Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pembimbing II,
Mengetahui:
Ketua Program Studi Biologi
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pembimbing II
Mengetahui,
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi Berjudul Penentuan Kandungan Logam (Hg, Pb dan Cd) dengan
Penambahan Bahan Pengawet dan Waktu Perendaman yang Berbeda pada Kerang
Hijau (Perna viridis L.) di Perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta yang ditulis
oleh Alfian Dwi Prasetyo, NIM 104095003046 telah diuji dan dinyatakan LULUS
dalam sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 19 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Biologi.
Menyetujui
Penguji I,
Penguji II,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui:
Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURURAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Tel
lah nampak
k kerusakan di dar
rat dan di
i laut disebabkan
kare
ena perbua
atan manusia, supa
aya Allah merasakan kepada
mer
reka sebah
hagian dari (akiba
at) perbua
atan mereka, agar
mereka
a kembali (ke jalan yang be
enar). (Q
Q.S.ArRuum : 41)
Tia
ada suatu bencanapun yang menimpa
m
di
i bumi dan (tidak
pula) pada dir
rimu sendiri melai
inkan tela
ah tertulis dalam
kitab (la
auhul Mahfuzh) seb
belum Kami
i menciptakannya.
Sesun
ngguhnya yang
y
demikian itu adalah mu
udah bagi Allah.
(Q.S
S. Al-Hadid : 22)
Kupersem
mbahkan Un
ntuk Ayah dan Ummi
i Tercinta
a serta Kakak dan
A
Adikku
yan
ng selalu menyayan
ngi dan me
encintai penulis.
ABSTRAK
ALFIAN DWI PRASETYO. Penentuan Kandungan Logam (Hg, Pb dan Cd)
dengan Penambahan Bahan Pengawet dan Waktu Perendaman yang Berbeda pada
Kerang Hijau (Perna viridis L.) di Perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta.
Dibimbing oleh LILY SURAYYA EKA PUTRI dan ZAINAL ARIFIN.
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji syukur kepada Allah SWT Tuhan semesta alam.
Sembah sujud tiada terkatakan atas segala limpahan rahmat, karunia dan inayah-Nya
yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Skripsi ini. Lantunan shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada idola umat Islam dan pembela kebenaran sejati, yaitu Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW. Adapun Skripsi ini berjudul : PENENTUAN KANDUNGAN
LOGAM (Hg, Pb dan Cd) DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENGAWET
DAN WAKTU PERENDAMAN YANG BERBEDA PADA KERANG HIJAU
(Perna viridis L.) DI PERAIRAN MUARA KAMAL, TELUK JAKARTA
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan jenjang strata satu
(S-1) pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan penuh rasa kesadaran, penulis mengakui bahwa penulisan Skripsi ini
tidak akan terselesaikan tanpa uluran tangan ikhlas dari berbagai pihak yang tidak
dapat penulis membalas pengorbanan semuanya. Pada kesempatan inilah penulis
ingin mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yaitu:
ii
3. DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
beserta jajarannya yang telah membantu penulis selama melaksanakan studi di
Fakultas Sains dan Teknologi.
4. Ketua Program Studi Biologi Ibu DR. Lily Surayya Eka Putri, M. Env. Stud. yang
turut serta memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Nani Radiastuti, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademis yang telah memberikan
saran dan solusi atas perkuliahan.
6. Untuk para pengajar terutama para dosen-dosen Program Studi Biologi MIPA
Fakultas Sains dan Teknologi yaitu Ibu Nani Radiastuti, M.Si; Ibu Megga
Ratnasari Pikoli, M.Si; Ibu Fahma Wijayanti, M.Si; Ibu Dasumiati, M.Si; Ibu
Priyanti, M.Si; Ibu Deni Zulfiana, M.Si, Ibu Narti Fitriana, M.Si; Ibu Reno Fitri,
M.Si; dan seluruh staf administrasi Fakultas Sains dan Teknologi.
iii
7. Ibu Nurhasni, M.Si dan Bapak Drs. Paskal Sukandar, M.Si selaku penguji seminar
proposal dan seminar hasil.
8. Ibu Nani Radiastuti, M.Si dan Ibu Fahma Wijayanti, M.Si selaku penguji sidang
munaqosah (skripsi).
9. Laboran Laboratorium Biologi (Mba Siti Nurdiana, Ka Syaiful Bahri, Mba Puji
Astuti dan Mba Farida Ahmad) yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
10. Untuk Ridho S.Si, Fachruroji, Achmad Junaidi S.Si, Rasyidawati S.Si, Teguh
Hadi Wibowo S.Si, Mutiara Ramasenjawati Dwi Gustini S.Si, Din Fitri
Rochmawati S.Si dan Choirul Basyar dari FST-UIN Program Studi Biologi
selaku teman yang selama ini telah bekerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
sampling air laut dan kerang hijau di Teluk Jakarta.
11. Untuk Akhmad Taufiq Maulana, Aminullah, Eko Prasetyo S.Si, Fahmi Rizaldi,
Nasrulloh, Susfa Atmarwa Yahya, Arkanza Dewi Ranni S.Si, Cut Dhien Keumala
Meutia S.Si, Fitri Maimunah S.Si, Fitriyah S.Si, Khayu Wahyunita S.Si, Khoirul
Bariyah, Mawarsih, Miniarti, Neni Nuraeni S.Si, Novi Prasetyowati S.Si, Ofi
Ihsan Karya Arofi S.Si, Sarah Marselia S.Si, Sofiah Rohmat, Suci Kartika Wati
S.Si, Suryani Eva S.Si dan Zulfana S.Si dari FST-UIN Program Studi Biologi
selaku teman-teman Biologi Angkatan 2004 yang telah begitu banyak
memberikan inspirasi baik secara langsung ataupun tidak langsung, terima kasih
banyak atas persahabatan abadi dan suka dukanya yang tak ternilai selama kita
menjalani perkuliahan.
iv
12. Kepada sponsorship foto copy Ridho & Office Boy (Mas Purwanto
Darsono) terima kasih atas perbanyakan copyright skripsi saya menjadi
beberapa eksemplar.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk ke arah perbaikan. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca semua. Semoga Allah SWT selalu
membimbing kita bersama dalam mendalami ilmu-ilmunya.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................
vii
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..............................................................................
1.2. Perumusan Masalah .....................................................................
1.3. Hipotesis .......................................................................................
1.4. Tujuan Penelitian .........................................................................
1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................
1.6. Kerangka Berpikir ........................................................................
1
4
4
4
5
6
7
8
9
10
12
14
18
21
23
25
27
27
28
29
vi
29
30
31
32
34
35
35
37
42
44
47
55
58
62
66
66
67
LAMPIRAN ......................................................................................................
75
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Proses Transport Logam Berat di Perairan ......................................
11
16
23
27
38
39
40
41
43
45
48
50
52
56
59
60
61
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Logam di dalam Hidrosfer ..................................................................
Tabel 2. Parameter Kualitas Air dan Biota Air yang Diamati ..........................
31
62
62
63
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Parameter Lingkungan Muara Kamal Februari April 2009 .......
75
Lampiran 2. Kandungan Logam di Perairan Muara Kamal Feb Apr 2009 ....
76
76
77
77
77
Lampiran 7. Lokasi Titik Pengambilan Sampel Air & Kerang Hijau ...............
78
Lampiran 8. Sampel Air Laut Murni & Air Laut + HNO3 Pekat.......................
79
80
81
82
Lampiran 12. Kriteria Kualitas Air yang Baik Untuk Perikanan ......................
83
84
Lampiran 14. Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut .......................................
85
BAB I
PENDAHULUAN
kadar Hg maksimum pada biota laut yang boleh dikonsumsi sebesar 0,5 ppm dan
kadar Pb sebesar 2 ppm. Menurut Inswiasri dkk. (1997), rata-rata kadar Hg dan Pb
di perairan Teluk Jakarta masing-masing adalah 0,004 ppm dan berkisar antara
0,00 1,57 ppm. Kadar logam berat tersebut akan terakumulasi apabila limbah
buangan industri di sekitar perairan Teluk Jakarta meningkat terutama oleh pabrik
penghasil peralatan listrik, pabrik baterai dan industri penghasil tinta (Darmono,
1995).
Pengawetan ikan dan bahan laut sejenis lainnya dilakukan dengan
menggunakan garam yang dicampur dengan es batu. Tanpa pengawet, kerang
sudah tercemar logam berat karena cemaran industri sudah masuk ke biota laut di
pelabuhan. BPOM baru-baru ini menemukan beragam jenis makanan yang biasa
dikonsumsi masyarakat sehari-hari mengandung zat kimia (formalin) untuk
membuat awet makanan. Produk makanan itu antara lain kerang, tahu, ikan asin,
daging, dan makanan olahan. Bahkan, BPOM menemukan kandungan cat tembok
yang mengandung tras, pewarna kimiawi, semen, dan perekat semen pada
makanan tersebut. Saat es lebih mahal, formalin menjadi pengawet ikan.
kerang hijau dan ikan laut dilumuri cat merah agar harga jual lebih tinggi. Hasil
tangkapan laut yang umumnya telah mati (ikan, cumi, kerang, udang) dimasukkan
ke dalam air tawar yang telah dicampur dengan formalin, yang dapat bertahan 2
hari dibandingkan dengan menggunakan es yang hanya sampai 3 jam. Setelah di
darat, seafood tersebut diolah lebih lanjut yaitu dicuci dengan H2O2 (asam
peroksida) yang merupakan bahan dasar pembersih lantai. Setelah itu masuk ke
pencucian kedua yaitu dengan sabun colek (B29) dan disikat. Hasilnya, seafood
tersebut akan terlihat lebih fresh, mengkilap, bersih sekali. Barulah seafood
tersebut seperti yang terlihat di pasar ikan muara karang di dalam peti es
(Kompas, 2004).
