Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Abstraksi
Analisis stratigrafi berdasarkan data log merupakan kunci untuk eksplorasi dan eksplotasi
sumberdaya geologi terutama airtanah dan petroleum. Karya ilmiah ini disusun untuk
menjelaskan tentang bagaimana analisis stratigrafi dengan menggunakan data log dilakukan.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data gamma ray (GR) dan spontanous potential
(SP) dari sumur EM Price River Coal. Interpretasi dilakukan dengan melihat pola pada kurva GR
dan SP kemudian dilakukan analisis stratigrafi untuk melihat reservoar potensial.
Kata kunci: analisis, data, log, stratigrafi
1. Pendahuluan
Airtanah
dan
petroleum,
merupakan
sumberdaya
geologi
yang
Data log merupakan kurva yang diperoleh dari pengukuran lubang bor
(logging) yang menggambarkan variasi sifat batuan (Boggs, 2006) yang bisa
digunakan untuk interpretasi geologi (Catuneanu, 2006), misalnya resistivitas,
transmisivitas gelombang sonic, serta emisi material radioaktif pada batuan.
Variasi dari sifat batuan tersebut menunjukkan perubahan litologi, mineralogi,
kandungan fluida, porositas (Boggs, 2006), dan korelasi stratigrafi (Catuneanu,
2006).
Berdasarkan Boggs (2006), data log yang sering digunakan secara umum
adalah Electric Log, Gamma Ray Log, Sonic Log, dan Formation Density Log.
Electric Log merupakan data log yang berisi sifat kelistrikan dari batuan.Gamma
Ray Log merupakan data log yang berisi radiasi gamma alami pada batuan. Sonic
Log merupakan data log yang berisi variasi kecepatan suara saat menembus
batuan.
litologi, geokimia, serta magnetisme batuan. Tipe data log, sifat yang diukur,
satuan dan interpretasi geologi secara lebih detail dideskripsikan oleh
Catuneanu (2006) pada Gambar 1.
Gambar 1. Deskripsi tipe data log, sifat yang diukur, satuan, dan interpretasi gelogi
(Catuneanu, 2006)
berdasarkan data bor yang ada dengan tingkat kesalahan yang bisa ditolerir.
Contoh korelasi adalah saat pengeboran diperoleh lapisan air asin dan data log
pada lapisan tersebut menunjukkan nilai resistivitas yang rendah, pada sekitar
lubang bor tersebut berdasarkan pengukuran geofisika diperoleh lapisan yang
memiliki nilai resistivitas yang rendah pada kedalaman yang sama maka lapisan
tersebut bisa diinterpretasi sebagai lapisan air asin (Boggs, 2006). Contoh lain
dari interpretasi data log adalah pada sumur diperoleh bahwa pasir memiliki
gamma ray yang rendah, sedangkan lempung memiliki gamma ray yang tinggi,
pengukuran geofisika pada area disekeliling sumur menunjukkan nilai gamma
ray yang rendah sehingga bisa diinterpretasi bahwa daerah tersebut tersusun
oleh material pasir (Middleton, 2003).
Gambar 2. Korelasi gamma ray (GR) dan data bor (Van Wagoner et al., 1990)
3|P a g e
pattern
merupakan
produk
dari
perubahan
Siklus dari
sistematis
rasio
accomodation space dan suplai sedimen (Van Wagoner et al., 1990; Sonnenfeld &
Cross, 1993; Sonnenfeld, 1996; dalam Middleton, 2003).
Pada dasarnya terdapat tiga macam stacking pattern (Van Wagoner et al.,
1990; dalam Middleton, 2003) yaitu progradasi, retrogradasi, dan agradasi
(Gambar 3). Progradasi adalah stacking pattern yang terbentuk saat
accomodation space < dari suplai sedimen. Retrogradasi merupakan stacking
pattern yang terbentuk saat accomodation space > suplai sedimen. Agradasi
adalah stacking pattern yang terbentuk saat accomodation space = suplai
sedimen.
c. System tracts
System tracts merupakan unit stratigrafi genetis yang menggabungkan
strata yang terdeposisi dalam suatu sistem sedimen dispersal yang serempak.
Sistem sedimen dispersal merupakan sistem yang menggambarkan bagaimana
sedimen terdistribusi dalam basin berada dalam kondisi stabil selama proses
sedimentasi beralngsung. Sistem tracts dibatasi oleh stacking pattern yang
spesifik, berkaitan erat dengan perubahan garis pantai, dan respon sedimen
akibat interaksi antara suplai sedimen, fisiografi, energi pengendapan, dan
perubahan accomodation space (Catuneanu, 2006).
System tracts terbagi menjadi empat yaitu low stand (sedimen terdeposisi
pada kondisi surut laut hingga awal genang laut mulai terjadi), transgressive
(sedimen terdeposisi saat proses genang laut terjadi), high stand (sedimen
terdeposisi pada kondisi genang laut), dan shelf-margin systems tracts (sedimen
terdeposisi saat terjadi proses surut laut) (Vail, 1987; Vail, 1988; Posamentier et
al., 1988; dalam Catuneanu, 2006; Boggs, 2006). System tracts tersebut
didefinisikan
berdasarkan
fluktuasi
eustasi.
