Vous êtes sur la page 1sur 10

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI


TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) UNTUK
MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA5 SMA NEGERI 5
PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012
Mariani Natalina, Imam Mahadi, Anisa Carolina Suzane
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar biologi
siswa dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri terbimbing pada kelas XI IPA5 SMAN
5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober November 2011. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA5 SMAN 5 Pekanbaru yang
berjumlah 36 orang. Parameter yang diukur adalah sikap ilmiah siswa yang terdiri dari 7
indikator dan hasil belajar siswa yang terdiri dari daya serap dan ketuntasan belajar siswa
secara individual,. Rata-rata sikap ilmiah pada siklus I yaitu 65.65%(cukup) meningkat pada
siklus II dengan rata-rata sikap ilmiah yaitu 82.04% (baik). Daya serap siswa pada siklus I
yaitu 75.81% (kurang) meningkat menjadi 81.83% (cukup). Ketuntasan belajar siswa dilihat
dari nilai ulangan harian siswa pada siklus I yaitu 52.78% (tuntas) meningkat pada siklus II
menjadi 75% (tuntas). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan penerapan model
pembelajaran Inkuiri terbimbing dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar biologi
siswa kelas XI IPA5 SMAN 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012.
Kata kunci: Inkuiri terbimbing, Sikap Ilmiah, Hasil Belajar Biologi.

PENDAHULUAN
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masingmasing
satuan
pendidikan.
KTSP
merupakan paradigma baru pengembangan
kurikulum yang memberikan otonomi luas
pada setiap satuan pendidikan. Dalam
penyusunannya KTSP jenjang pendidikan
dasar dan menengah mengacu kepada
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi
untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah,
dan
peraturan
menteri
pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006
tentang standar kompetensi (Mulyasa,
2007).
SMA Negeri 5 Pekanbaru merupakan
salah satu SMA di Pekanbaru yang telah

menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP), dimana dalam
penerapannya siswa dituntut untuk lebih
aktif dalam proses pembelajaran namun
berdasarkan observasi di SMA Negeri 5
Pekanbaru diperoleh informasi bahwa siswa
cenderung
pasif,
tidak
berani
mengungkapkan pendapat, malu bertanya,
sehingga kurangnya interaksi baik antara
guru dengan siswa maupun siswa dengan
siswa. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok untuk menyelesaikan tugas,
namun hanya beberapa siswa saja yang
mengerjakan tugas tersebut, sementara yang
lain tidak. Ini menandakan bahwa sikap
kerjasama, toleransi, rasa keingintahuan dan
tanggung jawab siswa dalam kelompok
masih kurang. Siswa juga cenderung masih
kurang teliti
dan ceroboh dalam
mengerjakan
tugas
dan
sering
Semirata 2013 FMIPA Unila |83

Mariani Natalina, dkk : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING


(GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA5 SMA NEGERI 5 PEKANBARU TAHUN AJARAN
2011/2012
mengumpulkan tugas tidak tepat pada
waktunya. Sikap ini menunjukkan bahwa
kecermatan bekerja dan disiplin siswa
masih kurang.
Rendahnya sikap ilmiah siswa terhadap
pembelajaran biologi ini dikarenakan proses
pembelajaran yang diterapkan selama ini
lebih mengutamakan hasil belajar, sehingga
nilai-nilai sikap ilmiah siswa kurang
mendapat perhatian.Sikap ilmiah tersebut
mengakibatkan hasil belajar siswa rendah,
hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa
yaitu 67.36. Hasil belajar siswa kurang
memuaskan, karena tidak semua siswa yang
mencapai nilai KKM 78 yang sudah
ditetapkan oleh sekolah sehingga perlu
usaha perbaikan agar siswa dapat bersikap
ilmiah dalam proses pembelajaran yang
pada akhirnya dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.

