Vous êtes sur la page 1sur 33

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Akalasia esofagus, atau dikenal juga dengan nama Simple
ectasia, Kardiospasme, Megaesofagus, Dilatasi esofagus difus tanpa
stenosis atau Dilatasi esofagus idiopatik adalah suatu gangguan
neuromuskular. Kegagalan relaksasi batas esofagogastrik pada proses
menelan menyebabkan dilatasi bagian proksimal esofagus tanpa
adanya gerak peristaltik. Penderita akalasia merasa perlu mendorong
atau memaksa turunnya makanan dengan air atau minuman guna
menyempurnakan proses menelan. Gejala lain dapat berupa rasa
penuh substernal dan umumnya terjadi regurgitasi.
Akalasia mulai dikenal oleh Thomas Willis pada tahun 1672.
Mula-mula diduga penyebabnya adalah sumbatan di esofagus distal,
sehingga dia melakukan dilatasi dengan tulang ikan paus dan
mendorong makanan masuk ke dalam lambung. Pada tahun 1908
Henry Plummer melakukan dilatasi dengan kateter balon. Pada tahun
1913 Heller melakukan pembedahan dengan cara kardiomiotomi di
luar mukosa yang terus dianut sampai sekarang
Akalasia merupakan gangguan atau hilangnya peristalsis
esophagus dan kegagalan sfingter kardio-esofagus untuk relaksasi
sehingga makanan tertahan di esophagus.
Achalasia
esophagus.

adalah

Kegagalan

penyakit
untuk

jarang

relaksasi

yang
dan

mengenai
mengacu

otot
pada

ketidakmampuan dari sfingter esophagus bawah untuk membuka dan


membiarkan melewatinya masuk kedalam lambung.

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 1

2. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan akalasia ?
b. Apa etiologi dari penyakit akalasia ?
c. Bagaiman patologi penyakit akalasia ?
d. Bagaimana tanda dan gejala penyakit akalasia ?
e. Bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit akalasia?
f. Apa komplikasi penyakit akalasia ?
g. Bagaimana konsep keperawatan penyakit akalasia ?

3. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui definisi penyakit akalasia.
b. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit akalasia.
c. Untuk mengetahui patologi penyakit akalasia.
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit akalasia.
e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit akalasia.
f. Untuk mengetahui komplikasi penyakit akalasia.
g. Untuk mengetahui konsep keperawatan penyakit akalasia.

4. Manfaat penulisan
a. Kita dapat mengetahui definisi penyakit akalasia.
b. Kita dapat mengetahui etiologi dari penyakit akalasia.
c. Kita dapat mengetahui patologi penyakit akalasia.
d. Kita dapat mengetahui tanda dan gejala penyakit akalasia.
e. Kita dapat mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit akalasia.
f. Kita dapat mengetahui komplikasi penyakit akalasia.
g. Kita dapat mengetahui konsep keperawatan penyakit akalasia.

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 2

BAB II
KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Akalasia merupakan gangguan atau hilangnya peristalsis
esophagus dan kegagalan sfingter kardio-esofagus kita dapat relaksasi
sehingga makanan tertahan di esophagus.
Achalasia

adalah

penyakit

jarang

yang

mengenai

otot

esophagus. Kegagalan kita dapat relaksasi dan mengacu pada


ketidakmampuan dari sfingter esophagus bawah kita dapat membuka
dan membiarkan melewatinya masuk kedalam lambung.
Akalasia esofagus, atau dikenal juga dengan nama Simple
ectasia, Kardiospasme, Megaesofagus, Dilatasi esofagus difus tanpa
stenosis atau Dilatasi esofagus idiopatik adalah suatu gangguan
neuromuskular. Kegagalan relaksasi batas esofagogastrik pada proses
menelan menyebabkan dilatasi bagian proksimal esofagus tanpa
adanya gerak peristaltik. Penderita akalasia merasa perlu mendorong
atau memaksa turunnya makanan dengan air atau minuman guna
menyempurnakan proses menelan. Gejala lain dapat berupa rasa
penuh substernal dan umumnya terjadi regurgitasi.
Akalasia mulai dikenal oleh Thomas Willis pada tahun 1672.
Mula-mula diduga penyebabnya adalah sumbatan di esofagus distal,
sehingga dia melakukan dilatasi dengan tulang ikan paus dan
mendorong makanan masuk ke dalam lambung. Pada tahun 1908
Henry Plummer melakukan dilatasi dengan kateter balon. Pada tahun
1913 Heller melakukan pembedahan dengan cara kardiomiotomi di
luar mukosa yang terus dianut sampai sekarang
Akalasia adalah tidak adanya atau tidak efektifnya peristaltic
esophagus distal disertai dengan kegagalan sfingter esophagus kita
dapat rileks dalam respon terhadap menelan. Penyempitan esophagus
tepat tepat diatas lambung menyebabkan peningkatan dilatasi

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 3

esophagus secara bertahap di dada atas. Akalasia dapat berlanjut


secara perlahan.ini terjadi palig sering pada individu usia 40 atau lebih.
Diduga terdapat insiden akalasia dalam keluarga.
Akalasia

akibat

dari retensi atau

lambatnya

bongkahan

makanan disertai meningktnya obstruksi dan dilatasi esophagus.


Penyebab keadaan ini tidak diketahui, tetapi ditemukan berkurangnya
sel ganglion pleksus minterik dan degenerasi wallerian pada akson
bermielin maupun tak bermielin dari nervus vagus ekstra esophagus.

