Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH:
KELOMPOK 9
Naimatunisa
Suriani
Mentari
Fausiani
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla, atas luasnya
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul LATAR
BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH ini dapat diselesaikan
sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam tidak luput kami kirimkan atas
qudwah kita Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, para
sahabatnya serta ummatnya yang senantiasa iltizam diatas kebenaran hingga
akhir zaman.
Penulisan makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah
AIK I pada Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Selain itu, makalah ini
tidak hanya sekedar wacana, namun dapat menjadi wahana dalam menjaga
dan mengamalkan ajaran agama Islam.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah
ini penuh keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran
yang konstruktif merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa
kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang kami
temui, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Allahumma Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 4
B. Tujuan penulisan ....................................................................................................... 4
C. Rumusan masalah ..................................................................................................... 4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah ................................................ 5
B. Berdirinya Muhammadiyah Ditinjau dari Aspek Sosiologis ................. 8
C. Berdirinya Muhammadiyah Ditinjau dari Aspek Historis ..................... 10
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 15
B. Saran.................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar
di Indonesia.
Nama
organisasi
ini
diambil
dari
nama
Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal
sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912 di Yogyakarta. Organisasi ini
lahir sebagai perwujudan keprihatinan karena melihat kenyataan umat
Islam di Indonesia dalam cara menjalankan perintah-perintah agama
Islam banyak yang tidak bersumber dari ajaran Al Quran dan tuntunan
Rasulullah SAW. Dalam hal itu KH Ahmad Dahlan menghendaki agar
dengan Muhammadiyah, orang-orang Islam mengamalkan dan
menggerakkan Islam dengan berorganisasi.
Pembahasan mengenai sejarah berdirinya Muhammadiyah tidak
bisa terlepas dari situasi dan kondisi bangsa Indonesia. Latar belakang
berdirinya Muhammadiyah juga tidak bisa dilepaskan dari aspek sosialagama di Indonesia, sosio-pendidikan di Indonesia dan realitas politik
Islam hindia Belanda. Oleh karena itu berdirinya Muhammadiyah
berhubungsan erat dengan empat masalah pokok, yaitu: Pemikiran Islam
Ahmad Dahlan, Realitas sosio-religius di Indonesia, dan Realitas sosiopendidikan dan Realitas politik Islam hindia-Belanda.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah AIK I, selain itu juga ada beberapa tujuan diantaranya:
1. Mengetahui latar belakang berdirinya Muhammadiyah
2. Mengetahui bagaimana berdirinya Muhammadiyah ditinjau dari
aspek sosiologis dan dari aspek historis.
C. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang akan di bahas diantaranya
meliputi :
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Muhammadiyah?
2. Bagaimana berdirinya Muhammadiyah ditinjau dari aspek sosiologis?
3. Bagaimana berdirinya Muhammadiyah ditinjau dari aspek historis?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah tidak secara
kebetulan, tetapi didorong oleh aspirasinya yang besar tentang masa
depan Islam Indonesia. Aspirasi ini dapat dilacak dari perjalanan
intelektual, spiritual, dan sosial Ahmad Dahlan dalam dua fase dari
biografi kehidupannya, yaitu fase pertama, setelah menunaikan ibadah
haji yang pertama (1889), dan fase kedua, setelah menunaikan ibadah
haji yang kedua tahun 1903 (Syaifullah, 1997:27-28).
Pada ibadah haji pertama, Ahmad Dahlan masih berusia 20 tahun.
Motivasi lebih didorong oleh upaya peningkatan spiritual pribadinya,
dengan cara menunaikan rukun Islam yang kelima, yaitu ibadah haji. Di
samping motivasi spiritual, ibadah haji kali ini juga dimanfaatkan oleh
Ahmad Dahlan untuk menimba ilmu-ilmu keislaman. Dalam kaitan ini
Ahmad Dahlan diharapkan dapat meningkat kualitas spiritual dan
intelektual ilmu keislamannya.
Di pusat studi Islam ini, Ahmad Dahlan menemukan banyak hal
tentang studi Islam yang jarang ditemui di Indonesia. Menurutnya, Islam
tidak hanya dipahami secara kognitif semata, tetapi ada kewajiban untuk
menerjemahkan ke dalam bentuk aksi sosial sebagai wujud perbaikan
masyarakat. Dalam bahasa sekarang, seseorang yang mendalami Islam
tidak hanya dituntut mempunyai kesalehan individual semata, tetapi
juga perlu memiliki kesalehan sosial yang justru merupakan suatu
keharusan untuk dilakukan sebagai bukti kedalaman iman yang
diperolehnya (Tamimi, 1990:4).
Hasil konkret dari studinya di Mekah setelah menunaikan ibadah
haji pertama ini, dapat dilihat dalam aktivitas keagamaan Ahmad Dahlan,
misalnya : pembenahan arah kiblat (1897), masalah pemberian garis
shaf untuk shalat (1897), renovasi pembangunan mushala Ahmad
Dahlan, namun kemudian dibakar masyarakat (1898), dan perluasan
pembangunan dan pengembangan pesantren milik ayahnya
(Sjoeja,dalam Saifullah dan Mustain, eds.,1995: 24-43).
Pada haji yang kedua sebagai awal fase kedua dari perjalanan
biografinya, Ahmad Dahlan menemukan metodologi untuk memahami
Islam yang sebenarnya. Pada haji yang kedua ini, Ahmad Dahlan
memasuki usia 34 tahun. Di samping bermaksud menunaikan haji
sebagai pelaksanaan rukun Islam yang kelima untuk yang kedua kalinya,
Ahmad Dahlan juga bermaksud memperdalam Islam lebih dalam lagi.
