Vous êtes sur la page 1sur 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa
tanpa mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya
meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya
frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal
berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena
uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba
seperti yang ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasidadiafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial
dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria
merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang
terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa defenisi dari sistitis ?
b. Bagaimana anatomi dan fisologi vesika urinaria ?
c. Apa etiologi dari sistitis ?
d. Bagaimana klasifikasi sistitis ?
e. Apa tanda dan gejala dari sistitis ?
f. Bagaimana patofisiologi sistitis ?
g. Bagimana manifestasi klinis dari sistitis ?
h. Apa pemeriksaaan diagnostik dan diagnose banding sistitis ?
i. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien sistitis ?

1.3 Tujuan
1.3.1

Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan

pada klien dengan sistitis.


1.3.2

Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami defenisi sistitis.
b. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisologi kandung kemih.
c. Mengetahui dan memahami etiologi sistitis.
d. Mengetahui dan memahami klasifikasi sistitis.
e. Mengetahui dan mamahami tanda dan gejala sistitis.
f. Mengetahui dan mamahami patofisiologi sistitis.
g. Mengetahui dan memahami manifestasi klinik sistitis.
h. Mengetahui dan memahami pemeriksaaan diagnostik dan diagnose
banding sistitis.
i. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien sistitis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Vesica Urinaria


Vesica urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung
urin. Pada laki-laki, organ ini terletak tepat dibelakang symphisis pubis dan
didepan rektum. Pada perempuan, organ ini terletak agak dibawah uterus, di
depan vagina. Saat kosong, berukuran kecil seperti buah kenari, dan terletak di
pelvis. Sedangkan saat penuh berisi urin, tingginya dapat mencapai umbilicus
dan berbentuk seperti buah pir. Vesica urinaria dikelilingi oleh otot yang kuat,
berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medius.
Bagian vesica urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang menghadap kea rah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rectum dan spatium recyovesikale yang terisi oleh
jaringan duktus deferen, vesika seminalis, dan prostat.
2. Korpus, yaitu bagian antara vertex dan fundus.
3. Vertex, bagian yang memancung kea rah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding vesica urinaria terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium),
tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukos, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam). Pembuluh limfe vesica urinaria mengalirkan cairan limfe ke
dalam nudi limfatik iliaka interna dan eksterna.
Persyarafan vesica urinaria berasal dari pleksus hipogastrika inferior.
Serabut ganglion simpatikus berasal dari ganglion lumbalis ke-1 dan ke-2 yang
berjalan turun ke vesica urinaria melalui pleksus hipogastrikus. Serabur
preganglion parasimpatis ke vesica urinaria dari nervus splenikus pelvis yang
berasal dari nervus sakralis 2, 3, dan 4 berjalan melalui hipogastrikus inferior
mencapai dinding vesica urinaria. (Syaifuddin, 2006).

2.2 Definisi

Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan


oleh menyebarnya infeksi dari uretra. (Brunner & Suddarth).
Sistitis akut merupakan infeksi asendens yang lazim terjadi pada kaum
wanita. Sistitis dapat dapat timbul 36-48 jam setelah hubungan seksual. Pada
pria, sistitis tidak pernah primer, terjadi hanya pada suatu komplikasi dari
obstruksi saluran keluar vesika urinaria, prostatitis,atau pielonefritis. Karena
ada pengosongan sempurna dari isi vesika urinaria secara sebentar-sebentar,
sistitis akut sembuh sendiri (self-limited) bila tidak ada statis, sumber infeksi
yang terus menerus, atau kedua-duanya. (Schrock, Theodore).

Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan


oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine
dari uretra kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan
kateter atau sistoskop.

