Vous êtes sur la page 1sur 6

PENGARUH METODE PRODUKSI MEMBRAN POLIMER PADA SIFAT

GEL ELEKTROLIT UNTUK BATERAI ION LITIUM

Diana Agustini Raharja


TB Rival Fauzi Burhani

J3L112168
J3L112061

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

Pendahuluan
Untuk beberapa tahun sekarang, baterai ion litium telah digunakan sebagai
sumber penyedia tenaga utama untuk produk elektronik. Keuntungan baterai ion
litium di antaranya memiliki masa pakai yang lama dan tidak memiliki pengaruh
terhadap memori, yang mana hal ini menunjukkan bahwa sumber penyedia tenaga
tersebut dapat digunakan dalam waktu yang lama tanpa perlu membuangnya. Sel
ion litium sekunder khususnya digunakan hampir pada semua perlengkapan
elektrik mobile seperti telepon genggam, laptop, tablet, sampai sikat gigi.
Cairan elektrolit biasanya digunakan pada baterai ion litium untuk
memberikan konduktivitas ion yang relatif tinggi, akan tetapi uap volatil yang
dihasilkan dari cairan elektrolit dapat menyebabkan ledakan yang hebat pada
baterai.
Untuk beberapa tahun ini, banyak studi ilmiah yang telah diselenggarakan
mengenai cara untuk menemukan elektrolit padat yang cocok yang dapat
menggantikan fase cairan dalam penggunaan sel ion litium. Hasil sebelumnya
pada penelitian elektrolit polimer secara praktik belum dipastikan untuk aplikasi
tersebut.
Elektrolit polimer gel sebagai kombinasi dari cairan dan lektrolit membran
tampaknya dapat digunakan sebagai alternative. Membran polimer diaktivasi
dengan cara direndam dalam cairan elektrolit yang melibatkan ion litium untuk
membuat membran berpori yang mampu mempertahankan fase cair dalam
berbagai pori-pori tungal. Membran polimer yang teraktivasi memiliki sifat
berupa gel yang stabil yang merupakan gabungan sifat antara elektrolit cair dan
padat.
Penelitian yang diselenggarakan di seluruh dunia sedang mengarahkan
perhatiannnya secara lebih pada penelitian untuk teknologi produksi baru dan
bahan baru, baik itu dalam perihal polimer maupun senyawa anorganik, yang
dapat digunakan sebagai pengisi yang dapat meningkatkan sifat transport ion
litium. Banyak elektrolit polimer gel memiliki konduktivitas yang lebih tinggi,
hampir sama dengan konduktivitas elektrolit cairan, sehingga campuran ini dapat
digunakan untuk membuat elektrolit polimer gel.
Tidak ada literatur mengenai perbandingan langsung terhadap metode
yang digunakan untuk memproduksi elektrolit polimer gel dengan menggunakan
polimer yang spesifik, biasanya digunakan untuk tujuan tersebut, disiapkan pada
waktu yang sama dengan kondisi yang serupa.
Elektrolit polimer gel telah diproduksi di seluruh dunia selama beberapa
tahun ini. Metode yang digunakan untuk produksinya terdiri dari dua langkah
metode yang disebut dengan proses Bellcore. Metode ini tentunya tepat digunakan,
akan tetapi karena penggunaan reagen yang berbahaya seperti dibutil ftalat dan
dietil eter maka hal ini dapat berbahaya bagi kesehaan manusia maupun
lingkungan alam. Ada juga beberapa teknik lain untuk produksi membran polimer
yang dapat mengeliminasi reagen berbahaya. Akan tetapi, menggunakan metode
kedua ini sangat bergantung pada sifat fisik, kimia, fan elektrokimia membran
yang digunakan.
Dalam studi ini dihasilkan penelitian tentang elektrolit polimer gel untuk
sel ion litium yang diproduksi dengan menggunakan berbagai metode. Membran
polimer untuk elektrolit polimer gel diproduksi dengan menggunakan empat
metode yang berbeda. Standar untuk pemilihan teknologi produksi membran

