Vous êtes sur la page 1sur 27

BAB II

KONSEP DASAR

A; KONSEP MEDIS
1; Pengertian
a; Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis, termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat.
(Price, S.A., 1995, hal: 1111)
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik
disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron (Mansjoer, Aa, 1999, hal: 580).
Diabetes Melitus(DM) adalah masalah yang mengancam hidup
(kasus darurat) yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau
absolut. (Doenges, 2000, hal: 726).
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang
komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak, berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler
dan neurologis. (Long, B.C, 1996, hal: 4).
Berdasarkan beberapa pengertian Diabetes Melitus diatas maka
penulis menyimpulkan penyakit Diabetes Melitus adalah penyakit
degeneratif dan merupakan suatu penyakit yang komplek yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat,protein, dan lemak
serta dapat mengancam hidup dan disebabkan oleh defisiensi insulin
klarena adanya peningkatan kadar gula dalam darah.
Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus adalah
suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan
pada anggota keluarga yang mengalami Diabetes Melitus.
Klasifikasi Diabetes Melitus

1; Diabetes Melitus Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus,


IDDM)
Defisiensi insulin karena tidak terdapatnya sel-sel
langerhans, biasanya berhubungan dengan tipe HLA spesifik,
keadaan defisiensi insulin ini biasanya dikatakan absolut karena
ketergantungan yang sepenuhnya pada insulin-eksogen. Penderita
IDDM cenderung memiliki keadaan intoleransi glukosa yang lebih
berat dan tidak stabil. IDDM lebih kas/cenderung terjadi pada
semua usia, umumnya usia muda.
2; Diabetes Melitus Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus,
NIDDM)
Karena suplai insulin berkurang atau tidak cukup efektif
sebagaimana mestinya tingkat gula darah naik lebih lamban. Tidak
banyak protein dan lemak yang dihancurkan, hingga produksi
keton pun tidak banyak, dan rendahnya resiko terkena ketoasidosis
koma. Kebanyakan yang menderita diabetes tipe 2 adalah wanita
dari pada pria, mungkin karena diabetes munculnya di usia yang
lebih lanjut dan wanita umumnya hidup lebih lama (Bilous, R.W.,
1999, hal: 12)
3; Diabetes Melitus Sekunder (diabetes yang berhubungan dengan
keadaan atau sindrom tertentu)
Diabetes yang terjadi karena akibat kerusakan pada
pankreas yang menyebabkan sebagian besar kelenjar rusak (Bilous,
RW., 1999, hal: 14)
4; Diabetes Melitus yang berhubungan dengan Malnutrisi
Masih terdapat dua kategori lain yaitu abnormalitas
metabolisme glukosa yaitu:
a; Kerusakan Toleransi Glukosa (KTG)
Konsentrasi glukosa antara normal dan Diabetes
Melitus dapat menjadi normal atau tetap tidak bertambah,
bahkan dapat melebihi nilai konsentrasi tersebut.
b; Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan adalah
intoleransi glukosa yang mulai timbul atau menular diketahui
selama keadaan hamil, karena terjadi peningkatan sekresi

berbagai hormon di sertai pengaruh metabolik terhadap glukosa


(Price dan Wilson, 1995, hal: 1112).
2; Etiologi
Corwin (2000, hal: 543) menyatakan etiologi/penyebab Diabetes
Melitus tergantung dari tiap-tiap tipenya.
a; Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus, IDDM
IDDM adalah penyakit hiperglikemia akibat ketidakabsolutan
insulin, pengidap penyakit itu harus mendapat insulin pengganti.
IDDM disebabkan oleh destruksi auto imun, sel-sel beta pulau
langherhans dan terdapat kecenderungan pengaruh genetik.
Diabetes tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk
berusia kurang dari 30 tahun.
b; Tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
NIDDM disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan
insulin untuk merangkum pengambilan glukosa oleh gangguan perifer
dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak
mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya. Kefosis
resisten lebih sering pada orang dewasa, tapi dapat juga terjadi pada
semua umur, kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada
kecenderungan familial, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik
selama stress (Long, BC, hal: 6).

c; Diabetes Melitus Sekunder (diabetes yang berhubungan dengan


keadaan atau sindrom tertentu)
Hiperglikemik terjadi karena penganut lain seperti: kerusakan
pankreas, obat-obatan kimia, kelainan insulin, sindrom genetik tertentu
(Long, BC, hal : 6)
d; Diabetes Melitus yang berhubungan dengan malnutrisi
1; Kerusakan toleransi glukosa (KTG)
Konsentrasi glukosa antara normal dan Diabetes Melitus dan dapat
menjadi normal atau tetap tidak berubah bahkan dapat melebihi
nilai konsentrasi tersebut.

