Vous êtes sur la page 1sur 10

PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI

INDONESIA DALAM PERSPEKTIF HAM

OLEH :
PROF.DR.HJ.MIEN RUKMINI,SH,MS.

PASCA SARJANA ILMU HUKUM


UNIVERSITAS PADJADJAN
BANDUNG

Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang Di


Indonesia Dalam Perspektif HAM

I.Latar Belakang
1.Sejak awal Indonesia telah mengkriminalisasikan perdagangan orang yang
diatur dalam Pasal 297 KUHP. Akan tetapi, karena perdagangan orang sudah
berkembang menjadi kejahatan transnasional yang terorganisir,maka
diperlukan adanya pembaharuan komitmen untuk memerangi sebagaimana
tertuang dalam Keppres Nomor 86 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak dan gugus tugas yang
beranggotakan lintas sektoral untuk implementasinya. Komitmen nasional ini
bertujuan tidak hanya memerangi kejahatan perdagangan orang saja, tetapi
juga kepada akar masalahnya yaitu kemiskinan,kurangnya pendidikan dan
keterampilan,kurangnya akses,kesempatan dan informasi,serta nilai-nilai sosial
budaya.

2.Usaha menanggulangi kejahatan perdagangan orang memerlukan sumber


daya yang besar dan waktu yang lama,apalagi perdagangan orang merupakan
kejahatan transnasional yang terorganisir. Diperlukan konsolidasi antara unsurunsur penyelenggara negara dan juga kerjasama dengan negara-negara lain
agar upaya-upaya penanggulangan perdagangan orang dapat berjalan dengan
efektif.

3.Dengan semakin menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat,diikuti


dengan modus operandi yang semakin beragam dan kompleks,sehingga
dibutuhkan penanganan secara komprehensif dan sinergi. Berlangsungnya lalu
lintas perdagangan orang yang menjadi semakin memprihatinkan dan
menyedihkan ketika akibatnya telah membelenggu hak-hak asasi serta
kemerdekaan diri korban yang mayoritas perempuan atau menghambat

pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak yang bersangkutan,yang


lebih lanjut akan menghambat juga terhadap proses pembangunan sumber
daya manusia Indonesia yang potensi dan berkualitas.

4.Oleh karena itu,kasus-kasus yang muncul harus segera ditanggulangi karena


korban sangat membutuhkan perlindungan dan seiring dengan itu dilakukan
pula persiapan dan pembinaan yang terencana kepada aparat di lapangan dan
kepada masyarakat luas agar masing-masing pihak dapat berpartisipasi aktif
sesuai dengan kemampuan dan kewenangan masing-masing,dalam
pencegahan,penindakan hukum, dan perlindungan kepada korban
perdagangan orang.

5.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang diharapkan mampu
menyediakan landasan hukum formil dan materiil sekaligus untuk
mengantisipasi dan menjerat semua jenis tindakan dalam proses, cara atau
semua bentuk eksploitasi yang mungkin terjadi dalam praktek perdagangan
orang, baik yang dilakukan antar wilayah dalam negeri maupun antar negara,
baik oleh pelaku perorangan maupun korporasi.

6.Perdagangan orang adalah segala transaksi jual beli terhadap orang, menurut
Protokol Palermo, definisinya adalah aktivitas transaksi meliputi perekrutan,
pengiriman pemindah tanganan, penampungan atau penerimaan
orang.Bentuk-bentuk pemaksaan lainnya seperti, penculikan, muslihat atau
tipu daya, penyalahgunaan kekuasaan, penyalahgunaan posisi rawan, serta
menggunakan pemberian atau penerimaan pembayaran (keuntungan) atas
orang lain untuk tujuan eksploitasi.Indikator-indikator tersebut terjadi juga di
Indonesia, dan harus diatasi penanganannya dengan baik dan maksimal.

II.Permasalahan
1. Sejauhmana hukum positif telah mengatur mengenai tindak pidana
perdagangan orang di Indonesia ?
2.Bagaimana praktek penanganan kasus-kasus perdagangan orang di indonesia
baik terhadap pelaku dan korban ?
3.Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam menangani kasus-kasus yang
bersifat nasional dan transnasional ?

III.1.Sumber-Sumber Hukum Pemberantasan Perdagangan Orang


-

Pancasila
UUD 1945
UU Tentang Perlindungan HAM Nasional dan Internasional
Hukum Adat
Hukum Internasional dan Konvensi

2.Pengaturan-pengaturan dalam hukum positif di Indonesia, yaitu :


- UU No 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
PerdaganganOrang.
- UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM
- UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
- UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
- UU No 39 Tahun 2004 tentang Penempatan Perlindungan Tenaga
KerjaIndonesia di luar negeri
- UU No 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP )
- UU No 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
- UU No 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti
Penyiksaan,Perlakuan yang kejam,tidak manusiawi
- UU No 19 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi JLO, Nomor 105
tentang Penghapusan Pekerja Paksa
- UU No 1 Tahun 2006 tentang Bantuan Hukum Timbal Balik (Mutual Legal
Asistance)

