Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit saluran nafas dengan karakteristik berupa meningkatnya
reaktifitas trakea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan sehingga terjadi
penyempitan saluran nafas yang dapat hilang dengan atau tanpa pengobatan,
peningkatan reaktivitas tersebut dihubungkan dengan proses inflamasi. Pada individu
yang cenderung menderita penyakit ini, inflamasi ini menyebabkan episode mengi
yang berulang, sesak nafas, rasa tegang di dada, serta batuk khususnya diwaktu
malam dan/atau dini hari (1). Gejala ini berhubungan dengan penyempitan saluran
nafas yang difus dengan derajat yang bervariasi dan bersifat reversibel baik dengan
pengobatan maupun secara spontan (1-3). Inflamasi ini juga menyebabkan
hipereaktivitas saluran nafas terhadap berbagai rangsang (1-2). Asma terjadi pada
semua suku bangsa. Asma dapat terjadi pada semua usia walaupun faktor genetik
merupakan predisposisi yang penting untuk terjadinya atopi dan juga asma, bukti
yang menunjukkan prevalensi asma di negara-negara berkenbang diseluruh dunia
diduga bahwa faktor lingkungan merupakan faktor yang lebih penting daripada faktor
ras (1,6)
PATOGENESIS
Dahulu diakui yang berperan pada patogenesis asma adalah spasme otot polos
bronkus yang disebabkan lepasnya mediator-mediator sel mast. Doktrin ini kemudian
1
PATOFISIOLOGIS
Pada asma terdapat ketidakmampuan mendasar dalam mencapai angka aliran udara
normal selama pernafasan (terutama pada ekspirasi). Hal ini dicerminkan dengan
rendahnya FEV1, volume udara yang dihasilkan sewaktu usaha membuang nafas
dengan paksa pada detik pertama dan diukur dengan parameter yang berhubungan.
Karena banyak saluran udara yang menyempit tidak dapat dialiri dan dikosongkan
dengan cepat, terjadi aerasi paru-paru yang tidak seimbang. Turbulensi arus udara dan
getaran ke bronkus menyebabkan sura mengi yang terdengar jelas pada saat serangan
asma. Penderita asma yang gelisah biasanya bernafas lebih cepat dari normal dan
menghindarkan kegiatan yang tidak perlu. Dada mengambil posisi inspirasi maksimal
yang mula-mula diperoleh secara volunteer dan membantu melebarkan jalan udara.
Gambaran ini menetap disebabkan pengosongan alveoli yang tidak lengkap
mengakibatkanhiperinflasi torak yang progresif. Pada asma tanpa komplikasi, batuk
hanya mencolok sewaktu serangan mereda, batuk membantu mengeluarkan sekret
yang mengumpul. Di antara serangan asma yang khas penderita bebas dari mengi
dan gejala, walaupun reaktivitas bronkus meningkat dan kelainan pada ventilasi tetap
dapat diperlihatkan dengan tehnik khusus. Pada keadaan asma kronik, masa tanpa
serangan mungkin dapat menghilang, sehingga mengakibatkan keadaan asma yang
terus menerus, sering disertai infeksi sekunder (4).
Bronkitis kronik
Emfisema
Reversibilitas
Alergi
Hipereaktivitas bronkus
GAMBARAN KLINIS
Pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan
pada waktu serangan tampak penderita bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk
dengan tangan menyangga ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja
dengan keras.
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas
bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan ataupun dengan
pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain :
1. Sesak.
2. Bising mengi ( wheezing ) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.
3. Batuk produktif, sering pada malam hari.
4. Nafas atau dada seperti tertekan.
Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada
malam hari (5). Gejala-gejala tersebut tidak selalu terlihat bersama-sama. Ada
penderita yang hanya batuk tanpa rasa sesak, atau sesak dan mengi saja (2).