2; Diabetes Melitus gastosional (DMG)


Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan ini adalah intoleransi
glukosa yang mulai timbul atau menular diketahui selama keadaan
hamil, karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon di sertai
pengaruh metabolik terhadap glukosa, maka kehamilan merupakan
keadaan peningkatan metabolik tubuh (Price dan Wilson, 1995,
hal: 1112).
3; Patofisiologi
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa yang normal, atau toleransi glukosa
sesudah makan karbohidrat, jika hiperglikemianya parah dan melebihi
ambang ginjal, maka timbul glukosoria. Glukosoria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan mengeluarkan kemih
(poliura) harus terstimulasi, akibatnya pasien akan minum dalam jumlah
banyaj karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami
keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang
semakin besar (polifagra) timbul sebagai akibat kehilangan kalori (Price
and Wilson, 1995, hal: 1114).
Komplikasi Diabetes Melitus bisa terjadi secara akut maupun
kronis. Komplikasi akut Diabetes Melitus adalah ketaasidosis diabetes dan
non asidotik hiperosmolar. Pada ketoasidosis diabetes, kadar glukosa darah
meningkat secara cepat akibat glukoneogenesis dan peningkatan penilaian
lemak yang progresif, maka timbul poliurea dan dehidrasi. Kadar keton
juga meningkat (ketosis). Keton keluar melalui urine (ketouria). Pada
ketosis, pH menurun dibawah 7,3 dan menyebabkan asidosis metabolik
dan merangsang hiperventilasi. Komoplikasi ini terjadi pada diabetes tipe
I. Pada diabetes tipe II komplikasi akut yang terjadi adalah non asidotik
hiperosmolar, dimana pasien mengalami hiperglikemia berat dengan kadar
glukosa darah lebih dari 300 mg per 100 ml. Hal ini menyebabkan
osmolalitas plasma meningkat dan berakibat urine keluar berliter-liter, rasa
haus yang hebat, deficit kalium yang parah sehingga mengakibatkan
terjadinya koma dan kematian. Untuk komplikasi jangka panjang sebagian
besar disebabkan oleh tingginya konsentrasi glukosa darah yang
menyebabkan morbiditas dan mortalitaas penyakit, komplikasi ini

mengenai hampir semua organ tubuh seperti sistem kardiovaskuler,


gangguan penglihatan, kerusakan ginjal dan sistem saraf perifer (Corwin,
2000, hal : 549).
Penderita diabetes lebih mudah terkena infeksi. Efektivitas kulit
sehingga pertahanan tubuh pertama berkurang. Diabetes yang telah
terkontrol menyebabkan defosit lemak di bawah kulit berkurang,
hilangnya glikogen dan terjadinya katabolisme protein tubuh. Kehilangan
protein yang menghambat proses peradangan dan penyembuhan luka.
Disamping itu fungsi leukosit, yang semuanya terlibat dalam upaya tubuh
untuk mengatasi infeksi, gagal. Menurunnya sirkulasi darah terhadap
bagian yang terinfeksi juga memperlambat penyembuhan (Long, B.C,
1996, hal: 49).
4; Tanda dan Gejala
Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak
dirasakan dan tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala
yang perlu mendapat perhatian adalah:
a; Keluhan Klasik
1; Banyak Kencing (Poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam
jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada
waktu malam hari.
2; Banyak Minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya
cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering
disalah tafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas
atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu
penderita banyak minum.
3; Banyak makan (polifagia)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita
Diabetes Melitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori
negatif, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk
menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan.
4; Penurunan Berat Badan dan Rasa Lemah

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif


singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat
yang menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan olahraga juga
mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga
terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot.
Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga
menjadi kurus.
b; Keluhan Lain
1; Gangguan Saraf Tepi/Kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama
pada kaki di waktu malam hari, sehingga menggangu tidur.

2; Gangguan Penglihatan
Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan
penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti
kacamatanya berulang kali agar tetap dapat melihat dengan baik.
3; Gatal/Bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah
kemaluan dan daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah
payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang
lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul karena akibat hal yang
sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
4; Gangguan Ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena
sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini
terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu
membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau
kejantanan seseorang.
5; Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang
sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala yang dirasakan.

