Vous êtes sur la page 1sur 5

Ukuran Manset

Jenis Manset

Lebar Kantong Karet


(cm)

Panjang Kantong Karet


(cm)

Neonatus

2.5 4.0

5.0 9.0

Bayi

4.0 6.0

11.5 -18.0

Anak

7.5 9.0

17.0 19.0

Dewasa

11.5 -13.0

22.0 26.0

Lengan besar

14.0 -150

30.5 33.0

Paha

18.0 -19.0

36.0 38.0

Tabel 1: Ukuran Manset


Rentang Nilai Tekanan Darah
a. Neonatus dan Anak
Umur (Tahun)

Sistole (mmHg)

Diastole (mmHg)

Neonatal

75-105

45-75

26

80-110

50-80

85-120

50-80

90-120

55-85

90-120

55-85

10

95-130

60-85

11

95-135

60-85

12

95-135

60-85

13

100-140

60-90

14

105-140

65-90

Tabel 2: Rentang Nilai (Batasan Normal) Tekanan Darah


pada Bayi dan Anak
b. Remaja dan Dewasa (> 15 tahun)
Kategori

Sistole (mmHg)

Diastole (mmHg)

Hipotensi

< 90

< 60

Normal

90 119

60 79

Prehipertensi

120 139

80 89

Hipertensi derajat 1

140 159

90 99

Hipertensi derajat 2

160 179

100 109

Krisis Hipertensi

180 atau lebih

110 atau lebih

Tabel 3: Rentang Nilai Tekanan Darah pada Dewasa


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah (Perry dan Potter, 1993)
a.

Umur

Tekanan darah akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikaitkan dengan
berkurangnya elastisitas pembuluh darah arteri, dinsing arteri semakin kaku sehingga tahanan pada
arteri semakin basar dan meningkatkan tekanan darah.
b.

Waktu Pengukuran

Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi
sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari
atau malam. Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.
c.

Latihan dan Aktivitas Fisik

Latihan dan aktivitas fisik dapat meningkatkan cardiac output dan tekanan darah. Hal ini berkaitan
dengan peningkatan metabolism tubuh. Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga membutuhkan
aliran yang lebih cepat untuk mensuplai oksigen dan nutrisi (tekanan darah naik).
d.

Stress (kecemasan, takut, emosi dan nyeri)

Stress ini akan merangsang syaraf simpatik, mengakibatkan peningkatan denyut jantung serta
peningkatan resistensi atau tahanan arteri. Selain itu juga mengakibatkan vasokonstriksi arteri.
e.

Miscellaneus Faktor/Posisi Tubuh

Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini berkaitan dengan efek gravitasi
bumi. Pada saat berbaring, gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran
tersebut horizontal, sehingga jantung tidak terlalu memompa dan tidak terlalu melawan gaya gravitasi.
Pada saat duduk maupun berdiri, kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena
melawan gaya gravitasi bumi, sehingga kecepatan denyut jantung meningkat. Posisi berbaring
tekanan darah lebih rendah daripada duduk atau berdiri. Baroresepsor akan merespon saat tekanan
darah turun dan berusaha menstabilankan tekanan darah.
f.

Obat-obatan

Terdapat beberapa obat yang dapat menyebabkan peningkatan ataupun penurunan tekanan darah,
seperti analgetik yang dapat menurunkan tekanan arah.
B. Pemeriksaan Suhu Tubuh
Pemeriksaan suhu tubuh akan memberikan tanda/hasil suhu inti yang secara ketat dikontrol karena
dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat,
yaitu:
a.

Aksila/Ketiak, dilakukan selama 5-10 menit (Eoff dan Joyce, 1981

b.

Oral/mulut, dilakukan selama 2 menit (Baker et.al, 1984)

c.

Rectal/Anus, dilakukan selama 2 menit (Kucha, 1972)

d.

Timpanik/Telinga, dilakukan selama 2 detik (Erickson et.al,1991)

Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat yaitu :
a.

Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36C. Untuk mengukur suhu hipotermi diperlukan

termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25 derajat
Celcius.
b.

Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36,5 - 37,5C

c.

Febris / pireksia / panas, bila suhu tubuh diatas 37,5 - 40C

d.

Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40C

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh


a.

Kecepatan metabolisme basal

Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas
yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Suhu tubuh sangat terkait dengan laju metabolisme.
b.

Rangsangan saraf simpatis

Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat.
Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam
jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas.
Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan
produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
c.

Hormone pertumbuhan

Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme


sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
d.