polimer sebagai bagian dari studi yang diselenggarakan ialah mengurangi waktu
preparasi membran dan memungkinkan dilakukannya eliminasi pelarut berbahaya
bagi kesehatan manusia dan lingkungan alam yang digunakan dalam proses
produksi.
Tujuan
Diselenggarakannya penelitian ialah bertujuan untuk membandingkan
parameter membran polimer pVdF/HFP dan menentukan metode produksi
ekologis yang paling optimal yang dapat diaplikasikan pada elektrolit polimer gel
untuk sel ion litium berenergi tinggi dan aman.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan ialah stirrer, vakum, pelat kaca, bejana uap,
spektrometer inframerah Bruker Equinox 55, difraktometer Phillips PW 1050, alat
pengukur ZEISS EVO40, alat ukur PARSTAT 2263, dan ruang iklim Votsch.
Bahan-bahan
yang
digunakan
ialah
kopolimer
polivinilidena
fluoride/heksafluoropropilena (PVdF/HFP, Kynarflex, 2751, Atofina), aseton
(Chempur, kelas analisis), butil ftalat (DBP, murni, Merck-Schuchardt), bahan
pemplastis, dietil eter (Chempur, kelas analisis), dibutil ftalat, N-metilpirolidona
(NMP, murni, Merck-Schuchardt), dimetil formaldehida (DMF, kelas analisis,
Chempur), gliserol (C3H6O, kelas analisis, POCH-Gliwice), larutan garam litium
IM, heksafluorofosfat litium (LiPF6, 99.99%, Aldrich), dietil karbonat (EC
99%, Aldrich), dan dimetil karbonat (DMC 99%, Sigma-Aldrich).
Metode
Preparasi membran polimer. Membran polimer untuk elektrolit polimer
gel disiapkan dengan menggunakan empat metode produksi yang secara
signifikan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Kopolimer
polivinilidena fluorida/heksafluoropropilena (PVdF/HFP, Kynarflex, 2751,
Atofina) digunakan sebagai komponen satu-satunya pada tiap matriks polimer
yang diproduksi.
Membran polimer disiapkan pertama-tama dengan cara diproduksi dengan
menggunakan metode yang paling umum pada literatur ilmiah, dengan kata lain
metode langkah kedua melibatkan modifikasi proses Bellcore langkah kedua.
Kopolimer PVdF/HFP dilarutkan dalam aseton (Chempur, kelas analisis).
Sesudah itu, butil ftalat (DBP, murni, Merck-Schuchardt) ditambahkan sebagai
bahan pempastis ke dalam sistem. Campuran diaduk dengan menggunakan stirrer
selama beberapa jam. Kemudian, larutan dituangkan di atas permukaan yang datar
dan dibiarkan sampai pelarut menguap secara perlahan. Langkah berikutnya,
ekstraksi dilakukan dengan melibatkan membran polimer yang telah diberi bahan
pemplastis dalam dietil eter (Chempur, kelas analisis) yang bertujuan untuk
menghilangkan dibutil ftalat dari membran dan bertujuan untuk menghasilkan
mikropori pada membran. Membran siap dikeringkan dalam vakum pada suhu
60C selama 24 jam.
Metode selanjutnya yang digunakan untuk produksi membran ialah dengan
proses fase terbalik. Dua sistem pelarut berbeda digunakan pada proses ini. Pada
sistem pertama, kopolimer dilarutkan dengan menggunakan dua pelarut campuran
yang memiliki suhu penguapan yang berbeda secara signifikan, yaitu N-

metilpirolidona (NMP, murni, Merck-Schuchardt) dan aseton (C3H6O, kelas


analisis, Chempur). Sistem lainnya digunakan untuk produksi membran polimer
dengan menggunakan metode fase terbalik dengan menggunakan pelarut
campuran yang mana hanya satu yang digunakan sebagai pelarut PVdF/HFP.
Studi ini melibatkan pada penggunakan pelarut campuran: dimetil formaldehida
(DMF, kelas analisis, Chempur) dan gliserol (C3H6O, kelas analisis, POCHGliwice). Sistem yang dideskripsikan di atas dengan menggunakan sistem dua
pelarut yang berbeda diaduk beberapa jam sampai menjadi campuran yang
homogen. Campuran tersebut kemudian dituangkan di atas permukaan yang halus
dan kemudian dikeringkan secara perlahan dengan menggunakan suhu penguapan
yang berbeda untuk tiap pelarut yang digunakan sehingga akan terbentuknya pori
pada struktur membran polimer. Membran polimer dikeringkan sampai beratnya
konstan masing-masing pada suhu 60C dan 120C.
Metode lain pada produksi elektrolit gel ialah dengan melarutkan kopolimer
PVdF/HFP dalam aseton (C3H6O, kelas analisis, Chempur). Campuran homogen
dituangkan di atas pelat kaca, kemudian ditempatkan pada bejana uap. Sistem
sepenuhnya dipanaskan pada suhu kira-kira 120C selama 6 jam, yang bertujuan
untuk mengganggu proses evaporasi dan membentuk struktur membran berpori.
Semua membran polimer yang disiapkan menggunakan metode yang dapat
dilihat pada Tabel 1 dikeringkan pada suhu 60C selama 24 jam terlebih dahulu
untuk pengukuran ilmiah. Semua membran polimer dan semua elektrolit polimer
gel dikarakterisasi berdasarkan sifat fisikokimia dan elektrokimianya.
Tabel 1 Daftar komponen dan metode yang digunakan pada produksi membran
polimer
Akronim Komposisi membran polimer
Metode produksi membran polimer
BEL
100% PVdF/HFP
Modifikasi metode langkah kedua
(Bellcore)
GL
100% PVdF/HFP
Metode dengan menggunakan pelarut
campuran: DMF dan gliserol
NA
100% PVdF/HFP
Metode dengan menggunakan pelarut
campuran: NMP dan aseton
PW
100% PVdF/HFP
Metode dengan menggunakan uap
panas
Karakterisasi sifat fisik dan kimia membran polimer. Spektrum FT-IR
diukur dengan menggunakan spektroskopi absorpsi molekuler yang digunakan
untuk mengkonfirmasi penghilangan pelarut yang digunakan pada produksi
membran. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrometer inframerah
Bruker Equinox 55.
Penelitian juga mencakup analisis difraksi X-ray pada membran polimer
dengan menggunakan difraktometer Phillips PW 1050. Difraktogram diperoleh
sehingga penentuan komposisi membran dan derajat kristalinitas membran
polimer yang diperoduksi berdasarkan metode yang berbeda. Derajat kristalinitas
menentukan kandungan kualitatif fase kristalin pada membran uji yang ditentukan
secara matematis yang bergantung pada luas fase kristalin bahan dan total luas di
bawah kurva difraksi, yang termasuk fase amorf dan kristalin pada membran uji.
Derajat kristalinitas ditentukan berdasarkan persamaan berikut.
Derajat kristalinitas =