Sistitis atau radang kandung kemih lebih sering terjadi pada wanita
daripada pria, karena dekatnya muara uretra dan vagina dengan daerah anal.
Organisme gram negative dapat sampai ke kandung kemih saat bersetubuh,
trauma uretra, atau kurang hiegenis. Biasanya organisme ini cepat dikeluarkan
sewaktu berkemih (miksi). Pada pria secret prostat memiliki sifat antibacterial.
Hal ini dapat disebakan oleh aliran balik urine dari uretra ke daam
kandung kemih (refluks uretrovesikal), konstaminasi fekal, pemakain kateter
atau sistoskop.
Sistitis lebih sering pada wanita daripada pria. Bagian distal uretra
biasanya dikolonisasi bakteri oleh bakteri kolonisasi di vagina. Defek mukos
uretra, vagina, atu genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan
berkolonisasi di suatu tempat di periuretral dan masuk ke dalam kandumg
kemih.
Sistitis akut pada wanita biasanya disebabkan oleh Escherichia coli.
Hubungan seksual berkaitan dengan UTI, terutama pada wanita yang gagal
berkemih setelah berhubungan seksual. Sistitis pada pria akibat dari beberapa
factor, misalnya infeksi prostat, epididimitis, atau batu kansung empedu.
Konsekuensinya pria akan menjalani diagnostic setelah episode sistitis yang
pertama untuk mengidentifikasi dan menangani penyebabnya.
2.3 Etiologi
2.3.1 Infeksi sistitis biasanya disebabkan oleh :
a. Bakteri
Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia Coly yang secara normal
terletak pada gastrointestinal. Pada beberapa kasus infeksi yang berasal
dari uretra dapat menuju ke ginjal.
Bakteri lain yang bisa menyebabkan infeksi adalah Enterococcus,
Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, dan Staphylococcus.

b. Jamur
Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida.
c. Virus dan Parasit
Infeksi yang disebabkan oleh virus dan parasit jarang terjadi.
Contohnya : Trichomonas, parasit ini terdapat dalam vagina, juga dapat
berada dalam urine.
2.3.2 Sistitis yang non infeksi biasanya disebabkan oleh :
a. Paparan

bahan

kimia,

contohnya

obat-obatan

(misalnya, Cyclophosphamide (Cytotaxan, dan Procycox).


b. Radio terapi
c. Reaksi imunologi,

biasanya

pada pasien SLE (Systemic Lupus

Erytematous).
Penyabab lain dari sititis belum dapat diketahui. Tapi ada penelitian yang
menyatakan bahwa cystitis bisa disebabkan tidak berfungsinya epitel kandung
kemih untuk menyimpan urin yang menyebabkan adanya kebocoran pada
lapisan dalam kandung kemih.
2.3.3 Jalur infeksi
a. Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini
lebih sering ditemukan pada wanita
b. Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk
kekandung kemih.
c. Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung
kemih misalnya appendicitis.
d. Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.

2.4 Manifestasi Klinis


Menurut Schrock, Theodore dalam buku Ilmu Bedah Edisi Ketujuh,
tanda dan gejala yang terjadi pada sititis adalah :
a. Sering buang air kecil.
b. Rasa mendesak.
c. Disuria karena epitelium yang meradang tertekan.
d. Rasa nyeri pada daerah suprapubik atau perineal.
e. Rasa panas di uretra pada waktu buang air kecil, dan
f. Hematuria terminal.
Sistitis tidak disertai dengan demam, mungkin ditemukan penyakit yang
mendasarinya (misalnya pembesaran prostat).
2.5 Klasifikasi
Sistitis terbagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Sistitis Primer
Yaitu radang yang mengenai kandung kemih. Radang ini dapat terjadi
karena penyakit lain seperti batu pada kandung kemih, divertikel,
hipertropi prostat dan striktura uretra.
b. Sistitis Sekunder
Yaitu gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit
primer misalnya uretritis dan prostatitis.
2.6 Patofisiologi
Sistitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara
umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli

peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat


obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral
maupun unilateral.
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:
a. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran
kemih yang

terinfeksi.

b. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk


melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang
masuk melalui darah dari suplay jantung ke ginjal.
c. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang
disalurkan melalui helium ginjal.
d. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadi infeksi saluran kemih ialah hematogen dan
ascending. Tetapi dari kedua cara ini, ascending-lah yang paling sering terjadi.
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh
yang rendah karena menderita suatu penyakit kronik atau pada pasien yang
sementara mendapat pengobatan imun supresif. Penyebaran hematogen bisa
juga timbul akibat adanya infeksi di salah satu tempat misalnya infeksi S.
Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi
dari tulang, kulit, endotel atau di tempat lain.
Infeksi ascending yaitu masuknya mikroorganisme dari uretra ke kandung
kemih dan menyebabkan infeksi pada saluran kemih bawah. Infeksi ascending
juga bisa terjadi oleh adanya refluks vesico ureter yang mana mikroorganisme
yang melalui ureter naik ke ginjal untuk menyebabkan infeksi.
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces
yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada
permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai
kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius

untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan


penjamu dan cetusan inflamasi.

2.7 Pathway
Bakteri (Escherichia
(Candida),
virus
(Trichomonas)

Coly), jamur
dan
parasit

Sititis yang non infeksi disebabkan :


Paparan bahan kimia
Radio terapi
Reaksi imunologi

Inflamasi
Perubahan flora

Endogen

Hematogen

Limfogen

Invasi mikroorganisme pada


kandung kemih

Eksogen

Peningkatan
endotoksin
Hipertermi

Inflamasi vesika
urinaria

Gangguan
rasanyaman : Nyeri

Proses infeksi pada


vesika urinaria

Kurang
pengetahuan

Fungsi
spingter

Perubahan Pola
berkemih

Urgensi

Perubahan status
kesehatan

Restensi urin

Ansietas

Pemasangan
Cateter

2.8 Komplikasi
Menurut Schrock, Theodore dalam buku Ilmu Bedah Edisi Ketujuh,
Komplikasi dari sititis yaitu infeksi asenden ke ginjal dapat terjadi jika
hubungan ureterovesikal berada dalam keseimbangan yang rawan, pada pasienpasien ini terjadi refluks bila ada infeksi dan berhenti infeksinya menghilang.
10

2.9 Pemeriksaan Penunjang


Pada kasus infeksi kandung kemih pemeriksaan yang biasa dilakukan
berdasarkan literatur yang ada adalah ;
a. Pemeriksaan urine lengkap
a)

Leukosuria atau piuria terdapat > 5/lpb sedimen air kemih.

b)

Hematuria 5 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.

b. Bakteriologis
a) Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102-103
organisme koliform/ml urine plus piuria.
b) Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada
uji carik.
c. Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP
2.10

Diagnosa Banding

a. Uretritis (inflamasi pada uretra)


b. Pielonefritis (inflamasi pada ginjal)
2.11

Penatalaksanaan Medis
Tidak ada pengobatan standar ataupun pengobatan efektif untuk sistitis

interstisialis. Beberapa jenis pengobatan yang pernah dicoba dilakukan pada


penderita sistitis interstisialis:
a. Dilatasi kandung kemih dengan tekanan hidrostatik (tenaga air).
b. Obat-obatan (elmiron, nalmafen).
c. Anti-depresi (memberikan efek pereda nyeri).
d. Antispasmodik.
e. Klorapaktin (dimasukkan ke dalam kandung kemih).
11

f. Antibiotik (biasanya tidak banyak membantu, kecuali jika terdapat infeksi


kandung kemih).
g. DMSO (dimetilsulfoksida), untuk mengurangi peradangan, dan
h. Pembedahan.
2.12

Pencegahan Sistitis

a. Menjaga daerah genital bersih dan mengingat untuk menghapus dari depan
ke belakang dapat mengurangi peluang memperkenalkan bakteri dari
daerah dubur ke uretra.
b. Meningkatkan asupan cairan mungkin mengizinkan sering buang air kecil
untuk menyiram bakteri dari kandung kemih. Buang air kecil segera
setelah melakukan hubungan seksual dapat membantu menghilangkan
bakteri yang mungkin telah diperkenalkan selama hubungan seksual.
Menahan diri dari buang air kecil untuk waktu yang lama memungkinkan
bakteri waktu untuk berkembang biak, begitu sering buang air kecil dapat
mengurangi risiko cystitis pada mereka yang rentan terhadap infeksi
saluran kemih.
c. Cauterisation

pada

lapisan

kandung

kemih

melalui

cystoscopy

memberikan bantuan jangka panjang (kadang-kadang beberapa tahun) dari


kondisi ini.