Penelitian ini dilakukan sebagai tindak lanjut dalam pendugaan kandungan
logam berat pada kerang hijau dengan tiga jenis logam berat yang berbeda yaitu
Hg, Pb dan Cd sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang baru dan
melengkapi hasil penelitian-penelitian terdahulu. Namun penelitian baru relatif
belum didapatkan padahal logam berat diakumulasi dalam tubuh makhluk hidup
sehingga diperlukan informasi terbaru mengenai logam berat dalam tubuh kerang
hijau dengan perlakuan bahan pengawet yaitu menambahkan formalin dan zat
pewarna tembok oleh para penjual kerang hijau di pasar ikan Muara Angke.
Pada penelitian ini, untuk mendukung data akumulasi logam berat pada
kerang hijau dibutuhkan beberapa data penunjang. Data tersebut adalah data
konsentrasi logam berat pada contoh air laut, salinitas, pH, suhu, kecerahan dan
Total Suspended Solid (TSS) dari perairan sekitar lokasi pengambilan contoh
kerang hijau tersebut. Sedangkan untuk mengetahui konsentrasi logam berat pada
tubuh kerang hijau tersebut dapat digunakan peralatan Spektrofotometri Serapan
Atom (AAS).
Pada penelitian yang dilakukan ini, lokasi yang dipilih adalah Perairan
Muara Kamal, Teluk Jakarta. Dari lokasi ini diharapkan dapat menggambarkan
konsentrasi logam berat yang terdapat pada contoh kerang hijau yang hidup di
perairan Teluk Jakarta. Lokasi ini juga merupakan badan air yang menerima
buangan limbah dari Jakarta dan sekitarnya yang pada umumnya mengandung
logam berat.
1.3. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penambahan bahan
pengawet (formalin, rhodamin B, metanil yellow dan Na2CaEDTA) dengan
konsentrasi dan waktu perendaman yang berbeda berpengaruh nyata terhadap
kandungan logam berat (Hg, Pb dan Cd) dalam kerang hijau.
Aktivitas Manusia
Rumah Tangga
Industri
Pertanian / Pertambakan
Perairan
Udara
Tanah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan
dan
membahayakan
kesehatan
manusia.
Pencemaran
dapat
11
Zat Pencemar
Arus Laut
Adukan Turbulensi
Dibawa Oleh
Arus Laut
Dipekatkan Oleh
Proses Biologis
Absorpsi Oleh
Plankton Nabati
Absorpsi
Avertebrata
Plankton Hewani
Pengendapan
Mengendap di Dasar
Kerang-Kerangan,
Ikan & Manusia
Gambar 1. Perjalanan Logam Berat dari Kolom Air Menuju Dasar Perairan
(Sumber: Romimohtarto, 1991)
Pertukaran Ion
12
biologis atau
dapat
juga
mengkatalisis
13
terakumulasi dalam hati dan ginjal yang dikeluarkan melalui cairan empedu
(Suryadiputra, 1995).
b) Timbal (Pb)
Timbal atau timah hitam adalah sejenis logam lunak berwarna cokelat
dengan nomor atom 82, berat atom 207,19, titik leleh 327,5 C, titik didih 1725 C
dan berat jenis 11,4 gr/ml. Logam ini mudah dimurnikan sehingga banyak
digunakan oleh manusia pada berbagai kegiatan misalnya pertambangan, industri
dan rumah tangga. Pada pertambangan timbal berbentuk senyawa sulfida (PbS)
(Reilly, 1991).
Logam Pb bersifat toksik pada manusia dan dapat menyebabkan
keracunan akut dan kronis. Keracunan akut biasanya ditandai dengan rasa
terbakar pada mulut, adanya rangsangan pada sistem gastrointestinal yang disertai
dengan diare. Sedangkan gejala kronis umumnya ditandai dengan mual, anemia,
sakit di sekitar mulut, dan dapat menyebabkan kelumpuhan (Darmono, 2001).
Fardiaz (1992) menambahkan bahwa daya racun dari logam ini disebabkan terjadi
penghambatan proses kerja enzim oleh ion-ion Pb2+. Penghambatan tersebut
menyebabkan terganggunya pembentukan hemoglobin darah. Hal ini disebabkan
adanya bentuk ikatan yang kuat (ikatan kovalen) antara ion-ion Pb2+ dengan
gugus sulfur di dalam asam-asam amino. Untuk menjaga keamanan dari
keracunan logam ini, batas maksimum timbal dalam makanan laut yang
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dan FAO adalah sebesar 2,0 ppm. Pada
organisme air kadar maksimum Pb yang aman dalam air adalah sebesar 50 ppb
(EPA, 1973).
14
c) Kadmium (Cd)
Kadmium adalah salah satu unsur logam berat yang bersama-sama dengan
unsur Zn dan Hg termasuk pada golongan II B daftar berkala. Kadmium jarang
sekali ditemukan di alam dalam bentuk bebas. Keberadaannya di alam dalam
berbagai jenis batuan, tanah, dalam batubara dan minyak. Kadmium dapat terikat
pada protein dan molekul organik lainnya dan membentuk garam dengan asamasam organik. Dalam bentuk mineral, Cd berada dalam batuan greenochite (CdS)
yang berasosiasi dengan batuan ZnS. Pada ekstraksi pertambangan, Cd sebagai
hasil samping dari tambang seng (kandungan Cd sebesar lebih kurang 3 kg dalam
1 ton Zn). Pelapisan Cd pada suatu logam mengakibatkan logam menjadi
antikorosi bila digunakan dalam air laut, air alkalis dan di lingkungan tropis
(Fergusson, 1991).
Agar tidak terjadi keracunan karena mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi logam Hg, Pb dan Cd, maka ada suatu ketentuan yang disarankan
oleh Food Agricultural Organization World Health Organization, yaitu 0,3 mg
per orang/minggu untuk Hg total dan tidak lebih dari 0,2 mg Hg jika dalam
bentuk metil merkuri, 0,4 0,5 mg per orang/minggu untuk Cd, serta 3 mg Pb
total per orang/minggu (Saeni, 1989).
15
16
disebut sebagai suspension feeder. Apabila makanan atau bahan organik diambil
dari substratum tempat hidupnya maka disebut sebagai deposit feeder
(Setyobudiandi, 2000). Kelas bivalvia ini telah digunakan oleh ahli ekologi dalam
menganalisis pencemaran air, karena sifatnya yang menetap dan cara makannya
yang pada umumnya bersifat filter feeder sehingga mempunyai kemampuan
mengakumulasi bahan-bahan polutan seperti bakteri dan logam berat (Roberts,
1976).
Menurut
Linnaeus
(1758),
taksonomi
dari
kerang
: Mollusca
Infra Kelas
: Pelecypoda
Kelas
: Bivalvae (Bivalvia)
Sub Kelas
: Lamellibranchia (Pteriomorphia)
Ordo
: Mytiloida (Anisomyria)
Sub Ordo
: Filibranchia
: Mytilidae (Pernadae)
Genus
: Perna
Spesies
hijau
dapat
17
Menurut Roberts (1976) kelas bivalvia telah digunakan oleh ahli ekologi
dalam menganalisis pencemaran air. Hal ini karena sifatnya yang menetap dan
cara makan pada umumnya filter feeder, sehingga mempunyai kemampuan
mengakumulasi bahan-bahan polutan seperti logam berat. Dilihat dari sumber
energi, kandungan protein kerang hijau 21,9 %, lemak 14,5 %, dan karbohidrat
18,5 %, itu setara dengan kandungan gizi daging sapi dan telur ayam.
Secara morfologi anggota famili Mytilidae mempunyai cangkang yang
tipis. Kedua cangkang tersebut simetris dan umbonya melengkung ke depan.
Persendiannya halus dengan beberapa gigi yang sangat kecil (Abbott, 1974).
Genus Perna L. berbentuk pipih, cangkang padat dan mempunyai umbo pada tepi
vertikal. Tipe alur cangkang konsentrik, bersinar, berwarna hijau dan terkadang di
bagian tepi berwarna kebiruan. Kedua cangkang berukuran sama meskipun satu
cangkang sedikit lebih cembung daripada yang lainnya (Dance, 1977).
Kerang hijau umumnya hidup di laut tropis seperti Indonesia terutama di
perairan pantai, perairan teluk, estuaria, mangrove dan muara-muara sungai
dengan kondisi perairannya lumpur berpasir dengan cahaya pergerakan yang
cukup serta kadar garam yang tidak terlalu tinggi (Setyobudiandi, 2000). Mereka
umumnya hidup menempel secara bergerombol pada dasar atau substrat keras
seperti kayu, bambu, batu, tanggul-tanggul pelabuhan, karang dan lumpur keras
dengan bantuan byssus atau serabut penempel (Kastoro, 1988).
Kerang hijau adalah organisme sessil yang hidup bergantung pada
ketersediaan zooplankton kecil, fitoplankton serta material yang kaya akan
kandungan organik (Nimpis, 2002). Kerang hijau merupakan salah satu jenis
18
19
20
Rhodamine B, yaitu zat pewarna yang lazim digunakan dalam industri kertas dan
tekstil, namun digunakan sebagai pewarna makanan (WHO, 1984).