2. Etiologi
Dasar penyebab akalasia adalah kegagalan koordinasi relaksasi
esophagus bagian distal disertai peristalsis esophagus yang tidak
efektif berdilatasi. Hasil penelitian menunjukkan kelainan persarafan
parasimpatis berupa hilangnya sel ganglion di dalam pleksus Auerbach
yang juga disebut pleksus mienterikus.
Ada

teori-teori

yang

meliputi

infeksi,

keturunan

atau

abnormalitas system imun yang menyebabkan tubuh sendiri merusak


esophagus.
Etiologi dari akalasia tidak diketahui secara pasti. Tetapi,
terdapat bukti bahwa degenerasi plexus Auerbach menyebabkan
kehilangan pengaturan neurologis. Beberkita dapat mengetahui teori
yang berkembang berhubungan dengan gangguan autoimun, penyakit
infeksi atau kedua-duanya.

Menurut etiologinya, akalasia dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu :

a. Akalasia primer,(yang paling sering ditemukan). Penyebab yang


jelas tidak diketahui. Diduga disebabkan oleh virus neurotropik
yang berakibat lesi pada nukleus dorsalis vagus pada batang

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 4

otak dan ganglia mienterikus pada esofagus. Disamping itu,


faktor keturunan juga cukup berpengaruh pada kelainan ini.
b. Akalasia sekunder, (jarang ditemukan). Kelainan ini dapat
disebabkan oleh infeksi, tumor intraluminer seperti tumor kardia
atau pendorongan ekstraluminer seperti pseudokista pankreas.
Kemungkinan lain dapat disebabkan oleh obat antikolinergik
atau pascavagotomi.

Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum diketahui.


Secara histologik diteraukan kelainan berupa degenerasi sel ganglion
plexus Auerbach sepanjang esofagus pars torakal. Dari beberkita
dapat mengetahui data disebutkan bahwa faktor-faktor seperti
herediter, infeksi, autoimun, dan degeneratif adalah kemungkinan
penyebab dari akalasia.

a. TeoriGenetik
Temuan kasus akalasia pada beberkita dapat mengetahui orang
dalam satu keluarga telah mendukung bahwa akalasia kemungkinan
dapat diturunkan secara genetik. Kemungkinan ini berkisar antara 1 %
sampai 2% dari populasi penderita akalasia.
b. Teori Infeksi
Faktor-faktor yang terkait termasuk bakteri (diphtheria pertussis,
clostridia, tuberculosis dan syphilis), virus (herpes, varicella zooster,
polio dan measles), Zat-zat toksik (gas kombat), trauma esofagus dan
iskemik esofagus uterine pada saat rotasi saluran pencernaan intra
uterine. Bukti yang paling kuat mendukung faktor infeksi neurotropflc
sebagai etiologi. Pertama, lokasi spesifik pada esofagus dan fakta
bahwa esofagus satu-satunya bagian saluran pencernaan dimana otot
polos ditutupi oleh epitel sel skuamosa yang memungkinkan infiltrasi
faktor infeksi. Kedua, banyak perubahan patologi yang terlihat pada
akalasia dapat menjelaskan faktor neurotropik virus tersebut. Ketiga,

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 5

pemeriksaan serologis menunjukkan hubungan antara measles dan


varicella zoster pada pasien akalasia.
c. Teori Autoimun
Penemuan teori autoimun kita dapat akalasia diambil dari
beberkita dapat mengetahui somber. Pertama, respon inflamasi dalam
pleksus mienterikus esofagus didominasi oleh limfosit T yang diketahui
berpefan dalam penyakit autoimun. Kedua, prevalensi tertinggi dari
antigen kelas II, yang diketahui berhubungan dengan penyakit
autoimun lainnya. Yang terakhir, beberkita dapat mengetahui kasus
akalasia ditemukan autoantibodi dari pleksus mienterikus.
d. Teori Degeneratif
Studi epidemiologi dari AS. menemukan bahwa akalasia
berhubungan dengan proses penuaan dengan status neurologi atau
penyakit psikis, seperti penyakit Parkinson dan depresi.

3. Patologi
Segmen esophagus di atas dinding sfingter esofagogaster yang
panjangnya berkisar antara 2-8 cm menyempit dan tidak mampu
berelaksasi.
Esophagus

bagian

proksimal

dari

penyempitan

tersebut

mengalami dilatasi dan perpanjangan sehingga akhirnya menjadi


megaesofagus yang berkelok-kelok. Bentuk esophagus ini sangat
bergantung pada lamanya proses, bisa berbentuk botol, fusiform,
sampai berbentuk sigmoid dengan hipertrofi jaringan otot sirkuler dan
longitudinal.
Mokusa mungkin mengalami peradangan akibat rangsangan
retensi makanan. Akalasia adalah salah satu faktor resiko kita dapat
terjadinya karsinoma epidermoid. Karsinoma dapat terjadi pada 5%
pasien yang tidak mengalami pengobatan, rata-rata 20 tahun setelah
terdiagnosis.

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 6

4. Tanda dan Gejala


Akalasia biasanya mulai pada dewasa muda walaupun ada juga
yang ditemukan pada bayi dan sangat jarang pada usia lanjut. Gejala
utama akalasia adalah disfagia, regurgitasi, rasa nyeri atau tidak enak
di belakang sternum dan berat badan menurun. Lama gejala timbul
sangat bervariasi dari beberkita dapat mengetahui hari sampai
bertahun-tahun dan gejala makin berat secara perlahan-lahan.
Disfagia adalah gejala utama yang mula-mula dirasakan
sebagai rasa penuh atau rasa mengganjal di daerah esophagus distal
yang hilang timbul dan makin lama makin berat. Pasien akan makan
secara perlahan-lahan dan selalu disertai minum yang banyak.
Regurgitasi terjadi bila penyakit sudah lanjut dan sudah terjadi dilatasi
esophagus bagian proksimal. Regurgitasi biasanya dirasakan pada
waktu malam sehingga pasien bangun dari tidurnya. Makanan yang
diregurgitasi tidak dicerna, tidak asam, dan baunya manis karena
pengaruh ludah. Keadaan ini berbahaya karena dapat menimbulkan
radang paru-paru akibat aspirasi. Keluhan nyeri umumnya tidak
dominan. Mula-mula keadaan gizi baik dan baru mundur pada tahap
lanjut.