12

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama, jenis kelamin (wanita lebih sering dari pada laki-laki, karena
dekatnya muara uretra dan vagina dengan daerah anal), umur (terjadi pada
semua umur lebih sering wanita usia subur dan wanita yang menggunakan
kontrasepsi yang berupa IUD atau spermasida), alamat (disekitar industry
karena salah satu penyebab sistitis non infeksi adalah dikarenakan bahan
kimia), pekerjaan, tanggal MRS, tanggal pengkajian, No. Reg, diagnose
medis.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien dengan sistitis biasanya datang dengan keluhan sakit atau panas di
uretra pada saat kencing
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh bahwa terasa sakit pada saat kencing, urine keluar sedikit
dan tidak enak pada daerah supra pubik.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah mempunyai riwayat ISK sebelumnya, obstruksi saluran
kemih, dan masalah kesehatan lain, misalnya Diabetes Melitus dan riwayat
seksual.
4) Riwayat Kesahatan Keluarga
Kaji apakah keluarga pasien ada yang mengalami sistitis.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum pasien : biasanya pasien tampak cemas.
Kesadaran : Composmetis
Tanda-tanda Vital:
Tekanan Darah (120/80 mmHg)
: Meningkat
Pernafasan (16-24x/mnt)
: Normal
Nadi (60-100x/mnt)
: Meningkat

13

Suhu (36,5-37,5oC)

: Meningkat

2. Head To Toe
a. Kepala
: Kulit kepala bersih, bulat sempurna, distribusi rambut
merata, tidak ada benjolan atau lesi.
b. Mata
: Pandangan mata normal.
c. Hidung
: Tidak ada polip, benda asing, secret dalam hidung, tidak
ada pernafasan cuping hidung.
d. Mulut
: Mukosa bibir lembab, lidah dan mulut tampak bersih,
tidak ada perdarahan pada mukosa dan gusi, tidak ada kotoran yang
menempel pada sela-sela gigi.
e. Telinga
: Simetris antara kanan dan kiri, lubang telinga bersih dan
tidak ada cairan yang keluar, membrane tympani mengkilat dan utuh..
f. Leher
: tidak adanya pembesaran JVP (Jugularis Vena Pressure)
g. Thorax/ dada :
Pemeriksaan paru :
Inspeksi : Bentuk dada simetris antara kanan dan kiri. Tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan (sternokloidomasteodeus
dan trapezius).
Palpasi

: Tidak ada krepitasi, taktil fremitus biasanya normal (kiri


dan kanan).

Perkusi
: Suara paru-paru sonor kedua lapang paru.
Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan.
h. Pemeriksaan jantung :
Inspeksi
: Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi
: Denyut apeks/iktus kordis dan aktivitas ventrikel.
Perkusi
: Bunyi jantung redup.
Auskultasi

: BJ 1 dan BJ 2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan,


tidak ada murmur.

i. Pemeriksaan abdomen :
Inspeksi

: Bentuk cekung/cembung/datar.

Auskultasi : Bising usus normal (5-12x/menit untuk dewasa, 5-30x


/menit untuk anak-anak)
Palpasi

: Adanya distensi, karena pengosongan VU tidak maksimal.

