Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh:
Nama
NIM
: F1D213020
Prodi
: Teknik Geologi
DAFTAR ISI
BAB 1 ....................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................................................. 1
BAB II ....................................................................................................................................................... 2
DASAR TEORI ........................................................................................................................................... 2
A.
F.
G.
Kesimpulan ................................................................................................................................ 37
B.
Daftar Pustaka....................................................................................................................................... 40
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geologi merupakan ilmu mengkaji tentang masalah kebumian,terutama yang
berkaitan dengan gaya dan proses dari bumi yang berpengaruh terhadap kerak bumi.Geologi
juga dapat didefinisikan sebagai limu yang mempelajari planet bumi terutama mengenai
materi penyusunnya,proses yang terjadi pdanya,hasil proses tersebut,sejarah planet itu dan
bentuk-bentuk kehidupan sejak bumi terbentuk.
Seperti halnya ilmu-ilmu lainya,geologi ini memiliki konsep dan metodologi yang
komprehensifsebagai sebuah disiplin ilmu.Oleh karena itu,pengetahuan dan pengalaman
dalam bidang keilmuan mahasiswa sangat diperlukan untuk memperoleh relevansi diantara
ilmu-ilmu lain.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mendefinisikan pengertian geologi sebagai disiplin ilmu.
2. Mahasiwa mampu menjelaskan manfaat ilmu disika,kimia dan biologi sebagai ilmmu
bantu
ilmu geologi.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan sekurang-kurangnya 5 cabang-cabang ilmu yang
mendukung ilmu geologi.
4. Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan berbagai alat yang ada dalam praktikum
geologi.
5. Mahasiswa dapat memahami konsep dan dinamika kedalaman bumi.
6. Mahasiswa dapat membaca dan menafsirkan peta geologidengan baik dan benar
7. Mahasiswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat fisik jenis batuan.
8. Mahasiswa dapat mengidntifikasi dan menentukan jenis fosil.
9. Mahasiswa dapat membuat gambar/bagan bentuk-bentuk deformasi
tektonik.Seperti:patahan/sesar,lipatan,retakan,dll.
10. Mahasiswa dapat mengetahui fenomena-fenomena geosfer yang ada dibumi setelah
mempelajari ilmu geologi.
1
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengenalan Alat
Dalam bidang pengenalan alat diperlukan alat-alat dan bahan pengumpul data
penelitian dan bahan yang ingin diamati. Perkembangan alat dan bahan untuk suatu masalah
telah mengalami perkembangan alat dan bahan untuk suatu masalah telah mengalami
perkembangan yang cepat dan hampir tidak ada seperti kristal batuan,sempel batuan,tiruan
fosil maka perlu jga alat yang berguna untuk meneliti.
Ala-alat geologi sebagai alat ukur fenomena geologi dan media pembelajaran dan
menjunjung kemampuan pemahaman dan keterampilan mahasiswa tentang konsep geologi.
Alat-alat:
1. Peta geologi :
Bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah/wilayah/ kawasan dengan
tingkat kualitas yang tergantung pada skala peta yang digunakan dan menggambarkan
informasi sebaran, jenis dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi dan
potensi sumber daya mineral serta energi yang disajikan dalam bentuk gambar dengan warna,
simbol dan corak atau gabungan Ketiganya.(Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya
Mineral, Nomor 1452 K/10/MEM/2000. 2000)
2. Sampel batuan :
Sampel batuan digunakan untuk mengetahui jenis batuan di bumi
3. Soil Teskid :
Soil Teskid digunakan untuk mengetahui kandungan-kandungan organik, kapur pada
tanah, serta tingkat drainase tanah di suatu tempat.
4.
Kompas Geologi
Alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas
menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat, serta mengukur
kemiringan lereng. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu
dalam bidang navigasi. Dikenal beberapa macam/tipe kompas geologi, antara lain tipe
Kompas Brunton, yang dilengkapi dengan pengukur sudut vertical yang disebut sebagai
clinometer, fungsi kompas tersebut dilengkap antara lain dengan :
axial
Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara
magnet bumi, jadi bukan arah utara sebenarnya.
5. Hand level :
Alat ini digunakan untuk menentukan besar kemiringan suatu lereng dan ketinggian
suatu objek yang dinyatakan dalam skala derajat maupun persen.