5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologik
Pada

foto

polos

toraks

tidak

menampakkan

adanya

gelembung-gelembung udara pada bagian atas dari gaster, dapat


juga menunjukkan gambaran air fluid level pada sebelah posterior
mediastinum.

Pemeriksaan

esofagogram

barium

dengan

pemeriksaan fluoroskopi, tampak dilatasi pada daerah dua pertiga


distal esofagus dengan gambaran peristaltik yang abnormal serta
gambaran

penyempitan

di

bagian

distal

esofagus

atau

esophagogastric junction yang menyerupai seperti bird-beak like


appearance.

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 7

b. Pemeriksaan Esofagoskopi
Esofagoskopi merupakan pemeriksaan yang dianjurkan kita
dapat semua pasien akalasia oleh karena beberkita dapat
mengetahui alasan yaitu kita dapat menentukan adanya esofagitis
retensi dan derajat keparahannya, kita dapat melihat sebab dari
obstruksi,

dan

kita

dapat

memastikan

ada

tidaknya

tanda

keganasan. Pada pemeriksaan ini, tampak pelebaran lumen


esofagus dengan bagian distal yang menyempit, terdapat sisa-sisa
makanan dan cairan di bagian proksimal dari daerah penyempitan,
Mukosa esofagus berwarna pucat, edema dan kadang-kadang
terdapat tanda-tanda esofagitis aldbat retensi makanan. Sfingter
esofagus bawah akan terbuka dengan melakukan sedikit tekanan
pada esofagoskop dan esofagoskop dapat masuk ke lambung
dengan mudah.
c. Pemeriksaan Manometrik
Gunanya kita dapat mem'lai fungsi motorik esofagus dengan
melakukan pemeriksaan tekanan di dalam lumen sfingter esofagus.
Pemeriksaan ini kita dapat memperlihatkan kelainan motilitas
secara- kuantitatif dan kualitatif. Pemeriksaan dilakukan dengan
memasukkan pipa kita dapat pemeriksaan manometri melalui mulut
atau hidung. Pada akalasia yang dinilai adalah fungsi motorik badan
esofagus dan sfingter esofagus bawah. Pada badan esofagus dinilai
tekanan istirahat dan aktifitas peristaltiknya. Sfingter esofagus
bagian bawah yang dinilai adalah tekanan istirahat dan mekanisme
relaksasinya. Gambaran manometrik yang khas adalah tekanan
istirahat badan esofagus meningkat, tidak terdapat gerakan
peristaltik sepanjang esofagus sebagai reaksi proses menelan.
Tekanan sfingter esofagus bagian bawah normal atau meninggi dan
tidak terjadi relaksasi sfingter pada waktu menelan
d. Film dada

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 8

Pelebaran esophagus yang disebabkan tetahannya ini


maknan

akan

memperlihatkan

gmabaran

mediastinum

yang

melebar. Udara yang berkurang pada lamung menghasilkan


gelembung udara yang berjumlan sedikit atau tidak ada samasekali.
Aspirasi kealam paru dapat menyebabkan berbagai perubahan
dibagian basal

Penelanan barium, menunjukan dilatasu esophagus yang

berukuran besar dan berliku, biasanya disertai adanya resdiu


makanan yang tertahan. Terdapat aktifitans peristaltic yang buruk
disertai penyempitan sambungan esofagograstit akibat kegagalan
rlaksasi sfingter bagian bawah.

Pada esofagografi terdapat penyempitan daerah batas


esofagogaster dan dilatasi bagian proksimalnya. Jika proses
akalasia sudah lama, bentuk esophagus berubah menjadi berkelok
dan akhirnya berbentuk huruf S.
Dengan

pemeriksaan

esofagoskopi

dapat

disingkirkan

kelainan penyempitan karena struktur atau keganasan.


Pada
esophagus

akalasia
sehingga

terdapat

gangguan

pengukuran

kontraksi

tekanan

didalam

dinding
lumen

esophagus dengan manometri sangat menentukan diagnosis.


Tekanan di dalam sfingter esofagogaster meninggi dan tekanan
didalam lumen esophagus lebih tinggi daripada tekanan didalam
lambung.

6. Komplikasi
a. Pengurangan berat badan dan pneumonia aspirasi
b. Sering terdapat peradangan esophagus / esofagitis karena efek
iritasi dari makanan dan cairan yang terkumpul dalam esophagus
pada periode waktu yang lama.
c. Kemungkinan peningkatan kanker esophagus.

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 9

7. Penatalaksanaan
Sifat terapi pada akalasia hanyalah paliatif, karena fungsi peristaltik
esofagus tidak dapat dipulihkan kerabali. Terapi dapat dilakukan dengan
memberi diet tinggi kalori, medikamentosa, tindakan dilatasi, psikoterapi,
dan operasi esofagokardiotomi (operasi Heller).

a. Terapi NonBedah
1. Terapi Medikasi
1) Injeksi Botulinum Toksin
Suatu

injeksi

botulinum

toksin

intrasfingter

dapat

digunakan kita dapat menghambat pelepasan asetilkolin pada


bagian

sfingter

esofagus

bawah,

yang

kemudian

akan

mengembalikan keseimbangan antara neurotransmiter eksitasi


dan inhibisi. Dengan menggunakan endoskopi, toksin diinjeksi
dengan memakai jarum skleroterapi yang dimasukkan ke dalam
dinding esophagus dengan sudut kemiringan 45, dimana jarum
dimasukkan

sampai

mukosa

kira-kira

1-2

cm

di

atas

squamocolumnar junction.
Lokasi penyuntikan jarum ini terletak tepat di atas batas
proksimal dari LES dan toksin tersebut diinjeksi secara caudal
ke dalam sfingter. Dosis efektif yang digunakan yaitu 80-100
unit/mL yang dibagi dalam 20-25 unit/mL kita dapat diinjeksikan
pada setiap kuadran dari LES. Injeksi diulang dengan dosis
yang sama 1 bulan kemudian kita dapat mendapatkan hasil
yang maksimal. Namun demikian, terapi ini mempunyai
penilaian terbatas dimana 60% pasien yang telah diterapi masih
tidak merasakan disfagia 6 bulan setelah terapi; persentasi ini
selanjutnya turun menjadi 30% walaupun setelah beberkita
dapat mengetahui kali penyuntikan dua setengah tahun
kemudian.