Selanjutnya, membran dianalisis struktur topografiknya dengan


menggunakan scanning electron microscopy (SEM) yang dapat mengidentifikasi
struktur morfologi dan menentukan uran rearata pori-pori yang terbentuk pada
waktu produksi membran polimer. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
alat pengukur ZEISS EVO40.
Kuantitas pelarut teradisorpsi yang dapat ditahan di dalam struktur membran
polimer dapat ditententukan berdasarkan pengukuran perubahan berat membran
yang direndam dalam medium cairan sebagai fungsi dari waktu. Fragmen setiap
membran yang diproduksi yang diketahui beratnya digunakan untuk pengujian
sebelum pengujian, membran tersebut dikeringkan pada suhu 60 C selama 24
jam. Jumlah fase cairan yang dijerap dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan matematika sebagai berikut.
Peningkatan berat membran =
m0 berat membran kering, mt berat membran setelah waktu penetapan
Karakterisasi elektrokimia elektrolit polimer gel. Untuk mengaktifkan
membran polimer, sampel membran dibentuk menjadi cakram demgam ketebalan
dan diameter diketahui, kemudian dicelupkan ke dalam elektrolit LP30, yang
mana larutan garam litium IM, heksafluorofosfat litium (LiPF6, 99.99%,
Aldrich) 1:1 dengan campuran dietil karbonat (EC 99%, Aldrich) dan dimetil
karbonat (DMC 99%, Sigma-Aldrich). Waktu aktivasi membran polimer ialah
selama 1 jam.
Penentuan konduktivitas spesifik elektrolit polimer gel dilakukan dengan
menggunakan electrochemical impedance spectroscopy (EIS) dalam rentang suhu
yang luas. Sistem pengukuran melibatkan dua sel elektroda jenis Swagelok, yang
mana di antara dua elektroda baja elektrolit polimer gel dengan diameter dan
ketebalan yang diketahui ditempatkan. Nilai konduktans spesifik elektrolit gel
ditentukan dari plot Nyquist dan persamaan matematis antara nilai resistensi dan
geometri elektrolit, = I/R * A, yang mana I merupakan ketebalan elektrolit
dalam cm, A merupakan luas permukaan elektrolit dalam cm2, dan R merupakan
resistensi elektrolit yang ditentukan berdasarkan plot Nyquist.
Pengukuran melibatkan penggunaan alat ukur PARSTAT 2263 dan ruang
iklim Votsch yang dapat mengontrol suhu pengaturan dengan tingkat kesalahan
0.2 C.
Pengukuran stabilitas anoda dilakukan dengan menggunakan
voltamperometri siklik untuk mengukur sel Li/elektrolit gel/Pt, yang mana logam
litium digunakan sebagai elektroda pembanding dan elektroda penghitung,
sedangkan elektroda platinum digunakan sebagai elektroda kerja. Pengukuran
dilakukan dari potensial sisa sampai 6 V pada suhu 25 C menggunakan alat ukur
PARSTAT 2263 dengan perangkat lunak seperlunya.
Hasil dan Pembahasan

Simpulan
Berdasarkan
Daftar Pustaka

Broniarz MO, Martyla A, Rydzynska B, Kopczyk M. 2014. Effect of polymer


membrane production method on properties of gel electrolites for lithiumion batteries. Di dalam Chemik. Poznan (PL): Institute of Non-Ferrous
Metals.

Vous aimerez peut-être aussi