Hormone tiroid

Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga
peningkatan kadar tiroksin dapat memengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
e.

Hormone kelamin

Hormone kelamin pria (testosterone)dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 1015% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu
lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 0,6C di atas suhu basal.
f.

Demam (peradangan)

Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk
tiap peningkatan suhu 10C.
g.

Status gizi

Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 30%. Hal ini terjadi
karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan

demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia).
Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena
lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan
sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
h.

Aktivitas

Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen
otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh
hingga 38,3 40,0 C.
i.

Gangguan organ

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme
regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi
infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat
yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
j.

Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau
berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat
memengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian
besar melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan
melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis
arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang
cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti
tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh.
C.

Pemeriksaan Frekuensi Nadi

Titik denyut, misalnya: denyut arteri temporalis dan arteri frontalis pada kepala, arteri karotis pada
leher, arteri brachialis pada lengan atas/siku bagian dalam, arteri radialis dan ulnris pada pergelangan
tangan, arteri poplitea pada belakang lutut, dan arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada
kaki.
Frekuensi denyut nadi sangat bervariasi, tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia.
Demikian juga halnya waktu berdiri, sedang makan, mengeluarkan tenaga atau waktu emosi.
Batasan dan Klasifikasi (Whaley dan Wong, 1993)
Bayi yang baru dilahirkan (1-3 bulan): 120-140 kali/menit, bayi 4 bulan-2 tahun: 80-150 kali/menit,
anak 2-10 tahun: 70-110 kali/mnit, anak anak >10 tahun: 55-90 kali/menit, dewasa: 60-90 kali/menit,
dan usia lanjut yang sehat: 60/100 kali/menit.
Nadi yang cepat disebut tathicardia atau pulsus frekuens, dan nadi yang lambat disebut bradicardia
atau pulsus rarus. Pulsus frekuens dijumpai pada demam tinggi, tirotoksikosis, infeksi streptokokus,
difteria dan berbagai jenis penyakit jantung. Nadi yang lambat terdapat pada penyakit miksudema

(kekurangan tiroksin), penyakit kuning dan tifoid. Irama nadi sifatnya teratur pada orang sehat, akan
tetapi nadi yang tidak teratur belum tentu abnormal. Aritmia sinus adalah gangguan irama nadi,
dimana frekuensi nadi menjadi cepat pada saat inspirasi dan melambat waktu ekspirasi. Hal demikian
adalah normal dan mudah dijumpai pada anak-anak. Jenis nadi tidak teratur lainnya adalah abnormal.
D.

Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan

Pemeriksaan frekuensi pernafasan dilakukan dengan menghitung jumlah pernafasan, yaitu inspirasi
yang diikuti ekspirasi dalam satu menit penuh. Selain frekuensi, pemeriksa juga menilai kedalaman
dan irama gerakan ventilasi (jenis/sifat pernafasan). Selain itu, pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui keadaan umum klien, mengikuti perkembangan penyakit, dan membantu menegakkan
diagnosa.
Jenis Pernafasan
1. Chyne Stokes: pernafasan yang sangat dalam yang berangsur-angsur menjadi dangkal dan berhenti
sama sekali (apnoe) selama beberapa detik untuk kemudian menjadi dalam lagi. (keracunan obat
bius, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal kronis, dan perdarahan pada susunan saraf
pusat)
2. Biot : pernapasan dalam dan dangkal yang disertai masa apnoe yang tidak teratur. (meningitis)
3. Kusmaul : pernapasan yang inspirasi dan ekspirasi sama panjangnya dan sama dalamnya, sehingga
keseluruhan pernafasan menjadi lambat dan dalam. (keracunan alkohol dan obat bius, koma,
diabetes, uremia
Batasan Normal
Batasan normal beraneka ragam tergantung usia. Pada bayi: 30 60 kali/menit, anak-anak: 20 30
kali/menit, remaja: 15 24 kali/menit, dan dewasa: 16 20 kali/menit.
Jenis Ketidaknormalan Bunyi Pernafasan
1. Crackel (bunyi nafas seperti retakan/pecahan)
2. Friction (bunyi nafas seperti ada tarikan dinding dada ke dalam)
3. Grunting (bunyi nafas seperti rintihan)
4. Ronchi (bunyi nafas seperti terengah-engah)
5. Stridor (bunyi nafas kasar)
6. Wheezing (bunyi nafas seperti siulan).

Vous aimerez peut-être aussi