Karena itu, untuk maksud kedua ini, setelah selesai menunaikan rukun
kelima, ia memutuskan untuk bermukim di Mekah selama 20 bulan.
Selama berada di Mekah ini, Ahmad Dahlan memperdalam studi
Islam tradisional kepada ulama termasyhur, baik kepada ulama
kelahiran Indonesia maupun ulama setempat yang telah menjadi syaikh
di sana.
Diskusi secara intens yang dilakukan dengan tokoh-tokoh
tersebut, baik langsung maupun melalui karya-karya mereka, banyak
memberikan wawasan keislaman Ahmad Dahlan untuk menjawab
kegelisahannya tentang praktek keislaman masyarakat muslim
Indonesia. Di sinilah, nampak secara signifikan pengaruh pembaharuan
Timur Tengah terhadap diri Ahmad Dahlan. Seperti yang dikemukan oleh
pembaharu, untuk keluar dari krisis yang melanda dunia Islam, umat
Islam harus kembali kepada al-Quran dan al-sunnah al-maqbulah.
Pemahaman terhadap kedua sumber ajaran Islam ini, menurut Ahmad
Dahlan, penggunaan akal dan hati menjadi sesuatu yang tidak bisa
ditolak. Dengan cara demikian, akan ditemukan Islam yang sebenarbenarnya (Tamimi, 1990: 6). Pemahaman seperti ini yang membuat
seorang Mas Mansur terkesan terhadap caranya yang selama ini jarang ia
temukan dilakukan oleh ulama zamannya (Saifullah, 1997: 31).
Mewujudkan obsesinya tentang masa depan Islam Indonesia,
Ahmad Dahlan berpendapat perlunya rekonstruksi menyeluruh atas
masyarakat muslim Indonesia, mulai etos kerja, keilmuan, sampai
metodologi pemahaman Islam yang tepat. Untuk rekonstruksi yang
terakhir ini merupakan persoalan yang paling mendasar dan strategis
untuk diperbaiki oleh karena metodologi pemahaman Islam mempunyai
implikasi yang jauh dalam perilaku keagamaan umat Islam dalam
menjawab tantangan modernitas.
Maksud rekonstruksi di atas, Ahmad Dahlan mengajukan
metodologi pemahaman yang rasional-fungsional. Rasional adalah
menelaah sumber utama ajaran Islam dengan kebebasan akal pikiran
dan kejernihan akal nurani (hati), sekaligus membiarkan al-Quran
berbicara tentang dirinya sendiri. Adapun dimaksud dengan fungsional
dalam konteks pemahaman Ahmad Dahlan adalah keharusan
merumuskan pemahaman ke dalam bentuk aksi sosial. Artinya
pemahaman ayat-ayat al-Quran harus bisa mentransformasikan kondisi
riil masyarakat menjadi lebih baik. (Saifullah, 1997: 33).
10
11
12
13
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada dua faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah
yaitu faktor intern (dalam pribadi Ahmad Dahlan sendiri) dan ekstern
(aspek sosial, keagamaan, pendidikan, dan politik bangsa).
2. Dalam Realitas sosial-agama, cara menjalankan perintah-perintah
agama Islam banyak yang tidak bersumber dari ajaran Al Quran dan
tuntunan Rasulullah SAW dan juga banyak terjadi penetrasi atas misi
kristen.
3. Dalam Realitas sosio-pendidikan, pendidikan di Indonesia terpecah
menjadi dua yaitu pendidikan pesantren yang hanya mengajarkan
ajaran-ajaran agama dan pendidikan Barat yang sekuler.
4. Dalam Realitas politik hindia-Belanda, Politik Islam hindia Belanda
terbagi menjadi dua periode,yaitu: Periode Pertama (periode sebelum
Snouck Hurgronje) dan Periode Kedua (periode setelah Snouck
Hurgronje menjadi penasihat Belanda untuk urusan pribumi di
Indonesia).
B. SARAN
Dari kesimpulan di atas, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Sebagai warga umat Islam Muhammadiyah, kita harus
mempertahankan dan meneruskan perjuangan Ahmad Dahlan dari
segala bentuk yang dapat menghancurkan agama Islam.
2. Sebagai umat Islam yang beriman dan bertaqwa pada-Nya, kita tidak
seharusnya melakukan hal-hal yang dilarang Islam seperti bidah,
khurafat, kita harus menjalankan dan mengamalkan seperti apa yang
diajarkan dalam al-Quran dan al-hadist.
3. Sebagai umat Islam yang berilmu, kita harus memperdalam ilmu
dalam segala bidang seperti IPTEK dan ilmu yang lainnya sesuai
dengan ajaran Islam.
4. Untuk menjaga agama Islam dari pemusnahan orang-orang kafir, kita
sebagai umat Islam harus bersatu melindungi agama Islam.
15
DAFTAR PUSTAKA
Baidhawy, Zakiyuddin. 2001. Studi Kemuhammadiyahan Kajian Historis,
Ideologi, dan Organisasi, Surakarta : LSI.
Isnaeni. 2012. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah. [online].
(http://isnaeni.mhs.unimus.ac.id/2012/11/20/latar-belakangberdirinya-muhammadiyah/, diakses tanggal 29 Januari 2014)
Sjoeja, M. 1995. K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Versi Baru, eds.
Saifullah dan Mustain (Manuskrip).
Tamimi, M. Jindar. Dalam Tim Penulis UMM, eds., 1990. Muhammadiyah,
Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha, Malang, UMM Press.
16