Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan
Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami defenisi sistitis.
b. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisologi kandung kemih.
c. Mengetahui dan memahami etiologi sistitis.
d. Mengetahui dan memahami klasifikasi sistitis.
e. Mengetahui dan mamahami tanda dan gejala sistitis.
f. Mengetahui dan mamahami patofisiologi sistitis.
g. Mengetahui dan memahami manifestasi klinik sistitis.
h. Mengetahui dan memahami pemeriksaaan diagnostik dan diagnose
banding sistitis.
i. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien sistitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Definisi
Sistitis atau radang kandung kemih lebih sering terjadi pada wanita
daripada pria, karena dekatnya muara uretra dan vagina dengan daerah anal.
Organisme gram negative dapat sampai ke kandung kemih saat bersetubuh,
trauma uretra, atau kurang hiegenis. Biasanya organisme ini cepat dikeluarkan
sewaktu berkemih (miksi). Pada pria secret prostat memiliki sifat antibacterial.
Hal ini dapat disebakan oleh aliran balik urine dari uretra ke daam
kandung kemih (refluks uretrovesikal), konstaminasi fekal, pemakain kateter
atau sistoskop.
Sistitis lebih sering pada wanita daripada pria. Bagian distal uretra
biasanya dikolonisasi bakteri oleh bakteri kolonisasi di vagina. Defek mukos
uretra, vagina, atu genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan
berkolonisasi di suatu tempat di periuretral dan masuk ke dalam kandumg
kemih.
Sistitis akut pada wanita biasanya disebabkan oleh Escherichia coli.
Hubungan seksual berkaitan dengan UTI, terutama pada wanita yang gagal
berkemih setelah berhubungan seksual. Sistitis pada pria akibat dari beberapa
factor, misalnya infeksi prostat, epididimitis, atau batu kansung empedu.
Konsekuensinya pria akan menjalani diagnostic setelah episode sistitis yang
pertama untuk mengidentifikasi dan menangani penyebabnya.
2.3 Etiologi
2.3.1 Infeksi sistitis biasanya disebabkan oleh :
a. Bakteri
Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia Coly yang secara normal
terletak pada gastrointestinal. Pada beberapa kasus infeksi yang berasal
dari uretra dapat menuju ke ginjal.
Bakteri lain yang bisa menyebabkan infeksi adalah Enterococcus,
Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, dan Staphylococcus.
b. Jamur
Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida.
c. Virus dan Parasit
Infeksi yang disebabkan oleh virus dan parasit jarang terjadi.
Contohnya : Trichomonas, parasit ini terdapat dalam vagina, juga dapat
berada dalam urine.
2.3.2 Sistitis yang non infeksi biasanya disebabkan oleh :
a. Paparan
bahan
kimia,
contohnya
obat-obatan
biasanya
Erytematous).
Penyabab lain dari sititis belum dapat diketahui. Tapi ada penelitian yang
menyatakan bahwa cystitis bisa disebabkan tidak berfungsinya epitel kandung
kemih untuk menyimpan urin yang menyebabkan adanya kebocoran pada
lapisan dalam kandung kemih.
2.3.3 Jalur infeksi
a. Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini
lebih sering ditemukan pada wanita
b. Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk
kekandung kemih.
c. Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung
kemih misalnya appendicitis.
d. Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
terinfeksi.
2.7 Pathway
Bakteri (Escherichia
(Candida),
virus
(Trichomonas)
Coly), jamur
dan
parasit
Inflamasi
Perubahan flora
Endogen
Hematogen
Limfogen
Eksogen
Peningkatan
endotoksin
Hipertermi
Inflamasi vesika
urinaria
Gangguan
rasanyaman : Nyeri
Kurang
pengetahuan
Fungsi
spingter
Perubahan Pola
berkemih
Urgensi
Perubahan status
kesehatan
Restensi urin
Ansietas
Pemasangan
Cateter
2.8 Komplikasi
Menurut Schrock, Theodore dalam buku Ilmu Bedah Edisi Ketujuh,
Komplikasi dari sititis yaitu infeksi asenden ke ginjal dapat terjadi jika
hubungan ureterovesikal berada dalam keseimbangan yang rawan, pada pasienpasien ini terjadi refluks bila ada infeksi dan berhenti infeksinya menghilang.