Saat
faktor
tektonika
6|P a g e
d. Reservoar Potensial
Potensi batuan terdapatnya lapisan yang menjadi reservoar pada suatu
stratigrafi ditinjau dari dua aspek yaitu aspek hidrogeologi dan aspek petroleum.
Kedua aspek tersebut melihat prospek sumberdaya geologi dalam sudut
pandang yang berbeda walaupun kedua aspek tersebut memiliki kriteria yang
sama tentang reservoar yang baik (Selley, 2000). Kriteria lapisan batuan yang
merupakan reservoar yang potensial dari sudut pandang hidrogeologi dan
petroleum adalah lapisan porus dan permabel atau memiliki porositas dan
permeabilitas yang tinggi (Bjrlykke, 2010; Fetter, 2001; Hiscock, 2005). Kedua
sudut pandang tersebut berbeda saat berkaitan dengan proses pengisian fluida
dalam lapisan batuan tersebut.
Berdasarkan sudut pandang hidrogeologi, sumber airtanah dapat
terbentuk saat dibawah lapisan yang porus dan permeabel terdapat suatu
lapisan impermeabel (impervious rock) yang menahan air agar tidak mengalami
perkolasi (Fetter, 2001; Hiscock, 2005; Selley, 2000). Menurut pandangan
petroleum, sumber petroleum dapat terbentuk saat diatas lapisan yang porus
dan permeabel terdapat suatu lapisan impermeabel (cap rock/seal rock) yang
menahan petroleum agar terjebak dan terakumulasi serta tidak lepas ke
permukaan (Bjrlykke, 2010; Selley, 2000). Stacking pattern yang menunjukkan
progradasi merupakan reservoar yang potensial bagi petroleum karena
mengakomodir terbentuknya cap rock, sedangkan stacking pattern yang
retrogradasi
merupakan
reservoar
potensial
bagi
airtanah
karena
memiliki sifat yang semakin mendekati material shale. Semakin kecil nilai GR, pola
kurva akan semakin melengkung ke arah kiri yang berarti material memiliki sifat
yang mendekati material pasir atau karbonatan (Asquith & Gibson, 1982). Pola
kurva SP yang lurus menunjukkan bahwa material adalah shale sedangkan pola SP
yang mengalami defleksi (defleksi negatif maupun positif) menunjukkan bahwa
terdapat zona permeabel (Asquith & Gibson, 1982). Interpretasi data log ini
menggunakan asumsi bahwa resistivitas dari mud filtrate jauh lebih besar dari
resistivitas air formasi (Rmf >>> Rw) karena tidak tersedianya data perbandingan
antara resistivitas mud filtrate (Rmf) dan air formasi (Rw).
Gambar 5. Data Log dari SOLAR pada sumur EM Price River Coal, Utah, USA.
8|P a g e
tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pada kedalaman 200 hingga 75 ft,
material yang dominan adalah material berbutir kasar dan permeabel. Pada
kedalaman 75 ft hingga 20 ft defleksi pada kurva SP secara tidak signikan kembali
terjadi yang menunjukkan material yang cenderung bersifat impermeabel. Data dari
kurva GR
b. Stacking Pattern
Stacking pattern dari hasil interpretasi data log (Gambar 6) terbagi
menjadi 5 fase dari lapisan bawah ke lapisan atas yaitu fase retrogradasi
(bawah), progradasi (bawah), aggradasi, retrogradasi (atas), progradasi (atas).
Fase retrogradasi yang pertama atau retrogradasi bawah terjadi paling tua dan
dicirikan oleh terbentuknya endapan berbutir sangat halus dan berbutir halus
yang tebal pada kedalaman 400 hingga 360 ft. Fase selanjutnya adalah fase
progradasi yang dicirikan oleh terendapkannnya material yang memiliki trend
10 | P a g e
11 | P a g e
ukuran butir semakin besar. Fase ini terjadi pada kedalaman 360 hingga 215 ft.
Fase selanjutnya adalah fase agradasi dimana terbentuk perselingan endapan
material berbutir kasar dan berbutir sedang dengan trend ketebalan yang sama
pada kedalaman 215 hingga 75 ft. Fase retrogradasi kedua (atas) terjadi dengan
terbentuknya perselingan endapan dengan butir sedang hingga sangat halus
pada kedalaman 75 ft hingga 40 ft. Fase progradasi atas yang merupakan fase
akhir terjadi dengan terbentuknya endapan material berbutir sedang hingga
kasar pada kedalaman kurang dari 40 ft.
