Vous êtes sur la page 1sur 22

MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DOSEN
: ELLY L. SJATTAR, SKp.,MKes.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
KLIEN TUMOR OTAK

DISUSUN OLEH
1. Risnah Rahma (008)
2. St.
Rahmawati
(018)
3. M. Iqbal (023)
4. Nurlaela (036)

5. Sunarti (043)
6. Adeleida Y N (057)
7. Normawati (066)
8. Dian
Setya
Budi
(076)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (NERS B)
MAKASSAR
2003
BAB I
Pendahuluan

Tumor primer otak terjadi sekitar 8 per 100.000 populasi umum.


Puncak insidens terjadi pada dekade pertama dan dekade kelima atau
keenam. Pada anak-anak, tumor otak merupakan kelompok tumor kedua
yang sering ditemukan (setelah leukemia), dan keenam pada orang
dewasa. Secara klinis terpaparkan sebagai tanda yang terlokalisasi akibat
rusaknya jaringan atau akibat efek nonspesifik dari naiknya tekanan
intrakranial. Klasifikasi berdasarkan asal sel dan derajad deferensiasi.
Pada anak-anak, 70% terletak pada fosa posterior; sebagian besar
merupakan tumor

intrinsik, pada orang dewasa, 70% terletak

supratentorial; tumor intrinsik dan ekstrinsik keduanya sering terjadi.


Tumor metastasik lebih sering terjadi dengan bertambahnya umur,
sebagian besar berupa karsinoma, yang mungkin membentuk deposit
padat pada SSP atau tersebar melalui CSS, survival tergantung pada umur
penderita dan letak, ukuran serta histologi neoplasma
Tumor-tumor otak primer menunjukan kira-kira 20% dari semua
penyebab kematian karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari
semua kanker pasien mengalami metastase keotak dari tempat-tempat
lain.

Pada makalah ini akan dibahas secara umum tentang tumor otak,
serta akan diperlihatkan pula penyimpangan KDM dan asuhan
keperawatan pada klien yang menderita tumor otak.
BAB II
Tinjauan Teoritis

Tumor Otak
Definisi
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial
yang menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu
bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat
tumbuh menyebar, masuk kedalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat
dari kompresi dan infiltrasi jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi,
yang menyebabkan beberapa atau senua kejadian patofisiologis sebagai
berikut:
Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral.
Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal
Hidrosefalus

Gangguan fungsi hipofise


Tumor-tumor otak primer menunjukan kira-kira 20% dari semua
penyebab kematian karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari
semua kanker pasien mengalami metastase keotak dari tempat-tempat
lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar sistem saraf pusat
tetapi jejas metastase keotak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran
gastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal dan kulit (melanoma).
Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade
kelima, keenamdan ketujuh, dengan tingginya insiden pada pria. Pada
usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia membuat
struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis) dan merupakan
supratentorial (terletak diatas penutup serebelum). Jejas neoplastik
didalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi
vital, seperti pernapasan atau adanya peningkatan TIK.

Klasifikasi
Tumor-tumor otak dapat diklasifikasikan kedalam kelompok
besar : (1) tumor yang muncul dari pembungkus otak, seperti

meningioma dura; (2) tumor yang berkembang didalam atau diatas saraf
kranial, paling cocok dicontohkan dengan neuroma akustik; (3) tumor
yang berasal dalam jaringan otak, seperti pada jenis glioma; dan (4) lesi
metastatik yang berasal dari bagian tubuh lainnya. Tumor hipofisis dan
kelenjar pineal dan pembuluh darah serebral juga tercakup didalam tipetipe tumor otak. Pertimbangan klisis yang relevan terdiri dari lokasi dan
karakter histologik tumor. Tumor mungkin jinak atau malignan. Namun,
karena tumor jinak dapat terjadi didalam daerah vital, tumot ini
mempunyai efek yang sama seriusnya dengan tumor malignan.

Tumor Spesifik
Glioma. Glioma malignan biasanya banyak terjadi pada neoplasma
otak yang jumlahnya kira-kira 45% dari semua tumor otak. Biasanya
tumor-tumor ini tidak dapat dibuang secara total, karena tumor menyebar
dengan infiltrasi kedalam sekitar jaringan saraf dan hal ini tidak
dipertimbangkan untuk direseksi tanpa menyebabkan kerusakan sekali
pada struktur vital.