Di dalam laboratorium digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb,
Bi, Co, Au, Mg dan Th. Bahan ini bila dikonsumsi bisa menyebabkan gangguan
pada fungsi hati, bahkan kanker hati. Bila mengkonsumsi makanan yang
mengandung rhodamin B, dalam tubuh akan terjadi penumpukan lemak, sehingga
makin lama jumlahnya terus bertambah. Dampaknya baru akan kelihatan setelah
puluhan tahun kemudian. Berikut ini adalah nama-nama lain dari Rhodamine B,
yaitu : (1) Acid Bruliant Pink B, (2) ADC Rhodamine B, (3) Aizen Rhodamine
BH, (4) Aizen Rhodamine BHC, (5) Akiriku Rhodamine B, (6) Briliant Pink B,
(7) Calcozine Rhodamine BL, (8) Calcozine Rhodamine BX, (9) Calcozine
Rhodamine BXP, (10) Cerise Toner, (11) 9-(orto-Karboksifenil)-6-(dietilamino)3H-xantin-3-ylidene dietil ammonium klorida, (12) Cerise Toner X127, (13)
Certiqual Rhodamine, (14) Cogilor Red 321.10, (15) Cosmetic Briliant Pink
Bluish D conc, (16) Edicol Supra Rose B, (17) Elcozine rhodamine B, (18)
Geranium Lake N, (19) Hexacol Rhodamine B Extra, (20) Rheonine B, (21)
Symulex Magenta, (22) Takaoka Rhodmine B dan (23) Tetraetilrhodamine
(WHO, 1984).
Metanil yellow adalah zat pewarna kimia sintesis yang mengandung logam
berat berbentuk serbuk berwarna kuning kecoklatan, mudah larut dalam air, agak
larut dalam aseton. Metanil yellow umumnya digunakan sebagai indikator reaksi
netralisasi asam-basa, pewarna untuk produk kertas, cat kayu, cat lukis dan tekstil
(pakaian). Metanil yellow adalah senyawa kimia azo aromatik amina yang dapat
21
22
23
24
masuk melalui kulit (kutikula) dan lapisan mukosa yang selanjutnya diangkut
darah dan dapat tertimbun dalam jantung dan ginjal kerang (Noviana, 1994; Laws,
1981). Menurut Hutagalung (1991), kemampuan biota laut (ikan, udang dan
moluska) dalam mengakumulasi logam berat di perairan tergantung pada jenis
logam berat, jenis biota, lama pemaparan serta kondisi lingkungan seperti pH,
suhu dan salinitas. Semakin besar ukuran biota air, maka akumulasi logam berat
semakin meningkat. Toksisitas logam berat dalam kerang yang ditimbulkan akibat
akumulasi dalam jaringan tubuh mengakibatkan keracunan dan kematian bagi
biota air yang mengkonsumsinya (Sukiyanti, 1987). Sifat toksik logam Hg dalam
bentuk senyawa HgCl2 dengan konsentrasi 0,027 ppm menyebabkan kematian
pada larva bivalvia (moluska) dan konsentrasi Pb sekitar 2,75 ppm mulai bersifat
letal bagi biota perairan seperti krustasea (Mulyaningsih, 1998).
Urutan toksisitas logam berat dari yang tertinggi sampai terendah adalah
Hg2+ > Cd2+ > Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Zn2+. Metil merkuri merupakan
senyawa logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti
terjadinya kasus Minamata di Jepang akibat keracunan memakan kerang dan ikan
yang dagingnya mengandung metil merkuri sehingga mengakibatkan kelainan
susunan saraf pusat, yang dikenal dengan Minamata Disease. Keracunan yang
diakibatkan oleh logam merkuri dalam tubuh umumnya bersifat permanen yang
menyebabkan toksisitas akut dan kronis (Sukiyanti, 1987; Palar, 1994). Batas
maksimum kandungan logam Hg dalam tubuh biota air yang masih cukup aman
untuk dikonsumsi menurut FAO/WHO (1976) sebesar 0,5 ppm dan tidak boleh
melebihi 0,2 mg per 70 kg berat badan per minggu sebagai metil merkuri.
25
Sebaliknya batas maksimum untuk kadar logam Pb dalam tubuh biota air yang
aman dikonsumsi manusia sebesar 0,7 mg atau 700 g per 70 kg berat badan per
minggu (WHO, 1989).
26
Secara umum, limbah yang masuk ke Teluk Jakarta sebagian besar berasal
dari kegiatan industri pengolahan, industri pertanian (agroindustri), dan sumber
domestik. Berdasarkan pemantauan yang dilakukan KPPL tahun 1997, sumber
limbah terbesar berasal dari aktivitas pengolahan (97,82% atau 1.632.896,47 ribu
m3/tahun), limbah domestik (2,17% atau 36.229,90 ribu m3/tahun) dan limbah
kegiatan agroindustri sebesar 0,01% atau 232,25m3/tahun (Sutjahjo et al., 2004).
27
BAB III
METODE PENELITIAN
28
29
freezer atau refrigerator, timbangan digital, pH meter, oven, kamera digital, alat
bedah atau pisau bedah steril, pinset polietilen, cawan penguap polietilen,
desikator, mortar, beaker glass, beaker teflon, pipet berbagai ukuran, sentrifuse
polyetilen, labu takar, labu ekstraksi polietilen, saringan plastik, spatula polietilen,
AAS (Atomic absorption spectrophotometry) Model Spectra 20 Plus Varian, botol
semprot dan peralatan analisis kimia lainnya.
30
pengambilan sampel air, yaitu saat berada di atas perahu. Pengukuran parameter
in situ yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengukur kecerahan perairan
sekitar dengan menggunakan secchi disk, suhu air dengan menggunakan
termometer serta salinitas air laut dengan menggunakan refraktometer.
31
Ion-ion terlarut
Lapangan
Kimia Air
1. pH
Komparasi warna
Lapangan
2. Hg
mg/l
Serapan atom
Laboratorium
3. Pb
mg/l
Serapan atom
Laboratorium
4. Cd
mg/l
Serapan atom
Laboratorium
Biota
Kimia Biota
1. Hg
mg/l
Serapan atom
Laboratorium
2. Pb
mg/l
Serapan atom
Laboratorium
3. Cd
mg/l
Serapan atom
Laboratorium
32
33
yang tidak hancur selama proses destruksi berlangsung, selain itu hal ini juga
membuat larutan sampel menjadi lebih bersih agar ketika diukur dengan
menggunakan AAS tidak terjadi penyumbatan. Hasil dekantasi ini lalu diukur
dengan menggunakan AAS.
Perendaman daging kerang dengan berbagai perlakuan konsentrasi dengan
cara memasukkan daging tersebut kedalam masing-masing erlenmeyer yang telah
diisi larutan Na2CaEDTA 0,5% dan 1,0% selama 30 menit, 45 menit dan 60
menit. Sampel kerang ditiriskan pada saringan plastik kemudian dicuci untuk
dianalisis.
Analisis logam Hg pada tubuh kerang hijau menggunakan alat Atomic
Absorption Spectrophotometry (AAS) merk GBC tipe 906 AA yang dilengkapi
grafit furnace dan hybrid vapour generator dengan panjang gelombang 253,7 nm.
Sementara untuk logam Pb menggunakan AAS merk Shimidzu tipe 680 AA
dengan panjang gelombang 217 nm. Sebelum dianalisis dengan AAS, daging
kerang terlebih dahulu diperlakukan dengan destruksi asam yang mengacu pada
prosedur Hutagalung (1997).
Logam Hg yang diukur kadarnya dengan metode AAS yaitu kerang
diambil dagingnya dan ditimbang sebanyak 5 g, kemudian dimasukkan ke dalam
botol BOD. Tahap selanjutnya menambahkan 10 ml HNO3 pekat dan 30 ml asam
sulfat pekat, lalu botol ditutup untuk dibiarkan selama 24 jam. Botol dipanaskan
pada suhu 60C selama 2 jam di atas penangas air. Seluruh isi botol dipindahkan
ke dalam tabung reduksi air raksa dan dilanjutkan dengan memasang aerator
34
35
digunakan untuk membuat kurva kalibrasi pada alat AAS dan mengukur kadar
logam berat pada sampel biota laut (Hutagalung, 1989).
36
taraf yaitu : tanpa bahan pengawet (p0), konsentrasi 5 % (p1) dan konsentrasi 10 %
(p2) masing-masing perlakuan pengawet diberikan sebanyak 15 ml per sampel
kerang hijau. Faktor kedua adalah waktu perendaman yang terdiri atas tiga taraf
yaitu : 30 menit (t1), 45 menit (t2) dan 60 menit (t3). Data yang diperoleh diolah
dengan uji F (Anova) dan uji lanjut Duncan ( = 0,05) untuk mengetahui
perbedaan antar perlakuan dengan software SPSS.v15.0 (Gasperz, 1995).
Pendugaan kandungan logam berat dalam daging kerang hijau dengan
kandungan logam berat di air, dilakukan dengan mencari Indeks Faktor
Konsentrasi (FK) (Prartono, 1985):
Van Esch (1977 dalam Fitriati, 2004) mengatakan bahwa semakin mudah
logam diabsorbsi dan terakumulasi pada tubuh organism air, semakin besar indeks
faktor konsentrasi dan logam berat tersebut dapat semakin bersifat racun. Besar
kecilnya indeks faktor konsentrasi dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain :
jenis-jenis logam berat, jenis organisme, lama pernapasan dan kondisi lingkungan
perairan seperti pH, temperatur dan salinitas.
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
38
kerang
k
hijauu disarankann agar suhuu perairan berada
b
dalam
m kisaran 26
2 32C.
ini dalam
Pengukuran
P
suhu dilaakukan meengingat peentingnya parameter
p
mempelajari
m
i proses-proses fisika, kkimia dan biologi. Padaa biota atau organisme
yang
y
hidup di suatu perairan, suhhu mempenggaruhi prosees-proses metabolisme
m
yang
y
terjadii dalam tubbuh kerang hhijau. Penin
ngkatan suhuu dapat meenyebabkan
penurunan
p
d
daya
larut okksigen terlaruut dan juga akan
a
menaikkkan daya racun bahanbahan
b
terteentu. Suhu air terutam
ma di lapisan permukkaan ditentuukan oleh
matahari yaang intensitaasnya berubaah terhadap waktu, sehiingga suhu
pemanasan
p
air
a akan berbbanding luruus dengan peerubahan inteensitas penyyinaran mataahari.
