Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2)
Sasaran program menjaga mutu. Untuk melaksanakan hal ini diperkukan empat hal :
a. Unsur masukan. Yang dimaksud adalah semua hal yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan. Yang termasuk dalam hal ini adalah tenaga pelaksana, sarana dan dana.
b. Unsur lingkungan. Yang dimakud lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi pelayanana
kesehatan. Untuk satu saran pelayanan kesehatan yang terpenting adalah kebijakan (policy), struktur
organisasi (organization) serta sistem manajemen (management) yang diterapkan.
c. Unsur proses. Yang dimaksud dengan unsur proses di sini adalah semua tindakan yang dilakukan pada
pelayanan kesehatan. Tindakan ini secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, tindakan
medis (medical procedure) mulai dari anamesis sampai dengan pengobatan. Kedua, tindakan non medis
(non medical procedure) seperti tata cara rekam medis, persetujuan tindakan medis, penerimaan dan
perawatan pasien dan lain selanjutnya yang seperti ini.
d. Unsur keluaran. Yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah yang menunjukan pada penampilan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Penampilan pelyanan tersebut dibedakan atas dua macam :
a) Penampilan aspek media (medical performance) seperti misalnya kesembuhan penyakit, kecacatan
dan atau kematian.
b) Penampilan aspek non medis (non mediacal performance) seperti misalnya kepuasan dan keluhan
pasien.
Syarat pembangunan
Fasilitas praktik
Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama yang lengkap serta beberapa
fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya.
1. Fasilitas untuk praktik
Fasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai untuk kesehatan dan keamanan pasien, pegawai dan dokter yang
berpraktik.
2. Kerahasiaan dan privasi
Konsultasi dilaksanakan dengan memperhitungkan kerahasiaan dan privasi pasien.
3. Bangunan dan interior
Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan bangunan permanen atau semi permanen serta dirancang
sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis strata pertama yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi
pasien.
4. Alat komunikasi
Klinik memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitarnya.
5. Papan nama
Tempat pelayanan dokter keluarga memasang papan nama yang telah diatur oleh organisasi profesi.
Peralatan klinik
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan fasilitas pelayanannya, yaitu pelayanan
kedokteran di strata pertama (tingkat primer).
1. Peralatan medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik
untuk dapat berpraktik sebagai penyedia layanan strata pertama.
2. Peralatan penunjang medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan penunjang medis yang minimal harus dipenuhi di ruang
praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan strata pertama.
3. Peralatan non medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan non medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk
dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan strata pertama.
Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada dasarnya tidaklah berbeda dengan tenaga
pelaksana pelbagai pelayanan kedokteran lainnya. Tenaga pelaksana yang dimaksud secara umum dapat dibedakan
atas tiga macam :
1. Tenaga medis
Tenaga medis yang dimaksudkan disini ialah para dokter keluarga (family doctor/physician). Tergantung dari
sarana pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga serta beban kerja yang dihadapi, jumlah
dokter keluarga yang dibutuhkan dapat berbeda. Secara umum dapat disebutkan, apabila sarana pelayanan
tersebut adalah rumah sakit serta beban kerjanya lebih berat, maka jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan
akan lebih banyak. Sedangkan jika pelayanan dokter keluarga tersebut diselenggarakan oleh suatu klinik dokter
keluarga, jumlah dokter yang dibutuhkan umumnya lebih sedikit. Klinik dokter keluarga memang dapat
diselenggarakan hanya oleh satu orang dokter keluarga (solo practice) ataupun oleh sekelompok dokter keluarga
(group practice). Telah disebutkan, dari kedua bentuk ini, yang dianjurkan adalah bentuk kedua, yakni yang
diselenggarakan oleh satu kelompok dokter keluarga.
2. Tenaga paramedis
Untuk lancaranya pelayanan dokter keluarga, perlu mengikut sertakan tenaga paramedis. Disarankan tenaga
paramedis tersebut seyogoyanya yang telah mendapatkan pendidikan dan latihan prinsip-prinsip pelayanan
dokter keluarga, baik aspek medis dan ataupun aspek non medis. Jumlah tenaga paramedis yang diperlukan
tergantung dari jumlah dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga secara umum
disebutkan untuk setiap satu orang dokter keluarga, diperlukan 2 sampai 3 tenaga paramedis terlatih.
