Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
manusia. Kerusakan jasmani seseorang bukanlah dasar bagi seseorang untuk menilai
bahwa hidupnya tak bermakna. Demikian juga kecantikan dan ketampanan fisik
seseorang bukan dasar untuk menilai bahwa hidupnya bermakna. Demikian pula suka
duka hidup bukan ukuran dasar dari makna hidup manusia. Nilai tinggi hidup manusia
terletak pertama-tama pada relasinya dengan Allah sendiri; Citra Allah, Anugerah
Allah, Milik Allah, Kudus seperti Allah. Selain itu, hidup fana manusia juga memiliki
nilai yang tinggi karena hidup fana manusia mengandung benih keseluruhan dan
kepenuhan yang akan terpenuhi dalam hidup ilahi abadi (EV 31).[10]
Penderitaan kerapkali dinilai sebagai bencana atau bahkan mungkin buah dari dosa.
Sehingga penderitaan itu sama sekali tak bermakna penderitaan hanya
mensengsarakan manusia dan membuat manusia putus asa. Apakah benar demikian?
Menurut ajaran kristiani, penderitaan secara khusus pada waktu menjelang kematian,
memiliki tempat yang khusus dalam rencana keselamatan Allah. Penderitaan itu
adalah tanda seseorang ikut ambil bagian dalam sengsara Kristus dan bersatu dengan
kurban penebusan Kristus yang mempersembahkan ketaatannya pada kehendak Bapa.
[11]
Pandangan dan Sikap Gereja Katolik tentang Eutanasia
Sikap Gereja sangat tegas menghadapi persoalan ini dan gereja sangat hati-hati
dalam mengambil sikap. Moral gereja memberikan distingsi-distingsi yang tajam
mana eutanasia yang boleh dilakukan dan mana yang tak boleh dilakukan dan moral
gereja memberikan prinsip-prinsip yang tegas namun tetap mengandaikan kejujuran
manusia yang melaksanakan prinsip-prinsip moral itu. Moral gereja Katolik
membedakan eutanasia dalam dua hal eutanasia direk dan indirek. Dan moral gereja
tetap memegang prinsip-prinsip ajaran Yesus sendiri soal hidup manusia.
Seorang kristiani percaya bahwa mereka berada dalam suatu posisi yang unik untuk
melepaskan pemberian kehidupan dari Tuhan karena mereka percaya bahwa kematian
tubuh adalah merupakan suatu awal perjalanan menuju ke kehidupan yang lebih baik.
Lebih jauh lagi, pemimpin gereja Katolik dan Protestan mengakui bahwa apabila
tindakan mengakhiri kehidupan ini dilegalisasi maka berarti suatu pemaaf untuk
perbuatan dosa, juga dimasa depan merupakan suatu racun bagi dunia perawatan
kesehatan, memusnahkan harapan mereka atas pengobatan.
Sejak awalnya, cara pandang yang dilakukan kaum kristiani dalam menanggapi
masalah "bunuh diri" dan "pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing)
adalah dari sudut "kekudusan kehidupan" sebagai suatu pemberian Tuhan. Mengakhiri
hidup dengan alasan apapun juga adalah bertentangan dengan maksud dan tujuan
pemberian tersebut.