapat berfungsi dengan baik; keadaan ini disebut
diabetes mellitus.Diabetes mellitus (DM) adalah sekumpulan gejala yang
muncul pada seseorang yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang
melebihi normal (hiperglikemik) akibat tubuh kekurangan insulin baik relatif
maupun absolut atau kurang efektifnya insulin. Diabetes mellitus di Indonesia
dikenal dengan penyakit gula atau kencing manis. Prevalensi diabetes
mellitus (DM) di dunia terus meningkat.

. Diabetes mellitus (DM) adalah sekumpulan gejala yang muncul pada


seseorang yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal
(hiperglikemik) akibat tubuh kekurangan insulin baik relatif maupun absolut
atau kurang efektifnya insulin. Diabetes mellitus di Indonesia dikenal dengan
penyakit gula atau kencing manis. Prevalensi diabetes mellitus (DM) di dunia
terus meningkat. Di Indonesia diperkirakan ada 1-2% dari populasi, artinya 1
dari 50-100 orang adalah penderita diabetes mellitus (DM). jumlah tersebut
diperkirakan mengalami peningkatan secara terus menerus. Sedangkan di
dunia, jumlah penderita diabetes mellitus akan meningkat dari 171 juta jiwa
pada tahun 2000 menjadi 366 juta jiwa pada tahun 2030. Menurut WHO pada
tahun 2003 diperkirakan jumlah penderita Diabetes di dunia telah mencapai
177 juta jiwa, dan di asia diperkirakan mencapai 89 juta jiwa. Indonesia
menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah terbesar penderita Diabetes
Mellitus di dunia. (Sudoyo, 2009)

Kondisi hiperglikemia yang terjadi dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan perubahan fungsi dan biokimia, dan selanjutnya perubahan tersebut dapat
menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan inilah yang menimbulkan
komplikasi (baik komplikasi mikrovaskuler maupun komplikasi makrovaskuler).
Pemeriksaan glukosa darah merupakan salah satu parameter pemeriksaan untuk penyakit
Diabetes MelitusBanyak metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan
Diabetes Mellitus, namun cara yang dianjurkan dan banyak digunakan adalah

Metode enzimatik karena pada pemeriksaan glukosa memberikan spesifitas maksimum


untuk nilai glukosa. Metode enzimatik yang sering digunakan adalah metode GOD-PAP),
karena metode ini dianggap mendekati hasil kadar glukosa. Oleh karena itu,
dalam praktikum Patologi Klinik kali ini kami melakukan percobaan Uji
Glukosa dengan metode GOD-PAP untuk mendiagnosis adanya diabetes
mellitus.
Metode GOD-PAP itu sendiri merupakan suatu metode yang prinsipnya
berdasarkan reaksi antara sisa hidrogen peroksida dengan aseptor oksigen
seperti amonofenazon. Seperti yang kita ketahui, hidrogen peroksida adalah
produk lain terbentuk dari hasil perombakan glukosa menjadi asam glukonat
dengan katalisasi enzim glukosidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk
adalah sebanding dengan glukosa yang menjadi prekursor awalnya.
Kemudian dengan menambahkan aseptor oksigen kedalam reaksinya, dalam
hal ini aminofenazon, kadar glukosa dapat diukur dengan melihat reaksi yang
terjadi pada hidrogen peroksida yang dikatalisasi enzim peroksidase,
pengamatan dibantu oleh indikator merah-violet pada panjang gelombang
540.