Beratnya derajat serangan asma dibagi dalam serangan derajat ringan, sedang dan
berat berdasarkan persentase APE nilai dugaan sesuai kriteria Global for Ashtma
1995 yaitu :
-
Serangan derajat berat : bila APE < 80% nilai dugaan, disertai gambaran asma
akut berat yaitu :
1. Sesak nafas walau diwaktu istirahat, hanya mampu mengucapkan beberapa
kata, duduk membungkuk
2. Kesadaran biasnya agitasi
3. Frekwensi pernafasan > 30 x/menit
4.
2. Persisten Ringan
-
Gejala lebih dari atau sama dengan satu kali per minggu, tetapi kurang dari
satu kali perhari
VEP-1 atau APE: lebih dari atau sama dengan 80% nilai prediksi
3. Persisten Sedang
-
Gejala harian
VEP-1 atau APE: lebih dari 60- kurang dari 80% nilai prediksi
4. Persisten Berat
-
Serangan sering
Antigen
-
Apabila uji kulit tidak dapat dilakukan seperti pada penyakit kulit yang luas
dan luka bakar
Untuk evaluasi alergen baru atau allergen tidak dikenal yang diduga
mempunyai peranan dalam penyakit paru
10
4.
Pemeriksaan laboratorium :
Darah :
Pemariksaan radiologi :
Foto toraks : Umumnya pemeriksaan foto dada penderita asma adalah nor
mal. Pemariksaan tersebut dilakukan bila ada kecurigaan terhadap proses
patologik di paru atau komplikasi asma seperti pneumotoraks, pneumomedistinum, atelektasis dll
Foto sinus paranasalis, jika asma tidak membaik
DIAGNOSIS (5,6)
1. Anamnesis : keluhan sesak napas dengan napas bunyi ngiik yang sering kumat
(adanya riwayat asma), riwayat penyakit alergik, dan keluarga yang menderita
alergik (faktor keturunan) dapat memperkuat dugaan penyakit asma disertai
adanya faktor pencetus serangan.
2. Pemeriksaan fisik : penemuan pada pemeriksaan fisik tergantung derajat beratnya
obstruksi jalan nafas. Ekspirasi memanjang, mengi, hiperinflasi dada, takikardia,
pernafasan cepat sampai sianosis dapat dijumpai pada penderita asma dalam
serangan.
11
3. Laboraturium
Sputum: Kristal Charcot-Leyden, spiral Cruschman
Darah: jumlah Eo meningkat
4. Pemeriksaan faal paru: Obstruksi saluran nafas (rasio FEV1/FVC < 75% atau
PEF < 150 liter/menit).
5. Tes provokasi bronkus, tes kepekaan kulit.
DIAGNOSIS BANDING (2)
1. Bronkitis kronik
Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum 3
bulan dalam setahun untuk sedikitnya 2 tahun. Gejala utama batuk disertai
sputum biasanya didapatkan pada penderita > 35 tahun dan perokok berat. Gejala
dimulai dengan batuk pagi hari, lama-lama disertai mengi dan menurunnya
kegiatan jasmani. Pada stadium lanjut dapat ditemukan sianosis dan tanda-tanda
kor pulmonal.
2. Emfisema paru
Sesak merupakan gejala utamanya dan jarang disertai mengi dan batuk. Penderita
biasanya kurus. Berbeda dengan asma pada emfisema tidak pernah ada masa
remisi, penderita selalu sesak pada kegiatan jasmani. Pada pemeriksaan fisis
ditemukan dada kembung, peranjakan napas terbatas, hipersonor, pekak hati
menurun dan suara sangat lemah. Pemeriksaan foto dada menunjukkan
hiperinflasi.
12
13
PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi asma adalah (3,5) :
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma.
2. Mencegah kekambuhan.
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya.
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise.
5. Menghindari efek samping obat asma.
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel.