aktif mengolah informasi dan terhindar dari


cara belajar menghafal. Salah satu alternatif
untuk pemecahan masalah tersebut adalah
dengan menggunakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing.
Menurut Lestari (2009), Pembelajaran
melalui inkuiri terbimbing mengarahkan
siswa untuk menemukan konsep-konsep
sains sendiri. Artinya, siswa tidak hanya
pasif sebagai penerima konsep, melainkan
aktif untuk menemukan suatu konsep. Hal
ini
sesuai
dengan
pendekatan
konstruktivisme yang menyatakan bahwa
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori
belajar konstruktivisme lebih memfokuskan
pada
kesuksesan
siswa
dalam
mengorganisasikan pengalaman mereka.
(Iskandar, 2009).

Penyebab rendahnya nilai rata-rata hasil


belajar karena metode yang digunakan
selama ini hanyalah metode ceramah yang
cenderung monoton. Guru cenderung
melaksanakan pembelajaran dengan strategi
yang kurang bervariasi dan tidak
menerapkan model pembelajaran inovatif
sehingga pembelajaran pada umumnya
masih terpusat pada guru dan tidak semua
siswa terlibat dalam proses pembelajaran.
Guru kurang membimbing siswa untuk
memperoleh pengetahuan secara mandiri,
siswa terbiasa menerima pengetahuan yang
disampaikan guru, siswa tidak mampu
menemukan
konsep
melalui
pengalamannya sendiri yang berpengaruh
pada sikap ilmiah dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut


penulis tertarik untuk menerapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided
Inquiry). Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar
biologi siswa kelas XI IPA 5 SMA Negeri 5
Pekanbaru dengan penerapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided
Inquiry).

Sikap ilmiah dan hasil belajar siswa


dapat meningkat apabila guru memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada siswa
dalam melakukan kegiatan-kegiatannya
sehingga dapat membangkitkan minat
siswa, meningkatkan rasa ingin tahu siswa
dengan menggunakan berbagai macam
model pembelajaran, mendorong siswa
berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,

84|Semirata 2013 FMIPA Unila

METODE PENELITIAN
Penelitian
tindakan
kelas
ini
dilaksanakan di SMA Negeri 5 Pekanbaru
pada bulan oktober sampai november 2012.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI IPA5 tahun ajaran 2011/2012
dengan jumlah siswa 36 orang yang terdiri
dari 18 orang laki laki dan 18 orang
perempuan.
Parameter dan Instrumen penelitian dalam
penelitian ini terdiri atas :
1. Sikap ilmah dalam proses pembelajaran
meliputi tanggung jawab, keingintahuan,
kerjasama, teliti, disiplin, toleransi, dan

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

percaya
diri
diamati
dengan
menggunakan lembar observasi.
2. Hasil belajar meliputi daya serap dan
ketuntasan belajar dengan menggunakan
tes tertulis
Prosedur penelitian terdiri dari empat
tahapan utama penelitian tindakan kelas
yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi.
Tahap Perencanaan
Menetapkan kelas, jadwal dan jumlah
siklus. Menetapkan materi dan media dalam
proses pembelajaran yaitu
Siklus I. Jaringan Hewan (2 kali pertemuan)
Siklus II. Sistem Gerak (4 kali pertemuan)
Menyusun perangkat pembelajaran,
meliputi : Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar post test dan
ulangan harian siswa, Lembar observasi
sikap ilmiah siswa.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan
proses
pembelajaran
dilaksanakan siswa dengan lima tahapan
model pembelajaran inkuiri terbimbing
yaitu:
Penyajian masalah
Pengumpulan data
Penyajian data
Menarik kesimpulan
Analisis terhadap proses inkuiri
Tahap Observasi