Adenoma Hipofisis, kelenjar pituitari, juga disebut hipofisis,


adalah kelenjar yang relatif kecil terletak pada sela tursika. Kelenjar ini
terletak pada hipothalamus melalui sebuah tungkai pendek (tangkai
hipofisial) dan dibagi menjadi 2 lobus anterior(adenohipofisis) dan
posterior

(neurohipofisis).

Lobus

anterior

megeluarkan

hormon

pertumbuhan, hormon adrenokorttkotrosik (ACTH), hormon perangsangtiroid (TSH), prolaktin, hormon perangsang folikel (FSH), dan hormon
luteinizing hormon (LH). Hipofisis posterior menyimpan dan melepaskan
hormon antideuretik (vasopresin) dan oksitosin.
Efek tekanan. Tumor-tumor hipofisis menunjukan kira-kira 8% sampai
12% dari semua tumor otak dan menunjukan gejala-gejala akibat tekanan
pada struktur disekitar atau terjadi perubahan hormon (hiperfungsi dan
hipofungsi). Tekanan dari adenoma hipofungsi mungkin mendesak sarafsaraf optik, khiasma optik, atau saluran optik, diatas hipothalamus atau
pada ventrikel ketiga bila Tumor-tumor menyerang sinus kavernosa atau
meluas kedalam tulang sfenoid. Pengaruh tekanan menyebabkan sakit
kepala, gangguan fungsi penglihatan, gangguan hipothalamus (mis;

gangguan tidur, nafsu makan, suhu dan emosi), peningkatan TIK dan
pembesaran serta erosi sella tursika.
Efek hormonal, fungsi hipofisis yang terdapat tumor dapat menghasilkan
satu atau lebih hormon normal yang dihasilkan oleh hipofisis anterior.
Hormon-hormon ini dapat menyebabkan adenoma hipofisis penyekresi
prolaktin (prolaktinoma), sekresi hormon pertumbuhan oleh adenoma
hipofisis yang menyebabkan akromegali pada orang dewasa dan produksi
ACTH oleh edenoma hipofisis yang meningkat pada penyakit chusing.
Sekresi TSH atau FSH-LH pada adenoma tidak sering terjadi, dimana
kedua hormon pertumbuhan dan prolaktin relatif biasa dihasilkan oleh
adenoma.
Pasien wanita mempunyai kelenjar hipofisis yang menyekresi
kuantitas prolaktin yang berlebihan dengan menimbulkan amenorhea
atau galaktorea (kelebihan atau aliran spontan susu). Pasien pria dengan
prolaktinoma dapat muncul denga impotensi dan hipogonadinisme.
Akromegali,

disebabkan

oleh

kelebihan

hormon

pertumbuhan,

menimbulkan pembesaran tangan dan kaki, distorsi gambaran wajah, dan


tekanan pada saraf-saraf perifer (sindrom entrapment)

Gambaran klinis penyakit chusing, sebuah keadaan dihubungkan dengan


lamanya produksi kortisol yang berlebihan dan terjadi produksi ACTH
yang berlebihan. Menifestasinya terdiri dari kegemukan dengan
penyebaran lemak pada wajah, supraklavikular dan daerah abdomen;
hipertensi; striae ungu dan ekimosis; osteoporosis, glukosa intoleransi,
dan gangguan emosional
Tindakan. Kebanyakan adenoma hipofisis sering diobati dengan
mengangkat tumor dengan bedah mikrotransfenoidal, dimana sisa-sisa
tumor dapat diangkat semuanya, diterapi dengan radiasi.
Angioma. Angioma otak (bentuk pembesaran massa pada pembuluh
darah abnormal yang didapat didalam atau diluar daerah otak. Beberapa
kehidupan yang terdapat angioma-angioma tanpa menyebabkan gejala;
pada tumor oak lainnya muncul gejala-gejala. Kadang diagnosa memberi
kesan dengan adanya angioma yang lain dibeberapa tempat dalam kepala
atau dengan sebuah bruit (suara abnormal)terdengar sampai ketengkorak.
Karena pembuluh-pembuluh darah pada angioma tipis, maka beresiko
terhadap adanya cederavaskular serrebral (stroke). Adanya perdarahan