Perkusi

: Normal (timpani)

14

j. Pemeriksaan Genetalia : Inflamasi dan lesi di uretra meatus dan


vagina introitus
k. Pemeriksaan integument : Tampak bersih, tidak terdapat lesi, teraba
hangat.
l. Pemeriksaan Ekstermitas : turgor kulit normal (kembali < 2 detik).
3. Pengkajian pola gordon
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan
perubahan terhadap pemeliharaan kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Adanya penurunan nafsu makan yang akan mempengaruhi asupan
nutrisi pada tubuh yang berakibat adanya penurunan BB dan penurunan
massa otot.
c. Pola eliminasi
Sering buang air kecil, disuria, bau urine yang menyengat, nyeri pada
supra pubik, rasa mendesak, rasa panas di uretra pada waktu buang air
kecil, dan hematuria terminal.
d. Pola aktivitas dan latihan
Pada Pola aktivitas klien dengan sistitis tidak mengalami gangguan.
e. Pola istirahat tidur
Pola tidur dan istirahat akan terganggu, karena frekuensi meningkat
dan pengosongan kandung kemih tidak maksimal.
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Akan terjadi perubahan jika pasien tidak memahami cara yang efektif
untuk mengatasi masalah kesehatannya dan konsep diri yang meliputi
(Body Image, identitas diri, peran diri, ideal diri, dan harga diri).
g. Pola Reproduksi dan Seksual
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah akan
mengalami perubahan.
h. Pola Mekanisme Koping
Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
kesehatannya,

termasuk

dalam

memutuskan

untuk

menjalani

pengobatan yang intensif. Tidak percaya diri, menarik diri.


i. Pola nilai dan kepercayaan
Adanya kecemasan dalam sisi spiritual akan menyebabkan masalah
yang baru yang ditimbulkan akibat dari ketakutan akan kematian dan
akan mengganggu kebiasaan ibadahnya.

15

j. Pola Peran dan Hubungan


Pasien bertingkah laku biasa/normal dengan keluarganya sebelum sakit.
k. Hubungan dengan masyarakat
Hubungan pasien dengan masyarakat akan terganggu, karena pasien
merasa minder atau menarik diri dari masyarakat
4. Pemeriksaan penunjang
a)

Pemeriksaan urine lengkap

Leukosuria atau piuria terdapat > 5/lpb sedimen air kemih.

Hematuria 5 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.

b)

Bakteriologis

Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi,


102-103 organisme koliform/ml urine plus piuria.

Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan


warna pada uji carik.

c)
3.1.4

Contoh Analisa Data

No.
1

Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP

Data

Etiologi

Problem

Ds: Biasanya klien mengeluh Bakteri


Gangguan
rasa
(Escherichia Coly),
sakit/ nyeri saat berkemih.
nyaman nyeri
jamur (Candida),
- P : Nyeri saat berkemih
virus dan parasit
- Q : Nyeri kemeng
(Trichomonas)
- R : Nyeri daerah supra
pubik.
- S : Skala nyeri 3-5
- T : Nyeri hilang timbul

Invasi
mikroorganisme
pada kandung

Do: Wajah pasien tampak


meringis

kesakitan

kemih

dan

gelisah sambil memegangi

Infeksi pada vesica


urinaria

daerah yang sakit.

16

2.

Ds:

Biasanya

klien

inflamasi pada

Perubahan pola

mengatakan bahwa dia sering

vesica urinaria

eliminasi

berkemih,

tapi

dengan

Peningkatan

volume yang sedikit, tidak


seperti biasanya.
Do :
- Saat
palpasi

endotoksin
Penurunan fungsi

area

sfingter

suprapubik terasa tegang.


- Na serum > 125 mEq/L
- Na urine < 20 mEq/L
- Osmolalitas serum < 287

Urgensi

mOsm/kg
3

Ds :

Invasi

- Biasanya klien mengatakan


badannya terasa panas

Hipertermi

mikroorganisme
pada kandung
kemih

Do : Badan pasien teraba


panas.
TTV :
TD (110/80 MmHg) :
normal
N (60-100x/menit)

Inflamasi pada
vesika urinaria

:
Proses infeksi

normal/meningkat
S (36,5-37,50 C)

meningkat
RR (16-24x/menit)

vesika urinaria

normal

3.2 Diagnosa Keperawatan Sistitis


1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses infeksi vesika
urinaria.

17

2.

Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan urgensi.

3.

Hipertermi berhubungan dengan peningkatan endotoksin.

3.3 Rencana Keperawatan


Tgl

10-

No.

Tujuan dan Kriteria

Dx

Hasil

1.