Suhu (C)
Suhu(
C)
Suhu
31
30
29
28
27
26
25
24
23
TitikI
TitikII
TitikI
Februari
26
Maret
31
April
30
TitikII
27.2
29
29
TitikIII
27.2
28
28
TitikIII
Bulan
Gam
mbar 5. Suhu Perairan Muara Kam
mal
b.
b Kekeruh
han Perairaan Muara Kamal
K
Gam
mbar 6 mem
mperlihatkan bahwa rata-rata nilai kekeruhan (turbidity)
pada
p
perairaan Muara Kamal,
K
Telukk Jakarta seelama pengaamatan berkkisar antara
0,77
0
4,57 NTU. Nilaii kekeruhan tertinggi terrdapat pada titik I yaitu 4,57 NTU
dan
d terendahh pada titik III yaitu sebbesar 0,77 NTU.
N
Kekerruhan yang tinggi
t
pada
39
titik
t
I disebbabkan olehh faktor jaraak lokasi saampling yaittu lebih dek
kat dengan
muara
m
yangg merupakan
n pertemuann 13 sungai yang mem
mbawa beruupa limbah
rumah
r
tanggga dan indusstri sehinggaa mengakibaatkan warnaa air hitam pekat.
p
Pada
umumnya
u
perairan
p
lautt mempunyaai nilai kekeeruhan yangg rendah dibbandingkan
dengan
d
peraairan tawar. Kekeruhann menggambbarkan sifatt optis peraiiran dalam
menyerap
m
sinar matahaari yang maasuk ke dalaam perairann. Kekeruhann biasanya
disebabkan
d
oleh partikeel tersuspennsi, partikel koloid dan fitoplankton
n (Effendi,
2003).
2
Kekeruhan (NTU)
Kekeruhan(NTU)
Kekeruhaan
5
4
3
2
1
0
TitikI
TitikI
Februari
3.83
Maret
4.57
April
4.47
TitikII
1.37
3.13
TitikIII
0.77
1.69
2.61
TitikII
TitikIII
Bulan
Gambaar 6. Kekeru
uhan Perairran Muara Kamal
K
c.
c pH Peraairan Muara Kamal
Secaara umum nilai derajat keasaman (ppH) pada perairan Muaara Kamal,
Teluk
T
Jakartta di tiap staasiun selamaa pengamataan tidak berbbeda secara signifikan.
Hal
H ini diseebabkan oleh
h sifat dari air laut yan
ng mempunnyai sistem buffer
b
atau
penyangga,
p
sehingga maampu mengeendalikan siifat asam ataau basa yang
g masuk ke
dalam
d
perairran. Gambarr 7 memperllihatkan bah
hwa kisaran nilai derajatt keasaman
40
yang
y
diperooleh antara 6,4
6 7,61. N
Nilai derajatt keasaman (pH) ini maasih berada
pada
p
kadar alamiah
a
untuuk perairan laut yaitu 6,0
0 8,0.
pH
pH
7.8
7.6
7.4
7.2
7
6.8
6.6
6.4
6.2
6
5.8
5.6
TitikI
TitikII
TitikI
Februari
F
7.29
Maret
7.02
April
6.4
TitikII
7.4
7.15
6.48
TitikIII
7.61
7.09
6.4
TitikIII
Bulan
Gam
mbar 7. pH
H Perairan Muara
M
Kam
mal
Padaa bulan Febrruari diperoleeh pH yang tinggi yaituu berkisar an
ntara 7,29
7,61
7
yang menandakan
m
bahwa konddisi perairann bersifat norrmal, dikaren
nakan oleh
curah
c
hujann yang tingggi sehinggaa mengakibaatkan kerangg hijau dappat tumbuh
dengan
d
baikk. Pada bulan
n April diperroleh pH yanng rendah yaaitu berkisarr antara 6,4
6,5 menaandakan bah
hwa kondisi perairan mendekati
m
assam, dikarennakan oleh
buangan
b
atauu limbah yan
ng berwarnaa hitam pekaat semakin tinnggi di perairan Muara
Kamal
K
sehin
ngga hal ini dapat
d
mengaakibatkan peertumbuhan kkerang hijauu terhambat
dan
d juga meengakibatkan
n semakin tinnggi akumullasi logam berat pada tubbuh kerang
hijau.
h
Kond
disi pH pad
da perairan dapat dijaadikan sebagai indikatoor kualitas
perairan.
p
Baatasan nilai pH telah ditentukan oleh kantorr Kementeriian Negara
Kependuduk
K
kan dan Linggkungan Hiddup No.51 Tahun
T
2004 yakni
y
6,5 8.
8
41
d.
d Salinitas Perairan Muara
M
Kam
mal
mbar 8 mem
mperlihatkan bahwa kisaaran nilai salinitas
s
padda perairan
Gam
Muara
M
Kam
mal, Teluk Jakarta selam
ma pengamaatan adalah 30,8 33,77 . Nilai
salinitas terttinggi terdap
pat pada titikk III yang letaknya 30000 m dari muara
m
yakni
33,7
3
. Seddangkan nilaai salinitas teerendah selaama pengamaatan adalah pada titik I
yang
y
letaknyya paling dekat dengann muara (10
000 m) yaituu 30,8 . Dilihat
D
dari
nilai
n
salinitaasnya selamaa pengamataan, perairan Muara
M
Kam
mal Teluk Jak
karta masih
berada
b
pada kisaran norm
mal salinitass untuk air laaut yaitu 30 35 . Nillai salinitas
di
d perairan tersebut
t
massih baik untuuk perkembaangan biologgi kerang hijaau yaitu 27
35 .
Salinitas()
Salinitas ()
Salinitaas
34
33.5
33
32.5
32
31.5
31
30.5
30
29.5
29
TitikI
TitikI
Februari
31
Maret
30.8
April
31.3
TitikII
32.4
32.2
32.5
TitikIII
33.5
33.4
33.7
TitikII
TitikIII
Bulan
Gamb
bar 8. Saliniitas Perairan Muara Kamal
Peng
gukuran ini dilakukan mengingat
m
bahwa
b
salinitas merupaakan faktor
yang
y
pentinng bagi kerrang hijau untuk melaakukan adapptasi terhadaap kondisi
perairan,
p
karrena salinitas berhubunggan langsung
g dengan prooses osmoreggulasi yang
dilakukan
d
biota
b
yang ada
a didalam
mnya, termassuk kerang hijau. Peng
garuh jarak
42
terhadap salinitas bahwa pada titik I yang letaknya dekat dengan muara memiliki
salinitas yang rendah. Jadi, semakin jauh jarak dari muara menuju ke laut maka
semakin tinggi nilai salinitas (kadar garam) di perairan Muara Kamal.
43
kandungan
k
logam beratt Cd pada ttitik I sebessar 0,00002 mg/L, titik II sebesar
0,00001
0
mg//L dan titik III sebesar 00,00001 mg//L. Jika dibaandingkan deengan baku
mutu
m
yang dikeluarkann oleh Kem
menterian Negara
N
Linggkungan Hiddup No.51
Tahun
T
2004
4, nilai ambbang batas uuntuk logam
m berat Cd di perairan khususnya
untuk
u
biota laut adalah 0,001 mg/L
L maka kand
dungan logam
m berat Cd di perairan
Muara
M
Kamal masih di bawah
b
ambaang batas. Loogam Pb lebbih tinggi dibbandingkan
dengan
d
logaam Hg dan Cd
C karena berdasarkan
b
s
sumber
penccemar di sekkitar lokasi
budidaya
b
keerang hijau lebih banyaak menganddung logam Pb yang berasal
b
dari
buangan
b
sisaa BBM nelay
yan berupa ssolar dan lim
mbah pabrik cat dan bateerai.
KandunganLogamBerat(ppm)
Kanndungan L
Logam Beerat Air Laut
L
0.0
004
0.00
035
0.0
003
0.00
025
0.0
002
0.00
015
0.0
001
0.00
005
0
Hg
Pb
Cd
Hg
TTitikI
0.0002
TitikII
0.0001
TitikkIII
0.00
001
Pb
0.004
0.002
0.00
013
Cd
0.0
00002
0.00001
0.000
001
StaasiunPengamaatan
Gambaar 9. Kandu
ungan Logam
m Berat Airr Laut
Konddisi kandung
gan logam berat (Hg, Pbb dan Cd) di kolom peraiiran selama
pengamatan
p
n dari bulaan Februarii hingga bulan
b
Aprill nilainya cenderung
meningkat.
m
Hal ini didu
uga karena adanya
a
penggaruh masukkan (input) dari
d sungai
44
yang bermuara di perairan Muara Kamal, Teluk Jakarta yang membawa limbahlimbah logam berat dan bergantung pada besar kecilnya konsentrasi logam-logam
tersebut yang terbuang ke dalam sungai hingga mencapai perairan Muara Kamal,
Teluk Jakarta. Limbah logam berat ini diduga berasal dari limbah industri dan
limbah rumah tangga. Jika dibandingkan dengan baku mutu untuk biota air yang
dikeluarkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004
bahwa kandungan logam berat di perairan Muara Kamal,Teluk Jakarta untuk
logam berat Pb belum melampaui ambang batas. Untuk logam berat Pb nilai
ambang batasnya adalah 0.008 mg/L. Berbeda dengan kandungan logam berat Pb,
kandungan logam berat Hg dan Cd nilainya masih di bawah ambang batas yaitu
0.001 mg/L. Namun demikian konsentrasi yang rendah ini tetap harus diwaspadai
karena logam-logam berat yang terlarut dalam kolom perairan pada konsentrasi
tertentu dapat berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan
(Palar, 1994). Meskipun daya racun yang ditimbulkan oleh suatu jenis logam
berat terhadap semua biota perairan tidak sama, namun kehancuran dari suatu
kelompok
dapat
menjadikan
terputusnya
satu
mata
rantai
kehidupan
(relung/niche).