6. Palu geologi :
Alat ini digunakan untuk menentukan kekerasan dan tingkat kelapukan batuan. Palu
geologi terbagi menjadi dua jenis yaitu palu pick point dan palu chisel point (batuan
sedimen) cocok digunakan untuk batuan yang sudah di tentukan sesuai dengan
peruntukannya.
a. Palu pick point
Merupakan tipe palu yang mana memiliki salah satu bagian yang runcing. Fungsinya
digunakan untuk tipe batuan yang keras atau padat (massif) misalnya pada batuan beku dan
batuan metamorf.
b. Palu chisel point (batuan sedimen)
Merupakan tipe palu yang mana memiliki salah satu bagian yang pipih.
4
Fungsinya di gunakan untuk mengait perlapisan pada batuan untuk mengait perlapisan pada
batuan. Palu tipe ini biasanya di gunakan untuk tipe yang lunak misalnya pada batuan
sedimen.
7. Pnetrometer :
Alat ini digunakan untuk mengukur daya dukung tanah, biasanya digunakan dalam
menentukan lahan yang akan dibangun gedung-gedung besar. Alat ini terdiri dari dua jenis
yaitu dinamik penetrometer dan static penetrometer. Penetrometer (Dynamic Cone
Penetrometer) pertama kali ditemukan dan telah dikembangkan oleh almarhum Prof.George
F.Penabur pada tahun 1959,alat ini menggunakan bahan bahan yang terbuat dari baja yang
kira kira beratnya sebesar 6,8 kg panjangnya sebesar 153 cm, Dan memiliki kemampuan
untuk melakukan penetrasi kedalam tanah kira kira sebesar 3,8 cm dan memiliki diameter
dari kerucutnya sebesar 450.Selain tu ada juga jenis Penetrometer (Static Cone
Penetrometer), Alat ini pertama kali ditemukan di Belanda, alat ini memiliki diameter
kerucutnya sebesar 600 dan untuk mengukur lahan dengan luas 1,5 cm2 dan dari masa ke
masa peralatan ini semakin berkembang dan semakin canggih. Alat ini dapat dibagi menjadi
tiga kelompok utama, Yaitu
- Penetrometer kerucut mekanis
- Penetrometer kerucut elektris
- Piezocone Penetrometer
5
Alat ini mempunyai kekuatan/gaya dorong dari 20 sampai 200 Kn. Suatu penetrometer terdiri
dari suatu kerucut baja tahan karat lingkar dengan besar sudut sebesar 30 derajat, Suatu poros
penggerak dan suatu alat pengukur tekanan. Penetrometer pada umumnya terdiri dari dua
jenis ukuran kerucut, satu dengan suatu garis tengah dasar 0.798 ( 3/4) inci untuk lahan yang
lembut dan satu lagi dengan suatu garis tengah dasar 0.505 ( 1/2) inci untuk lahan yang
sulit/keras. Ujung/Persenan ukurannya lebih luas dibanding poros penggerak untuk
membatasi friksi batang dengan lahan Poros penggerak pada umumnya lulus tiap-tiap 3 inci
untuk mengijinkan penentuan kedalaman compaction. Alat pengukur tekanan menandakan
adanya tekanan di dalam tanah yang memiliki satuan inci.
8. Timbangan analisis : Untuk mengukur berat tanah dan batuan dan untuk menimbang
bermacam-macam bahan dengan ketelitian sampai beberapa angka dibelakang koma
(minimal 0,1)
9. Tiruan fosil :
Fungsinya untuk mengenal berbaga macam fosil yang ada dibumi. Bagian-bagiannya
adalah fosil hewan, fosil tumbuhan, dan fosil manusia.
Kristal Batuan di gunakan untuk untuk mengetahui batuan Kristal yang ada dibumi.
C. Diagram Blok
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift)
yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam bukunya The
Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua
yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga
melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang
bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa
adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan.
Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja
tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari,
dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa
tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa
arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya
7
a. Masif yaitu jika tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam
tubuhnya.
b. Vesicular yaitu suatu struktur batuan yang ditandai adanya lubang- lubang dengan arah
teratur. Lubang-lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas dari dalam batuan akibat adanya
proses pembekuan.
c. Scoria yaitu struktur seperti vesicular tapi arah lubangnya tidak teratur.
d. Pillow lava yaitu struktur yang dinyatakan pada batuan ekstruksi
tertentu ukurannya antara 10 cm 6 m dan jaraknya berdekatan.
e. Joint yaitu struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tegak lurus arah
aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar joint
f. Amigdaloidal yaitu struktur dimana lubang-lubang tempat keluarnya
gas terisi oleh mineral-mineral sekunder (zeolit, karbonat, silika).
g. Xenolith yaitu struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan
yang masuk/tertanam didalam batuan beku akibat peleburan tidak sempurna
suatu batuan samping di dalam magma yang menerobos.
h. Autobreccia yaitu struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen
dari lava itu sendiri.
Merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus dan tidak dapat
dikenal meskipun dengan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar.
Afanitic : ukuran butir halus (< 1 mm); menunjukkan pembekuan yang cepat
Fanerik : ukuran butir kasar (1->30 mm); menunjukkan pembekuan yang lambat.
Subhedral : Bentuk kristal dan butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang
sempurna.
Anhedral : Bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal tidak sempurna.
D. Hubungan antar kristal
uigranular : Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai ukuran sama besar.
quigranular : Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai ukuran sama besar
Mineral
Dalam magma terdapat bahan-bahan yang larut yang bersifat volatile (gas) dan nonvolatile.
Bahan-bahan non volatile, terutama yang berupa oksida-oksida dalam kombinasi tertentu
merupakan bahan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat berlangsungnya penurunan suhu magma, terjadi proses pengabluran (pembentukan
mineral-mineral).
Berdasarkan warnanya, mineral penyusun batuan beku dapat dibedakan menjadi dua :
1. Mineral Felsik
Mineral-mineral berwarna terang, terutama dari mineral kuarsa, feldspar
(ex : orthoklas, plagioklas,albit) feldspatoid dan muskovit.
2. Mineral Mafik
Mineral-mineral berwarna gelap, terutama biotit, amphibol, piroksen dan
olivine.
3. Mineral Sekunder
10
Klasifikasi Batuan
Pengklasifikasian batuan beku dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Cara yang
paling umum adalah berdasarkan lokasi pembentukkannya dan berdasarkan komposisi
mineralnya.
11
12
2. Batuan karbonat
Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan (>50 %)
terdiri
dari garam-garam karbonat yang secara umum meliputi batugamping dan dolomit.
Batuan karbonat merupakan batuan intrabasinal yang pembentukannya tidak mengalami erosi
dan
transportasi tetapi butiran-butiran karbonat mencerminkan produktivitas organik.
Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu yang berasal dari larutan yang mengalami
proses
kimiawi maupun biokimia pada proses tersebut organisme turut berperan, dapat pula terjadi dari
butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan
pada
tempat lain dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat
yang
lain seperti dalam proses dolomitisasi dimana kalsit berubah menjadi dolomit.
Sedimen klastik
Mengalami transportasi dengan media fluida (air, angin, gletser) sehingga pengendapannya
tidak pada tempat terdapatnya batuan induk.
Contoh : Batupasir, konglomerat
a.
Sedimen organik
Batuan sedimen yang dihasilkan oleh aktivitas organisme, terdapat sebagai sisa
organisme yang biasanya tetap tinggal di tempatnya.
13
KOMPOSISI
Komposisi batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Fragmen Butiran pembentuk batuan yang berukuran paling besar. Fragmen dapat berupa
butiran mineral, batuan atau fosil.
2. Matrik Bagian dari butiran pembentuk batuan yang berukuran lebih kecil dari fragmen.
Biasanya berkomposisi sama dengan fragmen.
3. Semen
: Kalsit, dolomite
: Hematit, limoni
Silisiklastik
Komposisi batuan silisiklastik terdiri atas fragmen, matrik dan semen.
Batuan sedimen klastik tersusun oleh butiran-butiran hasil rombakan atau detrital grains sebagai
pembentuk kerangka utama batuan sedimen.
Matriks yang terdiri dari butiran halus menempati ruang antar butiran, sedangkan mineral
autogenic dan semen terbentuk pada saat diagenesa.
Komposisi mineral yang dominan pada batuan silisiklastik adalah mineral-mineral stabil yang
tahan terhadap proses pelapukan dan transportasi.
Mineral yang sering dijumpai pada batuan sedimen silisiklastik diantaranya adalah kuarsa
sebagai mineral paling stabil, feldspar yang berasal dari batuan induk yang sama dengan
kwarsa, mika dan mineral lempung.
Butiran-butiran tersebut selanjutnya akan diikat oleh semen yang dapat berupa semen silika,
semen karbonat dan oksida besi.
14
Karbonat
Pada dasarnya komposisi batuan karbonat sangat bervariasi tetapi secara umum dapat
dikelompokkan menjadi non skeletal grains, skeletal components, micrite dan cement.
Butiran tersebut merupakan butiran karbonat dan bagian dari sisa organisme yang dibagi
berdasarkan bentuk butir dan ukuran butirnya.
