Vous êtes sur la page 1sur 9

ACETAMINOFEN

Acetaminophen ( Panadol, Paracetamol , Tempra, Dll ) adalah obat yang sering di


gunakan dalam pengobatan antinyeri dan demam. Saat di gabungkan dengan obat lain seperti
codein atau propoxyphene, dapat menyebabkan symptom yang disebabkan oleh obat lain ini
adalah tahapan awal dari keracunan acetaminophen. Menyebabkan tidak terdiagnosa atau
tertundanya perawatan antidote. Produk umum yang mengandung kombinasi acetaminophen
adalah Exedrin ES, Vicks Formula 44-D, Vicodin dan Tylenol with codein.
i.

Mekanisme dari toksisitas


a. Cedera hati. Product dari oksidasi normal metabolism dari acetaminophen dengan
cytochrome P-450 enzim yang teroksidasi damal campuran akan menimbulkan
toksisitas yang tinggi.normalnya metabolit reaktif ini ( NAPQI) dengan cepat di
detoksifikasi oleh gutahione di dalam sell hati. Tetap dalam overdosis, produksi
dari NAPQI melebihi kapasitas gluthation dan bereaksi metabolism langsung
dengan mikromolekul hati dan menyebabkan cidera hati
b. Kerusakan ginjal dapat terjadi dengan mekanisme yang sama, oleh P-450 di ginjal
c. Overdosis selama kehamilan ddapat menyebabkan keguguran dan kematian janin
d. Farmakokinetik. Dengan cepat terserap, dengan tingkat puncak umumnya
mencapai 30-120 min ( Note: absorbsi setelah penelanan dapat terhambat akibat
produk pelepasan tertunda atau

di konsumsi bersamaan dengan opioid atau

anticholinergic). Volume distribusi = 0,8 1 L/Kg. Di eliminasi oleh hati


konjugasi (90%) oleh non toksik glukoronides atau sulfat,sitokrom P-450 dalam
campuran dalam mengoksidasi hanya 3-8% tetapi memproduksi racun
menegah(intermediet) waktu paruh eliminasi adalah 1-3 jam setelah dosis
terapetik dan mungkin akan lebih besar dari 12 jam setelah over dosis.
II.

Dosis Toksis
a. Proses penelanan
Proses penelanan lebih dari 150-200 mg/kg pada anak anak atau 6-7 g untuk dewasa
adalah potensial hepatoksis

1. Anak anak kurang dari 10-12 tahun nampaknya kurang rentan terkena
hepatoksisitas karena kontribusi yang sedikit dari sitokrop P-450 lebih sedikit
untuk memetabolisme asetaminopen.
2. Disisi lain safety margin lebih rendah di pasien dengan induksi sitokrom P-450
enzim mikrosom,karena produk toksis metabolic akan lebih banyak. Tinggi resiko
terhadap pasien alkoholik dan pasien medikasi anti konfulsan atau isoniazid.
Puasa

dan

kekurangan

nutrisi

juga

dapat

meningkatkan

resiko

hepatoksisitas,karena menguragi cadangan gula dalam sel.


b. Kronik Toksik
Telah dilaporkan setelah mengkonsumsi harian supratetra dalam terapetik dosis (lebih
dari 4-6 g/hari) dengan alkoholik pasien. Anak anak setelah menerima 60-150
mg/kg/hari setelah 2-8 hari menimbulkan toksisitas.
III.

Presentasi Klinik. Manifestasi klinik tergantung pada waktu setelah proses penelanan.
a. Segera setelah asetaminofen over dosis akut,umumnya tidak terdapat gejala selain
anoreksia,mual-mual/muntah. Jarang sekali overdosis menyebabkan gangguan metal
dan metabolisme asidosis.
b. Setelah 24-48 jam ketika transaminase level(AST dan ALT) mulai naik,kerusakan sel
hati mulai terlihat. Apabila terjadi kegagalan akut fulminant hepar,kematian dapat
terjadi. Encephalopathy,metabolisme asidosis,dan ketika protombin time(PT) terus
mengingkat mengindikasikan prognosis yang buruk. Kegagalan ginjal akut jarang
terjadi seiring dengan atau tanpa kegagalan liver.