4.3. Kandungan Logam Berat Hg, Pb dan Cd pada Kerang Hijau (Perna
viridis L.) Pra Perlakuan
Hasil analisis AAS, menunjukkan bahwa kandungan logam merkuri (Hg)
pada tubuh kerang hijau yang dibudidayakan di perairan Muara Kamal Teluk
Jakarta berkisar antara 0,0017 0,012 ppm dengan rata-rata 0,005 ppm. Kisaran
45
kadar
k
Hg in
ni masih jau
uh di bawahh ambang batas
b
yang dditetapkan Kep.
K
Dirjen
POM
P
No. 03725/B/SK
K/VII/1989 dan FAO/W
WHO (19776) sebesar 0,5 ppm.
Kandungan
K
logam Pb berkisar
b
antaara 0,92 1,485
1
ppm dengan
d
rata--rata 1,258
ppm
p
dan kadar Pb terrsebut masihh di bawahh ambang bbatas baku mutu
m
yang
ditetapkan
d
o
oleh
Kep. Dirjen
D
POM
M No. 03725
5/B/SK/VII//1989 dan FAO/WHO
F
(1976)
(
sebesar 2 ppm. Kandungan logam Cd berkisar anttara 0,46 0,743 ppm
dengan
d
rata--rata 0,629 ppm.
p
Kisaraan kadar Cd
d ini masih jjauh di bawaah ambang
batas
b
bakuu mutu yaang ditetappkan oleh Keputusann Dirjen POM
P
No.
03725/B/SK
0
K/VII/1989 dan
d FAO/W
WHO (1976)) sebesar 1 ppm. Konssentrasi Cd
yang
y
rendah
h ini berasal dari keterseddiaan logam
m Cd di kolom
m perairan yang
y
secara
alami
a
sangatt rendah bilaa dibandingkkan dengan logam
l
Cu, Z
Zn dan Ni yaaitu sebesar
0,11
0
ppb ataau 0,00011 ppm.
p
Hal inni diduga kaarena Cd berrikatan denggan mineral
yang
y
beruku
uran kecil sehingga m
mudah teranggkat dari daasar. Logam
m Cd juga
digunakan
d
o
oleh
nelayan
n untuk melapisi permuukaan badan kapal karen
na sifatnya
anti
a korosif.
KandunganLogamBerat(ppm)
Hg
Hg
TitikI
0.0017
TitikII
0.0025
TitikIII
0.01
12
Pb
1.485
1.37
0.92
2
Cd
0.743
0.685
0.46
6
StaasiunPengamaatan
Pb
Cd
46
47
seperti perbaikan kapal pengisian bahan bakar (tetra etil timbal) dan pengecatan
badan kapal (Pb putih atau Pb(OH)2.2PbCO3 dan Pb merah atau Pb3O). Aktivitas
penurunan muatan hasil tangkapan dari kapal nelayan yang menggunakan bahan
bakar minyak (solar) dengan campuran tetra etil timbal berpotensi tumpah dan
tercecer saat merapat ke pelabuhan atau perkampungan nelayan tempat pelelangan
ikan. Sedangkan kegiatan manufaktur atau industri berpotensi menghasilkan
limbah logam serta limbah B3 lainnya baik dalam bentuk cair, lumpur ataupun
dalam bentuk gas.
Logam Hg, Pb dan Cd yang terkandung pada kerang hijau tersebut berasal
dari perairan sepanjang Muara Kamal Teluk Jakarta. WHO (1976) menetapkan
batas maksimum yang disarankan untuk konsumsi Hg sebesar 0,3 mg atau 300 g
per 70 kg berat badan per minggu, untuk Pb 0,7 mg atau 700 g per 70 kg berat
badan per minggu dan untuk Cd 0,4 mg atau 400 g per 70 kg berat badan per
minggu. Berdasarkan hal tersebut, maka konsumsi maksimum kerang hijau adalah
sebanyak 556,306 gr per 70 kg berat badan per minggu atau 79,472 gr per 70 kg
berat badan per hari. Dengan demikian tingkat konsumsi kerang hijau yang aman
untuk kesehatan tidak boleh melebihi 556 gr per 70 kg berat badan per minggu
(WHO, 1976).
4.4. Kandungan Logam Berat Hg, Pb dan Cd pada Kerang Hijau (Perna
viridis L.) Pasca Perlakuan Penambahan Bahan Pengawet
a. Kandungan Logam Berat Hg Pasca Perlakuan
48
Kand
dungan loggam berat Hg pada kerang hijaau dengan perlakuan
penambahan
p
n bahan penngawet formaalin konsenttrasi 5 % beerkisar antarra 0,0095
0,02
0
ppm daan untuk konnsentrasi 10 % berkisar antara
a
0,0199 0,04 ppm
m. Rata-rata
kandungan
k
l
logam
beratt Hg pada sttasiun I sebeesar 0,047 pppm, stasiunn II sebesar
0,011
0
ppm dan pada stasiun IIII sebesar 0,007
0
ppm. Ada keceenderungan
peningkatan
p
n kandungan logam Hg ddari stasiun III
I hingga kee stasiun I (G
Gambar 11)
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
Formalin
0.01
Rhodamin
nB
MetanilYYellow
0
Formaalin
p0t0 p1t1 p
p1t2 p1t3 p2t1 p2t2
2
053 0.0095 0..0136 0.0216 0.0180 0.026
6
0.00
p2t3
0.04
RhodaaminB
0.05
Metan
nilYellow 0.00
046 0.0123 0..0186 0.0323 0.026
Na2CaaEDTA
0.0006
Na2CaEDTTA
0.04
4 0.0533
0
Perlakuan
n
Gambar 11.
1 Kandun
ngan Logam
m Berat Hg Kerang
K
Hijaau Pasca Peerlakuan
Keterangan
K
n:
p0t0 = Kontrrol (0 %, 0 menit)
m
p1t1 = Konseentrasi 5 %, waktu 30 m
menit p2t1 = Konsentrasi 10 %, wakttu 30 menit
p1t2 = Konseentrasi 5 %, waktu 45 m
menit p2t2 = Konsentrasi 10 %, wakttu 45 menit
p1t3 = Konseentrasi 5 %, waktu 60 m
menit p2t3 = Konsentrasi 10 %, wakttu 60 menit
Gam
mbar 11 meemperlihatkaan bahwa kandungan
k
l
logam
beratt Hg pada
kerang
k
hijaau dengan perlakuan penambahann bahan peengawet rhhodamin B
49
Ada
50
ppm
p
dan pad
da stasiun III sebesar 1,2275 ppm. Seeperti pada loogam Hg di atas, untuk
kerang
k
hijauu dengan perlakuan peenambahan bahan
b
penggawet formaalin terlihat
adanya
a
keceenderungan (tendensi) ppenurunan kandungan loogam Pb darri stasiun I
hingga
h
ke sttasiun III (Gaambar 12).
Kandunga
K
an Logam
m Berat Pb
P Pasca P
Perlakuann
KadarLogamPb(ppm)
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Form
malin
RhodaminB
MettanilYellow
Formaalin
RhodaaminB
58 3.383 3.48
83
3.25
3.5
3.58
83 3.633 3.733
Metan
nilYellow 4.25
58 4.413 4.52
23 4.536 4.63
33 4.66
Na2CaaEDTA
Na2CaEDTA
58 0.576 0.47
7 0.283 0.18
86 0.01
1.25
4.77
7
0
Perlakuan
51
ppm. Seperti pada logam Hg di atas, untuk kerang hijau dengan perlakuan
penambahan bahan pengawet rhodamin B terlihat adanya kecenderungan
(tendensi) peningkatan kandungan logam Pb dari stasiun III hingga ke stasiun I
(Gambar 12).
Kandungan logam berat Pb pada kerang hijau dengan perlakuan
penambahan bahan pengawet metanil yellow konsentrasi 5 % berkisar antara 4,41
4,54 ppm dan untuk konsentrasi 10 % berkisar antara 4,63 4,77 ppm. Rata-rata
kandungan logam berat Pb pada stasiun I sebesar 1,745 ppm, stasiun II sebesar
1,65 ppm dan pada stasiun III sebesar 1,375 ppm. Seperti pada logam Hg di atas,
untuk kerang hijau dengan perlakuan penambahan bahan pengawet metanil yellow
terlihat adanya kecenderungan (tendensi) peningkatan kandungan logam Pb dari
stasiun III hingga ke stasiun I (Gambar 12).
