Vous êtes sur la page 1sur 20

PRESENTASI KASUS

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK AD

Disusun Oleh :
Bagus Hilmawan
1102009051

Pembimbing
dr. Hari Purnama K, Sp.THT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG


TENGGOROKAN
RSUD KABUPATEN BEKASI
2014

KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, shalawat serta salam penulis
panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulisan presentasi kasus dengan
judul Otitis Media Supuratif Kronik AS dapat terselesaikan. Presentasi kasus ini
disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kepaniteraan di bagian THT RSUD
Kabupaten Bekasi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Hari Purnama, Sp.THT sebagai pembimbing
2. Ayahanda dan ibunda yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat yang
tiada henti kepada penulis
3. Rekan-rekan kepaniteraan SMF THT, terima kasih atas kerjasama dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa presentasi kasus ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan presentasi kasus ini. Akhir kata,
penulis mengharapkan semoga presentasi kasus ini dapat memberikan manfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bekasi, 17 Februari 2014

Penulis

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama

: Anak. R

Umur

: 9 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Tambun

II. Anamnesa
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 12 Februari 2014 di Poli
THT RSUD Kabupaten Bekasi.

Keluhan utama : keluar cairan berwarna kuning pada telinga kanan sejak 5 hari
Keluhan tambahan : telinga nyeri , terasa penuh dan seperti ada cairan , demam serta
penurunan pendengaran.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Poli THT RSUD Kabupaten Bekasi dengan keluhan keluar cairan
dari telinga kanan sejak 5 hari yang lalu. Cairan yang keluar dari telinga berwarna
kuning dan tidak berbau. Cairan yang keluar dari telinga biasanya keluar setelah
pasien selesai mandi.
Pasien juga mengaku mengalami demam beberapa hari ini sejak keluar cairan dari
telinga kanan. Sejak keluarnya cairan pasien merasakan telinga kanannya mengalami
penurunan pendengaran. Pasien mengaku mengalami nyeri pada telinga, terasa penuh,
dan seperti ada cairan. Riwayat batuk pilek dan bersin bersin disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengaku pernah menderita keluhan yang sama
pada telinga kanannya sejak 1 tahun yang lalu. Telinga pasien keluar cairan berwarna
kuning, terasa nyeri dan penuh. Pasien sudah beberapa kali kontrol ke poli THT
RSUD Kabupaten Bekasi.
3

Riwayat Penyakit Keluarga : Menurut pasien tidak ada keluarga yang mempunyai
keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Kebiasaan : Pasien mengaku kadang membersihkan telinganya dengan
tangan sendiri. Pasien mengaku suka minum es krim.

III. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran

: Kompos Mentis

Nadi

: 88x/m

Status Lokalis
Pemeriksaan telinga
No.

1.

2.

3.

4.

Pemeriksaan

Kanan

Telinga

Kiri

Nyeri tekan ()

Nyeri tekan (-)

Edema (-)

Edema (-)

Bentuk dan ukuran dalam

Bentuk dan ukuran dalam

batas normal

batas normal

Hematoma (-)

Hematoma (-)

Serumen (-)

Serumen (-)

Liang

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Telinga

Edema (-)

Edema (-)

Otorhea (+)

Otorhea (-)

Releks cahaya (-)

Refleks cahaya (+)

Retraksi (-)

Retraksi (-)

Membran

Bulging (-)

Bulging (-)

Timpani

Hiperemi (+)

Hiperemi (-)

Edema (-)

Edema (-)

Perforasi (+) sentral

Perforasi (-)

Tragus

Daun
Telinga

Test
Pendengaran
Rinne

(+)

(+)

Weber

Lateralisasi ke arah sakit

Tidak ada lateralisasi

Schwabach

Memanjang

Sama dengan pemeriksa

Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan

Hidung kanan

Hidung

Hidung Luar

Hidung kiri

Bentuk simetris

Bentuk simetris

Hiperemi (-)

Hiperemi (-)

Nyeri tekan (-)

Nyeri tekan (-)

Deformitas (-)

Deformitas (-)

Rinoskopi anterior
Cavum Nasi

Lapang, hiperemis (-)

Lapang, hiperemis (-)

Konka

Eutrofi , merah muda

Eutrofi , merah muda

Septum Nasi

Tidak deviasi

Tidak deviasi

Massa tumor

Tidak ada

Tidak ada

Secret

Tidak ada

Tidak ada

Rhinoskopi Posterior : tidak dilakukan

Pemeriksaan Tenggorokan
Faring
Arkus faring

hiperemis

Uvula

Ditengah, tidak deviasi

Dinding Faring

hiperemis

Tonsil

T1-T1, hiperemis
5

Laring : tidak dilakukan

IV.