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 10

Sebagai tambahan, terapi ini sering menyebabkan reaksi


inflamasi

pada

bagian

gastroesophageal

junction,

yang

selanjutnya dapat membuat miotomi menjadi lebih sulit. Terapi


ini sebaiknya digunakan pada pasien lansia yang kurang bisa
menjalani dilatasi atau pembedahan.

2) Pneumatic Dilatation
Pneumatic dilatation telah menjadi bentuk terapi utama
selama bertahun-tahun. Suatu baton dikembangkan pada
bagian

gastroesophageal

junction

yang

bertujuan

luituk

merupturkan serat otot, dan membuat mukosa menjadi intak.


Persentase keberhasilan awal adalah antara 70% dan 80%,
namun akan turun menjadi 50% 10 tahun kemudian, walaupun
setelah

beberkita

dapat

mengetahui

kali

dilatasi.

Rasio

terjadinya perfbrasi sekitar 5%.


Jika terjadi perforasi, pasien segera dibawa ke ruang
operasi kita dapat penurupan perforasi dan miotomi yang
dilakukan

dengan

cara

thorakotomi

kiri.

Insidens

dari

gastroesophageal reflux yang abnormal adalah sekitar 25%.


Pasien yang gagal dalam penanganan pneumatic dilatation
biasanya di terapi dengan miotomi Heller.

3) Obat-Obat Oral
Perawatan-perawatan kita dapat achalasia termasuk
obat-obat oral, pelebaran atau peregangan dari sphincter
esophagus bagian bawah (dilation), operasi kita dapat
memotong sphincter (esophagomyotomy), dan suntikan racun
botulinum (Botox) kedalam sphincter. Semua keempat
perawatan mengurangi tekanan didalam sphincter esophagus
bagian bawah kita dapat mengizinkan lewatnya makanan lebih
mudah dari esophagus kedalam lambung.

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 11

Obat-obat oral yang membantu mengendurkan sphincter


esophagus bagian bawah termasuk kelompok-kelompok obat
yang disebut nitrates, contohnya isosorbide dinitrate (Isordil)
dan

calcium-channel

blockers,

contohnya

nifedipine

(Procardia) dan verapamil (Calan). Meskipun beberkita dapat


mengetahui pasien-pasien dengan achalasia, terutama pada
awal penyakit, mempunyai perbaikan dari gejala-gejala dengan
obat-obat, kebanyakan tidak. Dengan mereka sendiri, obat-obat
oral mungkin menyediakan hanya pembebasan jangka pendek
dan bukan jangka panjang dari gejala-gejala achalasia, dan
banyak pasien-pasien mengalami efek-efek sampingan dari
obat-obat.

b. Terapi Bedah
Suatu laparascopic Heller myotomy dan partial fundoplication
adalah suatu prosedur pilihan kita dapat akalasia esofagus. Operasi
ini terdiri dari suatu pemisahan serat otot (mis: miotomi) dari sfingter
esofagus bawah (5 cm) dan bagian proksimal lambung (2 cm), yang
diikuti oleh partial fundoplication kita dapat mencegah refluks.
Pasien dirawat di rumah sakit selama 24-48 jam, dan kembali
beraktfitas sehari-hari setelah kira-kira 2 minggu.
Secara efektif, terapi pembedahan ini berhasil mengurangi
gejala sekitar 85-95% dari pasien, dan insidens refluks postoperatif
adalah antara 10% dan 15%. Oleh karena keberhasilan yang sangat
baik, perawatan rumah sakit yang tidak lama, dan waktu pemulihan
yang cepat, maka terapi ini dianggap sebagai terapi utama dalam
penanganan akalasia esofagus. Pasien yang gagal dalam menjalani
terapi ini, mungkin akan membutuhkan dilatasi, operasi kedua, atau
pengangkatan esofagus (mis: esofagektomi)

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 12

Tujuan utama penatalaksanaannya adalah menurunkan


tahanan sfingter esophagus bagian bawah terhadap bolus makanan
dan hal ini dapat dicapai dengan cara dilatasi balon dan bedah
esofagomiomotomi.
Diet dan obat-obatan kita dapat menghilangkan atau
mengurangi kontraksi sfingter esophagus dan otot polos dinding
esophagus dianjurkan pada tahap awal penyakit. Tindakan ini
biasanya disertai dengan dilatasi. Tujuan melakukan dilatasi ialah
membuat sfingter esophagus bagian terbuka dan otot-ototnya rusak.
Toksin botolinum adalah toksin yang bekerja menghambat
pengeluaran asetilkolin di prasinaps pada serabut syaraf sehingga
dapat menurunkan tonus otot sfingter esophagus. Meskipun
demikian, terapi ini hanya berhasil pada dua pertiga pasien. Selain
itu pula, botolinum hanya efektif kita dapat jangka pendek dan oleh
karena itu, harus dilakukan penyuntikan berulang.
Dilatasi dilakukan dengan dilatators yang terdiri atas sonde
dengan balon yang dapat diisi dengan udara atau air bertekanan
dengan tinggi sehingga otot sirkuler teregang dan robek. Dilatasi ini
harus diulang sewaktu timbul gejala kembali. Hasil pengobatan
dengan cara ini berhasil memuaskan pada 65% kasus; pada kurang
dari 1% timbul koplikasi perforasi.
Bedah esofagomiotomi terdiri atas memotong otot esophagus
pada arah sumbu esophagus sepanjang sfingter bawah, diluar
mukosa. Hasil operasi ini cukup memuaskan.