IV.Karakteristik beberapa kasus dalam penegakan hukum di Indonesia


a.Latar Belakang timbulnya kasus perdagangan orang di Indonesia antara lain
- Faktor Ekonomi, Faktor Ekologi
- Faktor Sosial Budaya
- Ketidak adaan kesetaraan gender
- Faktor Penegakan Hukum
- Faktor Pendidikan

b.Perkembangan data perdagangan orang di Indonesia


- Beberapa tahun terakhir jumlahkasus meningkat
- kecendrungan kasus terjadi antara lain siswi SMP menjadi mucikari
- Umumnya pelaku dan korban memakai alat komunikasi seluler
- Kasus di beberapa daerah melibatkan warga negara asing

c.Pengertian dan Unsur-unsur Perdagangan Orang


Memenuhi syarat pembuktian tentang :
- Pelaku, peroranagan dan korporasi
- Perbuatan dan pertanggung jawaban pidana
- Unsur melawan hukum
- Unsur kesalahan
- Sanksi bagi pelaku

d.Bentuk-bentuk Perdagangan Orang


- Eksploitasi Seksual
- Kerja Paksa
- Perbudakan dalam Rumah Tangga
- Adopsi anak antar negara secara ilegal
- Penjeratan Utang
- Perdagangan Organ Manusia
- Perkawinan Pesanan

V.Penyelesaian terhadap kasus-kasus antara lain


1. Pemerintah mengambil langkah-langkah, seperti pendidikan masyarakat
dalam rangka mencegah perdagangan orang
2. Pemerintah melindungi dan memberi bantuan kepada korban
perdagangan anak

3. Penindakan Hukum, dilakukan proses pemeriksaan


penyelidikan sampai diberi sanksi bagi pelaku

dari

mulai

4. Pemerintah mengekstradisi pelaku perdagangan orang

5. Pemerintah bekerja sama dengan pemerintah negara lain dalam


menyelidiki dan memproses dan menindak kegiatan perdagangan orang
6. Pemerintah mengawasi pola imigrasi untuk pembuktian perdagangan
orang dan penegakan hukum yang tepat
7. Pemerintah melakukan dengan sungguh-sungguh menindak pejabat
publik yang bekerja sama dan memfasilitasi perdagangan orang

8. Melalalui LPSK pada kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir data


menunjukan 95 orang korban telah mendapatkan perlindungan Hukum
dan pendampingan, Restitusi dan Rehabilitasi
9. Rencana Pemerintah kedepan mengembangkan perlindungan saksi dan
korban di tingkat ASEAN

VI.Kendala-kendala dalam pencegahan dan pemberantasan perdagangan


orang di Indonesia
-Faktor budaya masyarakat
-Faktor kesadaran hukum masyarakat
-Faktor kebutuhan ekonomi
-Kurangnya pendidikan dan informasi
-Kemiskinan dan ketidakmampuan masyarakat
-Akibat negatif dari perkembangan teknologi - globalisasi
-Penegakan hukum dan bantuan hukum yang belum efektif baik bersifat
nasional maupun internasional

VII.a.Kesimpulan
1. Perangkat hukum positif di Indonesia sudah dibentuk dan
diperbaharuisesuai dengan perkembangan dan pembaharuantindak
pidanaperdagangan
orang
yang
bersifat
nasional
dan
transnasional.Melakukan kerjasama dan sinergi dengan negara lain
mengenaipemberantasan tindak pidana perdagangan orang yang
bersifattransnasional
2. Praktek penegakan hukum tentang kasus-kasus perdagangan orang di
Indonesia telah dilakukan dengan semaksimal mungkin berkaitandengan
pemberian sanksi bagi pelaku dan perlindungan hukum bagikorban.
3. Kendala-kendala
yang
dihadapi
dalam
pencegahan
dan
pemberantasantindak pidana perdagangan orang ialah antara lain :
a. kesadaran hukum masyarakat tentang akibat dari tindak
pidanaperdagangan orang belum tinggi
b. faktor kebutuhan ekonomi dan pendidikan, informasi yang
kurangmemadai
c. faktor lingkungan yang kuat mempengaruhi mental masyarakatdalam
arti negatif
d. kendala-kendala dalam penegakan hukum dalam negeri dan di
luarnegeri /transnasional

b.Saran-Saran

1. Melakukan pembaharuan di segala bidang yang menunjang ke


arahberhasilnya pencegahan, dan pemberantasan tindak pidana
perdaganganorang yaitu di bidang hukum, ekonomi, budaya, informasi
dan sosial.
2. Mengoptimalkan
tugas
para
penegak
hukum
yang
profesional,meningkatkan kerjasama dengan luar negeri dalam
mengantisipasi danmencegah tindak pidana perdagangan orang yang
bersifattransnasional.
3. Pemerintah dan para penegak hukum melakukan penyuluhan
hukumkepada masyarakat agar masyarakat mempunyai kesadaran
hukum yangtinggi tentang hak dan kewajibannya.
4. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Perdagangan Orang :
a. Kerahasiaan identitas korban
b. Hakuntuk
mendapat
perlindungan
dari
ancaman
yang
membahayakandiri, jiwa dan/atau harta
c. Hak untuk mendapat restitusi
d. Hak untuk memperoleh rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi
sosial,pemulangan dan reintegrasi sosial dari pemerintah
e. Hak dilindungi dan dipulangkan ke Indonesia atas biaya negara

TERIMA KASIH

Vous aimerez peut-être aussi