10
b)
b. Bakteriologis
a) Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102-103
organisme koliform/ml urine plus piuria.
b) Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada
uji carik.
c. Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP
2.10
Diagnosa Banding
Penatalaksanaan Medis
Tidak ada pengobatan standar ataupun pengobatan efektif untuk sistitis
Pencegahan Sistitis
a. Menjaga daerah genital bersih dan mengingat untuk menghapus dari depan
ke belakang dapat mengurangi peluang memperkenalkan bakteri dari
daerah dubur ke uretra.
b. Meningkatkan asupan cairan mungkin mengizinkan sering buang air kecil
untuk menyiram bakteri dari kandung kemih. Buang air kecil segera
setelah melakukan hubungan seksual dapat membantu menghilangkan
bakteri yang mungkin telah diperkenalkan selama hubungan seksual.
Menahan diri dari buang air kecil untuk waktu yang lama memungkinkan
bakteri waktu untuk berkembang biak, begitu sering buang air kecil dapat
mengurangi risiko cystitis pada mereka yang rentan terhadap infeksi
saluran kemih.
c. Cauterisation
pada
lapisan
kandung
kemih
melalui
cystoscopy
12
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama, jenis kelamin (wanita lebih sering dari pada laki-laki, karena
dekatnya muara uretra dan vagina dengan daerah anal), umur (terjadi pada
semua umur lebih sering wanita usia subur dan wanita yang menggunakan
kontrasepsi yang berupa IUD atau spermasida), alamat (disekitar industry
karena salah satu penyebab sistitis non infeksi adalah dikarenakan bahan
kimia), pekerjaan, tanggal MRS, tanggal pengkajian, No. Reg, diagnose
medis.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien dengan sistitis biasanya datang dengan keluhan sakit atau panas di
uretra pada saat kencing
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh bahwa terasa sakit pada saat kencing, urine keluar sedikit
dan tidak enak pada daerah supra pubik.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah mempunyai riwayat ISK sebelumnya, obstruksi saluran
kemih, dan masalah kesehatan lain, misalnya Diabetes Melitus dan riwayat
seksual.
4) Riwayat Kesahatan Keluarga
Kaji apakah keluarga pasien ada yang mengalami sistitis.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum pasien : biasanya pasien tampak cemas.
Kesadaran : Composmetis
Tanda-tanda Vital:
Tekanan Darah (120/80 mmHg)
: Meningkat
Pernafasan (16-24x/mnt)
: Normal
Nadi (60-100x/mnt)
: Meningkat
13
Suhu (36,5-37,5oC)
: Meningkat
2. Head To Toe
a. Kepala
: Kulit kepala bersih, bulat sempurna, distribusi rambut
merata, tidak ada benjolan atau lesi.
b. Mata
: Pandangan mata normal.
c. Hidung
: Tidak ada polip, benda asing, secret dalam hidung, tidak
ada pernafasan cuping hidung.
d. Mulut
: Mukosa bibir lembab, lidah dan mulut tampak bersih,
tidak ada perdarahan pada mukosa dan gusi, tidak ada kotoran yang
menempel pada sela-sela gigi.
e. Telinga
: Simetris antara kanan dan kiri, lubang telinga bersih dan
tidak ada cairan yang keluar, membrane tympani mengkilat dan utuh..
f. Leher
: tidak adanya pembesaran JVP (Jugularis Vena Pressure)
g. Thorax/ dada :
Pemeriksaan paru :
Inspeksi : Bentuk dada simetris antara kanan dan kiri. Tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan (sternokloidomasteodeus
dan trapezius).
Palpasi
Perkusi
: Suara paru-paru sonor kedua lapang paru.
Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan.
h. Pemeriksaan jantung :
Inspeksi
: Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi
: Denyut apeks/iktus kordis dan aktivitas ventrikel.
Perkusi
: Bunyi jantung redup.
Auskultasi
i. Pemeriksaan abdomen :
Inspeksi
: Bentuk cekung/cembung/datar.
