Vous êtes sur la page 1sur 50

Ns. Dian Miftahul Mizan. S.Kep.

,CWCS

Gagal nafas merupakan kegawatan


medis
Merupakan stadium akhir dari penyakit
paru kronis.
Dapat disebabkan karena suatu kondisi
yang parah, atau penyakit paru-paru
mendadak misalnya pada ARDS.
Hampir setiap kondisi yang
mempengaruhi pernafasan atau paruparu dapat memicu terjadinya gagal
nafas.

Fungsi Paru :
- Pertukaran gas
- Metabolisme

Alveoli paru

Arteriol paru

107 mmHg
36 mmHg

40 mmHg
46 mmHg

Gerakan O2
Gerakan CO2
pO2
pCO2

Gangguan pertukaran gas


Hipoksemia atau hiperkarbia atau
keduanya

Gagal nafas adalah ketidakmampuan


sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah
normal (PaO2), eliminasi karbon
dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat
disebabkan oleh masalah ventilasi
difusi atau perfusi (Susan Martin T,
1997)

Gagal nafas terjadi bila pertukaran O2


terhadap CO2 dalam paru-paru tidak
dapat memenuhi laju komsumsi O2 dan
pembentukan CO2 dalam sel-sel tubuh.
Sehingga menyebabkan tekanan O2
kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan
peningkatan tekanan CO2 lebih besar dari
45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner &
Sudarth, 2001)

Berdasarkan hasil Analisa Gas Darah :


PaCO2 > 45 mmHg dan PaO2 < 60
mmHg
Rule of Fifty :
PaCO2 > 50 mmHg dan PaO2 < 50
mmHg Pada udara kamar, permukaan
laut, dan keadaan istirahat.

Gagal Napas Tipe I


Hipoksemia dengan hiperkapnea
Kegagalan Oksigenasi

Gagal Napas Tipe II


Hipoksemia dengan hiperkapnea
Kegagalan Ventilasi

Gagal nafas ada dua yaitu :


Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang
timbul pada pasien yang parunya normal
secara struktural maupun fungsional
sebelum awitan penyakit timbul.
Gagal nafas kronik adalah gagal nafas
yang terjadi pada pasien dengan penyakit
paru kronik seperti bronkitis kronik,
emfisema dan penyakit paru hitam
(penyakit penambang batubara).

Pasien mengalami toleransi terhadap


hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap.
Setelah gagal nafas akut biasanya
paru-paru kembali kekeadaan asalnya.
Pada gagal nafas kronik struktur paru
alami kerusakan yang ireversibel.

Penyebab gagal nafas yang terpenting


adalah ventilasi akibat :
Obstruksi jalan nafas atas
Gangguan pusat pernafasan di batang otak

(pons dan medulla) sehingga pernafasan


menjadi lambat dan dangkal (hipoventilasi)

Pada kasus pasien dengan anestesi,


cedera kepala, stroke, tumor otak,
ensefalitis, meningitis, dan obat-obat
depresan SSP dapat menekan pusat
pernafasan.
Hipoventilasi menyebabkan hipoksemia
dan hiperkapnia

13

1. Kegagalan Ventilasi : ditemukan pada :


Paru normal
Penyakit paru
2. Kegagalan Oksigenasi

Paru Normal : mekanisme hipoventilasi


Penyakit neuromuskuler :
GBS (Gullan Barre Syndrom)
Spinal Cord Injury

Abnormalitas dinding dada


Abnormalitas kontrol sistem respirasi:
Overdosis obat, CVA, infeksi atau trauma
SSP

Penyakit paru :
Asma bronkial, bronkitis kronis,
emfisema (PPOK)
dead space
Ventilasi meningkat PaCO2
meningkat walaupun VE normal atau
meningkat

Acute Lung Injury


Membran alveoli-kapiler rusak
Infiltrasi cairan ke interstitial alveoli
Alveoli kolaps

Mekanisme hipoksemia :
Kelainan difusi
Hipoventilasi

Mekanisme penyebab ditentukan oleh :


PaCO2 hiperkarbia
Efek O2 < pada PaO2 hipoksemia

Jika PaCO2 meningkat hipoventilasi

System syaraf : Batang otak, Medula


Spinalis dan Syaraf
Trauma Kepala;
Poliomelitis
Fraktur servikal (C1-C6)
Over dosis obat (yg menekan / mendepresi