Kandungan logam berat Pb pada kerang hijau dengan perlakuan
penambahan Na2CaEDTA konsentrasi 5 % berkisar antara 0,28 0,58 ppm dan
untuk konsentrasi 10 % berkisar antara 0 0,186 ppm. Rata-rata kandungan
logam berat Pb pada stasiun I sebesar 0,387 ppm, stasiun II sebesar 0,26 ppm dan
pada stasiun III sebesar 0,117 ppm. Ada kecenderungan penurunan kandungan
logam Hg dari stasiun I hingga ke stasiun III (Gambar 12).
c. Kandungan Logam Berat Cd Pasca Perlakuan
Kandungan logam berat Cd pada kerang hijau dengan perlakuan
penambahan bahan pengawet formalin konsentrasi 5 % berkisar antara 0,71 0,92
ppm dan untuk konsentrasi 10 % berkisar antara 0,81 1,04 ppm. Rata-rata
kandungan logam berat Cd pada stasiun I sebesar 0,95 ppm, stasiun II sebesar
52
0,85
0
ppm daan pada stassiun III sebesar 0,75 ppm
m. Seperti pada
p
logam Hg dan Pb
di
d atas, unttuk kerang hijau denggan perlakuaan penambaahan bahan pengawet
formalin
f
terlihat adanyaa kecenderunngan (tendennsi) peningkkatan kandunngan logam
Cd
C dari stasiiun III hingg
ga ke stasiunn I (Gambar 13).
Kandunga
K
an Logam
m Berat Cd
C Pasca P
Perlakuann
KadarLogamCd(ppm)
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Form
malin
RhodaminB
Formalin
RhodaminB
MettanilYellow
Na2CaEDTA
Perlakuan
Gambar 13.
1 Kandun
ngan Logam
m Berat Cd Kerang
K
Hijaau Pasca Peerlakuan
Keterangan
K
n:
p0t0 = Kontrrol (0 %, 0 menit)
m
p1t1 = Konseentrasi 5 %, waktu 30 m
menit p2t1 = Konsentrasi 10 %, wakttu 30 menit
p1t2 = Konseentrasi 5 %, waktu 45 m
menit p2t2 = Konsentrasi 10 %, wakttu 45 menit
p1t3 = Konseentrasi 5 %, waktu 60 m
menit p2t3 = Konsentrasi 10 %, wakttu 60 menit
Gam
mbar 13 meemperlihatkaan bahwa kandungan
k
llogam beratt Cd pada
kerang
k
hijaau dengan perlakuan penambahann bahan peengawet rhhodamin B
5 % berkissar antara 0,,75 0,96 ppm
konsentrasi
k
p
dan unntuk konsentrasi 10 %
logam beraat Cd pada
berkisar
b
anttara 0,86 1,06 ppm. Rata-rata kandungan
k
stasiun I sebbesar 1,0 ppm
m, stasiun III sebesar 0,9
9 ppm dan ppada stasiun III sebesar
0,8
0 ppm. Seperti pada logam Hg dan Pb di atas, untukk kerang hijjau dengan
perlakuan
p
penambahaan
bahan
pengawet
rhodamin
terlihaat
adanya
53
54
berat Pb menunjukkan nilai hingga ribuan kali, yang artinya mempunyai tingkat
akumulatif yang tinggi terhadap logam tersebut.
Kecenderungan kerang hijau untuk menyimpan atau mengakumulasi
logam berat dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama yakni bisa
berlangsung selama hidupnya (Darmono, 1995). Hal ini juga dipengaruhi oleh
proses fisiologis dalam tubuh kerang hijau itu sendiri. Dalam proses metabolisme
tubuhnya akan mengolah atau mentransformasi setiap bahan racun (logam berat)
yang masuk, sehingga akan mempengaruhi daya racun atau toksisitas bahan
tersebut (logam berat). Logam berat yang telah mengalami biotransformasi dan
tidak dapat diekskresikan atau dikeluarkan oleh tubuh umumnya akan tersimpan
dalam organ-organ tertentu seperti hepatopankreas, ginjal dan gonad.
Faktor ukuran kerang hijau juga dapat mempengaruhi kandungan logam
berat di dalam tubuh organisme. Berdasarkan data yang didapat selama penelitian
ini terlihat adanya kecenderungan peningkatan kandungan logam berat dari
ukuran kecil (< 4 cm) sampai dengan ukuran besar (> 6 cm). Tingginya logam
berat dalam daging kerang hijau ini disebabkan bahwa kerang hijau merupakan
binatang lunak yang tidak bergerak atau mobilitasnya lamban, mempunyai
kemampuan untuk menyerap logam di lingkungan perairan tempat biota tersebut
hidup dan tidak dapat meregulasi logam tersebut. Semakin besar ukuran tubuhnya
(makin tua) maka kandungan logam berat dalam tubuh juga akan semakin
meningkat. Terjadinya peningkatan ini dikarenakan logam berat yang masuk ke
dalam tubuhnya akan terus diakumulasi. Pada ukuran kerang besar (> 6 cm) dan
sedang (4 6 cm), kandungan logam berat untuk Pb sedemikian tingginya dan
55
56
RataRataPenurunan(%)
Hg
Pb
n0t0
Hg
H 0.0053
n1t1
9
91.366
n1t2
94.286
n1t3
99.98
n2t1
9
99.98
n2t2
2
99.98
8
n2t3
99.98
Pb
P 1.2583
4
41.52
45.83
3
49.3
64.556
6
87.046
99.926
C 0.6291
Cd
6
67.306
72.353
77.013
85.263
8
99.98
8
99.98
Cd
mbinasiPerlakuan
Kom
Gambar
G
144. Persentasse Rata-Ratta Penurunaan Kadar H
Hg, Pb dan Cd dalam
Tubuh Kerang Hijau
u pada Setia
ap Kombinaasi Perlakuaan
Keterangan
K
n:
n0t0 = Kontrrol (0 %, 0 menit)
m
n1t1 = Konseentrasi 0.5 %,
% waktu 30 m
menit n2t1 = Konsentrassi 1 %, wakttu 30 menit
n1t2 = Konseentrasi 0.5 %,
% waktu 45 m
menit n2t2 = Konsentrassi 1 %, wakttu 45 menit
n1t3 = Konseentrasi 0.5 %,
% waktu 60 m
menit n2t3 = Konsentrassi 1 %, wakttu 60 menit
Gam
mbar 14 mem
mperlihatkann bahwa perrlakuan n1t3 (Na2CaED
DTA 0,5 %
selama 60 menit)
m
dapaat menurunkkan kadar Hg
H sebanyakk 99,98 %, penurunan
kadar
k
Pb pada perlakuann tersebut seebanyak 49,33 % dan pennurunan kadar Cd pada
perlakuan
p
t
tersebut
sebbanyak 77,001 %. Sem
mentara itu pada perlaakuan n2t3
(Na
( 2CaEDT
TA 1,0 % seelama 60 menit)
m
dapatt menurunkaan kadar Pb
b sebanyak
99,92
9
%, seedangkan paada perlakuaan n2t2 (Na2CaEDTA
C
1,00 % selamaa 45 menit)
dapat
d
menurunkan kadaar Cd sebannyak 99,98 %. Hal ini diduga kareena hampir
seluruh logaam Hg pad
da tubuh kerrang hijau membentuk
m
ikatan mettaloprotein,
sedangkan logam
l
Pb daan Cd didugga membenttuk ikatan m
metaloenzim. Darmono
57
58
59
lain
l
: jenis--jenis logam
m berat, jennis organism
me, lama peernapasan dan kondisi
lingkungan
l
p
perairan
seperti pH, tem
mperatur dan salinitas.
Faktor Konsentra
K
asi Logam
m Hg padaa Kerang
Hijau
FaktorKonsentrasi
300
250
200
150
100
UkuraanBesar
50
UkuraanSedang
0
UkurranBesar
TitikI
122.13
TitikII
210.01
TitikIII
97.66
UkurranSedang
288.47
201.14
133.9
UkurranKecil
76.09
64.68
73.11
UkuraanKecil
Stasiu
unPengamatan
n
Gam
mbar 15. Fak
ktor Konsen
ntrasi Loga
am Hg pada Kerang Hijjau
Gam
mbar 15 mem
mperlihatkan bahwa rata--rata faktor konsentrasi
k
p
pada
logam
berat
b
Hg terrtinggi padaa kerang hijaau ukuran seedang (4 6 cm), denggan kisaran
nilai
n
133,900 288,47. Hal
H ini menuunjukkan baahwa kerangg hijau yangg berukuran
sedang (4 6 cm) mem
mpunyai tingkat akumuulatif yang ssedang terhaadap logam
berat
b
Hg. Kerang
K
hijaau yang beerukuran beesar (> 6 cm)
c
juga mempunyai
m
kecenderung
k
gan tingkat akumulatif
a
yyang sedangg terhadap loogam berat Hg
H dengan
nilai
n
kisaran
n rata-rata 97,66 210,01 walaupun
n pada stasiiun III nilainnya kurang
dari
d 100, yaaitu 97,66. Untuk
U
kerangg hijau yang berukuran kkecil (< 4 cm
m) rata-rata
nilai
n
faktor konsentrasinnya kurang dari 100, yaaitu berkisarr antara 64,668 76,09.
60
Hal
H ini meenunjukkan bahwa kerang hijau yang
y
beruku
kuran kecil (< 4 cm)
tingkat akum
mempunyai
m
mulatif yangg rendah terhhadap logam
m berat Hg.
FaktorKonsentrasi
Faktor Konsentra
K
asi Logam
m Pb padaa Kerang
Hijau
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Ukuran
nBesar
Ukuran
nSedang
UkuranBesar
TitikI
8396.23
TitikII
6920.03
TitikIII
2003.22
UkuranSedang
6404.36
6089.77
1483.17
UkuranKecil
2396.76
2124.41
570.96
Ukuran
nKecil
Stasiu
unPengamatan
n
61
FaktorKonsentrasi
Faktor Konsentra
K
asi Logam
m Cd padaa Kerang
Hijau
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
UkuranBesar
UkuranSedang
UkkuranBesar
TitikI
4198.12
TitikII
3460.02
TitikIII
1001.61
1
UkkuranSedang
3202.18
3044.89
741.59
UkkuranKecil
1198.38
1062.21
285.48
UkuranKecil
Stasiu
unPengamatan
n
Gam
mbar 17. Fak
ktor Konsen
ntrasi Loga
am Cd pada Kerang Hijjau
Gam
mbar 17 mem
mperlihatkann bahwa faaktor konsenntrasi logam
m berat Cd
cenderung
c
menurun
m
nilaainya dari staasiun pengam
matan I hinggga stasiun pengamatan
p
III.
