Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dosis Toksis
a. Proses penelanan
Proses penelanan lebih dari 150-200 mg/kg pada anak anak atau 6-7 g untuk dewasa
adalah potensial hepatoksis
1. Anak anak kurang dari 10-12 tahun nampaknya kurang rentan terkena
hepatoksisitas karena kontribusi yang sedikit dari sitokrop P-450 lebih sedikit
untuk memetabolisme asetaminopen.
2. Disisi lain safety margin lebih rendah di pasien dengan induksi sitokrom P-450
enzim mikrosom,karena produk toksis metabolic akan lebih banyak. Tinggi resiko
terhadap pasien alkoholik dan pasien medikasi anti konfulsan atau isoniazid.
Puasa
dan
kekurangan
nutrisi
juga
dapat
meningkatkan
resiko
Presentasi Klinik. Manifestasi klinik tergantung pada waktu setelah proses penelanan.
a. Segera setelah asetaminofen over dosis akut,umumnya tidak terdapat gejala selain
anoreksia,mual-mual/muntah. Jarang sekali overdosis menyebabkan gangguan metal
dan metabolisme asidosis.
b. Setelah 24-48 jam ketika transaminase level(AST dan ALT) mulai naik,kerusakan sel
hati mulai terlihat. Apabila terjadi kegagalan akut fulminant hepar,kematian dapat
terjadi. Encephalopathy,metabolisme asidosis,dan ketika protombin time(PT) terus
mengingkat mengindikasikan prognosis yang buruk. Kegagalan ginjal akut jarang
terjadi seiring dengan atau tanpa kegagalan liver.
IV.
Diagnosis
Diagnose secara cepat dapat dilakukan apabila proses penelanan telah diduga dan serum
asetaminofen telah didapat. Akan tetapi,pasien mungkin akan gagal mencerita proses penelanan
asetaminofen,karena mereka tidak dapat(contoh,pingsan semenjak penelanan),tidak ingin,atau
tidak mengetahui bahwa hal itu penting. Oleh karena itu,biasanya klinisi memberikan
asetaminofen antidot diseluruh pasien over dosis,tanpa memperhatikan riwayat zat yang ditelan.
A. Level spesifik
1. Jika
level
serum
menurun
hingga
dintara
dua
garis
nomogram,
Dalam waktu 24 jam atau ketika enzim didalam hati meningkat atau ketika pasien
jatuh dalam kategori resiko tinggi. Treatman dapat di stop 36 jam setelah dosis
terakhir asetaminofen apabila enzim hati normal.
c.dekontaminasi
1. sebelum rumah sakit. Berikan karbon aktif. Apabila karbon aktif tidak tersedia dan ada jeda 60
menit seblum bisa diberikan,dapat memberikan ipecac untuk memicu muntal,apabila ipecac
dapat diberikan dalam waktu beberapa menit setelah penelanan.
2. sebelum rumah sakit. Berikan karbo aktif. Walaupun karbon aktif mengapsopsi sebagian dari
antidot N-acetylcysteine yang diberikan,efek ini tidak dianggap sebagai efek klinik yang penting.
Pengosongan lambung tidak terlalu diperlukan ketika karbon aktif segera diberikan. Jangan
berikan karbon aktif ketika 3-4 jam terlewati semenjak penelanan,kecuali diduga adanya
hambatan penyerapan(contohnya seperti Tylenol arthritis pain
tm
asetaminofen dari darah,tetapi biasanya tidak dilakukan karena terapi antidot sangat efektif.
Paracetamol
Paracetamol memiliki nama lain yaitu paracetamolum dan asetaminofen. Paracetamol memiliki
BM 151,16 dan mengadung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C 8H9NO2
dihitung terhadap zat anhidrat. Pemeriandari paracetamol serbuk hablur,putih;tidak berbau;rasa
sedikit pahit. Memiliki kelarutan larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida
1N;mudah larut dalam etanol. Baku pembanding Paracetamol BPFI;lakukan pengeringan di atas
silika gel P selama 18 jam sebelum digunakan.
Keracunan paracetamol (acetaminophen) bisa memunculkan gejala ringan hingga gejala
kronis. Dalam jumlah terbatas, paracetamol sebenarnya merupakan obat yang cukup aman untuk
dikonsumsi. Dosis aman paracetamol untuk orang dewasa adalah 1.000 mg per sekali konsumsi
dengan dosis maksimal sampai 4.000 mg per hari. Bagi orang yang minum alkohol, dosis
maksimal yang dianjurkan adalah 2.000 mg per hari. Paracetamol juga aman untuk anak-anak.
Dosis untuk anak-anak yang tepat tergantung pada usia/berat badan anak.
Gejala Keracunan Paracetamol
Efek akibat keracunan paracetamol bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya,
tergantung kondisi kesehatan masing-masing. Orang yang menderita kerusakan fungsi hati dan
ginjal, efek yang mungkin muncul akan lebih parah daripada orang yang fungsi hati dan
ginjalnya masih normal.
Berikut adalah tanda-tanda overdosis atau keracunan paracetamol yang sering terjadi:
Muntah
Mual
Berkeringat
Lesu
Kehilangan nafsu makan
Diare
Gejala-gejala tersebut muncul 24 jam setelah overdosis. Biasanya belum ada gejala yang nampak
pada 24 jam pertama. Reaksi paracetamol dengan tubuh terjadi secara bertahap. Jika keracunan
tidak terlalu banyak, biasanya seseorang hanya mengalami gejala-gejala tersebut di atas. Namun,
bila gejala semakin parah dan berlanjut ke tahap berikutnya, hal ini menjadi pertanda adanya
kerusakan hati. Tahap kedua terjadi pada 48-72 jam berikutnya. Paracetamol dimetabolisme oleh
hati yang kemudian akan membentuk metabolit NAPQI. Metabolit ini beracun untuk hati. Bila
metabolit NAPQI ini banyak terbentuk dan terakumulasi maka akan menimbulkan kerusakan
pada hati
Gejala-gejala yang mungkin terjadi pada tahap ini adalah:
Penyakit kuning
Pendarahan
Buang air kecil jadi berkurang
Gagal ginjal akut
Nyeri pada perut bagian kanan atas
Pada tahap ini penanganan dari tenaga kesehatan harus segera diberikan.Segera setelah seseorang
mengonsumsi paracetamol secara berlebih, baik sengaja atau karena kecelakaan, penanganan
untuk membuang zat ini harus diberikan. Bila ternyata gejala keracunan belum juga hilang dan
berlanjut hingga ke tahap selanjutnya, bisa dikatakan ini sudah fatal. Tahap ketiga terjadi setelah
72 jam dan bisa terus berlanjut hingga hari ke-5 semenjak overdosis.
Beberapa gejala yang muncul pada tahap ini cukup serius karena menunjukkan tingkat toksisitas
yang tinggi dalam tubuh.
Gejala-gejala tersebut meliputi:
Hipoglikemia
Koma
DAFTAR PUSTAKA
http://www.amazine.co/22597/overdosis-obat-gejala-penanganan-keracunanparacetamol/ diakses pada hari rabu tanggal 22 oktober 2014 pukul 05.28 WIB
Anonim,1995,Farmakope
Indonesia,Jakarta.
Indonesia
Edisi
IV,Departemen
Kesehatan
Republik