IV.

Diagnosis
Diagnose secara cepat dapat dilakukan apabila proses penelanan telah diduga dan serum

asetaminofen telah didapat. Akan tetapi,pasien mungkin akan gagal mencerita proses penelanan
asetaminofen,karena mereka tidak dapat(contoh,pingsan semenjak penelanan),tidak ingin,atau
tidak mengetahui bahwa hal itu penting. Oleh karena itu,biasanya klinisi memberikan
asetaminofen antidot diseluruh pasien over dosis,tanpa memperhatikan riwayat zat yang ditelan.
A. Level spesifik

1. Setelah overdosis akut didapatkan 4 jam setelah penelanan didapat asetaminofen


level dan nomogram (seperti pada gambar) untuk memprediksi kemungkinan
toksisitas. Jangan diberikan sebelum 4 jam kecuali tidak terdeteksi.antisipasi jika
didapatkan level pendukung pada 8 jam jika nilai 4 jam mendekati batas atau jika
absopsi tertunda.

2. Nomogram tidak digunakan untuk menaksir kronik atau pengulangan pemberian


oral.
3. Kesalahan kenaikan dosis acetaminophen mungkin terjadi pada salisilat level
tinggi dan juga ikut campur metode tertentu.

B. Studi Laboratorium Lain yang bermanfaat termasuk elektrolit glukosa BUN,


kreatinin, dan transminasi hati dan protrombin.
Pengobatan
A. Keadaan darurat dan pertolongan bantuan
1. Muntah secara tiba-tiba : dapat ditunda dengan pemberian antidot arang hitam dan
harus diberikan metaclopramid atau ondansetron
2. jika terjadi gagal hati atau ginjal disediakan perawatan penunjang umum .jika terjadi
gagal hati yang darurat diperlukan transplantasi hati. Ensepalophati , hipoglikemia,
peningkatan mendadak protrombin merupakan indikasi luka pada hati.
B. Obat spesifik dan antidot
Jika level serum jatuh hingga garis atas nomogram atau serum mendadak tidak ada
digunakan antidot terapi dengan N-acetylcysteine (NAC Mucomyst) dengan dosis
oral 140 mg/kg. Keefektifan NAC bergantuk pada pengobatan awal, sebelum
akumulasi metabolisme;mulai bereaksi pada 8-10 jam dan kadar mulai menurun pada
12-16 jam (bagaimanapun, pengobatan tidak harus diberikan, meskipun dihentikan
sampai 24 jam atau lebih). Jika pemberian NAC menyebabkan muntah, berikan pipa
lambung dan gunakan metaclopramid dengan dosis tinggi(1-2 mg/kg intravena) atau
ondansetron, atau berikan NAC intravena jika diperlukan.

1. Jika

level

serum

menurun

hingga

dintara

dua

garis

nomogram,

dipertimbangkan untuk diberikan NAC jika pasien mengalami peningkatan


resiko toksisitas. Contohnya : seorang pasien pecandu alkohol, kekurangan
makan atau puasa, atau menggunakan obat yang meninduksi aktivitas P-450
2E1;setelah menggunakan dosis berkelipatan atau overdosis; atau setelah
2. Jika level serum turun dibawah garis nomogram, pengobatan tidak di sarankan
melakukan pengobatan kecuali pasien dalam keadaan berresiko tinggi
3. Catatan: setelah pemberian oral tablet extended-release (contohnya : tylenol arthritis
pain ) yang di desain dengan absorpsi yang lama, kemungkinan terjadi penundaan
sebelum kadar acetaminophen mencapai puncak. Hal ini juga dapat terjadi setelah