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 13

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
Kasus :
Seorang ibu datang ke puskesmas membawa anaknya yang selalu
menangis ketika makan. Ibu mengatakan sakitnya paling sering terjadi
ketika malam.
A. PENGKAJIAN

I.

No. RM

Tanggal

Tempat

DATA UMUM
1. Identitas Klien
Nama

: An. A

Umur : 5

tahun
Tempat/Tanggal lahir : Bone, 1-mei-2008

Jenis kelamin

:L/P
Agama

: Islam

Suku : Bugis

Pendidikan

:-

Dx. Medis :

Akalasia
Alamat

: Jl. Poros Anduonohu

Telp

:-

Tanggal masuk RS : 17 Nov 2014


Ruangan

: Ruangan Anak

Golongan Darah

:-

Sumber Info

: Orang Tua

2. Identitas Orang Tua


Ayah

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 14

Nama

: Tn. G

Umur : 45 Tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan :

Wiraswasta
Alamat

: Jl. Poros Anduonohu

Telp

:-

Ibu
Nama

: Ny. A

Umur :40 Tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan : Ibu

Rumahtangga

II.

Alamat

: Jl. Poros Anduonohu

Telp

:-

RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


1. Keluhan utama

: Nyeri pada saat menelan

2. Alasan masuk RS

: Ibu pasien mengatakan, pasien selalu

menangis pada saat menelan makanan.


3. Riwayat Penyakit

Provocative : Ibu pasien mengatakan anaknya sering


menangis pada saat menelan makanan.
Quality

: Pasien mengatakan sakit di dadanya pada

saat makan seperti diremas.


Region

: Ibu pasien mengatakan anaknya sering

menangis sambil memegang dadanya.


Severity

: Pasien mengatakan bila diberi skala, sakitnya

berada pada skala 5


Timing

: Ibu pasien mengatakan paling sering

mengalami sakit pada malam hari

III.

RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


(Khusus kita dapat anak usia 0-5 tahun)
1. PRENATAL

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 15

a. Pemeriksaan kehamilan

: Ibu pasien mengatakan

selama hamil ibu memeriksakan kehamilannya selama 4


kali.
b. Keluhan selama hamil

: Ibu pasien mengatakan

selama hamil ibu hanya mual-mual kadang disertai


muntah.
c. Riwayat terpapar radiasi

: Ibu pasien mengatakan

selama hamil ibu tidak pernah terpapar radiasi.


d. Riwayat terapi obat

: Ibu pasien mengatakan

tidak pernah meminum obat apapun selama hamil.


e. Kenaikan BB selama hamil

: Ibu pasien mengatakan

mengalami kenaikan berat badan 7 kg.


f. Imunisasi TT

: Ibu pasien mengatakan

imunisasi TT dilakukan 2 kali selama hamil.


g. Golongan darah ibu

:O

h. Golongan darah ayah

: AB

2. NATAL
a. Tempat melahirkan

: Rumah sakit

b. Lama dan jenis persalinan : - spontan

- forcep

operasi
c. Penolong persalinan

: - dokter

- bidan

- perawat

dukun ahli
d. Komplikasi persalinan : Ibu pasien mengatakan tidak ada
sama sekali komplikasi selama persalinan
3. POSTNATAL
a. Kondisi bayi

: - BB lahir

- PB

lahir
b. Penyakit anak

: - Kuning

- Kebiruan

Kemerahan
-

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Lain-lain

Page 16

c. Problem menyusui

: Ibu pasien mengatakan tidak ada

problem pada saat menyusui.


( Kita dapat semua usia )
1. Penyakit yang pernah dialami
Penyebab

Riwayat perawatan : Riwayat operasi

:-

Riwayat pengobatan: 2. Kecelakaan yang pernah dialami :


3. Riwayat alergi

: Ibu pasien mengatakan pasien tidak alergi

apapun
4. Riwayat Imunisasi :

NO

Jenis Imunisasi

BCG

DPT ( I, II ,III )

Polio ( I, II ,III , IV)

Campak

Hepatitis B

Lain-lain

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Waktu Pemberian

Reaksi

Page 17

IV.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

V.

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG ANAK


Pertumbuhan Fisik
a. Berat badan

: Sebelum sakit berat badan pasien

adalah 23 kg, sesudah sakit berat badan pasien turun 19 kg.


b. Tinggi badan

c. Waktu tumbuh gigi :

Tanggalnya

gigi :

VI.

RIWAYAT NUTRISI
1. Pemberian ASI (sejak/lamanya) : Ibu pasien mengatakan
pasien mulai diberi ASI pada saat/ bayi baru lahir, sampai
berusia 2 tahun.
2. Pemberian susu formula (sejak/lamanya/cara) : Ibu pasien
mengatakan tidak pernah memberikan anaknya susu formula.
3. Pemberian makanan : Ibu pasien mengatakan setelah ASI,
anaknya diberi makanan yang lunak, seperti bubur. Setelah 3
tahun, pasien sudah dibiarkan memakan makanan yang
keras seperti nasi.

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 18

4. Pola perubahan nutrisi :


Usia

Jenis Nutrisi

Cara Pemberian

1. 0-4 Bulan

ASI

Menyusui

2. 4-12 Bulan

ASI

Menyusui

3. Saat ini

Nasi

( 5 Bln/tahun)

VII.

RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
1. Riwayat Psikososial
a. Tempat tinggal : b. Lingkungan rumah : c. Hubungan antar anggota keluarga : d. Pengasuh anak : -

VIII.

KEBUTUHAN DASAR/POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Nutrisi
a. Sebelum masuk : Ibu pasien mengatakan bahwa sebelum
sakit pasien makan 3-4 kali sehari dengan jumlah yang
banyak.
b. Selama di RS : Ibu pasien mengatakan pasien selama
sakit hanya makan 3 kali sehari dengan jumlah yang
sangat sedikit.
2. Cairan
a. Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit
anaknya biasanya minum 3-4 gelas perhari.
b. Saat sakit : Ibu pasien mengatakan selama sakit pasien
hanya menghabiskan 1 gelas air mineral.

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 19

3. Istrahat/Tidur
a. Sebelum sakit : Normal
b. Saat sakit : Normal
4. Eliminasi fekal / BAB :
a. Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan biasanya anaknya
BAB tiap pagi hari.
b. Saat sakit : Selama sakit pasien belum BAB sama sekali.
5. Eliminasi urin
a. Sebelum sakit : Normal
b. Saat sakit : Normal
6. Aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit : Normal
b. Saat sakit : Normal
7. Personal Hygiene
a. Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan anaknya sering
membeli jajanan di sekolahnya.
b. Saat sakit : Pasien tidak melakukan apapun.
8. Aktifitas sehari-hari
a. Sebelum sakit : Normal
b. Saat sakit : Normal

IX.

PEMERIKSAAN FISIK
Hari

Tanggal

Jam

1. Keadaan umum
a. Kesadaran :
b. Eksperi wajah :
c. Kebersihan secara umum :
d. Tanda-tanda vital : dari hasil pemeriksaan, didapatkan :
TD = 100/70

N : 92 x/m

S : 370C

2. Head to toe

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 20

a. Kulit/Integumen

: Normal

b. Kepala & Rambut

: Normal

c. Kuku

: Normal

d. Mata

: Normal

e. Hidung

: Normal

f. Telinga

: Normal

g. Mulut dan gigi

: Normal

h. Leher

: Normal

i.

: Jika di palpasi, masien selalu

Dada

menangis, karena merasa kesakitan


j.

Abdomen

: Normal

k. Perineum

: Normal

3. Pengkajian data focus :


a. Sistem respiratory : Normal
b. Sistem kardiovaskular : Normal
c. Sistem gastrointestinal :
1. Palpasi : pada saat dilakukan pemeriksaan dengan
inspeksi, pada dada, pasien merasa sakit ketika dada
ditekan.
2. Inspeksi : Normal pada inspeksi.
3. Auskultasi : Normal
4. Perkusi : Normal
d. Sistem Urinaria : Normal
e. Sistem reproduksi : Normal
f. Sistem musculoskeletal : Normal
g. Sistem neurologi : Normal
h. Sistem endokrin : Normal
i.

Sistem Penglihatan : Normal

j.

Sistem pendengaran : Normal

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 21

X.

PATOFISIOLOGI KEPERAWATAN

Idiopati

genetik

Autoimun

Infeksi

Faktor Usia

Perubahan
patologi
esofagus

Plekus
Mienterikus

Degenerasi Saraf

Kerusakan kerja saraf pada


2/3 bagian bawah
esofagus

Kerja otot menurun

Aperistaltik

Sfingter esophagus bawah


gagal relaksasi

Akalasia
Sulit menelan

Makanan
tertahan di
esofagus

Absorbsi Nutrisi
berkurang

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Tekanan esophagus atas


meningkat

Kurang volume cairan


Gangguan menelan

Nyeri

Tonus otot lemah

Intoleransi aktivitas

Page 22

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d agen cidera biologis
2. Kurang volume cairan tubuh b/d tidak adekuat intake
3. Intoleransi aktivitas b/d imobilitas
4. Gangguan menelan b/d tidak adekuatnya proses menelan

C. INTERVENSI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Inisial Klien :
No. RM

Ruangan

:
Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa

Tujuan & Kriteria

NO

Keperawatan

Hasil

Nyeri b/d agen

Setelah dilakukan

cidera biologis

pemeriksaan selama

nyeri, termasuk

ada tetapi bila

3x24 jam, diharapkan

lokasi, lamanya

ada harus

dan intensitas.

dibandigkan

DS :

Intervensi
- Catat keluhan

- Kaji ulang factor

Ibu pasien

Rasional
- Nyeri tidak selalu

dengan gejala

mengatakan

Nyeri hilang

yang

nyeri pasien

klien selalu

Dapat

meningkatkan

sebelumnya

menangis pada

mengontrol

atau menurunkan

dimana dapat

saat makan

nyeri

nyeri

membantu

- Catat petunjuk

mendiagnosa

DO :

Dengan kkriteria hasil

nyeri non-verbal,

etioloogi

Pasien selalu

contoh gelisah,

trejaadinya

Mampu

menolak bergerak,

komplikasi.

mengontrol

berhati-hati ketika

nyeri

menelan. Selidiki

menangis saat

menelan/makan

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

- Membantu dalam
menbuat

Page 23

Melaporkan

ketidaksesuaian

diagnose dan

bahwa nyeri

antara petunjuk

kebutuhan terapi.

berkurang

verbal dan non-

dengan

verbal.

menggunakan

- Berikan makan

- Petunjuk non
verbal dapat
berupa fisiologis

manajemen

sedikit tapi sering

dan psikologis

nyeri.

sesuai kondisi

dan dapat

Menyatakan

pasien.

digunakan dalam

rasa nyaman

menghubungkan

setelah nyeri

petunjuk verbal

hilang.

kita dapat
mengidentifikasi
luas/beratnya
masalah.