5; Penatalaksanaan
Soegondo S, dkk (2004, hal: 257) menyatakan penatalaksanaan
diabetes sering dikaitkan dengan perencanaan makan, latihan jasmani dan
obat-obatan penurun gula darah.
a; Perencanaan Makan
1; Makan makanan yang beraneka ragam yang bisa menjamin
terpenuhinya kecakupan sumber zat teaga, zat pembangun dan zat
pengatur.
a; Sumber Zat Tenaga
Sumber zat tenaga antara lain : beras, jagung, gandum, ubi
kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi.
Makanan sumber zat tenaga sangat penting menunjang
aktivitas sehari-hari.
b; Sumber Zat Pembangun
- Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan
nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu.
- Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari hewani
adalah telur, ikan, ayam, daging dan susu.
Zat pembangun berperan penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan seseorang.
c; Sumber Zat Pengatur
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan
buah-buahan makanan ini mengandung berbagai vitamin dan
mineral yang sangat berperan untuk melancarkan bekerjanya
fungsi organ-organ tubuh.
2; Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Kebutuhan energi penyandang diabetes tergantung pada
umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan kegiatan fisik,
keadaan penyakit dan pengobatannya. Energi yang dibutuhkan
dinyatakan dengan satuan kalori. Susunan makanan yang baik
untuk penyandang diabetes mengandung jumlah kalor yang sesuai

dengan kebutuhan masing-masing orang. komposisi makanan


tersebut adalah :
- 10 15% protein
- 20 25% lemak
- 60 70% karbohidrat
3; Makanlah makanan sumber karbohidrat, sebagian dan kebutuhan
energi (pilihlah karbohidrat komplek dan serat, batasi karbohidrat
sederhana)
a; Karbohidrat komplek atau tepung-tepungan
Makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padipadian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi
jalar, kentang), sagu.
b; Karbohidrat sederhana
Makanan sumber, karbohidrat sederhana adalah gula,
sirup, cakes, dan selai, karbohidrat sederhana juga terdapat
pada buah, sayuran dan susu bagi penderita diabetes anjuran
konsumsi tidak lebih dari 5% total kalori (3 4 sendok) makan
sehari.
c; Serat
Serat adalah bagian karbohidrat yang tak dapat dicerna.
Serat banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, padi-padian
dan produk sereal. Makanan cukup serat memberi keuntungan
pada penderita diabetes karena serat :
- Perasaan kenyang dan puas yang membantu mengendalikan
nafsu makan dan penurunan berat badan.
- Makanan tinggi serat biasanya rendah kalori.
- Membantu buang air besar secara teratur.
- Memperlambat penyerapan glukosa darah sehingga
mempunyai pada penurunan glukosa darah.
- Menurunkan kadar lemak darah.
4; Batasi konsumsi lemak, minyak dan santan sampai seperempat
kecukupan energi.
Penyandang diabetes mempunyai resiko tinggi untuk
mendapatkan penyakit jantung dan pembuluh darah, oleh karena
itu lemak dan kolesterol dalam makanan perlu dibatasi.

Untuk itu makanan jangan terlalu banyak yang digoreng, bila ingin
mungkin tidak lebih dari satu lauk saja yang digoreng pada setiap
kali makan untuk mereka-mereka yang tidak gemuk, selebihnya
dapat dimasak dengan sedikit minyak misalnya seperti dipanggang,
dikukus, direbus dan dibakar. Kurangi mengkonsumsi makanan
tinggi kolesterol seperti otak, kuning telur, ginjal, hati, daging
berlemak, keju dan mentega.
5; Gunakan garam yang beryodium (gunakan garam secukupnya saja)
Penyandang diabetes yang mempunyai tekanan darah tinggi
(hipertensi) sehingga perlu berhati-hati pada asupan natrium.
Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan
untuk penduduk biasa yaitu 3.000 mg/hari yaitu kira-kira 6 7
garam (1 sendok teh) yang digunakan.
6; Makanlah makanan sumber zat besi (Fe)
Untuk menghindari terjadi anemia yang banyak diderita
oleh semua orang penyandang diabetes maka perlu mengkonsumsi
cukup zat besi. Bahan makanan sumber zat besi antara lain sayuran
berwarna hijau dan kacang-kacangan.
7; Biasakan makan pagi
Pada penyandang diabetes terutama yang menggunakan
obat penurun glukosa darah ataupun suntikan insulin tidak makan
pagi akan sangat beresiko karena bisa menyebabkan hipoglikemia
(penurunan kadar gula darah).
8; Hindari minuman beralkohol
Kebiasaan
minum
minuman
beralkohol
dapat
mengakibatkan terhambatnya proses penyerapan zat gizi, dan
hilangnya zat gizi yang penting bagi tubuh.
b; Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar penatalaksanaan
diabetes karena dapat menurunkan berat badan, meningkatkan
kebugaran, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot.
Latihan jasmani harus dilakukan secara teratur dan sesuai dengan
umur, jenis kelamin, pekerjaan dan kondisi kesehatan.
c; Obat-obatan Penurun Gula Darah