Metode GOD-PAP/ Trinder

Glukosa diukur kadarnya setelah dioksidasi secara enzimatis mengguunakan


enzim GOD atau glukosa oksidase. Peroksida (H2O2) yang terbentuk kemudian bereaksi
dengan fenol dan 4-aminokuinon dengan katalis enzim peroksidase (POD) yang
membentuk kuinonimin. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar
glukosa dalam sampel.
Glukosa oksidase (GOD) adalah suatu enzim spesifik FAD yang diperoleh dari
jamur, karena dipakai untuk penafsiran glukosa. Semua aerobic dehidrogenase yang
diterangkan mengandung 2 molekul glukosa nukleotida. Phenol Amino Peroksidase
(PAP) mengandung antigen dan antibody dalam pathogen jaringan.
Prinsip pengujian ini adalah dengan menembakkan panjang gelombang tertentu
pada suatu senyawa. Karena cahaya yang ditembakkan memiliki energi, hal ini akan
membuat elektron dari senyawa akan tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi. Setelah
mengalami eksitasi, electron dari senyawa akan kembali ke keadaan dasar. Salah satu
yang berperan dalam pengujian ini adalah gugus kromofor yaitu gugus yang dapat
menangkap panjang gelombang tertentu. Gugus kromofor pada senyawa ini adalah
adanya ikatan rangkap terkonjugasi.

Parameter Glukosa

Baik

Sedang

Buruk

Puasa

80-109

110-125

> 126

Darah Kapiler

80-144

145-179

> 180

A1C

< 6.5

6.5 - 8

>8

Darah (mg/dl)

(Perkeni, 2003).

Apabila kadar glukosa plasma atau serum sewaktu (kapan saja, tanpa
mempertimbangkan makan terakhir) sebesar 200 mg/dl, kadar glukosa
plasma/serum puasa yang mencapai > 126 mg/dl, dan glukosa plasma/serum
2 jam setelah makan (post prandial) 200 mg/dl biasanya menjadi indikasi
terjadinya diabetes mellitus.
Diagnosis untuk kelainan metabolisme karbohidrat pada praktikum kali ini
hanya, dilakukan dengan mengukurglukosa plasma pada keadaan puasa.
Specimen yang digunakan adalah darah vena, tetapi untuk bayi atau pasien
yang venanya sukar ditusuk dapat digunakan darah kapiler. Sesudah puasa
satu malam nilai glukosa kapiler hanya 2-3 ml/dl lebih tinggi daripada
konsentrasi glukosa vena, tetapi sesudah makan nilai glukosa kapiler lebih
tinggi 20-30 mg/dl.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan cara mempersiapkan


segala alat dan bahan yang diperlukan untuk praktikum ini diantaranya yaitu
sampel darah. Darah yang akan digunakan disimpan di dalam tabung darah
khusus. Dalam pelaksanaannya harus dengan hati-hati agar darah tidak
terkontaminasi oleh zat lain.
Hasil pemeriksaan laboratorium sangat tergantung pada persiapan yang dilakukan oleh penderita
sehingga hasil yang diperiksa laboratorium mendekati nilai sesungguhnya (true value). Persiapan
pasien meliputi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan, selain penyakitnya sendiri,
yang meliputi : puasa, posisi pasien, persiapan tempat pengambilan sampel, variasi diurnal,
aktivitas fisik dan obat-obatan.
Pengambilan tidak di laksanakan di laboratorium (Musyaffa, 2010)

Berbagai persiapan penderita yang perlu diberitahukan secara baik dan mendetail pada
penderita antara lain :
Persiapan Pasien Secara Umum.
1.

Persiapan pasien untuk pengambilan spesimen pada keadaan basal/dasar :


Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8-12 jam sebelum diambil
darah.
Glukosa Puasa, TTG (Tes Toleransi Glukosa), Glukosa kurva harian, Asam Urat,
VMA, Renin (PRA)
Puasa 10 12 jam
Insulin dan C. Peptidae Puasa 8 jam
Trigliserida, Gastrin, Aldosteron, Homocystine, Lp (a), PTH Intact Puasa 12 jam
Apo AB dan Apo B Dianjurkan Puasa 12 jam

2.

Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00 09.00.

3.

Menghindari obat-obatan sebelum spesimen di ambil


Untuk pemeriksaan dengan spesimen darah, tidak minum obat 4-24 jam sebelum
pengambilan specimen
Untuk pemeriksaan dengan spesimen darah, tidak minum obat 48-42 jam sebelum
pengambilan darah
Apabila pemberian pengobatan tidak memungkinkan untuk di hentikan, harus di
informasikan kepada petugas laboratorium
Contoh : Sebelum pemeriksaan gula 2 jam pp pasien minum obat antidiabetes.