Kurang volume

Setelah dilakukan

- Catat karasteristik

- Membantu

cairan tubuh b/d pemeriksaan selama

muntah dan atau

dalam

tidak adekuat

3x24 jam, pasien

drainase

membedakan

intake

diharapkan dapat :

DS :
Ibu pasien
mengatakan
anaknhya

- Menunjukkan status
nutrisi yang baik
- Dapat mengontrol
berat badannya.

malas makan
sehingga lemah

DO :

- Awasi tanda vital :


bandingkan

distress gaster.

dengan hasil

Kandungan

normal

fekal

sebelumnya. Ukur

menunjukkan

TD.

obstruksi usus.

- Catat respon
Dengan criteria hasil :

- Adanya

penyebab

Darah merah

fisiologis individual

cerah

pasien terhadap

menandakan

perdarahan,

adaya atau

Pasien tampak

peningkatan berat

misalnya

perdarahan

lemah

badan sesuai

perubahan mental,

arterial akut,

dengan tujuan

kelemahan,

mungkin karena

gelisah,ansietas,

ulkus gaster,

- Berat badan ideal

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 24

sesuai dengan

pucat, berkeringat,

darah merah

tinggi badan

dll.

gelap mungkin

- Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi.
- Tidak ada tandatanda malnutrisi.

- Berikan cairan
sesuai indikasi.

darah lama
(tertahan dalam
usus) atau
perdarahan
vena dari
varises.
- Perubahan TD
dan nadi dapat
dijadikan kita
dapat perkiraan
kasar
kehilangan
darah
- Simmtomatologi
dapat berguna
dalam mengukur
berat/lamanya
episode
perdarahan.
Memburuknya
gejala dapat
menunjukkan
berlanjutnya
perdarahan.
- Pergantian
cairan
tergantung pada
derajat
hipovolemia dan

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 25

lamanya
perdarahan.
3

- Kaji kemampuan

- Mempengaruhi

Intoleransi

Setelah dilakukan

aktivitas b/d

pemeriksaan selama

pasien kita dapat

imobilitas

3x24 jam, pasien

melakukan tugas

diharapkan dapat :

normal, catat

perubahan

laporan keluhan,

neurologi karena

keletihan dan

defisiensi vitamin

DS :
Ibu pasien

- Menunjukkan

pilihan intervensi.
- Menunjukkan

mengatakan

adanya energy kita

kesulitan

B12

selama sakit

dapat melakukan

menyelesaikan

mempengaruhi

pasien jadi

aktivitas

tugas.

keamanan

malas bergerak

DO :

- Dapat menjaga

pasien.
- Manifestaasi

dirinya sendiri dari

kehilangan/ganggu

bahaya.

an keseimbangan

kardiopulmonal

gaya jalan,

dari upaya

kelemahan otot.

jantung dan paru

Pasien hanya
berbaring

- Kaji

Dengan criteria hasil :

- Awasi TD, nadi,


- Berpartisipasi dalam

kita dapat

pernafasan, selama

membawa jumlah

aktivitas visik tanpa

dan sesudah

oksigen adekuat

disertai peningkatan

aktivitas. Catat

ke jaringan .

tekanan darah, nadi

respon terhadap

dan pernafasan

tingkat aktivitas.

- Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari
secara mandiri
4

- Tinjau ulang

- Intervensi

Gangguan

Setelah dilakukan

menelan b/d

pemeriksaan selama

patologi menelan

nutrisi/pilihan rute

tidak

3x24 jam, pasien

secara individual,

makanan

adekuatnya

diharapkan dapat :

catat luasnya

ditentukan oleh

paralisis fasial,

factor-faktor ini.

proses menelan
- Menunjukkan status

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

gangguan lifdah,

- Menetralkan

Page 26

DS :
Ibu pasien

menelan : fase oral

kemampuan kita

hiperektensi,

- Mnunjukkan status

dapat melindungi

membantu

jalan nafas.

mencegah

mengatakan

menelan : fase

pasien selalu

esophagus.

- Tingkatkan upaya

mengeluarkan
kembali

Dengan criteria hasil :

makanannya.

kita dapat

meningkatkan

melakukan proses

kemampuan kita

menelan yang

dapat menelan.
- Menggunakan

efektif.
- Dapat

DO :

aspirasi dan

- Letakkan pasien

gravitasi kita

Pasien selalu

mempertahankan

pada posisi duduk

dapat

memegang

makanan dalam

selama atau

memindahkan

tenggorokannya

mulut

setelah makan.

proses menelan

ketika makan.

- Kemampuan

dan menurunkan
risiko terjadinya

menelan adekuat

spirasi.

- Kemampuan kita
dapat
mengosongkan
rongga mulut.

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Inisial Klien :
No.RM
NO

Ruangan

Diagnosa

Implementasi Tindakan

Keperawatan

Keperawatan

Nyeri b/d agen


cidera biologi

- Mencatat keluhan nyeri,


termasuk lokasi, lamanya

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Evaluasi

S = Pasien mengeluh masih


merasakan sakit saat

Page 27

dan intensitas.
DS :

menelan.

- Mengkaji ulang factor

Ibu pasien

yang meningkatkan atau

O = Pasien masih menangis

mengatakan klien

menurunkan nyeri

pada saat diberikan makanan

selalu menangis
pada saat makan

- Mencatat petunjuk nyeri


non-verbal, contoh

A= Masalah belum Teratasi

gelisah, menolak
DO :

bergerak, berhati-hati

Pasien selalu

ketika menelan. Selidiki

menangis saat

ketidaksesuaian antara

menelan/makan

petunjuk verbal dan non-

termasuk lamnya dan

verbal.

intensitas nyeri.