Setelah

Intervensi

dilakukan 1. Kaji

nyeri

Rasional

secara 1. Menentukan lokasi

0kt

tindakan

komprehensif; lokasi,

nyeri, kerakteristik,

14

keperawatan selama

karakteristik,

durasi,

1x24

frekuensi,

diharapkan

nyeri berkurang atau


hilang.
Klien

mengerti

penyebab
keadaan

yang

dialaminya.

mengatasi

nyeri

yang

dialaminya.
Klien

dapat

relaksasi

dan

distraksi

yang

telah

diajarkan

oleh perawat.

ada

terbakar

presipitasi

dari

mengidentifikasi

perubahan

warna,

indikasi, kemajuan

pola

atau penyimpangan

bau,

dan

berkemih.

dari
dengan

dokter
pemberian

dalam
analgesik

hasil

yang

diharapkan
3. Analgesik
memblok
nyeri,

lintasan
sehingga

mengurangi nyeri.

evaluasi
keberhasilannya.
4. Ajarkan teknik non

4. Meringankan nyeri
dan

memberikan

rasa nyaman.

farmakologis
(misalnya : relaksasi
dan distraksi) untuk
mengatasi nyeri.

Nyeri berkurang, 5. Jika


tidak

kualitas dan fakror

jam sekali terhadap

sesuai kebutuhan. dan

melakukan teknik

dan faktor presipitasi.

Klien mengetahui 3. Kolaborasi


cara

kualitas

frekuensi,

nyeri.
2. Pantau urine setiap 8 2. Untuk

Kriteria hasil :

durasi,

frekuensi

rasa

menjadi

pada

jamin akses ke kamar

18

masalah,

5. Berkemih

yang

sering mengurangi
statis

urine

pada

kandung kemih dan


menghindari

uretra, skala nyeri

mandi,

0-3,

dibawah tempat tidur

frekuensi

nyeri berkurang,

atau

kualitas

Anjurkan

nyeri

berkurang.

ada

perubahan warna
urine, bau, dan
berkemih

normal.

10-

Setelah

saja

pertumbuhan
bakteri.

bedpan.
pasien

untuk berkemih kapan

Tidak

pola

pispot

jika

ada

education

meningkatkan
derajat

keinginan.
6. Berikan

Health

Education pada klien


tentang

6. Health

penyebab

pengetahuan pasien
tentang

kondisi

yang dialaminya.

terjadinya nyeri.
dilakukan 1. Ukur dan catat urine 1. Untuk mengetahui

0kt

tindakan

setiap kali berkemih.

14

keperawatan selama

warna dan untuk

3x24 jam diharapkan

mengetahui

klien

input/out put.

dapat

mempertahankan
pola eliminasi secara
adekuat.

2. Anjurkan klien untuk 2. Sering

Klien

untuk

jam sekali.

terjadinya

penyebab
yang

dialaminya.

Klien mengetahui
cara

menjaga

dalam
3. Palpasi

daerah

daerah perineal.

jam sekali.

dapat

urinaria.
adanya

4. Bantu klien ke kamar


kecil,

memakai

pispot/urinal.
5. Bantu
mendapatkan

Klien

vesika

kandung kemih tiap 4 3. Untuk mengetahui

berkemih

19

distensi

kandung kemih.
4. Untuk
memudahkan klien
di dalam berkemih.

kebersihan

mencegah

penumpukan urine

mengerti

keadaan

berkemih

berkemih setiap 2-3

Kriteria Hasil :

adanya perubahan

klien
posisi
yang

5. Supaya klien tidak


sukar

untuk

memakai

nyaman.

pispot/urinal saat
berkemih.

berkemih.

6. Berikan

Health 6. Health

education

tentang

ada

pentingnya

menjaga

distensi kandung

kebersihan

tubuh,

kemih,

volume

(terutama pada bagian

urine

normal,

sistem perkemihan).

Tidak

pasien

education

meningkatkan
pengetahuan pasien
tentang

menjaga

kebersihan

dapat

berkemih setiap 3
jam sekali.
10-

Setelah

dilakukan 1. Kaji tanda-tanda vital, 1.