3. Tenaga non-medis
Sama halnya dengan tenaga paramedis, untuk lancarnya pelayanan dokter keluarga, perlu pula
mengikutsertakan tenaga non-medis. Pada umumnya ada dua katagori tenaga non-medis tersebut. Pertama,
tenaga administrasi yang diperlukan untuk menangani masalahmasalah administrasi. Kedua, pekerjasosial
(social worker) yang diperlukan untuk menangai program penyuluhan/nasehat kesehatan dan atau kunjungan
rumah misalnya. Jumlah tenaga non medis yang diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga, dibutuhkan
sekurang-kurangnya satu orang tenaga administrasi serta satu orang pekerja sosial.
Proses-proses penunjang praktik
Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses-proses yang menunjang kegiatan pelayanan dokter keluarga.
1. Pengelolaan rekam medik
Pelayanan dokter keluarga menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi rekam medik dengan dasar rekam
medik berorientasikan pada masalah (problem oriented medical record).
2. Pengelolaan rantai dingin
Pelayanan dokter keluarga peduli terhadap pengelolaan rantai beku (cold chain management) yang berpengaruh
kepada kualitas vaksin atau obat lainnya.
3. Pengelolaan pencegahan infeksi
Pelayanan dokter keluarga memperhatikan universal precaution management yang mengutamakan pencegahan
infeksi pada pelayanannya.
4. Pengelolaan limbah
Pelayanan dokter keluarga memperhatikan sistim pembuangan air kotor dan limbah, baik limbah medis maupun
limbah nonmedis agar ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat sekitar klinik.
5. Pengelolaan air bersih
Pelayanan dokter keluarga mengkonsumsi air bersih atau air yang telah diolah sehingga aman digunakan.
6. Pengelolaan obat
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan sistim pengelolaan obat sesuai prosedur yang berlaku termasuk
mencegah penggunaan obat yang kadaluwarsa.
Manajemen klinik
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family clinic). Pada bentuk ini sarana yang
menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan
nama klinik dokter keluarga (family clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam.
Pertama, klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit tetapi
didirikan diluar komplek rumah sakit (satelite family clinic). Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini mulai
banyak didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan juga penghasilan rumah sakit.
Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau hanya merupakan klinik satelit dari
rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit.
Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut.
Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau bersama-sama dalam satu
kelompok (group practice). Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter
keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga.
Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang sama. Dalam arti para dokter
yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan memakai alat-alat praktek
yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem
manajemen keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika bentuk
praktek berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut (Clark, 1971) :
a.
b.
Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu Penyebab utamanya adalah karena
pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat
saling tukar menukar pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek
dapat diatur, para dokter mempunyai cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan dan keterampilan.
Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya kerjasama tim (team work) disatu pihak, serta lancarnya
hubungan dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan
lebih bermutu.
Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau Penyebab utamanya adalah karena
pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai
peralatan medis dan non medis dapat dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu, karena
pendapatan dikelola bersama, menyebabkan penghasilan dokter akan lebih terjamin. Keadaan yang seperti
ini akan mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan yang berlebihan. Kesemuanya ini apabila
berhasil dilaksanakan, pada gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter keluarga yang lebih
terjangkau.
Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan
pelayanan kesehatan masyarakat. Yakni yang tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta untuk mencegah penyakit.
Dana
Dana digali dari sumber pemerintah baik dari sektor kesehatan dan sektor lain terkait, dari masyarakat,
maupun swasta serta sumber lainnya yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan
kesehatan. Dana yang tersedia harus mencukupi dan dapat dipertanggung-jawabkan.
Sumber daya
Sumber daya pembiayaan kesehatan terdiri dari: SDM pengelola, standar, regulasi dan kelembagaan yang
digunakan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam upaya penggalian, pengalokasian dan
pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung terselenggaranya pembangunan kesehatan.
Pengelolaan Dana Kesehatan
Prosedur/Mekanisme Pengelolaan Dana Kesehatan adalah seperangkat aturan yang disepakati dan secara
konsisten dijalankan oleh para pelaku subsistem pembiayaan kesehatan, baik oleh Pemerintah secara lintas
sektor, swasta, maupun masyarakat yang mencakup mekanisme penggalian, pengalokasian dan
pembelanjaan dana kesehatan
5.
Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan kesehatan di daerah merupakan
tanggung jawab pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan pelayanan kesehatan, Pemerintah
menyediakan dana perimbangan (maching grant) bagi daerah yang kurang mampu.
2.
Sistem reimbursement
Perusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for services. Sistem ini memungkinkan terjadinya
over utilization. Penyelewengan biaya kesehatan yang dikeluarkan pun dapat terjadi akibat pemalsuan
identitas dan jenis layanan oleh karyawan maupun provider layanan kesehatan.
3.
Asuransi
Perusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan dalam upaya melaksanakan pelayanan kesehatan
bagi pekerjanya. Dianjurkan agar asuransi yang diambil adalah asuransi kesehatan yang mencakup seluruh
jenis pelayanan kesehatan (comprehensive), yaitu kuratif dan preventif. Asuransi tersebut menanggung
seluruh biaya kesehatan, atau group health insurance (namun kepada pekerja dianjurkan agar tidak berobat
secara berlebihan).
4.
5.
Di Indonesia, produk asuransi kesehatan komersial dikelola oleh Lipo Life, BNI Life, Tugu mandiri dan
sebagainya
Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Voluntary Health Insurance)
Prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
a) Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok
b) Iuran / preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut
c) Perhitungan premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok masyarakat
d) Santunan diberikan sesuai kontrak
e) Tidak diperlukan pemeriksaan awal
f) Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat undang-undang
Di Indonesia, asuransi kesehatan sukarela juga dikelola oleh PT. Askes
Pandangan islam mengenai asuransi kesehatan
Melibatkan diri ke dalam asuransi ini, adalah merupakan salah satu ikhtiar untuk mengahadapi masa depan dan masa
tua. Namun karena masalah asuransi ini tidak dijelaskan secara tegas dalam nash, maka masalahnya dipandang
sebagai masalah ijtihadi, yaitu masalah yang mungkin masih diperdebatkan dan tentunya perbedaan pendapat sukar
dihindari. Ada beberapa pandangan atau pendapat mengenai asuransi ditinjau dari fiqh Islam :
1) Asuransi itu haram dalam segala bentuknya, temasuk asuransi jiwa. Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid
Sabiq, Abdullah al-Qalqii (mufti Yordania), Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muthi (mufti
Mesir). Alasannya :
a. Asuransi sama dengan judi.
b. Asuransi mengandung unsur-unsur tidak pasti.
c. Asuransi mengandung unsur riba atau renten.
d. Asuransi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis, apabila tidak bisa melanjutkan
pembayaran preminya, akan hilang premi yang sudah dibayar atau dikurangi.
e. Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba.
f. Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.
g. Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya dengan mendahului takdir Allah.
2) Asuransi konvensional diperbolehkan. Pendapat kedua ini dikemukakan oleh Abd. Wahab Khalaf, Mustafa
Akhmad Zarqa (guru besar Hukum Islam Fakultas Syariah Universitas Syria), Muhammad Yusuf Musa
(guru besar Hukum Isalm Universitas Cairo Mesir), dan Abd. Rakhman Isa (pengarang kitab al-Muamallha
al-Haditsah wa Ahkamuha). Mereka beralasan :
a. Tidak ada nash (al-Quran dan Sunnah) yang melarang asuransi.
b. Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.
c. Saling menguntungkan kedua belah pihak.
d. Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi-premi yang terkumpul dapat
diinvestasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan pembangunan.
e. Asuransi termasuk akad mudhrabah (bagi hasil).
f. Asuransi termasuk koperasi (Syirkah Taawuniyah).
g. Asuransi dianalogikan (qiyaskan) dengan sistem pensiun seperti taspen.
3) Asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan dan yang bersifat komersial diharamkan. Pendapat ketiga ini
dianut antara lain oleh Muhammad Abdu Zahrah (guru besar Hukum Islam pada Universitas Cairo). Alasan
kelompok ketiga ini sama dengan kelompok pertama dalam asuransi yang bersifat komersial (haram) dan
sama pula dengan alasan kelompok kedua, dalam asuransi yang bersifat sosial (boleh).
