Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
p o t e n si a l me mb r an i n i d ip e r lu k a n e n e rg i d a n b a n t u an e n z im N A , K , A T P
y a n g t e r d a p a t p a d a permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat
diubah dengan perubahan konsentrasi iondiruang extra selular, rangsangan yang
datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawiatau aliran listrik dari
sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendirikarena
penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruht u b u h
d i b a n d in g d e n g an o r a n g d e w a s a 1 5 % . D an k a re n a it u p ad a an a k t u b u h
d a p a t mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion
K+maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya
muatanlistrik.Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh selmaupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung
singkat padaumumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.
T e t a p i k e j a n g ya n g b e r l a n gs u n g l a m a l e b i h 1 5 m e n i t b i a s a nya d i s e r t a i a p n e a ,
N A meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya
terjadihipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.c. Manifestasi klinik Terjadinya bangkitan
kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikansuhu badan yang tinggi
dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat : misalnya tonsilitis,
otitis media akut, bronkhitis, serangan kejang biasanya terjadidalam 24 jam pertama sewaktu
demam berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonikklonik.K e j a n g b e r h e n t i s e n di r i , m e n gh a d a p i p a s i e n d e n ga n ke j a n g d e m a m , m u
n gk i n t i m bu l p e r t a nya a n s i f a t k e j a n g/ ge j a l a ya n g m a n a k a h ya n g m e n ga k i b a t k
a n a n a k m e n d e r i t a epilepsy.untuk itu livingston membuat kriteria dan membagi
kejang demam menjadi 2 golongan yaitu :1. Kejang demam sederhana (simple fibrile
convulsion)2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam epilepsi trigered off
fever D i s u b b a g i a n a n a k F K U I , R S C M J a k a r t a , K r i t e r i a L i v i n g s t o n e t e r
s e b u t s e t e l a h dimanifestasikan di pakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis
kejang demamsederhana, yaitu :1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun2. Kejang
berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit.3. Kejang bersifat umum,Frekuensi
kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4 kali4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah
timbulnya demam5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang
normal6 . P e m e r i k s a an E E G ya n g d i b u a t s e d i k i t n ya s e m i n g g u s e s u d a h s uh u n o r
m a l t i d a k menunjukkan kelainan.
3. Klasifikasi kejang
Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perub ahan tonus badan dan
tungkaidapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik
dan kejangmioklonik.a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah
denganm a s a k e h a m i l a n k u r a n g d a r i 3 4 m i n ggu d a n b a yi d e n g a n k o m p l i k a s i
p r e n a t a l b e r a t . Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik
segerauntuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut.Penatalaksanaan Umum terdiri dari :a.
Mengawasi bayi dengan teliti dan hati-hati b. Memonitor pernafasan dan denyut jantungc.
Usahakan suhu tetap stabild. Perlu dipasang infus untuk pemberian glukosa dan obat laine.
Pemeriksaan EEG, terutama pada pemberian pridoksin intravenaBila etiologi telah diketahui
pengobatan terhadap penyakit primer segera dilakukan. Bilaterdapat hipogikemia, beri
larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 4 ml/kg BB secaraintravena dan perlahan
kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa 10 % sebanyak 60
80 ml/kg secara intravena. Pemberian Ca
g l u k o s a h e n d a k n y a d i s e r t a i d e n g a n monitoring jantung karena dapat menyebabkan
bradikardi. Kemudian dilanjutkan
dengan p e r o r a l s e s u a i k e b u t uh a n . B i l a s ec a r a i n t r a v e n a t i d a k m u n gk i n , b e r i k a
n l a r u t a n C a glukosa 10 % sebanyak 10 ml per oral setiap sebelum minum susu.Bila kejang
tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50%Mg SO4 dengan
dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 6 ml. Hati-hati terjadi
hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppyinfant dapat muncul.