Karena lingkungan pembentukan batuan karbonat yang sangat khas maka detritus asal darat
sangat sedikit bahkan tidak ada dalam batuan karbonat.
TEKSTUR
Menurut Pettijohn (1975) tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan
dengan ukuran dan bentuk butir serta susunannya. Secara umum tekstur batuan sedimen
mencerminkan proses-proses yang terjadi pada saat pengendapan.
>256 mm
Conglomerate
Cobble
64-256 mm
Pebble
2-64 mm
Sand
1/16-2 mm
Sandstone
Silt
1/256-1/16 mm
Siltstone
Clay
<1/256 mm
Shale
15
b.
c.
Menyudut (angular)
b.
c.
d.
Membulat (rounded)
e.
3. Kemas
Menunjukkan hubungan kerapatan antara butiran penyusun dalam batuan sediment.
a.
b.
Pada batuan silisiklastik butirannya akan dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu mulai dari
ukuran yang paling halus hingga paling kasar.
Pada umumnya pembagian ukuran butir pada sedimen klastik menggunakan skala Wentworth
yang selanjutnya akan menjadi dasar penamaan batuan sedimen silisiklastik seperti :
batupasir, batulempung, batulanau dan sebagainya.
Ukuran butir pada batuan silisiklastik akan berhubungan langsung dengan porositas dan
permebilitas batuan karena butiran-butiran tersebut yang membentuk rongga-rongga pori.
klasifikasinya menggunakan parameter tekstur seperti ukuran butir, bentuk butir, sortasi dan
kemas.
Tekstur terutama ukuran butir dalam batuan sedimen silisiklastik akan menunjukkan tingkat
kedewasaan dari sedimen tersebut dan menggambarkan dinamika transportasi sedimen.
16
Nonklastik
A. Sedimen Organik
Pada batuan karbonat klasifikasi yang digunakan berhubungan dengan matrik dan partikel yang
menyusun batuan yang dikenal dengan istilah Allochem, mikrit dan sparit.
Bentuk butir dalam batuan karbonat akan sangat khas jika merupakan unsur dari organisme
seperti cangkang dan fragmen kerangka.
Bentuk butir dalam batuan karbonat akan menunjukkan energi dalam lingkungan
pengendapannya.
Pada batuan karbonat partikel-partikel karbonat dibagi menjadi dua yaitu butiran (>0,02 mm)
dan lime mud (<0,02 mm).
Karena sifatnya yang mudah larut ukuran butir pada batuan karbonat tidak berhubungan
langsung dengan besarnya porositas dan permeabilitas batuan.
Pada batuan karbonat tekstur akan menunjukkan unsur-unsur organik sebagai komponen
karbonat yang terdeposisi.
Unsur-unsur organik yang menyusun batuan karbonat dapat terdiri dari komponen organisme
dengan ukuran kecil hingga besar yang dapat pula menjadi indikasi kedewasaan suatu batuan
karbonat.
B. Sedimen Kimiawi
Pemerian sediment kimiawi meliputi :
a.
Warna batuan
b.
Komposisi
c.
Kilap
d.
Ukuran butir
e.
Mineral
Teksturnya :
a.
Kristalin
b.
Amorf
c.
Gelas
d.
Fibrous
17
STRUKTUR
Struktur batuan sedimen (struktur primer) umumnya tidak banyak yang dapat diamati di
laboratorium karena umumnya mempunyai skala yang cukup besar.
Perbedaan warna
b.
c.
d.
e.
Perbedaan kekompakan
f.
Proses metamorfisme
Batuan mengalami penambahan tekanan (P) atau temperature (T) atau kenaikan P
dan T secara bersamaaan sehingga mengalami perubahan susunan mineraloginya
(susunan kimianya tetap) yang berlangsung dari fase padat ke fase padat tanpa
mengalami fase cair.
Tipe-tipe metamorfisme :
1. Thermal/kontak
2. Dinamo/dislokasi/kataklastik
3. Regional
NON FOLIASI
macam,/kompleks
Banyak mineral baru yang terbentuk akibat mineral baru yang terbentuk akibat perubahan T
perubahan T dan/atau P.
dan/atau P.
banded.
sama.
beragam
sederhana.
Contohnya:
kuarsa-Quartzite
batugamping-Marble
lanau - Hornfels
20
1. Blastoporfiritik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik
2. Blastoopitik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur opitik.
Struktur
Foliasi : mempunyai kenampakan seperti perlapisan akibat adanya penjajaran mineral
1. Slatycleavage
Struktur batuan sabak (slate), seperti schistose tetapi tidak ada perlapisan akibat
pemisahan dari macam-macam mineral (segregation bending).