Rujukan medik
Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien. Disamping
itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan. Tujuan: untuk
menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan status kesehatan pasien
1. Rujukan pasien (transfer of patient)
Penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang
lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut
2. Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)
Pengiriman dokter/ tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pel. kes. Yang lebih mampu ke strata pelayanan
kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan
3. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (transfer of specimens)
Pengiriman bahanbahan pemeriksaan bahan laboratorium dari strata pelayanan kesehatan yang
kurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk tindak lanjut.
b.
c.
Konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli dan atau yang lebih pengalaman. Pada rujukan hal ini
tidak mutlak.
Wewenang dan tanggung jawab
Konsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter yang meminta konsultasi. Pada rujukan
sebaliknya.
3. Manfaat
a) Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat kedokteran
pada setiap sarana kesehatan.
Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja berbagai sarana
kesehatan yang tersedia.
Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulangulang
Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas
fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan
c) Dari sudut tenaga kesehatan
Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat kerja,
ketekunan dan dedikasi.
Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan
kewajiban tertentu
4. Tata Cara
Dasar: Kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati bersama, dan sistem kesehatan terutama
sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku
Tata cara konsultasi (McWhinney, 1981):
a. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi
b. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat, form khusus, catatan di rekam medis, formal/
informal lewat telfon
c. Keterangan lengkap tentang pasien
d. Konsultan bersedia memberikan konsultasi
Tata cara rujukan
Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak
Pembagian wewenang & tanggungjawab
1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan
untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk satu masalah
kedokteran khusus saja
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter
lain untuk selamanya
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa
dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi
rujukan tidak ikut campur.
dr. Rina Amelia, Departemen IKM/ IKP/ IKK, Fakultas Kedokteran USU
LO.1.4. STANDAR KLINIK
1.
2.
g.
h.
i.
j.
k.
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain yang dianggap lebih
piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga
konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang dianggap lebih piawai
dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan,
dokter spesialis, rumah sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
Tindak lanjut
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan tindak lanjut pada
pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.
Tindakan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang rasional pada pasien, sesuai
dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi kepentingan pasien.
Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan rasional, berdasarkan tanda
bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan pasien.
Pembinaan keluarga
Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila adanya partisipasi
keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling keluarga.
3.
4.
5.
kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien.
a. Pelayanan proaktif
Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan secara proaktif.
b. Rekam medik bersinambung
Informasi dalam riwayat kesehatan pasien sebelumnya dan pada saat datang, digunakan untuk memastikan
bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai untuk pasien yang bersangkutan.
c. Pelayanan efektif efisien
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif dan efisien bagi pasien,
menjaga kualitas, sadar mutu dan sadar biaya.
d. Pendampingan
Pada saat-saat dilaksanakan konsultasi dan / atau rujukan, pelayanan dokter keluarga menawarkan
kemudian melaksanakan pendampingan pasien, demi kepentingan pasien.
LO.1.5 PROSEDUR PEMERIKSAAN
LO 1.6. BENTUK KERJA SAMA
Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK)
Pada dasarnya sistem perlayanan dokter keluarga (selanjutnya digunakan SPDK), haruslah menerapkan ketiga
tahapan pelayanan medis sesempurna mungkin. Komponen sistem, yang sekarang biasa disebut sebagai
pemegang saham (stakeholders), paling tidak terdiri atas:
1. DPU/DK (Sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Primer)
2. DSp (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Sekunder)
3. DSpK (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Tersier)
4. Dokter gigi
5. Pihak pendana (Asuransi Kesehatan, Pemerintah, dsb.)
6. Regulasi (perundangan, Sistem Kesehatan Nasional, dsb.)
7. Pasien (dengan keluarga dan masyarakatnya)
8. Farmasi (profesional dan pengusaha)
9. Staf klinik selain dokter (Bidan, perawat, dsb)
10. Karyawan non-medis
11. Dsb.
Mereka harus bekerjasama secara mutualistis mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Semua pemegang
saham mempunyai andil, hak dan kewajiban yang sama dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan bagi
pasien, tidak melanggar aturan atau perundangan maupun etika profesi, dan menjamin kesejahteraan bagi
penyelenggaranya. Jika salah satu komponen sistem merusak tatanan, menyalahi aturan main agar memperoleh
keuntungan bagi dirinya, maka akibat negatifnya akan dirasakan oleh seluruh komponen sistem termasuk, pada
akhirnya, yang menyalahi aturan itu. Oleh karena itu diperlukan kerjasama profesional yang mutualistis di antara
anggota sistem.
