Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I.
A.
LAPORAN PENDAHULUAN
Pengertian
Menurut WHO (2006), stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Termasuk disini perdarahan
subarachnoid, perdarahan intraserebral, dan infark serebral.
Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perubahan neurologis yang disebabkan oleh gangguan suplai darah pada
bagian otak (Bowman dalam Black & Hawks, 2009).
Definisi Stroke non hemoragik (stroke iskemik)
Stroke iskemik atau brain attack adalah kehilangan fungsi yang tibatiba sebagai akibat dari gangguan suplai darah ke bagian-bagian otak, akibat
sumbatan baik sebagian atau total pada arteri. Tipe stroke ini terjadi hampir
80% dari kejadian stroke (Goldszmidt & Caplan, 2011).
B.
Etiologi
Stroke Non Hemoragik dapat terjadi disebabkan oleh beberapa etiologi
antara lain
1. Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan
lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah. Endapan
yang terbentuk menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah
sehingga mengganggu aliran darah. Selain dari endapan lemak,
aterosklerosis ini juga mungkin karena arteriosklerosis, yaitu
penebalan dinding arteri (tunika intima) karena timbunan kalsium
C.
Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteriarteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem
vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran
darah ke jaringan otak terputus selama 15-20 menit maka akan terjadi infark
atau kematian jaringan. Akan tetapi dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu
arteri menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai
di daerah tersebut. Proses patologik yang paling mendasari mungkin salah
satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang
memperdarahi otak.
Patologinya dapat berupa: keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri
seperti aterosklerosis dan trombosis atau robeknya dinding pembuluh darah
dan terjadi peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran
darah misalnya syok atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah akibat
bekuan atau infeksi pembuluh ektrakranium dan ruptur vaskular dalam
jaringan otak. (Sylvia A. Price dan Wilson, 2006)
D.
Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2.
Angiografi serebral
membantu
menentukan
penyebab
stroke
secara
spesifik
seperti
E.
Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Trombolitik
Tissue plasminogen activator (recombinant t-PA) yang diberikan
secara intravena akan mengubah plasminogen menjadi plasmin yaitu enzim
proteolitik yang mampu menghidrolisa fibrin, fibrinogen dan protein
pembekuan lainnya. Pada penelitian NINDS (National Institute of
Neurological Disorders and Stroke) di Amerika Serikat, rt-PA diberikan
dalam waktu tidak lebih dari 3 jam setelah onset stroke, dalam dosis 0,9
mg/kg (maksimal 90 mg) dan 10% dari dosis tersebut diberikan secara bolus
IV sedang sisanya diberikan dalam tempo 1 jam. Tiga bulan setelah
pemberian rt-PA didapati pasien tidak mengalami cacat atau hanya minimal.
Efek samping dari rt-PA ini adalah perdarahan intraserebral, yang
Pada
stroke
iskemik
terjadi
perubahan
hemoreologi
yaitu
ini
menimbulkan
gangguan
pada
aliran
Pasien yang tidak tahan aspirin atau gagal dengan terapi aspirin,
dapat menggunakan tiklopidin atau clopidogrel. Obat ini bereaksi
dengan mencegah aktivasi platelet, agregasi, dan melepaskan granul
platelet, mengganggu fungsi membran platelet dengan penghambatan
ikatan fibrinogen-platelet yang diperantarai oleh ADP dan antraksi
platelet-platelet. Efek samping tiklopidin adalah diare (12,5 persen) dan
netropenia (2,4 persen). Bila obat dihentikan akan reversibel. Pantau
jumlah sel darah putih tiap 15 hari selama 3 bulan. Komplikas yang
lebih serius, teyapi jarang, adalah pur-pura trombositopenia trombotik
dan anemia aplastik.
2. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada completed stroke sangat dibatasi. Jika
kondisi pasien semakin buruk akibat penekanan batang otak yang diikuti
infark serebral maka pemindahan dari jaringan yang mengalami infark harus
dilakukan.
a. Karotis Endarterektomi
Prosedur ini mencakup pemindahan trombus dari arteri karotis interna
yang mengalami stenosis. Pada pasien yang mengalami stroke di daerah
sirkulasi anterior atau yang mengalami stenosis arteri karotis interna yang
sedang hingga berat. Karotis Endarterektomi adalah prosedur bedah untuk
membersihkan plak dan membuka arteri karotis yang menyempit di leher.