Contoh: Slate ---> batulempung yang mengalami metamorfosa derajat rendah.
2. Philithic
Struktur pada batuan filit, tingkatnya lebih tinggi dari slate, sudah ada segregation
bending tapi tidak sebagusbatuan berstruktur schistose (foliasi diperlihatkan oleh kepingan
halus mika). Contoh : Philit
3. Schistose
Foliasi nampak secara jelas pada kepingan-kepingan mika, membentuk belahan yang
tidak putus-putus. Contoh : Schist
4. Gneissic
Foliasi oleh mineral-mineral granular dan memperlihatkan belahan-belahan yang tidak
rata. Contoh : gneiss
b. Non Foliasi : tidak nampak adanya penjajaran mineral
1. Hornfelsik
Struktur khas pada batuan hornfels (metamorf thermal) dimana butirannnya tidak
menunjukkan adanya pengarahan.
2. Kataklastik
Struktur yang terdiri dari pecahan-pecahan atau fragmen-fragmen batuan maupun mineral.
3. Milonitik
Sama dengan kataklastik tetapi butirannnya lebih halus dan dapat dibelah-belah seperti
schistose.
21
Rumus Kimia
Kekerasan
Keterangan
Talk
Mg3Si4O10(OH)2
Ditekan jari
Gypsum
CaSO42H2O
Digores kuku
Kalsit
CaCO3
Menggores kuku
Flourit
CaF2
Perunggu
Apatit
Ca5(FCl)(PO4)3
Pisau baja
Ortoklas/Felspar
KAlSi3O8
Kikir
Kuarsa
SiO2
Baja
Topaz
(Al2F)2SiO4
Corundum
Al2O3
Diamond
10
10
Klasifikasi
Contoh
< 2,7
Ringan
Kuarsa
2,7 3,0
Sedang
Mika
3,1 3,3
Berat
Tourmalin
3,4 4,0
Amat berat
Olivin
> 4,0
Teramat berat
Zircon
mineral adalah elemen atau komponen kimiawi yang umumnya kristalin dan terbentuk
sebagai hasil dari proses geologi (Nickel, E. H., 1995).
23
Mineral adalah bahan alam yang umumnya anorganik dengan komposisi kimia dan
kondisi fisik yang tertentu (O' Donoghue, 1990).
Secara umum mineral adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam,
biasanya bersifat padat serta tersusun atas komposisi kimia tertentu. Mineral pada umumnya
anorganik.
klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari Dana, yang
mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya, yaitu:
a.
Unsur (native element), hanya memiliki satu unsur kimia, sifat dalam umumnya mudah
ditempa dan/atau dapat dipintal, seperti emas, perak, tembaga, arsenik, bismuth, belerang,
intan, dan grafit.
b.
Mineral sulfida atau sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan
belerang (S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2), proustit (Ag3AsS3), dll
c.
Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau hidroksil/air dengan satu
atau lebih macam logam, misalnya magnetit (Fe3O4), goethit (FeOOH).
d.
Haloid, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif, seperti Cl,
Br, F, dan I. Contoh mineralnya: halit (NaCl), silvit (KCl), dan Fluorit (CaF2).
e.
Nitrat, karbonat dan borat, merupakan kombinasi antara logam/semilogam dengan anion
komplek, CO3 atau nitrat, NO3 atau borat (BO3). Contohnya: kalsit (CaCO3), niter (NaNO3),
dan borak (Na2B4O5(OH)4 . 8H2O).
24
f.
Sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat, dicirikan oleh kombinasi logam dengan anion sulfat,
kromat, molibdat, dan tungstat. Contohnya: barit (BaSO4), wolframit ((Fe,Mn)Wo4)
g.
h.
Silikat, merupakan mineral yang jumlah meliputi 25% dari keseluruhan mineral yang
dikenal atau 40% dari mineral yang umum dijumpai. Kelompok mineral ini mengandung
ikatan antara Si dan O. Contohnya: kuarsa (SiO2), zeolit-Na (Na6[(AlO2)6(SiO2)30] . 24H2O).
Adalah kesan mineral jika terkena cahaya.
Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua:
1. Idiokromatik
bila warna mineral selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak
tembus cahaya (opak)
Sulfur --------- kuning
2. Alokromatik
bila warna mineral tidak tetap dapat berubah-ubah, tergantung dari material pengotornya.
Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit.
Halite --------- abu-abu, biru, kuning, coklat
Kuarsa --------- violet (amethyst), merah muda, coklat-hitam
V. Belahan (Cleavage)
Adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui bidangbidang belahan yang rata dan licin.
Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.
Kecenderungan mineral untuk memebelah diri pada satu arah tertentu atau lebih dan
membentuk bidang belahan.
Sempurna (perfect), bila bidang belahan sangat rata, bila pecah tidak melalui bidang belahan
agak sukar (kalsit, galena, halite)
b. Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang sempurna, masih dapat pecah pada
arah lain (felspar, diopsit)
c.
Jelas (distinct), bidang belahan jelas, tetapi tidak begitu rata, dapat dipecah pada arah lain
dengan mudah (hornblende, staurolite)
d. Tidak jelas (indistinct), dimana kemungkinanuntuk membentuk belahan dan pecahan akibat
adanya tekanan adalah sama besar (Platina, emas)
e.
Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat tidak rata, sehingga
kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil daripada untuk membentuk pecahan
(apatit, casiterit).
Contoh :
Muscovit dan biotit, mempunyai kecenderungan untuk membelah diri satu arah, dimana
dapat terbelah menjadi lempeng-lempeng tipis.
Kalsit, mempunyai belahan tiga arah yang saling tidak tegak lurus.
pecahan tidak rata (uneven), bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur dan kasar,
misalnya pada garnet;
d. pecahan rata (Even), bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya: mineral lempung;
e.
pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing-runcing,
contohnya mineral kelompok logam murni;
f.
Brittle, mineral mudah hancur menjadi tepung halus (kalsit, kuarsa, hematit)
b. Sectile, mineral mudah terpotong pisau tapi tidak berkurang menjadi tepung (gypsum)
c.
d. Ductile, mineral jika ditarik tambah panjang dan jika dilepaskan tidak kembali seperti semula
(copper, olivine)
e.
f.
Elastic, mineral merenggang jika ditarik dan jika dilepaskan kembali seperti semula
(muscovite, hematite tipis)
Warna kuning pada Pirit bila diasah memberi gores warna hitam
Warna kehitaman pada Hematit bila diasah memberi gores warna merah hati
Paramagnetit (magnetit), mineral mempunyai gaya tarik terhadap magnet (magnetit, pyrotit)
X. Derajat Ketransparanan
Sifat ini tergantung pada kemempuan mineral mentransmisikan cahaya. Dibedakan atas :
a.
Opaque mineral, mineral tdk tembus cahaya meskipun dalam bentuk helaian yang tipis
(logam mulia, belerang)
b. Transparent mineral, mineral tembus pandang seperti kaca biasa (batu-batu kirstal)
c.
Translucent mineral, tembus cahaya taoi tidak tembus pandang (kalsdon, gypsum, opal)
d. Mineral-mineral tidak tembus pandang dalam bentuk pecahan tetapi tembus cahaya pada
lapisan tipis (feldspar, karbonat, silica)
KRISTALOGRAFI
Kristal adalah Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta
menuruti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hokum
geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.
Bahan padat homogen :
a. Tidak termasuk didalamnya cair dan gas
b. Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dengan
proses fisika
A. Geometri kristalografi
28
Sumbu Kristalografi : Suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
Sudut Kristalografi :
B. Sistem kristalografi
Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem didasarkan pada :
1. Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografi
2. Letak atau posisi sumbu-sumbu kristalografi
3. Jumlah sumbu kristalografi
4. Nilai sumbu C atau Sb Vertika
7 Sistem Kristal :
1. Sistem Regulair/isometric/ kubus/kubik/tesseral
* Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
* Masing-masing sumbu sama panjangnya.(sb a = b = c) - Disebut jg sb a
* sudut = =
29
2. Sistem tetragonal/Quadratic
Sb a = b c
Sb a = b -- sb a
Sb c lebih panjang --columnar/panjang
Sb c lebih pendek -- stout/gemuk
sudut = = = 90
Sb a b c
Sb a = b -- sb a
Sb c adalah sumbu terpanjang (sb basal/vertical)
Sb b adalah sb macro
Sb a adalah sumbu terpendek (sb brachy)
sudut = = = 90
4. Sistem heksagonal
Sb a = b = d c
Sumbu a, b, dan d masing-masing saling membentuk sudut 120 satu terhadap yang lain
Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih
panjang).