Dengan kata lain, dalam sistem pelayanan dokter keluarga pelayanan diselenggarakan oleh tim kesehatan yang
bahu-membahu mewujudkan pelayanan yang berumutu. Setiap komponen sistem mempunyai tugas masingmasng dan harus dikerjakan sungguh-sungguh sesuai dengan tatanan yang berlaku. Bidan dan perawat
membantu dokter di klinik misalnya, memberikan obat kepada pasien d ibawah tanggung-jawab dokter. Jadi
bidan dan perawat tidak memberikan obat tanpa persetujuan dokter. Sebaliknya dokter harus memberikan
perintah tertulis di dalam rekam medis untuk setiap pemberian obat. Bidan dan perawat dibenarkan
mengingatkan dokter jika perintah pemberian obat itu tidak jelas atau belum dicantumkan. Demikian pula dokter
keluiarga yang sebenarnya dokter praktik umum dibenarkan mengingatkan dan diharuskan bertanya langsung
kepada dokter spesialis yang dikonsuli atau dirujuki jika ada hal yang kurang jelas atau berbeda pendapat.
Demikianpula komponen system yang lain termasuk masyarakat pasien dibenarkan dan bahkan diharuskan
saling kontrol saling mengingatkan agat tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Dapat di lihat bentuk komunikasi atau kerjasama antara dokter dan teman sejawatnya di lakukan dalam berbagai
hal seperti :
1. Merujuk pasien
Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan fasilitas pelayanan, dokter yang
merawat harua merujuk pasiennya pada teman sejawat lainnya.
2. Bekerjasama dengan sejawat
Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, ras, usia, kecacatan,
agama, status sosial atau perbedaan kompetensi yang dapat merugikan hubungan profesional antar sejawat.
3. Bekerja dalam tim
Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin.
4. Mengatur dokter pengganti.
Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter pengganti serta mengatur proses
mengalihkan yang efektif dan komunikatif dengan dokter pengganti.
5. Mematuhi tugas
Seorang dokter yang bekerjapada institusi pelayanan atau pendidikan kedokteran harus mematuhi tugas yang
digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter pengganti.
6. Pendelegasian wewenang
Pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm pendidikan spesialis, mahasiswa kedokteran
dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang merawat, harus disesuaikan dengan kompetensi
dalam melaksanakan prosedur dan terapi yang sesuai dengan peraturan baru.
a. Komunikasi Dokter-Profesi Lain
1. Kolaborasi
Pengertian Menurut Shortridge, et al (1986)
Hubungan timbal balik di mana [pemberi pelayanan] memegang tanggung jawab paling besar untuk
perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang respektif mereka.
Elemen-elemen Kolaborasi
1. Struktur
2. Proses
3. Hasil Akhir
Model Kolaboratif Tipe I
1. Menekankan Komunikasi Dua Arah
2. Masih menempatkan Dokter pada posisi utama
3. Masih membatasi Hubungan Dokter dengan Pasien
Model Kolaboratif Tipe II
1. Lebih berpusat pada Pasien
2. Semua Pemberi Pelayanan harus bekerja sama
3. Ada kerja sama dengan Pasien
4. Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal
ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang berbeda dalam memandang pasien,
dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses
kolaborasi. Kendala psikologis keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan
kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborasi yang dapat menjadikan keduanya
lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional dan institusional.
Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang membatasi
pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih
tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih
medukung dominasi dokter. Inti sesungguhnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada
perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja dengan
dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek profesional keperawatan,
dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau
mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat dan
dokter merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan
dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap
orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai
tujuan kolaborasi team :
a) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik
profesional.
b) Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
c) Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
d) Meningkatnya kohesifitas antar profesional
e) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
f) Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang lain
Kesuksesan kolaborasi dalam suatu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor
a) Faktor interaksi ( interactional determinants), yaitu hubungan interpersonal diantara anggota
tim yang terdiri dari kemauan untuk berkolaborasi, percaya, saling menghargai dan
berkomunikasi .
