Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
NIM : 12.02.51.0042
Hukum Jaminan , FAKULTAS HUKUM UNISBANK
A.Kasus Gadai
1.Nomor Register
: 420 K/Sip/1968
2.Para Pihak
3.Kasus Posisi :
Pada tahun 1939 Termohon menggadaikan ladangnya kepada Pemohon seluas 30tumba bibit
padi dengan surat gadai sebesar Rp 130,- Pada masa penebusan, Pemohon memohon penebusan
di tangguhkan. Pada 1958 Pemohon menolak penebusan dengan alasan nilai rupiah yang telah
berbeda dan menghendaki uang tebusan berlipat ganda.Djamin Ginting mengajukan gugatan ke
pengadilan untuk mendapatkan kembalitanahnya.
B. Analisis Kasus
1. Kasus tersebut adalah menganai gugatan dari pemberi gadai yang menuntut pemegang
gadai untuk mengembalikan tanahnya dan mendapat hambatan dari pemeganggadai..
C. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas, kesimpulan yang dapat diutarakan adalah sebagai berikut :
1. Gadai tanah adalah suatu perbuatan hukum yang berdiri sendiri karena berlangsung
menurut aturan Hukum Adat atau kebiasaan masyarakat setempat. Walaupun gadai tanah
adalah suatu perbuatan hukum yang berdiri sendiri, tetapi dalam perspektif hukum
jaminan keperdataan, khususnya gadai secara perdata, maka gadai tanah mengandung
beberapa ketentuan yang mengatur gadai secara perdata, yaitu
a) Mempunyai hubungan hukum yang sama dengan gadai secara perdata,
yaitu penyerahan jaminan atas sejumlah uang yang dipinjam
b) Merupakan jaminan dengan objek benda tidak bergerak
c) Mempunyai para pihak/subjek yang sama dengan gadai secara perdata
d) Merupakan jaminan dengan sifat jaminan kebendaan
e) Kebendaan atau barang-barang yang dengan harus berada di bawah pengusaan
kreditur pemegang hak gada
f) Pemegang gadai mempunyai hak retensi untuk menahan tanah gadai selama
belumditebus2.
2. Beberapa ketentuan gadai secara perdata yang tidak terdapat dalam gadai tanah,yaitu :
a. Gadai tanah bukan perjanjian yang bersifat accessoir
b. Gadai tanah tidak terdapat hak pemegang gadai untuk melakukan parate eksekusi
dan mempunyai hak untuk memungut biaya perawatan benda gadai.
4. Bahwa Mahkamah Agung dalam memutus penyelesaian sengketa gadai tanahdari kasus
tersebut tidak memakai ketentuan dalam Kitab Undang-Undang HukumPerdata, tetapi
berpedoman pada hukum acara dan peraturan lain seperti Perpu Nomor 56Tahun 1960.