Tahap observasi dilakukan bersamaan


dengan pelaksanaan tindakan untuk
mengamati sikap ilmiah siswa dalam proses
pembelajaran.
Tahap Refleksi
Perolehan data pada setiap pertemuan
pada siklus I dianalisis bersama oleh semua
anggota tim peneliti, hasilnya dijadikan
acuan untuk melakukan perbaikan tindakan
pada siklus II.
Teknik Analisa Data
Analisa deskriptif meliputi sikap ilmiah
siswa dan hasil belajar. Sikap ilmiah siswa
diamati dengan menggunakan lembar
observasi,
data
hasil
observasi
dikelompokkan
berdasarkan
kategori
sebagai berikut: 86 100 = sangat baik, 76
85 = baik, 60 75 = cukup, dan <59 =
kurang. Hasil belajar siswa dinilai dari
siklus I dan siklus II dengan menggunakan
kriteria sebagai berikut: 94 100 = sangat
baik, 86 93 = baik, 78 85 = cukup, dan
<78 = kurang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sikap Ilmiah
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah Siswa
Untuk Setiap Pertemuan
Data sikap ilmiah siswa melalui
penerapan model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing tiap pertemuan pada siklus I
dan siklus II dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Sikap ilmiah siswa pada siklus I dan siklus II setelah penerapan model pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
N
o
1
2
3
4

Kategori

Siklus I
Pertemuan

Rata
-rata

A
B
C
K
Rata-rata(%)

1
1(2.78)
23(63.89)
12(33.33)
62.00

2
1(2.86)
6(17.14)
22(62.86)
6(17.14)
69.29

Kategori

65.6
5
C

Siklus II
Pertemuan

Rata
-rata

1
7(20.00)
8(22.86)
19(54.29)
2(2.86)
78.16

2
11(31.43)
10(28.57)
14(40.00)
0(0)
82.55

3
17(47.22)
13(36.11)
4(11.11)
2(5.56)
85.42

4
17(47.22)
14(38.89)
4(11.11)
1(2.78)
86..61

82.0
4
B

Keterangan:
A : Sangat Baik
B : Baik

Semirata 2013 FMIPA Unila |85

Mariani Natalina, dkk : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING


(GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA5 SMA NEGERI 5 PEKANBARU TAHUN AJARAN
2011/2012
C
K

: Cukup
: Kurang

Dari tabel 1 diatas, dapat dilihat bahwa


rata-rata sikap ilmiah siswa mengalami
peningkatan pada setiap pertemuan, dimana
pada siklus I rata-rata sikap ilmiah siswa
yaitu sebesar 65.65% (cukup) meningkat
menjadi 82,04% (baik). Meningkatnya
sikap ilmiah dari kategori cukup ke baik
karena inkuiri terbimbing melatih siswa
melakukan penyelidikan fenomena alam,
menggunakan latar belakang pengetahuan
dan pengalaman. Para siswa mengajukan
pertanyaan, memecahkan masalah, dan
menemukan jawaban atau generalisasi.
Menurut Staver dan Teluk dalam Colburn
(1997) inquiri terbimbing memberikan
suatu masalah untuk dipecahkan, bahan
yang diperlukan, tetapi bukan hasil yang
diharapkan. Siswa dapat menemukan
hubungan dan generalisasi dari data yang
dikumpulkan.

Prayitno dalam Noerhaidan (2008),


mengemukakan bahwa dalam proses
pembelajaran melalui kegiatan inkuiri
terbimbing, siswa perlu dimotivasi untuk
mengembangkan
keterampilanketerampilan inkuiri sehingga dapat
menghasilkan
sikap
ilmiah
seperti
menghargai gagasan orang lain, terbuka
terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur
dan kreatif.
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah Siswa
Untuk Setiap Indikator
Data hasil observasi diperoleh rata-rata
persentase sikap ilmiah siswa selama 2
siklus untuk setiap indikator dapat dilihat
pada tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata Persentase Sikap Ilmiah Siswa Melalui Penerapan model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Setiap Indikator
Siklus I

Siklus II
1

Ratarata
(%)