d. System tracts
System tracts pada data log dari bawah ke atas terdiri atas high stand,
shelf-margin (bawah), low stand, transgressive, dan shelf-Margin (atas) (Gambar
6). High stand terdapat pada kedalaman 400 hingga 365 ft, endapan yang
terbentuk adalah material berbutir sangat halus dan material berbutir halus,
dengan dominasi material berbutir sangat halus yang tebal. Terbentuknya
endapan berbutir sangat halus yang tebal menunjukkan kondisi arus yang
tenang yang tercapai saat pengendapan terjadi pada kondisi genang laut. Shelfmargin bagian bawah terdapat pada kedalaman 365 hingga 310 ft. Terbentuk
endapan berbutir halus yang tebal dengan sisipan endapan berbutir sedang dan
endapan berbutir sangat halus. Terbentuknya endapan tersebut menunjukkan
bahwa proses surut laut mulai terjadi dengan mulai terbentuknya endapan
berbutir sedang dan mulai menipisnya endapan berbutir sangat halus. Low stand
terdapat pada kedalaman 310 hingga 70 ft. Terdapat perselingan endapan
berbutir kasar hingga halus dengan ketebalan yang bervariasi dengan trend
dominasi dari material berbutir sedang hingga kasar. Terdapatnya endapan
tersebut menunjukkan kondisi bahwa endapan terbentuk pada saat surut laut.
Transgressive terbentuk pada kedalaman 70 hingga 40 ft. Hal tersebut
dicirikan dengan terbentuknya perselingan tipis dari material berbutir sedang
hingga sangat halus, dengan trend ke arah material yang semakin berukuran
halus. Perselingan yang tipis ke arah material yang lebih halus menunjukkan
bahwa material terendapkan pada saat proses genang laut mulai terjadi. Shelfmargin bagian atas terdapat pada kedalaman kurang dari 40 ft yang dicirikan
oleh perselingan tipis material dengan besar butir sangat halus hingga kasar,
dengan trend ke arah material yang berbutir lebih kasar. Trend ke arah material
yang berbutir kasar dengan lapisan perselingan yang tipis menunjukkan kondisi
pengendapan material saat proses surut laut mulai terjadi.
13 | P a g e
e. Reservoar Potensial
Airtanah
Berdasarkan analisis data log (Gambar 6) reservoar potensial untuk
air tanah terbagi menjadi 2 yaitu reservoar untuk airtanah dangkal (shallow
groundwater/SGW)
dan
reservoar
untuk
airtanah
dalam
(deep
Petroleum
Reservoar yang baik menurut kriteria petroleum terdapat pada lebih
dari 390 ft (Gambar 6). Reservoar tersebut dicirikan oleh defleksi kurva SP
yang menunjukkan terdapatnya lapisan yang permeabel. Lapisan permeabel
tersebut terletak dibawah lapisan impermeabel yang tebal yang sangat cocok
menjadi cap rock (CR). Selain itu berdasarkan stacking pattern lapisan
dibawah 400 ft kemungkinan memiliki pola retrogradasi dengan lapisan
berbutir sangat halus yang tebal dan permeabel. Melihat kenampakan secara
menyeluruh stacking pattern pada data log maka dapat diperkirakan bahwa
dibawah lapisan dengan pola retrogradasi terdapat lapisan progradasi yang
14 | P a g e
Data perbandingan nilai resistivitas mud filtrate (Rmf) dan air formasi (Rw),
data ini sangat berguna untuk membantu interpretasi data SP agar lebih
akurat.
Data borcore untuk korelasi dengan data GR dan SP.
15 | P a g e
8. Daftar Pustaka
Asquith, G. B., & C. R. Gibson. (1982). Basic Well Log Analysis for Geologist. Oklahoma:
AAPG.
Bjrlykke, K. (2010). Petroleum Geoscience: From Sedimentary Environment to Rock
Physics. Oslo: Springer.
Boggs, S. Jr. (2006). Principles of Sedimentology and Stratigraphy, 4th Edition. New
Jersey: Pearson Prentice Hall.
Campion, K. (2011). Strategies for Well Log Correlation within a Sequence
Stratigraphic Framework: Is the Gain Worth the Pain?. Recovery, CSPG CSEG
CWLS Convention, p. 1-5.
Catuneanu, O. (2006). Principles of Sequence Stratigraphy. Amsterdam: Elsevier.
Delleur, J. W. (1999). The Handbook of Groundwater Engineering. Boca Raton: CRC
Press LCC.
Fetter, C. W. (2001). Applied Hydrogeology, 4th Edition. New Jersey: Pearson Prentice
Hall.
Hiscock, K. M. (2005). Hydrogeology, Principles and Practice. Oxford: Blackwell
Publishing.
Middleton, G. V. (2003). Encyclopedia of Sediments and Sedimentary Rocks. Boston:
Kluwer Academic Publishers.
Selley, R. C. (2000). Applied Sedimentology. San Diego: Academic Press.
Sheriff, R. E. (2002). Encyclopedic Dictionary of Applied Geophysics. Houston: SEG.
Van Wagoner, J. C., & R. M. Mitchum, K. M. Campion, V. D. Rahmanian. (1990).
Siliciclastic Sequence Stratigraphy in Well Logs, Cores, and Outcrops: Cncept for
High Resoluiton of Time and Facies. Oklahoma: AAPG.
16 | P a g e