30
5. Sistem trigonal/rhombohedral
Beberapa ahli memasukkan sistem ini ke dalam sistem heksagonal
Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
Perbedaannya bila pada trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam
kemudian dibuat segitiga degan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik
sudutnya.
6. Sistem monoklin/oblique/clinorombic
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya.
Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b;
b tegak lurus terhadap c,
tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a.
Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama,
umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek.
Sb a b c
Sb a = b -- sb a
Sb a = sb clino
Sb cb = sb ortho
sudut = = 90
90
7. Sistem triklin
Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus.
31
Sb a b c
sudut 90
Demikian juga panjang masing-masing
sumbu tidak sama.
H. Mengidentifikasikan Fosil
*PALEONTOLOGI
2. Pelagos (melayang-layang)
-Planktonik
-Nektonik
32
PLANKTON
1. Formanifera plankton
Susunan kamar pada foraminifera plankton daoat dibagi:
a.Planispera sifat terputar pada satu bidang,semua kamar terlipat,pandanngan serta jumlah
kamar vertal dan dorsal sama.Contoh:Hastigenera.
b.Trochospiral,sifat terputar tidak oada satu bidanng,tidak semua kamar terlipat,pandangan
serta jumlah kamar vertal dan dorsal tidak sama.Contoh:Glbigerina.
c.Streptospiral,sifat mula-mula trochospiral,kemudian planispiral sehingga menutupi
sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh:Pulleniatina
.
Apartur
Apartur adalah lubang utama dari test forminiferayang terletak pada kamar terakhir.Khusus
foraminifera plankton bentuk apaerture maupun variasinya lebih
sederhana.Umumnyamempunyai bentuk Aperture utama interiomarginal yanng terletak pada
dasar( tepi) kamar akhir (septal face) dan melekuk kedalam,terlihat pada bagian ventral
(perut).
2. Pengenalan Genus dan Spesies Foraminifera plankton
a.Famili Globigeriniidae,Famili ini pada umumnya mempunyai bentuk test spherical atau
hemispherical,bentuk kamar globural dan susunan kamar trochhospiral rendah atau tinggi.
b.Famili Globorotaliidae,bentuk kamar subglobular atau agular conical, susunan kamar
trochospiral.
c.Famili Hantkeniidae,yang merupakan kamar hannya yang punya spine jika tidak ya tidak.
BENTHOS
1. Formanifera Benthos
Susunan Kamar formanifera Benthos
a.
33
J.
Peta geologi sistematik adalah peta yang menyajikan data geologi pada peta dasar topografi
atau batimetri dengan nama dan nomor lembar peta yang mengacu pada SK Ketua
Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK penggantinya.
Peta geologi tematik adalah peta yang menyajikan informasi geologi dan/atau potensi sumber
daya mineral dan/atau energi untuk tujuan tertentu.
Pemetaan geologi adalah pekerjaan atau kegiatan pengumpulan data geologi, baik
darat maupun laut, dengan berbagai metoda. Sumber daya geologi adalah sumber daya alam
yang meliputi sumber daya mineral, energi, air tanah, bentang alam dan kerawanan bencana
alam geologi.
Persyaratan teknis penyusunan peta geologi meliputi simbol peta, istilah, keterangan
peta, penyajian peta, penerbitan, spesifikasi dan ukuran lembar peta, yang sesuai dengan hasil
pembakuan SNI No. 13-4691-1998 dan SNI 13-5015-1998.
1. Simbol Peta
Simbol peta dipakai untuk menggambarkan suatu informasi pada peta berupa
singkatan huruf, tata warna, corak dan simbol geologi atau gabungannya.
a. Singkatan huruf digunakan untuk menunjukkan satuan litostratigrafi dan kronostratigrafi pada
peta.
b. Tata warna digunakan untuk membedakan satuan peta geologi berdasarkan jenis dan umur
satuan batuan serta satuan geokronologi. Corak geologi dipakai untuk membedakan jenis
litologi pada peta. Simbol geologi digunakan untuk membedakan fenomena geologi pada
peta.
2. Istilah
Peristilahan yang digunakan pada peta geologi mengacu pada Glossary of Geology
(American Geological Institute, 1972), Peristilahan Geologi dan Ilmu Berhubungan (M.M.
Purbohadiwidjojo, 1975) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
34
3. Keterangan Peta
Keterangan peta ditulis dalam Bahasa Indonesia dan terjemahannya dalam Bahasa
Inggris yang dicetak dengan huruf miring.
4. Penyajian Peta
Penyajian peta meliputi tata letak, korelasi satuan peta dan uraian singkat setiap
satuan peta.