78.57

80.00

80.56

84.72

80.96

56.74

75.00

78.57

83.33

81.94

79.71

75.71

70.50

82.14

85.71

88.89

91.67

87.10

61.81

69.29

65.55

79.29

80.56

84.72

84.03

82.15

67.36

75.71

71.54

80.71

85.71

90.97

91.67

87.27

VI

69.44

78.57

74.01

80.00

85.71

88.89

90.28

86.22

VII
Ratarata
Kategori

53.47

59.29

56.38

71.43

79.29

80.56

81.94

78.31

61.90

69.29

65.60

78.16

82.22

85.42

86.61

83.10

Aspek

Pertemuan

Ratarata (%)

Ke
t

63.19

66.43

64.81

II

53.47

60.00

III

65.28

IV

Keterangan:
I
: Tanggung jawab
II : Keingintahuan
III : Kerjasama
IV : Teliti
V : Disiplin
VI : Toleransi
VII : Percaya diri
86|Semirata 2013 FMIPA Unila

A
B
C
K

Pertemuan

: Sangat Baik
: Baik
: Cukup
: Kurang

Ket

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa


rata-rata
persentase
sikap
ilmiah
berdasarkan
indikator
mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Ratarata indikator sikap ilmiah yang pertama
yaitu tanggung jawab, dimana rata-rata
pada siklus I adalah 64.81 % (cukup)
meningkat menjadi 83.10 % (baik). Pada
indikator tanggung jawab yang menjadi
acuan adalah sikap siswa untuk dapat
bertanggung jawab atas semua pekerjaan
yang dilakukannya.
Rata-rata persentase sikap ilmiah pada
indikator keingintahuan pada siklus I adalah
56.74 % (kurang), kemudian meningkat
menjadi 79.71 % (baik).
Pada hakekatnya siswa memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi. Hal ini perlu
dimanfaatkan guru untuk memotivasi siswa
untuk mengajukan pertanyaan. Menurut
Udin dalam Paidi (2010) strategi inkuiri
terbimbing merupakan pembelajaran yang
mengajak siswa untuk mengembangkan
rasa ingin tahu atau objek objek yang
dipelajari dan memberikan peluang bagi
siswa untuk menemukan sendiri jawaban
dipertanyaan / keingintauannya itu.
Rata-rata persentase sikap ilmiah pada
indikator kerjasama pada siklus I adalah
70.50 % (cukup), kemudian meningkat
menjadi 87.10 % (sangat baik). Inkuiri
terbimbing pada dasarnya memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
bekerjasama
dalam
membangun
pemahaman dan keterampilannya.
Rata-rata persentase sikap ilmiah pada
indikator ketelitian dan kecermatan pada
siklus I adalah 65.55 % (cukup), kemudian
meningkat menjadi 82.15 % (baik). Hal ini
menunjukkan bahwa
ketelitian dan
kecermatan dalam bekerja mengalami
peningkatan. Dimana terlihat siswa semakin
teliti dan cermat dalam mengerjakan soalsoal LKS. Menurut Ergul, et al (2011)