Perkusi
: Normal (timpani)
14
termasuk
dalam
memutuskan
untuk
menjalani
15
b)
Bakteriologis
c)
3.1.4
No.
1
Data
Etiologi
Problem
Invasi
mikroorganisme
pada kandung
kesakitan
kemih
dan
16
2.
Ds:
Biasanya
klien
inflamasi pada
Perubahan pola
vesica urinaria
eliminasi
berkemih,
tapi
dengan
Peningkatan
endotoksin
Penurunan fungsi
area
sfingter
Urgensi
mOsm/kg
3
Ds :
Invasi
Hipertermi
mikroorganisme
pada kandung
kemih
Inflamasi pada
vesika urinaria
:
Proses infeksi
normal/meningkat
S (36,5-37,50 C)
meningkat
RR (16-24x/menit)
vesika urinaria
normal
17
2.
3.
10-
No.
Dx
Hasil
1.
Setelah
Intervensi
dilakukan 1. Kaji
nyeri
Rasional
0kt
tindakan
komprehensif; lokasi,
nyeri, kerakteristik,
14
keperawatan selama
karakteristik,
durasi,
1x24
frekuensi,
diharapkan
mengerti
penyebab
keadaan
yang
dialaminya.
mengatasi
nyeri
yang
dialaminya.
Klien
dapat
relaksasi
dan
distraksi
yang
telah
diajarkan
oleh perawat.
ada
terbakar
presipitasi
dari
mengidentifikasi
perubahan
warna,
indikasi, kemajuan
pola
atau penyimpangan
bau,
dan
berkemih.
dari
dengan
dokter
pemberian
dalam
analgesik
hasil
yang
diharapkan
3. Analgesik
memblok
nyeri,
lintasan
sehingga
mengurangi nyeri.
evaluasi
keberhasilannya.
4. Ajarkan teknik non
4. Meringankan nyeri
dan
memberikan
rasa nyaman.
farmakologis
(misalnya : relaksasi
dan distraksi) untuk
mengatasi nyeri.
melakukan teknik
kualitas
frekuensi,
nyeri.
2. Pantau urine setiap 8 2. Untuk
Kriteria hasil :
durasi,
frekuensi
rasa
menjadi
pada
18
masalah,
5. Berkemih
yang
sering mengurangi
statis
urine
pada
mandi,
0-3,
frekuensi
nyeri berkurang,
atau
kualitas
Anjurkan
nyeri
berkurang.
ada
perubahan warna
urine, bau, dan
berkemih
normal.
10-
Setelah
saja
pertumbuhan
bakteri.
bedpan.
pasien
Tidak
pola
pispot
jika
ada
education
meningkatkan
derajat
keinginan.
6. Berikan
Health
6. Health
penyebab
pengetahuan pasien
tentang
kondisi
yang dialaminya.
terjadinya nyeri.
dilakukan 1. Ukur dan catat urine 1. Untuk mengetahui
0kt
tindakan
14
keperawatan selama
mengetahui
klien
input/out put.
dapat
mempertahankan
pola eliminasi secara
adekuat.
Klien
untuk
jam sekali.
terjadinya
penyebab
yang
dialaminya.
Klien mengetahui
cara
menjaga
dalam
3. Palpasi
daerah
daerah perineal.
jam sekali.
dapat
urinaria.
adanya
memakai
pispot/urinal.
5. Bantu
mendapatkan
Klien
vesika
berkemih
19
distensi
kandung kemih.
4. Untuk
memudahkan klien
di dalam berkemih.
kebersihan
mencegah
penumpukan urine
mengerti
keadaan
berkemih
Kriteria Hasil :
adanya perubahan
klien
posisi
yang
untuk
memakai
nyaman.
pispot/urinal saat
berkemih.
berkemih.
6. Berikan
Health 6. Health
education
tentang
ada
pentingnya
menjaga
distensi kandung
kebersihan
tubuh,
kemih,
volume
urine
normal,
sistem perkemihan).
Tidak
pasien
education
meningkatkan
pengetahuan pasien
tentang
menjaga
kebersihan
dapat
berkemih setiap 3
jam sekali.