serebral pada orang dibwah 40 tahun memberi kesan mungkin adanya


angioma.
Neuroma akustik, adalah sebuah tumor pada saraf kranial kedelapan,
saraf untuk pendengaran dan keseimbangan, itu biasanya muncul juga
dalam meatus auditori internal, dimana ini sering berkembang sebelum
pengisian serebelopontin berhenti.
Neuroma akustik dapat tumbuh lambat dan mencapai ukuran besar
sebelum diagnosa ditegakan. Pasien biasanya mengalami kehilangan
pendengaran, timus dan episode vertigo dan gaya berjalan sempoyongan.
Akibat tumor menjadi membesar, sesuai nyeri pada wajah dapat terjadi
pada sisi wajah yang sama, sebagai hasil dari tekanan tumor pada saraf
kranial kelima
Dengan mengguanakan tehnik sinar X yang diperbaiki den
penggunaan mikrosop operasi dan instrumen bedah mikro, sebagai
tumor-tumor besar yang dapat diangkat melalui kraniotomi relatif kecil.
Beberapa tumor-tumor ini cocok untuk radioterapi stereotaktik daripada
pembedahan.

Manifestasi Kinik
Tumor-tumor otak menunjukan manifestasi klinik yang tersebar
bila tumor ini menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gekala
lokal sebagai akibat dari tumor yang mengganggu bagian spesifik dari
otak.
Gejala peningkatan TIK. Sesuai dengan hipotesis Monro-Killie yang
dimodifikasi, bahwa tengkorak adalah sebuah ruangan kaku yang berisi
meteri esensial, yang tidak dapar ditekan; benda otak, darah dalam
vaskuler dan cairan serebrospinal (CSS). Jika salah satu komponen dalam
tengkorak ini volume meningkat, TIK akan meningkat, kecuali satu dari
komponen lain menurunkan volumenya. Konsekuensinya terdapat
perubahan volume otak- bila terjadi gangguan seperti otak atau edema
serebral ini akan menimbulkan tanda dan gejala peningkatan TIK
Gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsurangsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah
gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal dan
darah serebral, semua terletak didalam tengkorak. Sebagai akibat

pertumbuhan tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan


melalui penekanan pada vena-vena intrakranial, melalui penurunan
volume cairan serebrospinal (melalui peningkatan absorbsi dan
menurunkan produksi), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan
menurunnya masa jaringan otak intraseluler dan ekstraseluler. Bila
kompensasi ini semua gagal, pasien mengalami tanda dan gejala
peningkatan TIK
Gejala gejala TIK. Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat
tekanan ini adalah sakit kepala, muntah, papiledema (choked disk atau
edema saraf optik), perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan
fokal motorik, sensori dan disfungsi saraf kranial.
Sakit kepala, meskipun tidak selalu ada, tetapi ini banyak terjadi
pada pagi hari dan menjadi buruk oleh karena batuk, menegang atau
melakukan pergerakan yang tiba-tiba. Keadaan ini disebabkan oleh
serangan tumor, tekanan penyimpangan sruktur sensitif nyeri, atau oleh
karena edema yang mengiringi adanya tumor.
Sakit kepala selalu digammbarkan dalam atau meluas atau dangkal tetapi
terus-menerus

Muntah, kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan, yang


selalu disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal dimedulla. Jika muntah
dengan tipe yang kuat, ini digambarkan sebagai muntah proyektil.
Papiledema (edema pada saraf optik) ada sekitar 70% sampai 75% dari
pasien yang dihubungkan dengan gangguan penglihatan seperti
penurunan ketajaman penglihatan, diplopia (pandangan ganda) dan
penurunan lapang pandangaN
Gejala terlokalisasi. Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai
dengan gangguan daerah otak yang terkena, menyebabkan tanda-tanda
yang ditunjukan lokal, seperti pada ketidaknormalan sensori dan motorik,
perubahan penglihatan dan kejang.
Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang tidak
diketahui, lokasi tumor dapat ditentukan,

pada bagiannya, dengan

mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.