inkuiri terbimbing melibatkan siswa dalam


proses belajar yang ilmiah layaknya
seorang
ilmuwan,
memecahkan
permasalahan
dengan
observasi,
mengumpulkan data secara cermat dan
akurat. Siswa yang terlatih dengan model
inkuiri terbimbing akan lebih tinggi tingkat
ketelitiannya untuk memahami berbagai
konsep secara aktif sebagai usaha
memuaskan rasa ingin tahunya.
Rata-rata persentase sikap ilmiah pada
indikator disiplin pada siklus I adalah 71.54
% (cukup), kemudian meningkat menjadi
87.27% (sangat baik).
Rata-rata persentase sikap ilmiah siswa
pada indikator sikap toleransi pada siklus I
adalah 74.01 % (cukup), kemudian pada
siklus II meningkat menjadi 86.22 %
(sangat baik). Hal ini menunjukkan bahwa
siswa mampu bertoleransi terhadap teman
kelompoknya dengan baik. Siswa memiliki
cara pandang yang berbeda melihat suatu
permasalahan. Cara pandang yang berbeda
membuat siswa memiliki pendapat yang
berbeda pula. Dalam banyaknya perbedaan
siswa
mampu
menunjukkan
sikap
menghargai pendapat maupun jawaban
yang berbeda.
Rata-rata persentase sikap ilmiah siswa
pada indikator sikap percaya diri pada
siklus I yaitu 56.38 % (kurang), kemudian
meningkat pada siklus II menjadi 78.31 %
(baik). Menurut Sanjaya (2007) strategi
inkuiri melibatkan seluruh aktivitas siswa
yang diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari suatu
yang dipertanyakan sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri.
Hasil Belajar
Hasil Belajar Siswa Dilihat dari Nilai
Postest dan Ulangan Harian
Daya serap siswa pada siklus I dapat
dilihat pada tabel 3.

Semirata 2013 FMIPA Unila |87

Mariani Natalina, dkk : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING


(GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA5 SMA NEGERI 5 PEKANBARU TAHUN AJARAN
2011/2012
Tabel 3. Daya Serap Siswa Pada Siklus I setelah Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dari Nilai Post Test dan Ulangan Harian Pada Siswa Kelas XI IPA5 SMAN
5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011-2012
No

1
2
3
4

Interval

Kategori

94 -100
Sangat baik
86 93
Baik
78 -85
Cukup
< 78
Kurang
Jumlah siswa
Rata-rata
Kategori

Pertemuan
Post test 1
Post test 2
Jumlah (%)
Jumlah (%)
3(8.33)
4(11.43)
10(27.78)
15(42.86)
23(63.89)
16 (45.71)
36
35
70.83
75.00
K
K

UH 1
Jumlah (%)
3(8.33)
16(44.44)
17(47.22)
36
75.81
K

Keterangan:
K : Kurang

Dari tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa


daya serap siswa siklus I setelah penerapan
pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami
peningkatan pada setiap kali pertemuan.
Rata-rata nilai ulangan harian sebelum
penerapan model inkuiri terbimbing adalah
67.36 kemudian pada siklus I meningkat
menjadi 75.81. Peningkatan ini karena
inkuiri terbimbing mendorong siswa secara
aktif menggali pengetahuannya sendiri
sehingga siswa dapat menjadi pribadi yang
aktif, mandiri, serta terampil dalam
memecahkan
masalah
berdasarkan
informasi dan pengetahuan yang mereka
dapatkan. Inkuiri terbimbing memberikan
siswa pengalaman yang nyata dan aktif
sehingga siswa dapat mengaitkan konsep
yang dasar yang sudah ada dengan konsep
baru berdasarkan pemahamannya sendiri.
Siswa menjadi memiliki pemahaman yang
lebih terhadap konsep yang dipelajari
melalui model inkuiri terbimbing. Menurut
Tursinawati (2012), yang menyatakan
strategi pembelajaran inkuiri mendorong

88|Semirata 2013 FMIPA Unila

siswa berperan aktif, kreatif dan berfikir


kritis terhadap proses pengamatan
pengamatan siswa sehingga pembelajaran
akan semakin bermakna.
Untuk mengetahui daya serap siswa
setelah penerapan pembelajaran inkuiri
terbimbing pada siklus II dapat dilihat pada
tabel 4.
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat
daya serap siswa setelah penerapan
pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami
peningkatan pada setiap pertemuan. Bila
dibandingkan nilai ulangan harian pada
siklus I 75.81 (kurang), ulangan harian pada
siklus II mengalami peningkatan yaitu
81.83 (cukup). Model pembelajaran inkuiri
terbimbing memberi stimulus kepada siswa
dengan menyajikan suatu permasalahan
yang berhubungan dengan fenomena yang
terjadi di kehidupan nyata. Siswa berusaha
mendapatkan jawaban dari proses berpikir
yang dialami serta memberikan tantangan
kepada siswa (Furtak, 2006).