Endarterektomi dan aspirin lebih baik digunakan daripada penggunaan
aspirin saja untuk mencegah stroke.
Endarterektomi
tidak
dapat
digunakan
untuk stroke di
daerah
II.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
-
Airway
Adanya
sumbatan/obstruksi
jalan
napas
oleh
adanya
Breathing
Kelemahan
menelan/
batuk/
melindungi
jalan
napas,
Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada
tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,
disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis
pada tahap lanjut
b. Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
-
gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
Hipertensi arterial
3. Integritas ego
Data Subyektif:
-
4. Eliminasi
Data Subyektif:
-
Inkontinensia, anuria
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
-
6. Sensori neural
Data Subyektif:
-
Penglihatan berkurang
Sentuhan
Data obyektif:
-
Afasia
Kehilangan
kemampuan
mengenal
atau
melihat,
Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi
pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
-
fasial
8. Respirasi
Data Subyektif:
-
9. Keamanan
Data obyektif:
-
perubahan
respon
motorik,
keluarga
klien
ditandai
dengan
klien
tidak
mampu
dan
keluarga
klien
mengatakan
tidak
mampu
3. Intervensi
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing di
jalan nafas ditandai dengan klien tampak kesulitan bernafas dengan
suara nafas tambahan dan keluarga klien mengatakan klien kesulitan
bernafas
Tujuan
Mandiri
1. Berikan cairan (khususnya yang hangat) sedikitnya 2500ml/ hari.
R : Cairan (khususnya yang hangat) dapat memobilisasi dan mencairkan
sekret.
2. Penghisapan sesuai indikasi.
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
mempengaruhi
penetapan
intervensi.
setelah
fase
awal
memerlukan
tindakan
menurunka
hipoksia
yang
dapat
menyebabkan
saat
embolus/trombus
merupakan
faktor
masalahnya.
b. Antifibrolitik, seperti asam aminokaproid (amicar)
Rasional: penggunaan dengan hati-hati dalam pendarahan
untuk mencegah lisis bekuan yang terbentuk dan pendarahan
yang berulang yang serupa.
c. Antihipertensi
Rasional: menurunkan tekanan darah
d. Fenitoin, fenobarbital
Rasional: dapat digunakan untuk mengontrol kejang dan/atau
untuk aktifitas sedatif
4) Kerusakan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
kerusakan
informasi
mengenai
pemulihan.
Bantu
dalam
ekstremitas
menyokong/menggerakkan
yang
daerah
tidak
tubuh
sakit
yang
untuk
mengalami
kelemahan
Rasional : Dapat berespon dengan baik jika daerah yang sakit tidak
menjadi lebih terganggu dan memerlukan dorongan serta latihan
aktif untuk menyatukan kembali sebagai bagian dari tubuhnya
sendiri
Kolaborasi
1. Konsultasikan dengan ahli fisiotherapi secara aktif dan ambulasi
pasien
R/: Program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan
kebutuhan yang berarti/menjaga kekurangan tersebut dalam
keseimbangan koordinasi dan kekuatan.
Intervensi
Mandiri
1. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan bali.
Rasional : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk
memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa
komunikasi yang diucapkannya tidak nyata
2. Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti buka
mata, tunjuk ke pintu,) ulangi dengan kata/kalimat yang
sederhana.
Rasional : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan
sensorik (afasia sensorik)
3. Tunjukkan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda
tersebut.
Rasional : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan
motorik (afasia motorik), seperti pasien mungkin mengenalinya
tetapi tidak dapat menyebutkannya
4. Minta pasien untuk menulis nama dan/atau kalimat yang pendek.
Jika tidak dapat menulis, mintalah pasien untuk membaca kalimat
yang pendek.
Rasional : Menilai kemampuan menulis dan kekurangan dalam
membaca yang benar yang juga merupakan bagian dari afasia
motorik dan afasia sensorik.
5. Berikan metode komunikasi alternatif, seperti menulis di papan
tulis, gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambargambar, daftar kebutuhan, demonstrasi)
Rasional : Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan
keadaan/dficit yang mendasarinya.
4. Evaluasi
No. Dx
Evaluasi
II
Tidak gelisah
III
IV
x 24 jam
Dapat berbicara
Tidak gagap
DAFTAR PUSTAKA