Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
3, 7, 8)
Sebanyak 16% wanita hamil di Amerika Serikat terkena penyakit BV. Bacterial
vaginosis juga sering didapatkan pada wanita berkulit hitam dibanding wanita
berkulit putih, wanita homoseksual (lesbian) dan wanita yang merokok. (3, 5, 7, 8).
Prevalensi BV meningkat karena kurangnya skrining dan biasanya bersifat
asimptomatik.(7)
Bacterial vaginosis menunjukkan adanya faktor risiko pada kelahiran bayi
prematur semasa kehamilan. BV juga dikaitkan dengan faktor risiko pada
transmisi HIV. Penelitian juga menunjukkan bahwa BV memiliki faktor risiko
yang tinggi terjadinya neoplasia serviks intra epitelial. Beberapa penelitian
menghubungkan BV dengan demam pasca partum, komplikasi pasca operasi
ginekologi, dan infeksi pasca abortus.(4)
Sebanyak 75% kasus BV adalah asimptomatik dan kebanyakan penderita
datang dengan keluhan keputihan yang keluar dari vagina berbau amis dan
berwarna putih keabu-abuan, encer dan terdapat juga keluhan rasa gatal serta
nyeri.(2-4, 9, 10)
Dengan pengobatan metronidazole dan klindamisin memberi angka
kesembuhan yang tinggi (84-96%). Prognosis BV baik, dilaporkan perbaikan
spontan pada lebih sepertiga kasus. (14)
BAB II
PENEGAKAN DIAGNOSIS
2. Pemeriksaan spekulum
Pemeriksaan spekulum dilakukan pada wanita yang sudah menikah atau
pernah melakukan hubungan seksual dan pada pemeriksaan didapatkan keputihan
yang homogen, putih keabu-abuan atau kuning yang menempel pada dinding
vagina.(2-4)
3. Kriteria Amsel
Kriteria Amsel dipakai dalam bagian genitourinaria untuk mendiagnosa BV.
Kriteria ini dicetuskan oleh Gardner dan Dukes pada tahun 1955 dalam penemuan
mereka tentang clue cells, yang mendiskripsikan bahwa clue cells berupa selsel epitelial yang di kelilingi oleh bakteri-bakteri kecil sehingga memberikan
gambaran batas yang tidak
tegas.(1, 2, 7)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat sel-sel ini adalah wet amount
examination, satu tetes cairan saline di campurkan dengan sekret yang di smear
di objek glass dengan perbandingan 1:1 dan kemudian di periksa di bawah
mikroskop dengan pembesaran (800x) serta menggunakan minyak emersi.(2,
3)
e. Interpretasi salah dari mikroskopi boleh terjadi karena debris dan degerasi sel
yang di salah anggap sebagai clue cellsdan lactobacilli yang sedikit
jumlahnya pada vagina.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Whiff test
Pemeriksaan bau. Cairan vagina diberi beberapa tetesan kalium hidroksida
(KOH), bau yang amis seperti bau ikan memberikan hasil positif.(3)
b. Pewarnaan Gram
Pemeriksaan ini adalah cara mudah untuk mengkonfirmasi BV. Pada vagina
yang normal jumlah lactobacilli banyak dan bentuknya adalah batang, Grampositif dan ujungnya yang tumpul. Gardnerella bersifat Gram-negatif, dan
berbentuk kokus. Pada BV didapatkan banyak bakteri Gram-negatif dan batang
kecil.(3)
c. Pemeriksaan kultur
Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena kurang sensitivitas dan spesifitas
sehingga jarang digunakan untuk menegakkan diagnosa.(3)
d. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan lanjutan jika diagnosanya masih
dicurigai, tes ini mendeteksi perubahan biokimia cairan vagina. Ada juga yang
menggunakan kertas pH untuk menilai keasaman cairanvagina karena tes
penunjang BV blue dan Fem Exam agak mahal biayanya.(3)
5
Peralatan untuk test Fem Exam terdiri dari 2 kartu plastik. Kartu pertama
terdiri dari test untuk pH dan amina. Cairan vagina dari swab pertama (kapas) di
usapkan dibagian tes pH yang memicu reaksi kualitas colorimetric. Jika pH cairan
vagina 4,7 atau lebih, tanda plus biru muncul. Tanda minus muncul jika pH
kurang dari 4,7. Swab pertama tadi kemudian diusapkan lagi dibagian tes amina,
dalam waktu 2 menit reaksi colorimetric terjadi.(12) Sedangkan pada BV Blue
merupakan sebuah tes diagnostik yang didasarkan pada peninggian kadar enzim
sialidase dalam sampel cairan vagina.(11)
Gambar 4. FemExam Test Card : Test 1 warna biru mengindikasikan BV positif, Test 2 warna
pink mengindikasikan BV positif.
Dikutip dari Kepustakaan(13)
BAB III
PENATALAKSANAAN
b.
c.
d.
14)
Cara pemakaiannya 1
angka
penyembuhan
lebih
dari
90%.(5)
Pemberian
17)
mengkonsumsi alkohol selama terapi. Obat ini harus digunakan dengan hatihati pada penderita penyakit sistem saraf pusat.(15)
Metronidazole dan metabolitnya bersifat mutagenik pada bakteri.
Pemberian
metronidazole
dosis
besar
jangka
lama
menyebabkan
14)
e.
f.
g.
10
h.
i.
Eritromisin 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari. Meskipun in vitro sangat aktif
terhadap G. vaginalis dan kuman-kuman anaerob, ternyata tidak efektif untuk
BV.(4, 14)
j.
k.
Probiotik
Menurut World Health Association (WHO) dan Food and Drug
Administration (FDA), definisi dari Probiotik adalah mikroorganisme hidup
yang bila diberikan dalam jumlah tertentu dapat memberikan manfaat bagi
kesehatan tubuh. Mekanisme kerja probiotik bagi kesehatan tubuh masih
belum dapat dipahami dengan baik. Beberapa hipotesis mengenai mekanisme
kerjanya, yakni(1) :
(i)
11
2.
Penatalaksanaan alternatif :
a. Tinidazole oral 2 g, 1x1 selama 2 hari
b. Tinidazole oral 1 g, 1x1 selama 5 hari
c. Klindamisin oral 300 mg, 2x1 selama 7 hari
d. Klindamisin ovula 100 mg intravagina, 1x1 sebelum tidur selama 3 hari
3.
4.
12
Rejimen terapi
Metronidazole 500 mg 2 x sehari selama 7 hari. Merupakan obat
yang paling efektif saat ini dengan kesembuhan 95%. Penderita
dinasehatkan untuk menghindari alkohol selama terapi dan 24 jam
sesudahnya.
2)
Rejimen alternatif
(5 gr),
3)
13
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
14
12.
13.
14.
15.
15