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Tabel 4. Daya Serap Siswa Pada Siklus II setelah Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dari Nilai Post Test dan Ulangan Harian di Kelas XI IPA5 SMAN 5
Pekanbaru Tahun Ajaran 20011-2012

N
o

Interval

Kategori

1
2
3
4

94 -100 Sangat baik


86 93
Baik
78 -85
Cukup
< 78
Kurang
Jumlah siswa
Rata-rata
Kategori

Pertemuan
Post test
Post test
Post test
1
2
3
Jumlah
Jumlah
Jumlah
(%)
(%)
(%)
2(5.56)
5(14.29) 8(22.86)
9(25)
13(37.14) 15(42.86) 10(27.28)
17(48.57) 12(34.29) 15(41.67)
35
35
36
74.57
78.29
77.22
K
C
K

Post test
4
Jumlah
(%)
4(11.11)
14(38.89)
10(27.28)
8(22.22)
36
84,00
C

UH 2
Jumlah (%)

1(2.78)
10(27.78)
16(44.44)
9(25.00)
36
81.83
C

Keterangan:
A : Sangat Baik
B : Baik
C : Cukup
K : Kurang

Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan


Nilai Ulangan Harian I dan Ulangan Harian
II Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Ketuntasan
belajar
siswa
secara
individual pada siklus I dan siklus II setelah
penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dilihat pada tabel 5.
Pada tabel 5 dapat dilihat ketuntasan
belajar siswa setelah penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami
peningkatan pada setiap siklus. Rata-rata
ketuntasan belajar siswa secara individual
pada siklus 1 yaitu 75.81, siswa yang tuntas
sebanyak 19 orang (52.78 %) orang dan
siswa yang tidak tuntas sebanyak 17 orang
(47.22 %).
Pada siklus II ketuntasan belajar siswa
mengalami peningkatan dibandingkan

dengan nilai ulangan pada siklus I. dimana


jumlah siswa yang tuntas meningkat
menjadi 27 orang (75 % ) dan siswa yang
tidak tuntas menjadi 9 orang (25 %).
Kenaikan siswa yang tuntas dari siklus I ke
siklus II menjadi tuntas sekitar 50%.
Pembelajaran inkuiri terbimbing pada
umumnya menekankan pada pertanyaanpertanyaan dan
ide-ide
yang
memotivasi siswa untuk ingin mempelajari
lebih lanjut dan menciptakan cara untuk
berbagi apa yang telah mereka pelajari dan
membuat siswa berpikir lebih tinggi dan
belajar dengan fokus intervensi instruktif
pada setiap tahap proses penyelidikan.
Inkuiri terbimbing akan membuat siswa
siap akan menghadapi berbagai masalah
yang muncul dan mereka perlu untuk
menerapkan
pengetahuan dan
pemahaman mereka dengan situasi dunia
nyata (Ketpichainarong, 2009).

Semirata 2013 FMIPA Unila |89

Mariani Natalina, dkk : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING


(GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA5 SMA NEGERI 5 PEKANBARU TAHUN AJARAN
2011/2012
Tabel 5. Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Setelah Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing di Kelas XI IPA5 SMAN 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011-2012
Siklus
Pertemuan
Ulangan Harian
I
Ulangan Harian
II

Nilai RataRata
75,81

19 (52.78)

17 (47.22)

81.83

27(75.00)

9 (25.00)

KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil penelitian tindakan kelas yang
telah dilaksanakan dapat disimpulkan sikap
ilmiah siswa mengalami peningkatan dari
siklus 1 ke siklus II. Rata-rata sikap ilmiah
pada siklus 1 yaitu 65.65 % (cukup) dan
pada siklus II meningkat menjadi 82.04 %
(baik). Daya serap pada siklus I adalah
75.81 % (kurang) dan pada siklus II dari
nilai ulangan harian meningkat menjadi
adalah 81.83 % (cukup). Ketuntasan belajar
siswa pada siklus I yaitu 52.78 % dengan
nilai rata-rata 75,81% dan pada siklus II
meningkat menjadi 75 % dengan nilai ratarata 81.83%. Model pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan sikap
ilmiah dan hasil belajar biologi siswa kelas
XI IPA5 SMAN 5 Pekanbaru Tahun Ajaran
2011/2012.
Model pembelajaran inkuri terbimbing
dapat dijadikan salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat membangun sikap
ilmiah siswa dan hasil belajar siswa.
Hubungan sosial (kerjasama) antar siswa
melalui model inkuiri terbimbing cukup
optimal oleh karena itu model pembelajaran
inkuiri terbimbing dapat digunakan guru
atau praktisi pendidikan di sekolah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Colburn, Alan. 1997. What Teacher
Educators Need To Know About InquiryBased Instruction. California State
University.Retrieved on Desember 17,
2011
from
90|Semirata 2013 FMIPA Unila

Ketuntasan belajar
Tuntas
Tidak Tuntas
Jumlah (%)
Jumlah (%)

http://www.csulb.edu/~acolburn/AETS.h
tml
Ergul, R., Y. Simsekli, S. Calis, Z. Ozlidek,
S. Ozmencelebi, and M. Sanli. 2011. The
Effects Of Inquiry-Based Science
Teaching On Elementary School
Students Science Process Skills And
Science Attitudes. Bulgarian Journal of
Science and Education Policy (BJSEP),
5 (1), Retrieved on Desember 21, 2011
from http://bjsep.org/getfile.php
Furtak, E.M. 2006. The Problem With
Answers: An Exploration Of Guided
Scientific Inquiry Teaching. Journal of
Science Education, 90, 453-467.
Retrieved on Desember 23 2011 from
www.colorado.edu/education/faculty/eri
nfurtak/docs/Furtak_The Problem with
Answers.pdf
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
Gaung Persada Press. Jakarta.
Ketpichainarong, W., B. Panijpan, and R.
Ruenwongsa. 2010.Enhanced Learning
Of Biotechnology Students By An
Inquiry-Based Cellulase Laboratory.
International journal of Environmental
and Science E, 5 (2), 169-187. Retrieved
on
Desember
21,
2011
fromhttp://www.ijese.com/IJESE_v5n2_
Pintip.pdf.
Lestari. 2009. Inkuiri Terbimbing .
Retrieved on Maret 24, 2011 from
http://trilestarisman1kbm.blogspot.com.

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Mulyasa. E. 2003. Kurikulum Berbasis


Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan
Implementasi. Remosa Rosdakarya.
Bandung
Noerhaidan, Sandrawati. 2008. Analisis
Kemunculan Aspek-Aspek Inkuiri Dalam
Pembelajaran Biologi SMP Pada Materi
Organisasi
Kehidupan.
Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Pendidikan Indonesia.
Retrieved on Desember 17, 2011
fromhttp://repository.upi.edu/operator/up
load/s_d035_040300_chapter1.pdf
Paidi. 2010. Peningkatan Scientific Skill
Siswa Melalui Implementasi Metode
Guided Inquiry Pada Pembelajaran

Biologi Di SMAN 1 Sleman. Prosiding


Seminar Nasional Hasil Penelitian
MIPA dan Pendidikan MIPA. Tersedia
di http://staff.uny.ac.id. Diakses tanggal
30/04/2012.
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Tursinawati. 2012. Penerapan Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan
Pemahaman Hakikat Sains Siswa. Jurnal
Pendidikan Serambi Ilmu. Volume 11.
Nomor 2. SSN 1693-4849. Tersedia di
http://fkip.serambimekkah.ac.id. Diakses
tanggal 25/10/2012.

Semirata 2013 FMIPA Unila |91

92|Semirata 2013 FMIPA Unila

Vous aimerez peut-être aussi