Diagnosis
Otitis media supuratif kronik Auricula Dekstra fase aktif

V.

Diagnosis Banding :
Otitis media akut Auricula Dekstra

VI.

Usulan Pemeriksaan
-

Foto rontgen mastoid

Test audiometri nada murni

Kultur uji sensitivitas

VII.

Penatalaksanaan

Levofloxacin 2x500mg

Cetrizin 1x1tablet

Paracetamol 3x500mg

Cuci telinga dengan H2O2

KIE :

Pasien dianjurkan untk tidak mengorek-ngorek liang telinga

Pasien diberitahukan untuk menjaga telinga agar tidak kemasukan


air,tidak minum dingin, dan tidak makan pedas

VIII. Prognosis

DISKUSI KASUS
Pasien
Keluar cairan berwarna kuning

OMSK
Otorrhoe, sekret yang bersifat mukoid (seperti
air dan encer) seringkali sebagai reaksi iritasi
mukosa telinga tengah oleh perforasi membran
timpani dan infeksi. Biasanya hilang timbul
6

Demam
Berkurangnya pendengaran

Gangguan penengaran biasanya dijumpai tuli


konduktif

Sejak 1 tahun lalu menderita penyakit yang

Salah satu etiologi OMSK dimana terjadinya

sama

OMSK merupakan kelanjutan dari OMA/OME.


Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah
keterlambatanya terapi yang diberikan, terapi
yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi
dan daya tubuh pasien yang rendah dan juga
higiene yang buruk.

Sering minum es krim

Faktor predisposisi terjadinya OMSK

Pada pemeriksaan telinga kanan ditemukan

Tanda OMSK sudah jelas

pada liang teling ditemukan sekret (+)


berwarna kuning, pada membran timpani
terlihat hiperemi (+) dan ditemukan
perforasi (+) sentral
Pada test pendengaran ditemukan test rinne

Terjadi tuli konduksi

+/+, tes weber lateralisasi ke arah kanan


dan test schwabach memanjang
Pada pemeriksaan tenggorokan terlihat

Sedang terjadi peradangan yang memicu terjadi

hiperemis

OMSK
TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan
Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari 2
bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga tengah
dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisa encer atau kental, bening atau berupa
nanah. Otitis media supuratif kronik (OMSK) didalam masyarakat Indonesia dikenal
dengan istilah congek, teleran atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK
menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh
sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah
7

terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna
seperti labirinitis, meningitis, abses otak yang dapat menyebabkan kematian. Kadangkala
suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe bening pun dapat
menyebabkan suatu komplikasi.1
Di seluruh dunia prevalensi OMSK 65330 juta jiwa, 60% (39200 juta jiwa)
mengalami gangguan pendengaran yang sangat klinis bermakna. Diperkirakan 28000
mengalami kematian dan < 2juta mengalami kecacatan; 94% terdapat di negara
berkembang. Prevalensi OMSK di Indonesia secara umum adalah 3,8%.12 Pasien OMSK
merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT RS Dr Sardjito
Yogyakarta tahun 2004.2
Pada dasarnya keberhasilan pengobatan penyakit infeksi bakteri dengan antibiotik
merupakan hasil akhir dari 3 komponen, yaitu penderita, bakteri dan antibiotika. Hal ini
disebabkan karena penyakit infeksi bakteri adalah manifestasi klinik dari interaksi antara
penderita dan bakteri. Adapun untuk pengobatan infeksi dibutuhkan antibiotika yang
tepat dan daya tahan tubuh penderita itu sendiri. Memilih antibiotika yang tepat dapat
dilakukan berdasarkan sekurang-kurangnya mengetahui jenis bakteri penyebab penyakit
dan akan lebih baik lagi apabila disertai dengan adanya hasil uji kepekaan pemeriksaan
mikrobiologi. Ketidak patuhan penderita dalam perawatan, kuman yang resisten, bentuk
anatomi telinga, adanyakomplikasi, menyebabkan kesulitan dalam hal pengobatan dan
perawatan penderita OMSK.3

I.