I Faktor konsentrasi pada keranng hijau berrukuran besaar (> 6 cm
m), rata-rata
nilainya
n
kurrang dari 100,
1
yaitu bberkisar anttara 1001,611 4198,12. Hal ini
menunjukka
m
an bahwa keerang hijau yang beruk
kuran besar (> 6 cm) mempunyai
m
tingkat
t
akum
mulatif yang tinggi terhaadap logam berat
b
Cd. Padda kerang hiijau ukuran
sedang (4 6 cm) jugga rata-rata nnilai faktornnya melebihhi 1000, yaittu berkisar
antara
a
741,559 3202,18
8. Hal ini meenunjukkan bahwa
b
keranng hijau ukuuran sedang
(4
( 6 cm) mempunyaii kecenderunngan tingkatt akumulatiff yang tingggi terhadap
logam
l
beratt Cd, mesk
kipun pada stasiun III nilainya kuurang dari 1000,
1
yaitu
741,59.
7
Pada kerang hijau ukuran kkecil (< 4 cm
m) juga mem
mpunyai keceenderungan
tingkat
t
akum
mulatif yangg tinggi terhadap logam berat Cd. A
Adapun rata--rata faktor
62
63
64
kelarutan dari bentuk persenyawaan logam ini cenderung stabil (Palar, 1994).
Akumulasi logam berat dalam tubuh kerang hijau juga dipengaruhi oleh hadirnya
logam lain ysng terlarut dalam air (Darmono, 2001). Seperti penelitian Darmono
(2001) bahwa udang laut (Callianasa australiensis) yang dipelihara dalam air
yang mengandung kadmium dan seng, ternyata kedua logam terus meningkat.
Palar (1994) menambahkan bahwa keberadaan logam-logam lain dalam
kolom perairan dapat menyebabkan logam-logam tertentu menjadi sinergis atau
sebaliknya menjadi antagonis bila telah membentuk suatu ikatan. Di samping itu,
interaksi antara logam-logam tersebut bisa juga gagal atau tidak terjadi sama
sekali. Logam-logam berat yang bersifat sinergis, apabila bertemu dengan
pasangannya dan membentuk suatu persenyawaan dapat berubah fungsi menjadi
racun yang sangat berbahaya atau mempunyai daya racun yang berlipat ganda.
Sebaliknya, untuk logam-logam yang bersifat antagonis, apabila terjadi
persenyawaan dengan pasangannya maka daya racun yang ada pada logam
tersebut akan berkurang atau semakin kecil. Ukuran tubuh kerang hijau juga
memperlihatkan adanya perbedaan peranan kualitas air terhadap kandungan
logam berat dalam tubuh kerang hijau. Kondisi biota berkaitan dengan fase-fase
kehidupan yang dilalui oleh organisme air dalam hidupnya. Pada fase-fase
tertentu, dalam kehidupan suatu biota atau organisme merupakan fase yang
sensitif. Sebagai contohnya adalah fase telur. Namun demikian, ada pula fase
dimana biota memiliki daya tahan yang kuat dan biasanya pada fase dewasa
(Palar, 1994).
65
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat
disimpulkan bahwa penambahan bahan pengawet (formalin, rhodamin B, metanil
yellow dan Na2CaEDTA) dengan konsentrasi dan waktu perendaman yang
berbeda berpengaruh sangat nyata (p < 0,05) terhadap kandungan logam berat
(Hg, Pb dan Cd) dalam kerang hijau. Pengaplikasian jenis bahan pengawet dengan
konsentrasi dan waktu perendaman disarankan secara terpisah atau bersama-sama.
5.2. Saran
Sebaiknya konsumsi kerang hijau yang berasal dari perairan Muara Kamal
Teluk Jakarta disarankan tidak melebihi dari 556,306 g per 70 kg berat badan per
minggu atau 79,472 g per 70 kg berat badan per hari. Dalam upaya menekan
seminimal mungkin kadar logam berat pada tubuh kerang hijau dianjurkan
perendaman dengan Na2CaEDTA 1,0 % selama 60 menit untuk logam Hg, Cd dan
Pb. Sebaiknya dibuat peraturan yang menentukan bagian laut mana saja yang
boleh dieksploitasi produknya, sehingga tidak meracuni masyarakat.
67
DAFTAR PUSTAKA
68
69
Furia, T. 1972. Food Additives. Volume I. CRC Press, Inc., New York. 998 hlm.
Gaspersz, V. 1995. Teknik analisis dalam penelitian percobaan. Tarsito,
Bandung. 622 hlm.
GESAMP. 1985. Review of Potentially Harmful Substances : Cadmium, Lead and
Tin. IMO/FAO/UNESCO/WMO/IAEA/UNEP/UN Join Group of Experts.
Hamidah. 1980. Pengaruh Logam Berat Terhadap Lingkungan. Pewarta Oceana:
Jakarta.http://www.dnr.state.sc.us/marine/sertc/images/photo/%20galleryp
erna%20viridis2.jpg. Diakses Tanggal 5 September 2008, pk. 14.00 WIB.
Harahap, S. 1991. Tingkat pencemaran air kali Cakung ditinjau dari sifat kimiafisika khususnya logam berat dan keanekaragaman jenis hewan benthos
makro. Tesis : Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hartanti. 1998. Analisis kandungan logam berat merkuri (Hg), kadmium (Cd),
timbal (Pb), arsen (As), dan tembaga (Cu) dalam tubuh kerang konsumsi
serta upaya penurunannya. Skripsi : Fakultas Perikanan dan Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Bogor. 68 hlm.
Hendrawati. 2006. Penuntun Praktikum Kimia Lingkungan. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Press, Jakarta.
Hutabarat, S. dan S. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. UI Press, Jakarta.
Hutagalung, H.P. 1984. Logam Berat Dalam Lingkungan Laut. Pewarta Oseana
IX No.1 Tahun 1984 LON-LIPI, Jakarta.
______________ 1989. Mercury and Cadmium Content In Green Mussels,
Mytilus viridis L. from Onrust Waters, Jakarta Bay. Environ. Contam.
Toxicol.
______________ 1991. Pencemaran Laut Oleh Logam Berat dalam Status
Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik Pemantauannya. P3O LIPI,
Jakarta.
______________, D. Setiapermana & S. Hadi Riyono. 1997. Metode Analisis Air
Laut, Sedimen dan Biota Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Ilahude, A.G. dan S. Liasaputra. 1980. Sebaran Normal Parameter Hidrologi di
Teluk Jakarta dalam Teluk Jakarta. Pengkajian Fisika, Kimia, Biologi dan
Geologi Tahun 1975 1979.
70
Inswiasri, A., Tugiwati, dan A. Lubis. 1997. Kadar logam Cu, Pb, Cd, dan Cr
dalam ikan segar dan kerang dari Teluk Jakarta tahun 1995/1996.
Buletin Penelitian Kesehatan, 25 (1) : 19 26.
Ismail, W., Pratiwi, E. & Wedjatmiko. 1999. Perikanan Kerang Hijau di Perairan
Muara Kamal, Jakarta. Warta Penelitian Perikanan Indonesia : 6 9.
Jakarta.
Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan Hidup. 1997. Laporan Tahunan
Prokasih. PEMDA DKI Jakarta.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI. 2004. Surat Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu
Air Laut. Jakarta. http://www.menlh.go.id. Diakses Tanggal 15 Juli 2008,
pk. 20.00 WIB.
Kastoro, W. 1988. Beberapa Aspek Biologi Kerang Hijau (Perna viridis L.) dari
Perairan Binaria, Ancol Teluk Jakarta. Jurnal Penelitian Perikanan Laut
No.45. Balai Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian dan
Perkembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Kompas. 2004. Pencemaran Teluk Jakarta Lampaui Ambang Batas.
http://www.kompas.com Tanggal 5 September 2008, pk. 14.30 WIB.
Laws, E.A. 1981. Aquatic Pollution : An Introductory Text. Second edition.
Willey and Sons, Inc., New York. 641 hlm.
Laws, E.A. 1993. Aquatic Pollution. John Willey & Sons, Inc., New York.
Legandre, L. dan P. Legandre. 1983. Numerical Ecology. Elsevier Scientific
Publishing Company, New York.
Linnaeus. 1758. Asian Green Mussel (Perna viridis). National Introduced Marine
Pest Information System (NIMPIS), Last Updated : 13 Maret 2002.
Lindquist, O.A., K.J. Jarnelov dan J. Rhode. 1980. Mercury In Swedish
Environment. Global and Local Source. Report of The Workshop Held at
Lerum, Sweden, November 1983, S.N.R.P.M. 1816. National Swedish
Environment Protection Guard, Solna, Sweden. (Cited In Linberg 1987).
Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar : Azas, Organ Sasaran, dan Penilaian Nilai.
Edisi 2. Terj. dari Basic Toxicology : Fundamentals, Target Organ and
Risk Assesment oleh Edi Nugroho. UI Press, Jakarta.
Manahan, S.E. 1994. Environmental Chemistry. Second Ed. Williard Press,
Boston.
71
72
73
Sukiyanti, E. 1987. Kadar merkuri kerang darah dari Teluk Jakarta dan
hubungannya dengan kadar merkuri kerang darah dari tempat pelelangan
ikan Muara Angke. Tesis : Program Pascasarjana Universitas Indonesia,
Jakarta. 62 hlm.