Tumor

korteks

motorik

memanifestasikan

diri

dengan

menyebabkan gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi


tubuh, yang disebut kejang Jacksonian

Tumor

lobus

oksipital

menimbulkan

manifestasi

visual,

hemianopsia homonimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada


setengah lapang pandangan pada sisi yang berlawanan dari tumor)
dan halusinasi penglihatan
Tumor

serebellum

menyebabkan

pusing,

ataksia

(hilang

keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan


kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot-otot terkoordinasi dan
nistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya
menunjukan gerakan horizontal.
Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian,
perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi
perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur
dan kurang merawat diri dan mengguanakan bahasa cabul
Tumor serabut serebelopontin biasanya diawali pada sarung saraf
akustik dan memberi rangkaian gejala yang timbul dengan semua
karakteristik gejala pada tumor otak.

Tumor, tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan


saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf
kedelapan)
Kesemutan

dan

rasa

gatal-gatal

pada

wajah

dan

lidah

(berhubungan dengan saraf kranial kelima)


Kelemahan atau paralisis (keterlibatan saraf kranial ketujuh)
Karena tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada
fungsi motorik
Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian,
konfusi, gangguan fungsi bicara, gangguan cara berjalan, terutama
pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah
meningioma, glioblastoma, dan metastase serebral dari bagian lain.
Beberapa tumor tidak selalu mudah ditentukan lokasinya, karena
Tumor-tumor tersebut berada pada daerah tersembunyi (silent areas) dari
otak (dearah yang didalam fungsinya tidak dapat ditentukan dengan
pasti).
Perkembangan tanda dan gejala adalah menentukan apakah tumor
berkembang atau menyebar.

Evaluasi Diagnostik
Riwayat penyakit dan cara dimana gejala-gejala yang muncul
penting dalam mendiagnosis tumor otak. Sebuah pengkajian neurologik
mengindikasikan daerah sistem saraf pusat yang terpengaruh. Untuk
membantu menentukan lokasi jejas yang tepat, sebuah deretan pengujian
dilakukan. Pencitraan CT memberikan

informasi

yang spesifik

menyangut jumlah, ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya


edema serebral sekunder. Alat ini juga memberi informasi tentang sistem
ventrikuler. MRI membantu dalam mendiagnosis tumor otak, ini
digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil; alat ini juga
umumnya untuk membantu dalam mendeteksi tumor-tumor didalam
batang otak dan daerah hipofisis, dimana tulang mengganggu dalam
gembaran yang menggunakan CT. Biopsi stereotaktik bantuan komputer
(3 dimensi) dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang
dalam dan untuk memberikan dasar pengobatan dan informasi prognosis.
Angiografi serebral memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan
letak tumor serebral.

Elektroencephalogram (EEG) dapat mendeteksi gelombang otak


abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan
untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
Penelitian sitologis pada cairan serebrospinal (CSF) dapat dilakukan
untuk mendeteksi sel-sel ganas, karena tumor-tumor pada sistem saraf
pusat mampu menggusur sel-sel kedalam cairan serebrospinal

Penatalaksanaan
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor
atau banyak kemungkinan tanpa meningkatnya penurunan neurologik
(paralisis, kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat
sebagian (dekompresi)
Peningkatan pembedahan konvensional memerlukan insisi tulang
(kraniotomi)
Sinar X
CT Scan yang lengkap digunakan untuk menentukan lokasi tumor
dan memeriksa posisinya
Kemoterapi

Terapi sinar radiasi eksternal


Transplantasi sum-sum tulang autolog intravena, digunakan pada
beberapa pasien yang akan menerima kemoterapi atau terapi radiasi,
karena keadaan ini penting sekali untuk menolong pasien terhadap
adanya keracunan pada sum-sum tulang sebagai akibat dosis tinggi
kemoterapi dan radiasi.
Kortikosteroid; boleh digunakan sebelum pengobatan sesuai dengan
diperkenankannya penggunaan obat ini, yang didasari melalui
evaluasi diagnostik dan kemudian menurunkan edema serebral dan
meningkatkan kelancaran serta pemulihan lebih cepat