b) Faktor Organisasi ( organizational determinants) yaitu kondisi di dalam organisasi tersebut
yang terdiri dari:
1. Organizational structure (struktur horisontal dianggap lebih berhasil daripada struktur
hierarkis);
2. Organizations philosophy (nilai nilai keterbukaan, kejujuran, kebebasan berekspresi,
saling ketergantungan, integritas dan sikap saling percaya;
3. administrative support ( kepemimpinan);
4. team resource (tersedianya waktu untuk bertemu dan berinteraksi, membagi lingkup
praktek dengan profesional lain, bekerja dalam suatu unit yang kecil) ;
5. coordination mechanism ( pertemuan formal untuk diskusi, standarisasi prosedur dalam
bekerja ).
c) Faktor lingkungan organisasi( organizations environment/ systemic determinants) yaitu
elemen diluar organisasi, seperti sistem sosial, budaya, pendidikan dan profesional.
2. Pendekatan Praktik Hirarkis
Menekankan Komunikasi satu arah
Kontak Dokter dengan Pasien terbatas
Dokter merupakan Tokoh yang dominan
Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, spt IGD
Sebelum ada model Kolaborasi, hubungan yang ada adalah Model PRAKTIK HIRARKIS.
Praktik Hirarkis merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan sebelum profesi perawat semakin
berkembang.
Selanjutnya dikenal ada 2 (dua) model Kolaborasi yang lain (Model 1 dan
Pendekatan Praktik Hirarkis
menekankan komunikasi satu arah.
kontak dokter dengan pasien terbatas.
dokter merupakan tokoh yang dominan.
cocok untuk ditetapkan di keadaan tertentu , seperti: IGD
DOKTER
REGISTERED NURSE
PASIEN
b. Komunikasi Dokter-Apoteker
Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, dokter perlu mengetahui apa yang menjadi tanggung jawab profesi
apoteker dalam pelayanan farmasi. Pelayanan farmasi dapat dilakukan di berbagai tempat seperti rumah sakit,
Puskesmas, Poliklinik, Apotek, dll. Adanya pemahaman masing-masing pada profesi mitra kerjanya akan
memudahkan terjadinya komunikasi yang baik antar profesi.
Empat unsur Pelayanan Farmasi
a. Pelayanan Farmasi yang baik.
b. Pelayanan profesi apoteker dalam penggunaan obat.
c. Praktik dispensing yang baik.
Pelayanan profesional apoteker yg proaktif dalam berbagai kegiatan yg bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kepada pasien.
Nabi SAW berkata: Putriku mengapa engkau menutup dirimu sedangkan dia tidak melihatmu? Beliau berkata:
Apabila dia tidak melihat saya, tapi saya melihat dia dan dia (jika tidak melihat dan buta) tetapi dia mencium
bau wanita. Rasulullah SAW sedemikian gembiranya sambil berkata: Saya bersaksi bahwa engkau adalah
belahan jiwaku. (Hayaatu Al-Imam Husain,Khutbah Hadrat Zaenab)
Lihatlah begitu diagungkannya urusan hijab oleh Rasulullah SAW.
Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An'am/6 ayat 119:
"Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa
yang terpaksa kamu memakannya".
Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk menggunakan
cara yang mulanya tidak diperbolehkan. Selama mendatangkan maslahat, seperti untuk pemeliharaan dan
penyelamatan jiwa dan raganya.
Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti rambu-rambu
yang wajib untuk ditaati. Tidak berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram adalah keharusan, tidak bisa
ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslim/muslimah terpaksa harus bertemu dan berobat kepada dokter
yang berbeda jenis, ia harus didampingi mahramnya saat pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di
kamar praktek atau ruang periksa.
Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Baz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian tubuh yang
nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat wanita, meskipun sudah
ada perawat wanita misalnya, maka keberadaan suami atau wanita lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan
ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.
Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum Muslim tidak tersesat di dunia.
Adab-adab tersebut antara lain:
1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis
Allah berfirman: Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya
dan memelihara kemaluannya. Dan katakalah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. An-Nur: 30-31)
2. Tidak berdua-duaan
Rasulullah saw bersabda: Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali
bersama mahromnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Tidak menyentuh lawan jenis
Di dalam sebuah hadits, Aisyah ra berkata, Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh
tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin). (HR. Bukhari)
Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara yang
diharamkan di dalam Islam. Rasulullah bersabda, Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum
besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (HR. Thabrani dengan
sanad hasan)