Sunu, P. 2000. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Penerbit
PT. Grasindo, Jakarta.
Suryadiputra, I.N.N. 1995. Pengolahan Air Limbah dengan Metode Biologi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suryanto, D. 2002. Pendugaan laju akumulasi Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni pada kerang
hijau (Perna viridis L.) ukuran > 4,7 cm di perairan Kamal Muara, Teluk
Jakarta. Skripsi : Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
74
75
LAMPIRAN
Suhu
Salinitas
pH
3.83
1.37
0.77
4.57
4.00
1.69
4.47
3.13
2.61
Rata-rata
4.29
2.83
1.69
Februari
26.0
27.2
27.2
31.0
29.0
28.0
30.0
29.0
28.0
Rata-rata
29.0
28.4
27.7
Februari
31.0
30.8
31.3
33.5
33.7
33.4
32.4
32.5
32.2
Rata-rata
32.3
32.3
32.3
Februari
7.29
7.40
7.61
Maret
7.02
7.15
7.09
April
6.40
6.48
6.40
Rata-rata
6.90
7.01
7.03
Maret
April
Maret
April
Maret
April
FTU
76
Merkuri (Hg)
April
Rata-rata
mg/L
Februari
Maret
Timbal (Pb)
April
Rata-rata
mg/L
Februari
Kadmium (Cd)
Maret
April
Rata-rata
mg/L
0.00015
0.00006
0.00001
0.00021
0.00007
0.00007
0.0003
0.0001
0.00009
0.0002
0.0001
0.0001
0.003
0.001
0.001
0.004
0.002
0.001
0.005
0.003
0.002
0.004
0.00001
0.002
0.00001
0.0013
0.00001
0.00002
0.00001
0.00001
0.00003
0.00001
0.00001
0.00002
0.00001
0.00001
0.001665*
0.002462**
0.011979***
0.005
0.5
1.485
1.370
0.920
1.258
2.0
0.7425
0.685
0.46
0.6292
1.0
Keterangan :
Limit deteksi alat untuk kadar Hg 0,000001 ppm dan Pb 0,001 ppm
* Panjang kerang : 7 9 cm
** Panjang kerang : 6 7 cm
*** Panjang kerang : 4,5 6 cm
0.001
mg/L
0.008
mg/L
0.001
mg/L
77
Kontrol
0
0.01198
Konsentrasi 0.5 %
30
45
60
menit
menit
menit
0.001
0.0008
0
Konsentrasi 1 %
45
60
30 menit
menit menit
0.0008
0
0
II
0.00246
0.0009
0.0007
0.0006
III
0.00167
0.0008
0.0005
0.0005
Rata2 0.00537
0.0009
0.00067
0.000633
0.6
0.2
0.01
0.55
0.2
III
0.92
0.4
0.1
0.2
Rata2
1.25833
0.01
0.47
0.186667
0.57667 0.28333
Kontrol
0
0.7425
II
0.685
0.2
0.05
0.09
III
0.46
0.1
0.01
0.05
0.2167
0.05333
0.096667
Rata2 0.62917
Konsentrasi 0.5 %
30
45
60
menit
menit
menit
0.35
0.1
0
Titik
78
Titik Sampling I
Titik Sampling II
79
Lampiran 8. Sampel Air Laut Murni & Air Laut + HNO3 Pekat
Titik I
Titik II
Titik III
80
Perlakuan Rhodamin B
Perlakuan Rhodamin B
81
82
Secchi Disk
Turbidimeter
Termometer
pH Meter
AAS
83
Lampiran 12. Kriteria Kualitas Air yang Baik untuk Keperluan Perikanan
dan Peternakan
Parameter
Satuan
Kadar Maksimum
Keterangan
Fisika
Temperatur air alam 4C
C
Temperatur
2000
mg/l
Residu terlarut
Kimia
pH
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Krom heksavalen (Cr(VI))
Kadmium (Cd)
Raksa total (Hg)
Timbal (Pb)
Arsen (As)
Selenium (Se)
Sianida (CN)
Sulfida (S)
Fluorida (F)
Amoniak bebas (NH3-N)
Nitrit (NO2-N)
Klor aktif (Cl2)
Oksigen terlarut (DO)
Senyawa aktif biru metilen
Fenol
Minyak & Lemak
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
69
0,02
0,02
0,05
0,01
0,002
0,03
1
0,05
0,02
0,002
1,5
0,016
0,06
0,003
0,2
0,001
1
Disyaratkan > 3.
Diperbolehkan =
3, maksimum 8
jam dalam 1 hari.
Radioaktivitas
Aktivitas beta total
Strontium 90
Radium 226
pCi/l
pCi/l
pCi/l
1000
10
3
Aktivitas
tanpa
adanya Sr 90
dan Ra 226.
Pestisida
DDT
Endrine
BHC
Methyl Parathion
Malathion
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
0,002
0,004
0,21
0,10
0,16
84
III
Sedang
Kurang
IV
Kurang
Sekali
Fisika
Temperatur
Residu terlarut
Residu
C
mg/l
mg/l
45
1000
100
45
3000
200
45
3000
400
45
50.000
500
Kimia
pH
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Krom heksavalen (Cr (VI)
Kadmium (Cd)
Raksa total (Hg)
Timbal (Pb)
Arsen (As)
Selenium (Se)
Sianida (CN)
Sulfida (S)
Fluorida (F)
Klor aktif (Cl2)
Klorida (Cl)
Sulfat (SO4)
N Kjeldahl (N)
Amoniak bebas (NH3 N)
Nitrat (NO3 N)
Nitrit (NO2 N)
Kebutuhan Oksigen (BOD)
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
69
5
0,5
0,5
5
0,1
0,01
0,005
0,1
0,05
0,01
0,02
0,01
1,5
1
600
400
7
0,5
10
1
20
59
7
1
2
7
1
0,1
0,01
0,5
0,3
0,05
0,05
0,05
2
2
1000
600
1
20
2
100
4,5 9,5
9
3
3
10
3
0,5
0,05
1
0,7
0,5
0,5
0,1
3
3
1500
800
2
30
3
300
4,0 10
10
5
5
15
5
1
0,1
5
1
1
1
1
5
5
2000
1000
80
5
50
5
500
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
40
0,5
0,002
10
10
200
1
0,05
30
30
500
3
0,5
70
70
1000
5
1
100
100
Biologi
Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
Senyawa aktif biru metilen
Fenol
Minyak nabati
Minyak mineral
Radioaktivitas*)
II
85
Lampiran 14. Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut Berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51
Tahun 2004.
No
Parameter
Satuan
Baku Mutu
Fisika
1 Kecerahana
m
Coral : > 5
Mangrove : Lamun : > 3
2 Kebauan
Alami3
a
3 Kekeruhan
NTU
<5
4 Padatan tersuspensi totalb
mg/L
Coral : 20
Mangrove : 80
Lamun : 20
5 Sampah
Nihil1(4)
c
6 Suhu
C
Alami3(c)
Coral : 28 30(c)
Mangrove : 28 32(c)
Lamun : 28 30(c)
5
7 Lapisan minyak
Nihil1(5)
Kimia
1 pHd
7 8,5d
e
2 Salinitas
Alami3(e)
Coral : 33 34(e)
Mangrove : s/d 34(e)
Lamun : 33 34(e)
3 Oksigen terlarut (DO)
mg/L
>5
4 BOD5
mg/L
20
5 Amonia total (NH3-N)
mg/L
0,3
6 Fosfat (PO4-P)
mg/L
0,015
7 Nitrat (NO3-N)
mg/L
0,008
8 Sianida (CN-)
mg/L
0,5
9 Sulfida (H2S)
mg/L
0,01
10 PAH (Poliaromatik hidrokarbon)
mg/L
0,003
11 Senyawa Fenol total
mg/L
0,002
12 PCB total (Poliklor bifenil)
g/L
0,01
13 Surfaktan (deterjen)
mg/L MBAS
1
14 Minyak & Lemak
mg/L
1
15 Pestisida
g/L
0,01
16 TBT (Tributil tin)
g/L
0,01
Logam terlarut
17 Raksa (Hg)
mg/L
0,001
18 Kromium heksavalen (Cr(VI))
mg/L
0,005
19 Arsen (As)
mg/L
0,012
20 Kadmium (Cd)
mg/L
0,001
21 Tembaga (Cu)
mg/L
0,008
86
22
23
24
1
2
3
1
Timbal (Pb)
Seng (Zn)
Nikel (Ni)
Biologi
Coliform (total)g
Patogen
Plankton
Radionuklida
Komposisi yang tidak diketahui
mg/L
mg/L
mg/L
0,008
0,05
0,05
MPN/100 ml
sel/100 ml
sel/100 ml
1000g
Nihil1
Tidak bloom6
Bq/L
Keterangan :
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan
(sesuai dengan metode yang digunakan).
2. Metode analisis mengacu pada metode analisis untuk air laut yang telah
ada, baik internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat
(siang, malam dan musim).
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah
lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01 mm.
6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yang dapat
menyebabkan eutrofikasi. Pertumbuhan plankton yang berlebihan
dipengaruhi oleh nutrien, cahaya, suhu, kecepatan arus, dan kestabilan
plankton itu sendiri.
7. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal.
a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10 % kedalaman
euphotic.
b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10 % konsentrasi ratarata musiman.
c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 2 C dari suhu alami.
d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 0,2 satuan pH.
e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 5 % salinitas rata-rata
musiman.
f. Berbagai jenis pestisida seperti : DDT, Endrin, Endosulfan dan
Heptachlor.
g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 10 % konsentrasi ratarata musiman.