Tujuan penatalaksanaan eksaserbasi akut (5)
Makin sering eksaserbasi akut, akan meningkatkan kemungkinan terjadi remodeling
saluran nafas dan meningkatkan keyakinan perburukan penyakit. Penatalaksanaan
pada eksaserbasi akut bertujuan :
1. Menghilangkan obstruksi secepat mungkin
2. Menghilangkan hipoksemi
3. Mengembalikan faal paru ke normal secepat mungkin
4. Mencegah kekambuhan
Serangan asma berat dapat menimbulkan kematian, terutama bila terlambat
ditanggulangi atau penanggulangan yang tidak adekuat. Resikoini juga meningkat
bila ada komplikasi. Faktor yang meningkatkan resiko kematian pada asma adalah :
14
Inhalasi
kortikosteroid 200500g/
kromolin/
nedrokromil
atau
teofilin lepas lambat
Bila
perlu
ditingkatkan sampai
800g
atau
ditambahkan
bronkodilator
aksi
lama terutama untuk
mengontrol
asma
malam.
Dapat
diberikan agonis beta
2 aksi lama inhalasi,
oral atau teofilin
lepas lambat.
Inhalasi
kortikosteroid 800-
Obat Pelega
Bronkodilator
singkat, yaitu inhalasi
agonis beta2 bila
perlu
Intensitas pengobatan
tergantung
berat
eksaserbasi
Inhalasi agonis beta2
atau kromolin dipakai
sebelum
aktivitas
atau pajanan alergen
Inhalasi agonis beta2
aksi singkat bila perlu
dan tidak melebihi 34 kali sehari.
2000g
Bronkodilator aksi
lama terutama untuk
untuk
mengontrol
asma malam, berupa
agonis beta 2 aksi
lama inhalasi, oral
atau teofilin lepas
lambat
Inhalasi
kortikosteroid 8002000g atau lebih
Bronkodilator aksi
lama, berupa agonis
beta2 inhalasi atau
oralatau teofilinlepas
lambat
Kortikosteroid oral
jangka panjang
16
b. Metilxantin
Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan dengan
konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini ditekan dengan
pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka panjag.
c. Antikolinergik
Golongan ini merupakan tonus vagus intinnsik dari saluran napas.
2. Anti inflamasi
Antiinflamasi menghambat inflamasi jalan napas dan mempunyai efek supresi
dan profilaksis.
a. Kortikosteroid
b. Natrium
kromolin
(sodium
cromoglycate)
merupakan
antiinflamasi
nonsteroid.
Tabel 3 Terapi serangan asma akut (5)
BERATNYA SERANGAN
TERAPI
RINGAN
Terbaik:
- Aktivitas
hampir - Agonis Beta2 isap
normal.
(MDI) 2 isap boleh
- Bicara dalam kalimat
diulangi
1
jam
penuh.
kemudiqan atau tiap
- Denyut
nadi
20 menit dalam 1jam
<100/menit
Alternatif:
- (APE>60%)
- Agonis beta2 oral dan
atau 3x1/2 1 tablet
(2mg) oral
- Teofilin 75-150 mg
- Lama terapi menurut
kebutuhan
LOKASI
Di rumah
17
SEDANG
- Hanya mampu
berjalan jarak dekat
- Bicara dalam kalimat
terputus-putus
- Denyut nadi 100120/menit
- (APE 40-60%)
Terbaik:
- Agonis Beta-2 secara
nebulisasi 2,5 5mg,
dapat diulangi sampai
dengan 3 kali dalam
1jam pertama dan
dapat dilanjutkan
setiap 1-4 jam
kemudian
Puskesmas
Klinik rawat jalan
Unit Gawat Darurat
Praktek dokter umum
Dirawat RS bila tidak
respons dalam 2-4 jam
BERAT
- Sesak pada istirahat
- Bicara dalam katakata terputus
- Denyut nadi >120
L/menit
- (APE < 40% atau
100L/menit)
Terbaik:
- Agonis beta-2 secara
nebulisasi dapat
diulangi s.d
3kalidalam 1jam
pertama selanjutnya
dapat diulangi setiap
1-4 jam kemudian
- Teofilin iv dan infus
- Steroid iv dapat
diulang/ 8-12jam
- Agonis beta 2 sk/iv /
6jam
- Oksigen 4 liter/menit
- Pertimbangkan
nebulisasi
ipratropiumbromide
20 tetes
MENGANCAM JIWA
- Kesadaran menurun
- Kelelahan
- Sianosis
- Henti napas
Terbaik:
- Lanjutkan terapi
sebelumnya
- Pertimbangkan
intubasi dan ventilasi
mekanik
- Pertimbangkan
anastesi umum untuk
terapi pernapasan
intensif. Bila perlu
dilakukan kurasan
bronco alveolar
(BAL)
ICU
18
19
3. Asma berat: steroid inhalasi setiap hari, teofilin slow release atau agonis 2 long
acting, steroid oral selang sehari atau dosis tunggal harian dan agonis 2 inhalasi
sesuai kebutuhan.