Anatomi Telinga Tengah


Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batasnya adalah sebagai berikut4:
-

Batas luar: membrane timpani

Batas depan: tuba eustachius

Batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis)

Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis

Batas atas: tegmen timpani (meningen/otak)

Batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal,


kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window)
dan promontorium.
8

Telinga terngah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membrane timpani
dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat didalamnya beserta
penunjangnya, tuba eustachius dan system sel-sel udara mastoid. Bagian ini dipisahkan
dari dunia luar oleh suatu membrane timpani dengan diameter kurang lebig setengah
inci.5
Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinnga. Bagian atas disebut pars flaksida
(membrane shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrane propria). Pars
flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan
bagian dalam dilapisi olehsel kubus bersilia, seperti sel epitel saluran napas. Pars tensa
mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagendan
sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian
dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah bawah yaitu
pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan.
Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan
prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga
didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk
menyatakan letak perforasi membrane timpani.
Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari
luar kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah
saling berhubungan. Prosesus longus melekat pada membrane timpani, maleus melekat
pada inkus, dan inkus melakt pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea. Hibungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan
persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah
nasifaring dengan telinga tengah.4

Gambar 1. Anatomi Telinga


II.

Definisi
Yang disebut dengan otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis ditelinga

tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus menerus atau hilang timbul. Sekret yang keluar mungkin encer atau kental, bening
atau berupa nanah. Otitis media akut dengan perforasi membran timpani dapat menjadi
otitis media supuratif kronis bila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi
kurang dari 2 bulan, disebut sebagai otitis media supuratif subakut.1

III.

Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,

jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius.
Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada
anak dengan cleft palate dan Downs syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan
refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika
Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah
defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cellmediated ( seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai
sekresi telinga kronis.3
Penyebab OMSK antara lain3:
1.

Lingkungan
10

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi,
dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi
sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet,
tempat tinggal yang padat.
2.

Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK
berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik.
Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum
diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.

3.

Otitis media sebelumnya.


Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media
akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang
menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan
kronis.

4.

Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak
bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur
yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gramnegatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya.

5.

Infeksi saluran nafas atas


Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas.
Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya
daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga
tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.

6.

Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap
otitis media kronis.

7.

Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding
yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi
11

terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini
belum terbukti kemungkinannya.
8.

Gangguan fungsi tuba eustachius.


Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi
apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui.
Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi
fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin
mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap
pada OMSK :

Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan


produksi sekret telinga purulen berlanjut.

Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan


pada perforasi.

Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui


mekanisme migrasi epitel.

Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan


yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah
penutupan spontan dari perforasi.

IV.

Patofisiologi
Disfungsi tuba Eustachius merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga

tengah ini (otitis media, OM).1


Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan
akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan
tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi
tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan
posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak
akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM
daripada dewasa.

12

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring
melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari
telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan
pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit,
dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi
tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran
sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin
kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan
terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.
Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu
lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium
dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai
sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah.
Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke
bentuk lapisan epitel sederhana.
Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah yang tidak
normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga tengah, keadaan
tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada waktu bayi.6

V.

Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe
benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna).
Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tipe aktif dan
OMSK tenang. OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum
timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang adalah yang keadaan kavum timpaninya
terlihat basah atau kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral. Umumnya OMSK tipe aman
jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat
kolesteatoma. Kolesteatom adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin).
13

Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai dengan
kolesteatom. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang.
Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat
juga kolesteatom pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang
berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya.1
Bentuk perforasi membran timpani adalah1 :
1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior,
kadang-kadang sub total.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.
Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total.
Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.

VI.

Gejala Klinis 3
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas
kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan
yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.
Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat
disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar
setelah mandi atau berenang.
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret
yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma
dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,
mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang
14

bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga
dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang
encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya
dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan
pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena
daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif
ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20
db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan
fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih
dari 30 db.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya
rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai
penghantar

suara

sehingga

ambang

pendengaran

yang

didapat

harus

diinterpretasikan secara hati-hati.


Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan
berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen
rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya
labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat
menggambarkan sisa fungsi kohlea.

3. Otalgia ( nyeri telinga)


Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan
suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya
drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin
oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang
15

komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus


lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat
perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif
keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang
akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.
Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.
Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan
yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan
mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin
berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK
dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif
pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga
tengah.