Tanda

vital

0kt

tindakan

terutama suhu tubuh

menandakan

14

keperawatan selama

pasien setiap 4 jam

adanya perubahan

3x24 jam diharapkan

dan lapor jika suhu

di dalam tubuh.

suhu tubuh dalam

diatas 38,5 0C.

rentang normal.

2. Lakukan teknik tapid


sponge.

Kriteria Hasil :

keadaan

Klien

mengerti

perintah petugas
untuk

memakai

pakaian tipis atau


yang

dapat

menyerap
keringat.

Klien

health

education pada pasien


dan keluarga tentang

dialaminya.

tapid

sponge merupakan
mengompres pada

3. Berikan
yang

Teknik

teknik

Klien mengetahui
penyebab

2.

proses

terjadinya

hipertermi dan tandatanda dari hipertermi.


4. Anjurkan
untuk

pasien

menggunakan

pakaian

yang

tipis

atau dapat menyerap


keringat.

memakai

lipatan tubuh.
3. Health education
meningkatkan
pengetahuan
tentang

gejala hipertermi.
4. Pakaian yang tipis
atau dapat menyerap
keringat

sangat

efektif

dipakai,

karena

pasien

hipertermi

20

tanda

pakaian
dapat

yang

memproduksi

menyerap 5. Monitor

keringat (kaos).

intake

out

put pasien.

banyak keringat.
5. Intake yang adekuat
dapat

TTV dalam batas


Normal (suhu :
36,5-37,50C,

menurunkan suhu
6. Kolaborasi

tubuh.

dalam 6.

pemberian

mmHg,

nadi

dengan

dokter

tekanan darah :
120/80

anti

menurunkan suhu
tubuh,

100x/menit, RR :

berlebih,

intake

yaitu

paracetamol,

16-24x/menit),
tidak

Golongan
antipiretik

piretik.

60-

keringat

membantu

ibuprofen, dll

out put seimbang.

3.4 Contoh Implementasi


Tgl dan

No.

jam

Dx

10 Okt

Implementasi

2014

Respon Pasien

Mengobservasi suhu tubuh, Ds : tekanan darah, nadi dan


respiratory rate.

07.00

Ttd

Do : TD (120/80 mmHg)
Normal, Pernafasan (1624x/mnt)

Normal,

(60-100x/mnt),
Suhu

Nadi

Normal,

(36,5-37,5oC)

meningkat.
07.00

Mengkaji
nyeri
pasien

skala Ds : Pasien mengatakan

tingkat

dengan
untuk

menyuruh bahwa skala nyerinya 0-3


memilih dan nyerinya kemeng.

angka yang sesuai dengan

21

nyerinya dan tipe nyeri Do : yang dialami klien.


08.00

Memberikan obat golongan


analgesic

(as.Mefenamat)

Do : Pasien meminum

pada pasien.
1

11.00

Ds : -

Mempalpasi

daerah

kandung

kemih,

menyuruh

pasien

obatnya dengan baik.

dan Ds : Pasien mengatakan


untuk nyeri dibagian kandung

mengatakan jika terdapat kemih.


nyeri tekan.

Do

Pasien

tampak

meringis menahan nyeri.


1

Mengajarkan pasien teknik


distraksi,

13.00

yaitu

mendengarkan
nafas dalam.

dengan Ds : lagu dan


Do : Pasien melakukan
teknik

distraksi

dengan

baik,

yaitu

dengan

mendengarkan

lagu

dan

nafas dalam.
13.45

Memberi
tentang

tahu

pasien

pentingnya Ds : -

menjaga kebersihan daerah Do : Pasien


perineal.
mengerti
13.45

tampak
dengan

Mengompres tubuh pasien penjelasan petugas.


bagian aksila dan lipat paha Ds : Pasien mengatakan
(inguinal).
tubuhnya terasa nyaman.
Do

Suhu

mengalami
dalam

22

tubuh

penurunan

ambang

normal

(36,5-37,5oC).
15.00

Menanyakan
frekuensi

pada

dan bahwa dirinya berkemih 3

berkemih

apakah kali dalam sehari.

mengobservasi
terjadi

klien Ds : Pasien mengstakan

perubahan

warna

dan bau.
15.00

Tidak

terjadi

warna jernih dan bau khas.