4.

Menghindari aktifitasfisik/olahraga sebelum spesimen di ambil.


Aktifitas fisik berlebihan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada komponen darah

dan spesimen lain, sehingga dapat mempengaruhi ke paramater yang akan diperiksa.

5.

Memperhatikan efek postur.


Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari pisisi berdiri ke pisisi duduk,

dianjurkan pasien duduk tenang sekurang-kurangnya 15 menit sebelum di ambil darah.


6.

Memperhatikan variasi diurnal ( perubahan kadar analit sepanjang hari)


Pemeriksaan yang di pengaruhi variasi diurnal perlu di perhatikan waktu pengambilan

darahnya, antara lain pemeriksaan ACTH, renin dan aldosteron (Musyaffa, 2010).
Dalam penentuan kadar glukosa ini dilakukan beberapa tahap, diantaranya
yakni mempersiapkan larutan baku pembanding (standar) atau kita kenal
sebagai larutan Blanko. Larutan blanko diambil dari reagen kit glukosa, dalam
hal ini kami menggunakan .....Spinreact.
Plasma darah yang telah terpisah kemudian diambil, dipreparasi untuk
kemudian ditambahkan reagen yang mengandung enzim GOD, aminofenazon
dan indikator. Standar dan blanko juga disiapkan untuk perbandingan,
standar terdiri dari larutan glukosa, sedangkan blankonya adalah reagen
didalam nya. Preparat sampel disiapkan secara kuantitatif dengan
menggunakan mikropipet dengan volume yang telah ditentukan, yaitu :
a.

Sampel terdiri dari

: 100 L sampel + reagen ad 1000 L

b.

Blanko terdiri dari

c.

Standar terdiri dari : 100 L larutan standar + reagen ad 1000 L

: reagen 1000 L

Pada dasarnya ada banyak larutan baku standar yang bisa dipakai
tergantung dari pabrikan, contohnya seperti merek pabrikan spinreact.
Adapun batasan nilai normal yakni dari skala 60-110 mg/dl atau 3,3-6,10
mmol/l. Blanko dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan menggunakan
alat khusus yakni Clinipette. Clinipette yang digunakan juga mempunyai
variasi volume yang bereda-beda. Dalam praktikum ini kami menggunakan
clinnipette yang mempunyai ukuran 10 l dan 1,0 l. Larutan blanko yang
sudah dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian disimpan (inkubasi)
selama 10 menit minimal pada suhu 37oC atau 30 menit dalam suhu ruangan
(15-25 oC).
Tahap selanjutnya yakni perlakuan pada sampel. Seperti halnya pada larutan
blanko, sampel darah dimasukkan kedalam tabung reaksi menggunakan
clinipette sebanyak 10 l kemudian masukkan reagen glukosa sebanyak 1,0
l setelah itu sample di inkubasi selama 30 menit. Hasilnya sampel
membentuk larutan berwarna merah muda (pink). Sampel yang sudah di
inkubasi kemudian di uji menggunakan Spektrofotometer untuk mengetahui

panjang gelombang () dan absorban pada sampel. Namun sebelumnya


terlebih dahulu larutan balnko yang sudah di inkubasi diperiksa
menggunakan alat ini. Hal ini dilakukan agar sampel mempunyai nilai
pembanding dengan balnko