5. Lampiran Peta
Peta geologi dapat disertai lampiran yang berisi uraian data dan informasi daerah yang
bersangkutan yang tidak dapat diuraikan di dalam peta karena keterbatasan tempat.
6. Penerbitan Peta
Peta geologi diterbitkan dengan menggunakan bahan baku dan ukuran kertas yang
sudah ditentukan.
7. Spesifikasi Peta
Spesifikasi peta meliputi penggunaan peta dasar topografi atau batimetri, sistem
proyeksi yang digunakan dan ketentuan pencantuman penampang geologi.
8. Ukuran Lembar Peta
Ukuran dan batas koordinat lembar peta geologi sistematik mengacu pada Surat
Keputusan Ketua Bakosurtanal Nomor 019.2.2/1/1975 atau Surat Keputusan penggantinya,
sedangkan peta geologi tematik disesuaikan dengan tujuan dan kepentingannya.
4. Pendokumentasian
Laporan terbuka yang menyertai peta geologi disimpan di perpustakaan instansi yang
menerbitkan dan terbuka untuk umum.
36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Geologi adalah ilmu pengetahuan tentang bumi,mengenai asl,struktur,komposisi, dan
sejarahnya (termasuk perkembangan kehidupan), serta proses-proses yang teleh
menyebabkan keadaan bumi sekarang ini.Dengan belajar ilmu Geologi kita bisa mengetahui
segala hal tentang bumi dan isinya.
Dalam bidang pengenalan alat diperlukan alat-alat dan bahan pengumpul data
penelitian dan bahan yang ingin diamati.
Dalam bumi terdiri atas perlapisan-perlapisan,yang setiap lapisan memiliki sifat
karakteristiktersendiri,khisusnya untuk perlapisan palingdalam memiliki sifat latin
magmatis(cair,gas,dan pijar) yang disebut magma.
Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua
lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang
aktif adalah contoh batas divergen
Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua
lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah
satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika
kedua lempeng mengandung kerak benua.
Batuan Beku adalah Batuan yang terbentuk akibat adanya pembekuan magma
didalam bumi atau pembekuan lava di atas permukaan bumi.
Batuan yang terbentuk akibat lithifikasi dari hancuran batuan induk. Lithifikasi batuan
meliputi proses kompaksi autigenik dan diagenesa (proses terubahnya material-material lepas
menjadi batuan yang kompak).
Batuan sedimen sangat banyak jenisnya dan tersebar luas dengan ketebalan dari
beberapa cm sampai beberapa km. Secara lateral penyebaran batuan sedimen mencapai 70 %
dari batuan yang ada dipermukaan akan tetapi batuan sedimen hanya merupakan 5 % dari
batuan yang ada di bumi.
Batuan metamorf adalah batuan ( beku maupun sedimen) yang telah mengalami
perubahan sifat dan kondisi aslnya. Sifat utama batuan ini adalah karena proses rekristalisasi
dikedalaman kerak bumi 3-20 km yang keseluruhan atau sebagian besar terjadi dalam
37
keadaan padat (tanpa melalui fase cair),sehingga terbentuk struktur minerologi baru yang
sesuai dengan lingkungan fisik baru ( tekanan dan tenperatur).
Kekerasan (hardness) Merupakan sifat ketahanan mineral terhadap goresan. Parameter
yang biasa digunakan adalah Skala Mohs. Untuk standar kekerasan biasa digunakan 10
pembagian skala dimana skala 1 adalah mineral paling lunak dan skala 10 adalah mineral
paling keras.
Peta geologi dapat dibedakan atas peta geologi sistematik dan peta geologi tematik:
Peta geologi sistematik adalah peta yang menyajikan data geologi pada peta dasar topografi
atau batimetri dengan nama dan nomor lembar peta yang mengacu pada SK Ketua
Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK penggantinya.
Peta geologi tematik adalah peta yang menyajikan informasi geologi dan/atau potensi sumber
daya mineral dan/atau energi untuk tujuan tertentu.
39
Daftar Pustaka
Graha, Doody. Batuan dan Mineral. Bandung: ITB Press, 1987.
Katili, JA, and P Marks. Geologi. Jakarta: Dep. Urusan Research University, 1960.
Sriyanto. Geologi Umum. Semarang: UNNES, 2004.
Sukandarrumidi. Geologi Sejarah. Yogyakarta: Gajah Mada University, 1994.
Sutoto. Diklat Kuliah Geologi. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM, 1999.
40