SSP : narkotika, analgesik narkotik


(morphin, petidhin), anti agitasi anti
konvulsi (diazepam, luminal, valium,
phenobarbital, phenotizain dll)

Sistem otot primer, -diafragma


sekunder-pernafasan
Miastenia Gravis
Guillain Barer Syndrom

Sistem rangka :Thorak


Flail Chest
Kifoskoliosis

Sistem Pernafasan : Jalan nafas,


Alveoli, Sirkulasi paru
Obstruksi; edema laring; bronchitis; asma;

Empisema; Penumonia; fibrosis, Emboli


paru

Sistem Kardiovaskuler :
Gagal jantung kongestif; kelebihan beban

cairan; bedah jantung; infark miokard.

System gastrointestinal : Aspirasi


Sistem hematologi : DIC
Sistem genitourinaria : Gagal ginjal

Gagal nafas total


Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat

didengar/dirasakan.
Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi
supra klavikula dan sela iga serta tidak ada
pengembangan dada pada inspirasi
Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha
memberikan ventilasi buatan

Gagal nafas parsial


Terdengar suara nafas tambahan gurgling,

snoring, Growing dan wheezing.


Terdapat retraksi dada

Hiperkapnia (PCO2 meningkat) yaitu


penurunan kesadaran, Pernafasan
cepat dan dalam
Gejala Hipoksemia (PO2 menurun)
yaitu takikardia, gelisah, berkeringat
atau sianosis
Gangguan fungsi otak dan jantung
Aritmia jantung

HIPERKAPNE
pO2 :
o Pusing
o Sakit kepala
o Keringat >>
o Takikardi, hipertensi
o Apnea
o Work of Breathing,
nafas pendek
o Stridor, wheezing
o Gerakan
paradoksikal dinding
dada abdomen
o Air entry

HIPOKSEMIA
:
o Sianosis
o Bingung, agitasi,
sulit tidur
o Nafas pendek
o Keringat >>
o Takikardi,
hipertensi, disritmia

Anamnesa : riwayat penyakit


Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan umum, vital sign
Paru, kardiovaskuler, neurologis

Laboratorium :
Analisa Gas Darah : hipoksemia dan

hiperkarbia
Faal Paru : Spirometri
EKG

Radiologis : X-foto toraks

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan


gagal nafas akut adalah :
Membuat oksigenasi arteri adekuat,
dengan meningkatkan perfusi jaringan
Meniadakan penyebab dasar dari gagal
nafas tersebut

Terapi suportif :
Pertahankan Oksigenasi dan Ventilasi

Oksigenasi pada Kegagalan Ventilasi :


Cara sederhana dengan flow rendah

Sasaran PaO2 50 60 mmHg


Cara pemberian:
Nasal kanula
Masker (venturi mask, Face Mask NRB,

RB)
Ventilator

Oksigenasi pada Kegagalan Oksigenasi :


Pemberian O2 : PaO2
Nasal kanula atau masker
FIO2 40 60%
Ventilator

Bronkospasme : bronkodilator

Oksigenasi pada Kegagalan Oksigenasi :


Infeksi : Antibiotika
Retensi sputum :

Hidrasi
Nebulisasi
Fisioterapi dada
Suction/penghisapan

Diberikan jika membutuhkan bantuan


dalam usaha pernafasannya.
Alat ini sangat berguna pada pasien yang
tidak mampu bernafas secara adekuat.
Pipa plastic yang dimasukan lewat
mulut/hidung (endotrace tube) atau
melalui trachea (tracheastomy tubeI)
disambungkan dengan mesin yang
memaksa udara masuk ke dalam paru.
Sedangkan ekhalasi terjadi secara passive
karena elastistas paru-paru.

Jika paru-paru tidak berfungsi dengan baik,


oksigen tambahan dapat diberikan melalui
ventilator.
Pada orang yang tidak membutuhkan dukungan
pernafasan secara penuh, masker dapat
digunakan untuk memberikan tekanan positif,
sehingga membantu meringankan usaha
seseorang saat bernafas dan mencegah
kelelahan otot-otot pernafasaan.
Hampir setengah dari pederita gagal nafas
menggunakan teknik ini (bi-level positive air way
pressure atau CPAP) untuk menghindari
kebutuhan intubasi trachea.