Penatalaksanaan yang baik dapat membuat asma menjadi terkontrol yaitu gejala
penyakit berkurang dan faal paru menjadi optimal, criteria asma yang terkontrol
adalah (5) :
1. Gejala klinik menghilang atau minimal termasuk gejala asma malam
2. Eksaserbasi jarang
3. Kebutuhan 2-agonis minimal
4. Aktivitas tidak terganggu
5. Variasi APE < 15%
6. Efek samping obat tidak ada / minimal
7. Tidak ada kunjungan ke unit gawat darurat.
20
ILUSTRASI KASUS
Seorang wanita, bernama Ny.E, berumur 48 tahun, sudah menikah, suku Padang,
agama Islam, Pegawai Negeri Sipil, bertempat tinggal di Jl. Neg. TL.Bawang, Bunga;
Bandar Lampung, masuk RSUD Abdul Moeloek 01 Agustus 2003 pukul 01.40 pagi
dan dirawat di Ruang Penyakit Paru.
AUTOANAMNESIS
Keluhan utama
: Sesak nafas
Keluhan tambahan
Satu hari sebelum pasien datang ke RS, sore hari setelah pasien menyapu lantai dan
mengangkat air satu ember penuh ukuran sedang, pasien sesak nafas dan nafasnya
berbunyi secara tiba-tiba, pasien juga sebelumnya mengaku habis pulang dari rumah
saudaranya dan dalam kondisi lelah dan banyak pikiran memikirkan adiknya, pasien
juga mengeluh batuk-batuk berdahak disertai dengan pilek sejak 1 hari yang lalu
sebelum sesak nafas terjadi, disertai nafas berbunyi pada saat mengeluarkan nafas
terutama pada posisi tidur terutama di malam hari.Pasien juga menyangkal
mempunyai riwayat ashma sebelumnya. Kemudian pasien masuk keRSAM untuk
21
dirawat karena mengeluh sesak nafas, pasien juga mengaku dalam keluarganya ada
yang menderita asma. Pasien juga tinggal didekat pabrik gula, dimana dirumahnya
selalu berdebu setiap harinya. Dan sebelumnya keponakannya mengeluh penyakit
yang sama pula .
Riwayat penyakit dahulu
Kesadaran
Kompos mentis
Tekanan darah
150/90 mmHg
Frekwensi nadi
102 x /menit
Frekwensi nafas
28x /menit
Suhu
36,5 C
Tinggi badan
162 cm
Berat badan
64 kg
22
Status gizi
cukup
Status Generalis
Kepala :
-
Rambut
Mata
Hidung
Mulut
Leher
JVP
: tidak meningkat
KGB
: tidak teraba
Takipnea
Retraksi suprasternal (+)
Retraksi supraklavikular (+)
Retraksi interkostal (+)
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
23
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Takipnea
Torak posterior
Paru-paru
Inspeksi
Perkusi
Auskultasi
Hemitorak kanan :
vesikuler (+) dengan ekspirasi memanjang
24
Hemitorak kiri :
vesikuler (+) dengan ekspirasi memanjang
ronki (+), wheezing (+)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: tidak teraba
Hipertimpani
Auskultasi
Genetalia
Ekstremitas :
Superior
Inferior
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah rutin :
-
Hb
15,7 gr %
25
Leukosit
12.700 /Ul
LED
51 mm/jam
Hitung jenis
0/2/0/80/18/0
DIAGNOSIS KERJA
PENATALAKSANAAN :