10

Jenis tablet atau obat-obatan yang merangsang pankreas untuk


melepaskan persediaan insulin, menaikkan tingkat insulin sehingga
gula darah tetap rendah antara lain :
- Chlorpropamide
lamanya kerja panjang
- Glibenclamide
lamanya kerja sedang
- Gliclazide
lamanya kerja sedang
- Gliquidone
lamanya kerja sedang
- Tolazamide
lamanya kerja sedang
- Tolbutamide
lamanya kerja pendek
Obat jangka panjang tidak selalu cocok untuk orang tua dan orang
yang gaya hidupnya sulit untuk makan secara teratur, karena adanya
resiko hipoglikemia, selain perlu waspada terhadap resiko rendahnya
gula darah, umumnya mereka yang minum tablet sulfonilurea sedikit
mengalami efek samping yang serius. Keluhan yang mengganggu
hanyalah wajah yang menjadi merah dan panas, yang jelas jika anda
mulai minum tablet ini yang membuat tingkat gula darah turun
(Bilous, R.W, 2002, hal : 30)
B; KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1; Pengertian Keluarga
a; Pengertian Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan adalah keadaan yang menghambat pemantapan
kesehatan atau peningkatan kesehatan atau penyembuhan masalah
kesehatan dapat menjadi masalah perawatan bila masalah tersebut dapat
diperbaiki melalui tindakan perawatan. (Bailon dan Maglaya, hal: 45)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy
Cit. Depkes RI, 1998: 32).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan
di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Effendy Cit Bailon dan Maglaya, 1998: 32)
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan
kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga,

11

sebagai unit kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai sarana/penyalur. (Bailon dan Maglaya, 1989, hal : 38).
a; Tugas Perkembangan Keluarga
Menurut Friedman (1998: 13) tugas perkembangan keluarga meliputi:
1; Keluarga pemula
Membangun perkawinan yang saling memuaskan,
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, keluarga
berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua).

2; Keluarga yang mengasuh anak


Membentuk keluarga pemula sebagai sebuah unit yang
mantap, rekonsiliasi tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan
keluarga besar dengan menambah peran orang tua dan kakek
nenek.
3; Keluarga dengan anak pra sekolah
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah,
ruang bermain, privasi, keamanan, mensosialisasikan anak,
mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lain, mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga dan di luar keluarga.
4; Keluarga dengan anak usia sekolah
Mensosialisasikan anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan yang memuaskan,
memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
5; Keluarga dengan anak remaja
Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab
ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri, memfokuskan
kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka
antara orang tua dan anak-anak.

6; Keluarga melepaskan anak dewasa muda

12

Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota


keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak,
melanjutkan untuk memperbarui dan menguraikan lagi hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari
suami maupun istri.
7; Orang tua usia pertengahan
Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orang tua lanjut usia dan anak, memperkokoh
hubungan perkawinan.
8; Keluarga lanjut usia
Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan dengan pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi,
meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.
b; Tugas Keluarga
Pada dasarnya menurut Friedman (1981) tugas-tugas keluarga
dalam bidang kesehatan untuk dapat mencapai asuhan keperawatan
keluarga dibagi menjadi 5 tugas meliputi:
1; Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
2; Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3; Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usianya yang terlalu muda atau terlalu tua.
4; Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5; Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan
dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
2; Tahap Proses Keperawatan Keluarga
a; Pengkajian
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengatur keadaan klien (keluarga) dengan mencapai norma