Pengukuran sampel, blanko, dan standar dilakukan dengan instrumen


spektrofotometer UV-Vis sebanyaka dua kali (duplo) pada panjang gelombang
546 nm sehingga nantinya akan didapatkan data berupa absorbansi sampel.
Hal yang harus diperhatikan disini adalah bahwa cara memegang kuvet,
harus pada bagian kuvet yang buram, karena jika dipegang pada bagian
bening kuvetnya, maka dikhawatirkan akan mengganggu absorbansi
disebabkan adanya protein yang mungkin tertinggal pada kuvet.
SpektrofotometerUV-Vis terletak pada daerah ultra violet dan sinar tampak
dengan rentang panjang gelombang dari 380 nm sampai dengan 780 nm,
atau 400 nm sampai dengan 800 nm. Konsentrasi suatu senyawa dapat
diukur pada panjang gelombang maksimum yang ditentukan dan
memberikan hasil absorbansi tertentu juga.Berdasarkan teori dasar, rentang
250~600 nm merupakan transisi electron *, panjang gelombang
digunakan 505 nm berarti pada larutan standard dan sampel percobaan
molekul mengalami transisi electron * pada saat penyinaran.
Berdasarkan teori dasar yang tercantum gugus yang mengalami transisi
electron * ialah gugus karboksilat, yang terdapat pada sampel (serum)
yaitu gugus karboksilat berasal dari hasil reaksi dasar oksidasi glukosa yang
menghasilkan senyawa gugus fungsi asam karboksilat.
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang maksimum 546 nm karena
pada panjang gelombang ini, hasilnya akan terdeteksi, sesuai dengan teori,
bahwa hasil yang terjadi adalah warna merah-violet. Tujuan penetapan
panjang gelombang maksimum yaitu untuk mengetahui panjang gelombang
yang merupakan serapan terbesar, yaitu pada saat senyawa berwarna yang
terbentuk telah optimum, sehingga diperoleh kepekaan yang maksimum.
Serapan dibaca pada panjang gelombang 500nm sesuai dengan panjang
gelombang reagen GOD-PAP.
Parameter stabil yaitu jika pada waktu tertentu lerutan menunjukkan serapan
yang bernilai sama berturut-turut. GOD-PAP merupakan enzim yang
memerlukan waktu tertentu untuk bereaksi optimum, sehingga dibutuhkan
waktu inkubasi. Jika waktu inkubasi kurang dari waktu inkubasi optimum /
operating time-nya, maka enzim tidak akan bereaksi sempurna. Sedangkan
apabila waktu inkubasi lebih dari waktu inkubasi optimum / operating time,
maka senyawa yang terbentuk akan terdegradasi.Hasil absorbansi yang telah
diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam persamaan kurva standar dengan

sumbu x merupakan panjang gelombang, dan sumbu y merupakan


absorbansi (A) sehingga dapat diperoleh kadar glukosanya.
Sebelum melakukan pengukuran absorbansi serum sampel pada
spektrofotometer, dilakukan pengukuran terlebih dahulu untuk baku. Tujuan
pengukuran baku ini untuk melihat apakah reagen yang dipakai murni atau
tidak terkontaminasi oleh zat lain.
Kemudian, dilakukan pengukuran terhadap larutan standar. Konsentrasi
larutan standar yang digunakan adalah sebesar 5.55 mmol/L atau 100 mg/dl.
Adapun batasan nilai normal konsentrasi glukosa standar yakni dari skala 60110 mg/dl atau 3,3-6,10 mmol/l. Larutan standar berisi 0.01 ml standar dan 1
ml reagen (buffer dan GOD-PAP).
Absorbansi dapat diukur karena pada pengukuran glukosa metode GOD PAP
dihasilkan suatu derivat senyawa 4 (-p-benzoquinone-mono-imino) fenazon
yang berwarna merah violet. Hasil absorbansi untuk larutan standar adalah
sebesar 0.029.
Adapun hasil absorbansi pada sampel yang diuji oleh kelompok 1 nilainya
bervariasi karena dilakukan secara duplo yakni 0.170 dan 0.162. Rata-rata
nilai absorbansi sampel adalah 0.166. Hasil absorbansi sampel yang diuji oleh
kelompok 2 adalah 0.205 dan 0.181 dengan nilai rata rata sebesar 0.193.
Dan hasil absorbansi sampel yang diuji oleh kelompok 3 adalah 0.067 dan
0.076 dengan rata rata sebesar 0.0715.
Setelah dilakukan pemeriksaan nilai absorbansi terhadap sampel, maka
selanjutnya dilakukan perhitungan pada sampel. Hal ini dilakukan agar nilai
glukosa dalam sampel dapat diketahui. Panjang gelombang sampel
mempunyai nilai sebesar 546,0 nm. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan rumus, yakni:
Csampel = x Cstandar
Maka nilai glukosa yang didapat pada sampel kelompok 1 adalah sebesar
572.44 mg/dl. Sampel yang diuji oleh kelompok 2 memiliki konsentrasi
glukosa sebesar 665.52 mg/dl. Sampel yang diuji oleh kelompok 3 memiliki
nilai konsentrasi glukosa sebesar 246.55 mg/dl.
Semua sampel yang diuji memiliki nilai konsentrasi glukosa yang sangat
tinggi dengan rentang 246.55 mg/dl 665.52 mg/dl. Konsentrasi glukosa
serum sampel jauh dari rentang batas normal nilai glukosa darah yakni 70
110 mg/dl. Hal tersebut menandakan bahwa sampel menunjukkan kondisi
hiperglikemia karena nilai glukosa darah di atas 110 mg/dl.
Kesalahan yang mungkin terjadi pada pengukuran kadar glukosa darah
dengan metode GOD-PAP ini adalah pemipetan serum dan reagen yang