Penggunaan bi-level positive airway


pressure pada malam hari dapat
membantu pasien dengan gagal nafas
karena kelemahan otot pernafasan.
Otot-otot pernafasan dapat berfungsi
lebih efektive pada siang hari.

APNOE
GAGAL NAFAS AKUT ( PaO2 < 50 mmHg dengan
FiO2 > 0.5 dan PaO2 > 55 mmHg )

Untuk memberikan O2 ( dengan PEEP, FiO2 > 0.5


)

Untuk kontrol Ventilasi ( kerja pernafasan ,


kontrol PCO2, pemberian obat pelumpuh otot )

Fungsi dinding dada inadekuat ( SGB,


Poliomielitis )
Obstruksi jalan nafas bagian atas

Oksigenasi pada Kegagalan Oksigenasi :


Pemberian O2 : PaO2
Nasal kanula atau masker
FIO2 40 60%
Ventilator

Bronkospasme : bronkodilator
Infeksi : Antibiotika
Retensi sputum :

Hidrasi
Nebulisasi
Fisioterapi dada
Suction/penghisapan

1.

2.

Airway
Peningkatan sekresi pernapasan
Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
Breathing
Distress pernapasan : pernapasan
cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
Menggunakan otot aksesori
pernapasan
Kesulitan bernafas : lapar udara,
diaforesis, sianosis

1. Circulation

Penurunan curah jantung : gelisah,


letargi, takikardia
Sakit kepala
Gangguan tingkat kesadaran :
ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
Penurunan haluaran urine

Bersihan jalan nafas tidak efektif bd

Sumbatan jalan nafas (spasme jalan


nafas, eksudat alveoli, dll)
Factor fisiologis (disfungsi neuromuscular,
penyakit obstruksi paru kronis, dll)

Pola nafas tidak efektif bd.

Disfungsi neuromuscular
Gangguan musculoskeletal
Kelelahan otot pernafasan
Deformitas dinding dada

Gangguan pertukaran gas bd

Perubahan membrane alveoli-kapiler


Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

Kerusakan ventilasi b.d

Kelelahan otot pernafasan


Factor metabolik

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
dapat mempertahankan pola pernapasan yang
efektif
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan
Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
normal
Adanya penurunan dispneu
Gas-gas darah dalam batas normal (PaO2 80 100 mmHg, PCO2 35 45 mmHg)

Intervensi :
Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas
pernapasan serta pola pernapasan.
Kaji tanda vital dan tingkat kesadaran
setiap jam
Monitor pemberian trakeostomi bila
PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg
Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi
dan humidifier sesuai dengan pesanan

Pantau dan catat gas-gas darah sesuai


indikasi : kaji kecenderungan kenaikan
PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2
Auskultasi dada untuk mendengarkan
bunyi nafas setiap 1 jam
Pertahankan tirah baring dengan kepala
tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45
derajat untuk mengoptimalkan pernapasan
Berikan dorongan untuk batuk dan napas
dalam, bantu pasien untuk mebebat dada
selama batuk

Instruksikan pasien untuk melakukan


pernapasan diafpragma atau bibir
Berikan bantuan ventilasi mekanik bila
PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2
meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam.
PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60
mmHg atau lebih, atau pasien
memperlihatkan keletihan atau depresi
mental atau sekresi menjadi sulit untuk
diatasi.

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan
pasien dapat mempertahankan
pertukaran gas yang adekuat

Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
Bunyi paru bersih
Warna kulit normal
Gas-gas darah dalam batas normal
untuk usia yang diperkirakan

Intervensi :
Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan
hiperkapnia
Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran
setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan
tinmgkat kesadaran pada dokter.
Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji
adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2
atau penurunan dalam PaO2
Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik
sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.

Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi


nafas setiap jam
Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada
harian, perhatikan peningkatan atau
penyimpangan
Pantau irama jantung
Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
Berikan obat-obatan sesuai pesanan :
bronkodilator, antibiotik, steroid.
Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan
penurunan kebutuhan oksigen.

Vous aimerez peut-être aussi