pemberian obat yang menunda pengosongan lambung seperti opioid atau


antikolinergik. Seperti keadaan level serum acetaminophen antara 8-12 jam.
4. Durasi pengobatan NAC. Berdasarkan protocol US untuk pengobatan keracunan
acetaminophen disebutkan dalam 17 dosis penggunaan oran NAC diberikan sampai
kira-kira 72 jam. Bagaimanapun, berdasarkan protocol kanada, inggris dan eropa
penggunaan NAC secara intravena selama 20 jam saja. Kita memberikan NAC secara
oral dapat hilang selama 36 jam.kemudian, jika level acetaminophen ditemukan
dibawah batas dan level transminasi hati adalah normal, pemberian NAC dapat
dihentikan. Jika ditemukan toksisitas pada hati maka NAC harus dilanjutkan sampai
terjadi perubahan pada fungsi liver.
5. Pemberian oral kronik acetaminophen : beberapa pasien mungkin memiliki catatan
menggunakan acetaminophen sampai 24 jam atau lebih.pada kasus ini nomogram
tidak dapat memperkirakan resiko toksisitas hati. Dalam beberapa kasus kita
menyarankan pengobatan NAC jika jumlah pemberian oral lebih dari 150-200 mg/kg
atau 6-7 gram/kg.

Dalam waktu 24 jam atau ketika enzim didalam hati meningkat atau ketika pasien
jatuh dalam kategori resiko tinggi. Treatman dapat di stop 36 jam setelah dosis
terakhir asetaminofen apabila enzim hati normal.
c.dekontaminasi
1. sebelum rumah sakit. Berikan karbon aktif. Apabila karbon aktif tidak tersedia dan ada jeda 60
menit seblum bisa diberikan,dapat memberikan ipecac untuk memicu muntal,apabila ipecac
dapat diberikan dalam waktu beberapa menit setelah penelanan.
2. sebelum rumah sakit. Berikan karbo aktif. Walaupun karbon aktif mengapsopsi sebagian dari
antidot N-acetylcysteine yang diberikan,efek ini tidak dianggap sebagai efek klinik yang penting.
Pengosongan lambung tidak terlalu diperlukan ketika karbon aktif segera diberikan. Jangan

berikan karbon aktif ketika 3-4 jam terlewati semenjak penelanan,kecuali diduga adanya
hambatan penyerapan(contohnya seperti Tylenol arthritis pain

tm

atau dimakan bersamaan yang

mengandung opicids atau antiinergic agents)


D.

Eliminasi yang diperbesar. Hemoperfuction sangat efektif untuk menghilangkan

asetaminofen dari darah,tetapi biasanya tidak dilakukan karena terapi antidot sangat efektif.
Paracetamol
Paracetamol memiliki nama lain yaitu paracetamolum dan asetaminofen. Paracetamol memiliki
BM 151,16 dan mengadung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C 8H9NO2
dihitung terhadap zat anhidrat. Pemeriandari paracetamol serbuk hablur,putih;tidak berbau;rasa
sedikit pahit. Memiliki kelarutan larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida
1N;mudah larut dalam etanol. Baku pembanding Paracetamol BPFI;lakukan pengeringan di atas
silika gel P selama 18 jam sebelum digunakan.
Keracunan paracetamol (acetaminophen) bisa memunculkan gejala ringan hingga gejala
kronis. Dalam jumlah terbatas, paracetamol sebenarnya merupakan obat yang cukup aman untuk
dikonsumsi. Dosis aman paracetamol untuk orang dewasa adalah 1.000 mg per sekali konsumsi
dengan dosis maksimal sampai 4.000 mg per hari. Bagi orang yang minum alkohol, dosis
maksimal yang dianjurkan adalah 2.000 mg per hari. Paracetamol juga aman untuk anak-anak.
Dosis untuk anak-anak yang tepat tergantung pada usia/berat badan anak.
Gejala Keracunan Paracetamol
Efek akibat keracunan paracetamol bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya,
tergantung kondisi kesehatan masing-masing. Orang yang menderita kerusakan fungsi hati dan
ginjal, efek yang mungkin muncul akan lebih parah daripada orang yang fungsi hati dan
ginjalnya masih normal.
Berikut adalah tanda-tanda overdosis atau keracunan paracetamol yang sering terjadi:
Muntah
Mual
Berkeringat