- Memberikan makan

Kurang volume

P = Lanjutkan Intervensi

Mencatat keluhan nyeri,

Mengkaji ulang factor

sedikit tapi sering sesuai

yang meningkatkan

kondisi pasien.

atau menurunkan nyeri

- Mencatat karasteristik

S = Ibu pasien mengatakan

cairan tubuh b/d

muntah dan atau

pasien sudah mau makan,

tidak adekuat intake

drainase

makanan yang tidak keras.

- Mengawasi tanda vital :


DS :

bandingkan dengan hasil

Ibu pasien

normal sebelumnya. Ukur

mengatakan

TD.

anaknhya malas

O = Pasien masih lemah

A = Masalah teratasi

- Mencatat respon

makan sehingga

fisiologis individual

lemah

pasien terhadap

P = Hentikan intervensi

perdarahan, misalnya
DO :

perubahan mental,

Pasien tampak

kelemahan,

lemah

gelisah,ansietas, pucat,
berkeringat, dll.
- Memberikan cairan

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 28

sesuai indikasi.
3

Intoleransi aktivitas
b/d imobilitas

- Mengkaji kemampuan
pasien kita dapat

S = Pasien mengatakan malas


bergerak karena masih lemah

melakukan tugas normal,


DS :

catat laporan keluhan,

O = Pasien masih tampak

Ibu pasien

keletihan dan kesulitan

berbaring

mengatakan selama

menyelesaikan tugas.

sakit pasien jadi


malas bergerak

- Mengkaji
kehilangan/gangguan
keseimbangan gaya jalan,

DO :
Pasien hanya
berbaring

A = Masalah belum teratasi

P = Lanjutkan Intervensi

kelemahan otot.
- Mengawasi TD, nadi,

Mengkaji kembali

pernafasan, selama dan

kemampuan pasien kita

sesudah aktivitas. Catat

dapat melakukan tugas

respon terhadap tingkat

nomal.

aktivitas.

Mengkaji kembali
hilangnya
keseimbangan gaya
jalan

Gangguan menelan

- Meninjau ulang patologi

S = Ibu pasien mengatakan

b/d tidak adekuatnya

menelan secara

pasien sudah tidak

proses menelan

individual, catat luasnya

mengeluarkan kembali

paralisis fasial, gangguan

makanannya.

DS :

lifdah, kemampuan kita

Ibu pasien

dapat melindungi jalan

O = Pasien sudah tidak

mengatakan pasien

nafas.

memegang tenggorokannya

selalu mengeluarkan - Meningkatkan upaya kita


kembali

dapat melakukan proses

makanannya.

menelan yang efektif.

saat menelan makanan.

A = Masalah teratasi

- Meletakkan pasien pada


DO :

posisi duduk selama atau

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

P = Hentikan intervensi

Page 29

Pasien selalu

setelah makan.

memegang
tenggorokannya
ketika makan.

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 30

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/ Tgl

No.

Implementasi

Evaluasi

Paraf

Dx
Rabu

19 Nov
2014

- Mencatat keluhan nyeri,

S = Pasien sudah tidak

termasuk lamnya dan

mengeluh sakit pada saat

intensitas nyeri.

menelan

- Mengkaji ulang factor


yang meningkatkan atau

O = Pasien sudah tidak

menurunkan nyeri

menangis saat makan.

A = Masalah teratasi

P = Hentikan intervensi
Rabu

- Mengkaji kembali

19 Nov

kemampuan pasien kita

2014

dapat melakukan tugas


nomal.
- Mengkaji kembali
hilangnya keseimbangan

S = Pasien sudah bisa


beraktivitas

O = Pasien sudah bisa


bangun dari tempat
tidurnya dan berjalan

gaya jalan
A = Masalah teratasi

P = Hentikan intervensi.

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 31

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Akalasia merupakan gangguan atau hilangnya peristalsis
esophagus dan kegagalan sfingter kardio-esofagus kita dapat relaksasi
sehingga makanan tertahan di esophagus.

Achalasia

adalah

penyakit

jarang

yang

mengenai

otot

esophagus. Kegagalan kita dapat relaksasi dan mengacu pada


ketidakmampuan dari sfingter esophagus bawah kita dapat membuka
dan membiarkan melewatinya masuk kedalam lambung.

Akalasia esofagus, atau dikenal juga dengan nama Simple


ectasia, Kardiospasme, Megaesofagus, Dilatasi esofagus difus tanpa
stenosis atau Dilatasi esofagus idiopatik adalah suatu gangguan
neuromuskular. Kegagalan relaksasi batas esofagogastrik pada proses
menelan menyebabkan dilatasi bagian proksimal esofagus tanpa
adanya gerak peristaltik. Penderita akalasia merasa perlu mendorong
atau memaksa turunnya makanan dengan air atau minuman guna
menyempurnakan proses menelan. Gejala lain dapat berupa rasa
penuh substernal dan umumnya terjadi regurgitasi.

2. SARAN
Diharapkan bagi setiap pembaca askep ini dapat mengetahui
apa yang dimaksud dengan penyeakit akalasia dan mengetahui
pencegahasannya dalam aktifitas sehari-hari.

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 32

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.


2013. Jakarta: EGC.
Marlin E doenges. Rencana asuhan keperawatan. 2000. Jakarta : egc
Aplikasi nanda nic-noc, Yogyakarta : media action.
Wilkinson, Judith M. dan Nancy R. Ahren. 2012. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.
Zuyina Luklukaningsih, 2011. Anatomi Dan Fisiologi Manusia cetak 1.
Yogyakarta : Nuha Media
Anonim. 2011, penyakit akalasia, binta-syam.blogspot.com/asuhan keperawatan
akalasia. diakses November 2014

ASKEP AKALASIA PADA ANAK

Page 33

Vous aimerez peut-être aussi