Metastase Serebral
Jumlah yang berarti pada pasien yang menderita komplikasi sistem
saraf pusat sebagai hasil kanker sistemik dan penurunan neurologik
disebabkan oleh metastase keotak. Lesi metastase serebral adalah
komplikasi neurologik yang paling banyak terjadi akibat kanker sistemik.
Kenyataannya keadaan klinik lebih penting bagi banyak pasien dari pada

semua bentuk kehidupan kanker yang lama sebagai akibat dari


pengobatan.
Gejala neurologik dan tanda yang terdiri dari sakit kepala,
gangguan cara berjalan, keburukan penglihatan, perubahan kepribadian,
perubahan kemampuan mengingat (hilangnya memori dan kebingungan),
kelemahan fokal, paralisis, afasia dan kejang. Masalah-masalah ini dapat
merusak kehidupan antara pasien dan keluarga

Penatalaksanaan
Tindakan terhadap kanker otak adalah paliatif dan melibatkan
penghilangan dan mengurangi simptomatologi serius.
Radiasi, yang menjadi dasar pengobatan.
Pembedahan

(biasanya

pada

metastase

intrakranial

tunggal),

kemoterapi, atau kombinasi metode-metode ini.


Kortikosteroid; dapat membantu mengurangi sakit kepala dan
perubahan kesadaran.
Obat-obatan lain; mencakup agens-agens osmotik (manitol, gliserol)
untuk menurunkan cairan pada otak, yang ditujukan untuk penurunan

TIK; obat-obat anti kejang (feniton) digunakan untuk mencegah dan


mengobati kejang.
Bila pasien mempunyai nyeri hebat, morfin dapat diinfuskan kedalam
ruang epidural atau subarakhnoid melalui jarum spinal dan kateter
sedekat mungkin kesegmen spinal dimana nyeri dirasakan. Morfin
dosis kecil diberikan pada interval yang ditentukan.

BAB III
Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial
yang menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu
bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat
tumbuh menyebar, masuk kedalam jaringan, Klasifikasi; Tumor-tumor
otak dapat diklasifikasikan kedalam kelompok besar : (1) tumor yang
muncul dari pembungkus otak, seperti meningioma dura; (2) tumor yang
berkembang didalam atau diatas saraf kranial, paling cocok dicontohkan
dengan neuroma akustik; (3) tumor yang berasal dalam jaringan otak,
seperti pada jenis glioma; dan (4) lesi metastatik yang berasal dari bagian
tubuh lainnya.
B. Saran
Untuk meningkatkan pengetahuan akan peranan perawat tarhadap
tumor otak,

maka perlu adanya kontribusi yang sangat besar dari

berbagai pihak untuk menambah literatur yang sesuai dengan materi


tersebut.

Peranan perawat dalam tumor otak sebenarnya sangat kompleks


dan mahasiswa Ners harus bisa mengembangkan pengetahuan akan hal
tersebut, untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan
selanjutnya jika dilapangan kita menemukan pasien tersebut dan
menjadikan Askep kita lebih baik pada pasien.
Bagi rekan-rekan yang mempunyai kontribusi yang sesuai dan
membangun materi ini kami menerima dengan baik yang sudah barang
tentu sesuai dengan literatur yang terbaru. Terima kasih
Daftar Pustaka

Bruner and Sudarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol.2.


EGC. Jakarta
Hudak and Gallo, Keperawatan Kritis. Volume II. EGC. Jakarta. 1996
Gayton and Hall. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC. Jakarta. 1997
JCE, Underwood. Patologi Umum dan Sistemik. Edisi 2. Volume 2.
EGC. Jakarta. 2000
Anderson, Sylvia dkk. Fisiologi (Proses-proses Penyakit). EGC.Jakarta.
1999

Doengoes, E Marilyn. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.


2000
Martin, Susan Tucker, dkk. Standar Perawatan Pasien. EdisiV. EGC.
Jakarta. 1998
Robbins dan Kumar, Buku Ajar Patologi II. Edisi 4. EGC.1995. Jakarta

Vous aimerez peut-être aussi