P e n g o b a t a n d e n g an a n t i k o n vu l s an d ap a t d i mu l ai b i la g an g gu a n me t a b o l i k se
p e r t i hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk
bayi baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel
yangrusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang rusak karena
asfiksiadan anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg . kg BB IV berikan dalam 2
dosisselama 20 menit.Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk
memberantas kejang pada BBL dengan alasana. Efek diazepam hanya sebentar dan tidak
dapat mencegah kejang berikutnya b. Pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan
mempengaruhi pusat
pernafasanc . Z a t p e l a r u t d i a z e p a m m e n g a n d u n g n a t r i u m b e n z o a t y a n g d
a p a t m e n g h a l a n g i peningkatan bilirubin dalam darah.6. Pemeriksaan fisik dan
laboratoriuma. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik lengkap meliputi pemeriksaan pediatrik dan
neurologik, pemeriksaanini dilakukan secara sistematis dan berurutan seperti berikut :1)
hakan lihat sendiri manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang
multifokalyang berpindah-pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan
adanya kelainanstruktur otak.2) Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan
berlanjut dengan hipoventilasi,
hentin a f a s, k e j a n g t o n i k , p o s i s i d e s e r e b r a s i , r e a k s i p u p i l t e r h ad a p c ah a y a n e
g a t if , d a n terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya perdarahan
intraventikular.3 ) P ad a k e p a l a a p a k a h t e rd a p at f ra k t u r , d e p r e s i at au mu la s e
k e p a l a b e rl e b i h a n ya n g disebabkan oleh trauma. Ubun ubun besar yang tegang
dan membenjol
menunjukkana d a n y a p e n i n g g i a n t e k a n a n i n t r a k r a n i a l y a n g d a p a t d i s e b a
b k a n o l e h p e n d a r a h a n sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan
kesadaran menurun, perlu dicariluka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel
enterior yang disebabkan karenakesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.4)
Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial
yangmungkin disertai gangguan perkembangan kortex
serebri.5 ) P e m e r i k s a a n f u n d u s k o p i d a p a t m e n u n j u k k a n k e l a i n a n p e r d a
rahan retina ataus u b h i a l o i d ya n g m e r u p a ka n g e j a l a p o t o g o n o m i k
cemas pada perpisahan, protes secara fisik dan menangis, perasaan hilangkontrol
menunjukkan temperamental, menunjukkan regresi, protes secara verbal,
takutterhadap luka dan nyeri, dan dapat menggigit serta dapat mendepak saat
berinteraksi.Permasalahan yang ditemukan yaitu sebagai berikut :a) Rasa takut1) Memandang
penyakit dan hospitalisasi2) Takut terhadap lingkungan dan orang yang tidak dikenal3)
Pemahaman yang tidak sempurna tentang penyakit4) Pemikiran yang sederhana : hidup adalah
mesin yang
menakutkan5 ) D e m o n s t r a s i : m e n a n g i s , m e r e n g e k , m e n g a n g k a t l e n g a n ,
m e n g h i s a p j e m p o l , menyentuh tubuh yang sakit berulang-ulang. b. Ansietas1) Cemas
tentang kejadian yang tidakdikenal2) Protes (menangis dan mudah marah, (merengek)3) Putus
harapan : komunikasi buruk, kehilangan ketrampilan yang baru tidak berminat4) Menyendiri
terhadap lingkungan rumah sakit5) Tidak berdaya6) Merasa gagap karena kehilangan
ketrampilan7) Mimpi buruk dan takut kegelapan, orang asing, orang berseragam dan
yang memberi pengobatan atau perawatan8) Regresi dan Ansietas tergantung saat makan
menghisap jempol9) Protes dan Ansietas karena restrainc. Gangguan citra diri1) Sedih dengan
perubahan citra diri2) Takut terhadap prosedur invasive (nyeri)3) Mungkin berpikir : bagian
dalam tubuh akan keluar kalau selang dicabut
B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS1. Pengkajian
Yang paling penting peran perawat selama pasien kejang adalah observasi kejangnya
dangambarkan kejadiannya. Setiap episode kejang mempunyai karakteristik yang
berbedamisal adanya halusinasi (aura ), motor efek seperti pergerakan bola mata , kontraksi
ototlateral harus didokumentasikan termasuk waktu kejang dimulai dan lamanya
kejang.R i w a ya t p e n ya k i t j u ga m e m e ga n g p e r a n a n p e n t i n g u nt u k m e n gi d e n t i f i k
a s i f a k t o r pencetus kejang untuk pengobservasian sehingga bisa meminimalkan
kerusakan yangditimbulkan oleh kejang.1. Aktivitas / istirahat : keletihan, kelemahan
umum, perubahan tonus / kekuatan otot.Gerakan involunter 2. Sirkulasi : peningkatan
nadi, sianosis, tanda vital tidak normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan3. Integritas ego : stressor eksternal / internal yang berhubungan dengan keadaan dan
atau penanganan, peka rangsangan.4. Eliminasi : inkontinensia episodik, peningkatan
tekanan kandung kemih dan tonusspinkter 5. Makanan / cairan : sensitivitas terhadap
makanan, mual dan muntah yang berhubungandengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan lunak
/ gigi6. Neurosensor : aktivitas kejang berulang, riwayat truma kepala dan infeksi serebra7.