Lesu
Kehilangan nafsu makan
Diare
Gejala-gejala tersebut muncul 24 jam setelah overdosis. Biasanya belum ada gejala yang nampak
pada 24 jam pertama. Reaksi paracetamol dengan tubuh terjadi secara bertahap. Jika keracunan
tidak terlalu banyak, biasanya seseorang hanya mengalami gejala-gejala tersebut di atas. Namun,
bila gejala semakin parah dan berlanjut ke tahap berikutnya, hal ini menjadi pertanda adanya
kerusakan hati. Tahap kedua terjadi pada 48-72 jam berikutnya. Paracetamol dimetabolisme oleh
hati yang kemudian akan membentuk metabolit NAPQI. Metabolit ini beracun untuk hati. Bila
metabolit NAPQI ini banyak terbentuk dan terakumulasi maka akan menimbulkan kerusakan
pada hati
Gejala-gejala yang mungkin terjadi pada tahap ini adalah:
Penyakit kuning
Pendarahan
Buang air kecil jadi berkurang
Gagal ginjal akut
Nyeri pada perut bagian kanan atas
Pada tahap ini penanganan dari tenaga kesehatan harus segera diberikan.Segera setelah seseorang
mengonsumsi paracetamol secara berlebih, baik sengaja atau karena kecelakaan, penanganan
untuk membuang zat ini harus diberikan. Bila ternyata gejala keracunan belum juga hilang dan
berlanjut hingga ke tahap selanjutnya, bisa dikatakan ini sudah fatal. Tahap ketiga terjadi setelah
72 jam dan bisa terus berlanjut hingga hari ke-5 semenjak overdosis.
Beberapa gejala yang muncul pada tahap ini cukup serius karena menunjukkan tingkat toksisitas
yang tinggi dalam tubuh.
Gejala-gejala tersebut meliputi:
Hipoglikemia
Koma

Nekrosis atau kematian dini pada jaringan hidup atau sel


Gagal ginjal
Kerusakan hati
Pembengkakan di otak
Sesak nafas
Kegagalan organ ganda (multiple organ failure)
Seringnya diperlukan transplantasi hati bagi pasien untuk bertahan dari situasi yang mengancam
jiwa ini.Itulah sebabnya, disarankan untuk segera mendapatkan penanganan sebelum gejala
semakin memburuk.
Penanganan Keracunan Paracetamol
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghilangkan paracetamol dari sistem
pencernaan. Jika berpotensi mengancam nyawa, maka bilas lambung perlu dilakukan. Bilas
lambung membutuhkan waktu sekitar satu jam. Bilas lambung akan efektif bila dilakukan paling
lambat dua jam sejak dikonsumsinya paracetamol karena belum diserap oleh tubuh. Antidotum
untuk kasus ini adalah asetilsistein (acetylcysteine). Asetilsistein berfungsi mengurangi toksisitas
paracetamol dengan mengisi kembali (refiling) kuota tubuh terhadap antioksidan glutathione.
Asetilsistein bekerja efektif dalam waktu 8 jam sejak pasien mengalami overdosis. Penggunaan
karbon aktif merupakan cara lain untuk mengatasi keracunan paracetamol. Karbon aktif akan
menyerap paracetamol yang ada di lambung. Disarankan tidak menggunakan karbon aktif
bersama dengan acetylcysteine karena karbon aktif juga dapat menyerap antidotum ini. Langkah
terakhir untuk mengatasi keracunan paracetamol adalah melakukan transplantasi hati. Biasanya
ini hanya dilakukan pada kasus yang ekstrim dan cukup parah. Pencegahan selalu lebih baik
daripada mengobati. Jadi ambillah obat apapun dalam dosis yang dianjurkan.Meskipun
paracetamol merupakan obat yang aman, namun merupakan penyebab paling umum dari
keracunan dan gagal hati akut. Hindari penggunaan paracetamol (acetaminophen) atau obat
pereda nyeri lain jika memiliki masalah pada hati atau ginjal, saat perut kosong, atau telah
minum lebih dari 3 minuman beralkohol pada satu hari. Dianjurkan untuk berkonsultasi dengan
tenaga kesehatan sebelum mengonsumsi obat apapun untuk menghindari komplikasi yang tidak
perlu.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.amazine.co/22597/overdosis-obat-gejala-penanganan-keracunanparacetamol/ diakses pada hari rabu tanggal 22 oktober 2014 pukul 05.28 WIB
Anonim,1995,Farmakope
Indonesia,Jakarta.

Indonesia

Edisi

IV,Departemen

Kesehatan

Republik

Vous aimerez peut-être aussi