kurang benar, ketidakbersihan alat sehingga menyebabkan terjadinya


kontaminasi, serta waktu dan suhu inkubasi yang kurang tepat.

Kadar glukosa darah pada orang normal dijaga tubuh agar tetap berada
diantara 70-120 mg/dL (4-7 mmol/L) dengan menjaga keseimbangan antara
produksi dan pemakaian glukosa. Dari hasil praktikum didapatkan kadar
glukosa sampel yaitu ... mg/dl. Namun keadaan ini belum dapat menegakan
diagnosis sampel sebagai penderita diabetes mellitus. Karena hasil dapat
saja dipengaruhi oleh beberapa faktor influence seperti Obat-obatan, dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah, Trauma atau stress, dapat
menyebabkan peningkatan kadar glikosa darah, Merokok, dapat meningkatan
kadar glukosa darah, Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium, dapat
menurunkan kadar glukosa darah. Penundaan pemeriksaan akan
menurunkan kadar glukosa darah dalam sampel, hal ini dikarenakan adanya
aktifitas yang dilakukan sel darah. Penyimpanan sampel pada suhu kamar
akan menyebabkan penurunanan kadar glukosa darah kurang lebih 1-2 % per
jam.
Oleh karena itu, untuk menegakan diagnosis diperlukan pemeriksaan lebih
lanjut yaitu tes toleransi glukosa oral atau tes glukosa puasa untuk
memastikan keadaan pasien (sampel) yang sebenarnya untuk dapat
dilakukan terapi yang tepat.

VIII. Kesimpulan
1.
Untuk pemeriksaan kadar glukosa dalam darah dilakukan persiapan
terhadap pasien untuk menghindari kesalahan dalam pemeriksaan kadar
glukosa darah
2.
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sampel yang diuji adalah
13,68 mmol/liter atau 246,55 mg/dL . Hasil tersebut menunjukkan bahwa
kadar glukosa darah uji berada di atas batas normal atau disebut
hiperglikemia. Kadar glukosa normal sewaktu adalah < 180 mg/dL

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. EGC.
Jakarta
Cyber Nurse. 2009. Konsep Diabetes Melitus. Tersedia di
http://forum.ciremai.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=7:konsep-diabetesmelitus&catid=7:keperawatan-medikal-bedah&Item id=20. [Diakses tanggal
22 Maret 2013].
Khomsah. 2008. Penyakit Diabetes Melitus (DM). Tersedia di
http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-diabetes-mellitus-dm.html
[Diakses tanggal 22 Maret 2013].
Pfizer. 2010. Diabetes Melitus. Tersedia di http://www.
pfizerpeduli.com/article_detail.aspx?id=26. [Diakses tanggal 22 Maret 2013].

Read more:
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/we.html#ixzz3JZIAGB9E

http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/d.html

Vous aimerez peut-être aussi