Riwayat jatuh / trauma
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul1 . R e s i k o t i n ggi t r a u m a / c i d e r a b/ d k e l e m a h a n , p e r u ba h a n k e s a d a r a n ,
k e h i l a n ga n koordinasi otot.2. Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d
kerusakan neoromuskular 3. Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh4. Kerusakan
mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan5. Kurang pengetahuan keluarga b/d
kurangnya informasi
3. INTERVENSI
Diagnosa 1Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan
koordinasiotot.TujuanCidera / trauma tidak terjadiKriteria
hasilF a k t o r p e n y e b a b d i k e t a h u i , m e m p e r t a h a n k a n a t u r a n p e n g o b a t a n , m
e n i n g k a t k a n keamanan
lingkunganIntervensiK a j i d e n ga n k e l u a r ga b e r b a ga i s t i m u l us pe n c e t u s k e j a n g. O
b s e r v a s i k e a d a a n um u m , sebelum, selama, dan sesudah kejang. Catat tipe dari
aktivitas kejang dan beberapa kaliterjadi. Lakukan penilaian neurology, tanda -tanda
vital setelah kejang. Lindungi kliendari trauma atau kejang.Berikan kenyamanan bagi klien.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anticompulsanDiagnosa 2Resiko tinggi
terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neuromuskular TujuanInefektifnya
bersihan jalan napas tidak terjadi
Kriteria hasilJalan napas bersih dari sumbatan, suara napas vesikuler, sekresi mukosa
tidak ada, RR dalam batas normalIntervensiObservasi tanda-tanda vital, atur posisi tidur
klien fowler atau semi fowler. Lakukan penghisapan lendir, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapiDiagnosa 3Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu
tubuhTujuanAktivitas kejang tidak berulangKriteria hasilKejang dapat dikontrol, suhu tubuh
kembali normalIntervensiKaji factor pencetus kejang. Libatkan keluarga dalam
pemberian tindakan pada klien.Observasi tanda-tanda vital. Lindungi anak dari
trauma. Berikan kompres dingin pdadaerah dahi dan ketiak.Diagnosa 4Kerusakan mobilitas
fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatanTujuanKerusakan mobilisasi fisik
teratasiKriteria hasilMobilisasi fisik klien aktif , kejang tidak ada, kebutuhan klien
teratasiIntervensiKaji tingkat mobilisasi klien. Kaji tingkat kerusakan mobilsasi klien. Bantu
klien dalam pemenuhan kebutuhan. Latih klien dalam mobilisasi sesuai kemampuan
klien. Libatkankeluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien.
Diagnosa 5Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasiTujuanPengetahuan keluarga
meningkatKriteria hasilKeluarga mengerti dengan proses penyakit kejang demam, keluarga klien
tidak bertanyalagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.IntervensiKaji tingkat
pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien. Jelaskan pada keluarga
klien tentang penyakit kejang demam melalui penkes. Beri kesempatan pada keluarga
untuk menanyakan hal yang belum dimengerti. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
pada klien.
6. EVALUASI
1. Cidera / trauma tidak terjadi2. Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi3. Aktivitas
kejang tidak berulang4. Kerusakan mobilisasi fisik teratasi5. Pengetahuan keluarga meningkat