1. Bed rest, posisi semi fowler.
2. O2 3 liter/menit
3. Infus RL/D5% Aminophyllin (0,6-0,9 mg/kgBB/8j)I amp gtt XX /m.
4. Theophiline 300mg 2x1 tab
5. Injeksi Deksametason 5mg, I amp/12jam/IV
6. OBH syrup 3XCI/hr.
7. Nifedipine 10mg 3x1 tab
8. Salbutamol inhaler 120 mcq 3x1puff (combifen inhaler)
Pemeriksaan Anjuran :
-
Pemeriksaan elektrolit
Spirometri
Foto toraks
26
FOLLOW UP
4 Agustus 2003
Keluhan :
Sesak
Nafas bunyi
Batuk berdahak
Dada seperti tertekan
5 Agustus 2003
Tanda vital:
Toraks :
Inspeksi :
Takipnea
Retraksi supraasternal
Retraksi supraklavikular
Retraksi interkostal
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
Abdomen :
Inspeksi :
Palpasi :
Kesan :
Anjuran :
150/90 mmHg
102 x/m
28 x/m
36,5c
130/90 mmHg
102 x/m
26 x/m
36,5c
+
+
+
+
+
Sonor:
Vesikuler +/+ ekspirasi
memanjang
Ronki +/+
Wheezing +/+
Perut datar, simetris
Nyeri tekan epigastrium Nyeri lepas
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
Vesikuler +/+
Ronkhi -/Wheezing -/-
Penatalaksanaan :
Eosinofilia
Pergeseran kearah
kanan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
- Bed rest
- Infus RL/D5% +
Aminophyllin I amp
gtt XX x/m
- Salbutamol 2mg, 3x1
tab
- Theophiline 300mg
2x1 tab
- Injeksi deksametason
5mg, I amp/hr
- OBH syrup 3xCI
- Salbutamol inhaler
120 mcq 3x1puff
(combifen inhaler)
28
RESUME :
Anamnesis :
Seorang wanita, 48 tahun, suku Padang, agama Islam, Pegawai Negeri Sipil gol III,
tempat tinggal di JL. Negara, Tulang Bawang, datang dengan keluhan :
-
Sesak
napas
-
Nafas
Batuk
Kesadaran
Kompos mentis
Tekanan darah
150/90 mmHg
Frekwensi nadi
102 x/menit
Frekwensi nafas
28 x/menit
Suhu
36,5C
Tinggi badan
162 cm
Berat badan
64 kg
Status gizi
Cukup
Kepala
:
29
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Toraks
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Hipertimpani
Auskultasi
Genetalia eksterna
Ekstremitas
30
Pemeriksaan penunjang :
Darah rutin
Hb
15,7 gr%
LED
51 mm/jam
Leukosit
12.700 /uL
Hitung jenis
0/2/0/80/18/0
Diagnosis akhir :
Ashma bronkhial intermiten
Penatalaksanaan
O2 3 liter/menit
Prognosis : Ad bonam
DISKUSI
Riwayat dan gejala klinik yang khas pada asma dapat kita temui pada kasus ini,
sehingga tidak sukar untuk menegakkan diagnosis. Tetapi untuk menegakkan
diagnosis yang baik, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang asma (yang tidak
dapat dilakukan pada kasus ini oleh karena faktor manusia dan teknis), sehingga
diagnosis, derajat penyakit, keberhasilan terapi, dan ada tidaknya komplikasi penyakit
dapat diketahui. Pada akhirnya penatalaksanaan asma menjadi tepat dan adekuat.
Asma tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Hal ini bukanlah sesuatu yang
fatal, tetapi dapat mengancam jiwa jika tidak ditangani atau tidak terkontrol.