10-
Setelah
Tanda
vital
0kt
tindakan
menandakan
14
keperawatan selama
adanya perubahan
di dalam tubuh.
rentang normal.
Kriteria Hasil :
keadaan
Klien
mengerti
perintah petugas
untuk
memakai
dapat
menyerap
keringat.
Klien
health
dialaminya.
tapid
sponge merupakan
mengompres pada
3. Berikan
yang
Teknik
teknik
Klien mengetahui
penyebab
2.
proses
terjadinya
pasien
menggunakan
pakaian
yang
tipis
memakai
lipatan tubuh.
3. Health education
meningkatkan
pengetahuan
tentang
gejala hipertermi.
4. Pakaian yang tipis
atau dapat menyerap
keringat
sangat
efektif
dipakai,
karena
pasien
hipertermi
20
tanda
pakaian
dapat
yang
memproduksi
menyerap 5. Monitor
keringat (kaos).
intake
out
put pasien.
banyak keringat.
5. Intake yang adekuat
dapat
menurunkan suhu
6. Kolaborasi
tubuh.
dalam 6.
pemberian
mmHg,
nadi
dengan
dokter
tekanan darah :
120/80
anti
menurunkan suhu
tubuh,
100x/menit, RR :
berlebih,
intake
yaitu
paracetamol,
16-24x/menit),
tidak
Golongan
antipiretik
piretik.
60-
keringat
membantu
ibuprofen, dll
No.
jam
Dx
10 Okt
Implementasi
2014
Respon Pasien
07.00
Ttd
Do : TD (120/80 mmHg)
Normal, Pernafasan (1624x/mnt)
Normal,
(60-100x/mnt),
Suhu
Nadi
Normal,
(36,5-37,5oC)
meningkat.
07.00
Mengkaji
nyeri
pasien
tingkat
dengan
untuk
21
(as.Mefenamat)
Do : Pasien meminum
pada pasien.
1
11.00
Ds : -
Mempalpasi
daerah
kandung
kemih,
menyuruh
pasien
Do
Pasien
tampak
13.00
yaitu
mendengarkan
nafas dalam.
distraksi
dengan
baik,
yaitu
dengan
mendengarkan
lagu
dan
nafas dalam.
13.45
Memberi
tentang
tahu
pasien
pentingnya Ds : -
tampak
dengan
Suhu
mengalami
dalam
22
tubuh
penurunan
ambang
normal
(36,5-37,5oC).
15.00
Menanyakan
frekuensi
pada
berkemih
mengobservasi
terjadi
perubahan
warna
dan bau.
15.00
Tidak
terjadi
Ds : Do : Suhu (36,5-37,5oC)
17.00
14.00
Do
pada
Mengobservasi
Ds : Pasien mengatakan
20.00
frekuensi berkemih.
Do : Warna urin kuning
jernih, bau urin khas.
20.20
tampak
dengan
penjelasan petugas.
No.Dx
1
Data
S : Pasien mengatakan bahwa nyerinya berkurang, pasien
mengerti teknik distraksi, pasien mengetahui penyebab dari
2014
23
Ttd
Pasien
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
mengatakan
bahwa
dirinya
dapat
Okt
2014
10
3.
Okt
2014
24
P : Intervensi dihentikan.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Etiologi dari sistitis yaitu bakteri, jamur, virus dan parasit, paparan bahan
kimia, radio terapi, dan reaksi imunologi.
Manifestasi klinis dari sistitis yaitu sering buang air kecil, rasa mendesak,
disuria karena epitelium yang meradang tertekan, rasa nyeri pada daerah
suprapubik atau perineal, rasa panas di uretra pada waktu buang air kecil,
dan hematuria terminal.
Komplikasi dari sititis yaitu infeksi asenden ke ginjal dapat terjadi jika
hubungan ureterovesikal berada dalam keseimbangan yang rawan
1.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan demikian
penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang
membutuhkannya
26
DAFTAR PUSTAKA
Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
Schrock, Theodore R. 1995. Ilmu Bedah Edisi Ketujuh. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. dan Jong, Wim De. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua.
Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Bedah. Jakarta : EGC.
Doenges, E. Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta : EGC.
27