Mengobservasi suhu klien.

Ds : Do : Suhu (36,5-37,5oC)

17.00

perubahan warna dan bau,

14.00

Do

Memberikan obat golongan Ds : antipiretik

pasien Do : Pasien meminum obat


(paracetamol 500 mg).
tersebut.
2

pada

Mengobservasi

Ds : Pasien mengatakan

karakteristik urin, warna, berkemih 3 kali dalam


dan bau urine, serta sehari.

20.00

frekuensi berkemih.
Do : Warna urin kuning
jernih, bau urin khas.
20.20

Menganjurkan klien untuk Ds : sesering mungkin untuk


Do : Pasien
berkemih.
mengerti

tampak
dengan

penjelasan petugas.

3.5 Contoh Evaluasi


Tgl
10
Okt

No.Dx
1

Data
S : Pasien mengatakan bahwa nyerinya berkurang, pasien
mengerti teknik distraksi, pasien mengetahui penyebab dari

2014
23

Ttd

nyerinya, dan tidak ada rasa terbakar pada daerah uretra.


P : Nyeri hilang/berkurang saat berkemih
Q : Rasa kemeng hilang/berkurang
R : Nyeri dibagian supra pubik hilang/berkurang
S : Skala 0-3
T : Frekuensi nyeri hilang/berkurang
O : Pasien tampak nyaman dengan keadaannya sekarang.
TTV:
TD (120/80 mmHg)
RR (16-24x/mnt)
Nadi (60-100x/mnt)
Suhu (36,5-37,5oC)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
10

Pasien

: Normal
: Normal
: Normal
: Normal

mengatakan

bahwa

dirinya

dapat

Okt

mempertahankan pola eliminasi secara adekuat, mengerti

2014

penyebab keadaan yang dialaminya, mengetahui cara


menjaga kebersihan daerah perineal.
O : Tidak ada distensi kandung kemih, volume urine normal,
pasien dapat berkemih setiap 3 jam sekali.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

10

3.

S : Pasien mengatakan mengetahui penyebab keadaan yang

Okt

dialaminya, mengerti perintah petugas untuk memakai

2014

pakaian yang menyerap keringat/tipis.


O : Intake output pasien seimbang, suhu tubuh dalam rentang
normal (36,5-37,5oC).
A : Masalah teratasi.

24

P : Intervensi dihentikan.

25

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan


oleh menyebarnya infeksi dari uretra. (Brunner & Suddarth). Hal ini dapat
disebakan oleh aliran balik urine dari uretra ke daam kandung kemih
(refluks uretrovesikal), konstaminasi fekal, pemakain kateter atau
sistoskop.

Etiologi dari sistitis yaitu bakteri, jamur, virus dan parasit, paparan bahan
kimia, radio terapi, dan reaksi imunologi.

Manifestasi klinis dari sistitis yaitu sering buang air kecil, rasa mendesak,
disuria karena epitelium yang meradang tertekan, rasa nyeri pada daerah
suprapubik atau perineal, rasa panas di uretra pada waktu buang air kecil,
dan hematuria terminal.

Klasifikasi dari sistitis yaitu sistitis primer dan sistitis sekunder.

Komplikasi dari sititis yaitu infeksi asenden ke ginjal dapat terjadi jika
hubungan ureterovesikal berada dalam keseimbangan yang rawan

Pemeriksaan diagnostic dari sititis yaitu pemeriksaan urine lengkap,


bakteriologis, pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP.

1.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan demikian
penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang
membutuhkannya

26

DAFTAR PUSTAKA

Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
Schrock, Theodore R. 1995. Ilmu Bedah Edisi Ketujuh. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. dan Jong, Wim De. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua.
Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Bedah. Jakarta : EGC.
Doenges, E. Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta : EGC.

27

Vous aimerez peut-être aussi