VII.

Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:1,3,6

1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang
paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret di liang telinga yang pada
tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous), tidak
berbau busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih sedikit,
berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka
sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan
keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.
2. Gejala klinis

16

Ada beberapa gejala klinis yang menyebabkan pasien berobat ke pelayanan


kesehatan, antara lain:
-

Telinga berair (otorrhoe), sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid
(seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan.

Gangguan pendengaran, ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang


pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat
campuran.

Otalgia (nyeri telinga), nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila
ada merupakan suatu tanda yang serius.

Vertigo, vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.

3. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi
dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
4. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran
tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan
untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai
speech reception threshold pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki
pendengaran.
Pemeriksaan penala adalah pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya
gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran
dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur (speech
audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked responce audiometry) bagi
pasien anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni.

5. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schller berguna untuk
menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif
menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.
6. Pemeriksaan bakeriologik dengan media kultur pada OMSK

17

Identifikasi kuman didasarkan pada morfologi koloni kuman yang tumbuh pada
media kultur (agar darah) dan uji biokimia. Identifikasi bakteriologik dalam tubuh
manusia (dalam hal ini sekret telinga penderita OMSKBA) masih mengandalkan
teknik kultur murni.
7. Pemeriksaan penunjang lain berupa uji resistensi kuman dari sekret telinga.

VIII.

Penatalaksanaan 1
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang.

Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain
disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan yaitu: adanya perforasi membran timpani
yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar; terdapat sumber
infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal; sudah terbentuk jaringan
patologik yang irreversibel dalam rongga mastoid dan ; gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konserfatif atau dengan medikamentosa.
Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa
larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan
ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap ampisilin) sebelum hasil tes
resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai penyebebnya telah resisten terhadap
ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2
bulan maka idealnya dilakukan meringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan
untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang
perforasi, mencegah terjadinya komplikasi dan kerusakan pendengaran yang lebih berat,
serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga
perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi,
bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat adalah dengan melakukan
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medika
mentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila
18

terdapat abses periosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri
sebelum mastoidektomi.
Untuk mencapai hasil terapi antimikroba yang optimal pada OMSK, harus
dilakukan isolasi kuman penyebab dan uji kepekaan terhadap antimikroba. Meskipun
demikian, tidak semua OMSK berhasil diatasi dengan terapi antimikroba, walaupun
terapi yang diberikan telah sesuai dengan uji kepekaan.7

IX.

Komplikasi
Komplikasi OMSK dapat dibagi atas:1,5,6
1. Komplikasi intratemporal (komplikasi ekstrakranial) terdiri dari parese n. Fasial
dan labirinitis.
2. Komplikasi ekstratemporal (komplikasi intrakranial) terdiri dari abses ekstradural,
abses subdural, tromboflebitis sinus lateral, meningitis, abses otak, hidrosefalus
otitis.
Pada radang telinga tengah menahun ini walaupun telinga berair sudah bertahun-

tahun lamanya telinga tidak merasa sakit, apabila didapati telinga terasa sakit disertai
demam, sakit kepala hebat dan kejang menandakan telah terjadi komplikasi ke
intrakranial.

19

Daftar Pustaka

1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI,
Jakarta. 2006: p. 64-77.
2. Christanto, A. et al. Pendekatan Molekuler (RISA) untuk Membedakan Spesies
Bakteri Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Aktif. Cermin Dunia Kedokteran
No. 155, 2007
3. Nursiah, S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap
Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP. H. Adam Malik Medan.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003
4. Soetirto, I. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi, E, et al, Ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai
Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006: p.10-22
5. Ballenger JJ. Penyakit Telinga Kronis. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed.13 Jilid Satu. Binarupa Aksara, Jakarta. 1994:
p. 392-412.
6. Aboet, A. Radang Telinga Tengah Menahun. Universitas Sumatera Utara:
Medan.2007
7. Boesoirie, TS dan Lasminingrum. Perjalanan Klinis dan Penatalaksanaan Otitis
Media Supuratif. Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL. Fakultas Kedokteran
UNPAD/RSUP

dr.Hasan

Sadikin

Bandung.

2009.

Diakses

dari

http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13 pada 20 september


2010.

20

Vous aimerez peut-être aussi