Frekwensi asma yang sering, adanya gangguan tidur, bukanlah sesuatu yang normal.
Asma yang terkontrol dengan baik akan menghentikan gejala symptom tersebut, dan
membuat penderita berhenti datang ke ruang gawat darurat atau ke RS.
Ada 2 tipe terapi unuk asma :
Anti-inflamasi adalah terapi yang paling penting pada sebagian orang dengan asma
karena obat ini dapat mencegah timbulnya serangan asma yang terus menerus.
Kortikosteroid atau steroid saja, dapat mengurangi produksi mucus pada jalan nafas.
Sehingga hipereaktivitas saluran nafas terhadap rangsangan berkurang. Terapi ini
yang digunakan setiap hari butuh waktu beberapa minggu untuk dapat mengontrol
32
asma. Terapi ini dapat mengurangi symptom, kualitas pernafasan menjadi lebih baik,
mengurangi sensitivitas, kerusakan saluran nafas serta serangan asma.
Bronkodilator, mengurangi gejala asma melalui dilatasi otot polos, sehingga
membuka jalan nafas dengan cepat, untuk mendapatkan lebih banyak udara, dengan
terbukanya jalan nafas mucus dapat dikeluarkan dengan lebih mudah.
Pada terapi jangka panjang kortikosteroid hanya digunakan pada asma yang persisten,
sedangkan pada asma yang intermiten tidak perlu, dimana hanya membutuhkan obat
pelega saja.
Hal ini mungkin disebabkan karena aktivitas yang meningkat dan interaksi dengan
lingkungan yang bertambah serta adanya faktor emosional yang dapat memicu
timbulnya serangan asma. Pada anamnesa pasien mengatakan, saat itu pasien sedang
mempunyai banyak masalah pribadi. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor
emosional mempunyai peranan yang cukup penting sebagai pencetus timbulnya
serangan pertama pada pasien ini. Sehingga untuk penatalaksanaan yang lebih
adekuat perlu dipertimbangkan psikoterapi pada pasien asma, yang selama ini
sepertinya kurang mendapat perhatian.
Kurang lebih 3 bulan terakhir, serangan asma lebih sering terjadi, hal ini
dimungkinkan oleh lingkungan pasien yang tidak sehat ( lembab, banyak debu,
pengap ). Sehingga untuk dapat mengontrol timbulnya serangan asma dianjurkan
pada pasien untuk mencari tempat tinggal lain yang tidak berdebu.
33
Prognosis kasus ini ke arah baik, karena terlihat perubahan yang nyata setelah
pemberian terapi, di mana gejala dan serangan asma berkurang dan hilang. Sehingga
os merasa sembuh dan akhirnya pulang atas kemauan sendiri dalam keadaan umum
yang baik, walau hanya dirawat dua hari. Tapi melihat cukup seringnya gejala dan
serangan asma timbul, faktor pencetus yang begitu erat dengan kehidupan pasien
membuat adanya keragu-raguan terhadap prognosis tersebut. Oleh karena itu kami
menganjurkan dilakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui sejauh mana
kerusakan, derajat penyakitnya, untuk menhilangkan keragu-raguan tersebut dan agar
pemberian terapi jangka panjang dapat dilakukan.dengan tepat dan adekuat.
Penatalaksanaan Ashma bronkhial, karena penanggulangan yang terlambat ataupun
yang tidak adekuat pada serangan asma yang berat dapat menimbulkan kematian.
Namun banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan penatalaksanaan, di
antaranya : beratnya serangga, obat yang diberikan, cara pemberian, penilaian
pengobatan dan respon penderita terhadap pengobatan
34
PRESENTASI KASUS
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
ASMA BRONKIAL INTERMITEN
OLEH
Sri Nurbowo Ardi
1101997161
PEMBIMBING
Dr. Boy Zaghlul Zaini
NARASUMBER
Dr. A Rasyid, SpP
35
DAFTAR PUSTAKA
36