13

kesehatan keluarga maupun sosial yang merupakan sistem terintegrasi


dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.
Yang termasuk dalam tahap ini meliputi:
1; Pengumpulan data
2; Analisis data
3; Perumusan masalah
4; Diagnosa keperawatan
5; Prioritas masalah

ad. 1) Pengumpulan Data


Pengumpulan data dapat dilakukan melalui :
a; Wawancara
Adalah metode pengumpulan data melalui tanya
jawab, meliputi aspek fisik, mental, sosial budaya,
ekonomi, kebiasaan lingkungan.
b; Observasi/pengamatan
Adalah metode pengumpulan data dimana diperoleh
melalui pengamatan panca indra atau pengamatan secara
visual. Data yang diperoleh melalui observasi diantaranya
yang berkaitan dengan lingkungan fisik, meliputi: ventilasi,
penerangan, kebersihan.
c; Pemeriksaan fisik
Adalah metode pengumpulan data melalui teknik
inspeksi, auskultasi dan perkusi pada anggota keluarga
terutama anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan, meliputi: kehamilan, kelainan organ tubuh dan
tanda penyakit.
d; Studi dokumentasi
Adalah mempelajari catatan dan tulisan yang
berkaitan dengan klien diantaranya Kartu Menuju Sehat

14

(KMS), kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan


lainnya.
e; Studi literatur (studi pustaka)
Adalah metode pengumpulan data dengan
mempelajari buku asuhan yang berkaitan dengan
pasien/keluarga.
Data yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian
pada asuhan keperawatan keluarga adalah sebagai berikut:
1; Identitas keluarga/biodata, terdiri dari:
- Biodata kepala keluarga
- Biodata klien
- Susunan keluarga
2; Riwayat kesehatan klien
- Riwayat kesehatan sekarang: Bagaimana keadaan
klien pada saat pengkajian.
- Riwayat kesehatan dahulu: Apakah klien pernah
sakit seperti ini sebelumnya dan apakah keluarga
ada yang sakit seperti ini.
3; Riwayat kesehatan keluarga
Apakah di dalam keluarga ada yang menderita penyakit
menular atau penyakit keturunan.
4; Jarak antara lokasi dan fasilitas kesehatan
Jarak antara lokasi dan fasilitas kesehatan yang
meliputi: Jarak, cara atau alat transportasi yang
digunakan, serta keadaan wilayah yang dapat
mempengaruhi
penggunaan
fasilitas
pelayanan
kesehatan.
5; Keadaan fisik klien dan keluarga
Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan kesehatan
keluarga terutama keadaan kesehatan klien.
6; Keadaan keluarga
- Psikologis
Data psikologis keluarga perlu dikaji untuk
mengetahui keadaan emosi keluarga, cara

15

pengambilan keputusan dan siapa yang paling


berperan dalam pengambilan keputusan.
Sosial ekonomi
Untuk mengetahui jenis pekerjaan kepala keluarga
berapa penghasilan rata-rata pertahun/bulan,
penggunaan keuangan. Apakah keluarga bisa
menabung untuk memenuhi kebutuhan mendadak.
Spiritual
Meliputi data tentang agama, kepercayaan, ketaatan
beribadah, nilai-nilai moral keluarga.
Lingkungan
Keadaan lingkungan yang perlu dikaji meliputi
perumahan, luas tanah, tata ruang, ventilasi,
pencahayaan, lantai dan lain-lain. Sumber air
minum, tempat pembuangan sampah, serta
pemanfaatan pekarangan.
Keadaan kesehatan keluarga
a; Imunisasi
Untuk mengetahui apakah anak-anak juga sudah
diimunisasi atau belum serta untuk mengkaji
seberapa jauh keluarga tentang pencegahan
penyakit.
b;Keluarga Berencana (KB)
Yang perlu dikaji antara lain:
Apakah ibu/pus sudah ber-KB atau belum,
metode yang digunakan tempat kontrol KB,
sudah berapa lama menggunakan alat
kontrasepsi, keluhan-keluhan yang dirasakan
selama menggunakan alat kontrasepsi.
c; Keadaan Gizi
Meliputi pengkajian tentang makan keluarga,
makanan pokok apakah ada makanan pantangan
dalam keluarga serta perlu dikaji seberapa jauh
pengetahuan keluarga tentang makanan yang
mengandung gizi.

16

d;Pemanfaatan fasilitas kesehatan


Meliputi kebiasaan-kebiasaan berobat bila ada
anggota keluarga yang sakit, mencari
pertolongan kesehatan, pertolongan persalinan
dan sebagainya.
ad. 2) Analisa Data
Dalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu
diperhatikan dalam perkembangan kesehatan keluarga yaitu:
a; Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota
keluarga yang meliputi: Keadaan fisik, mental, sosial dan
pertumbuhan dan penghargaan gizi, kehamilan, status
imunisasi, KB dan lain-lainnya.
b; Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan meliputi: Ventilasi,
penerangan, kebersihan, konstruksi rumah, sumber air
minum, jamban keluarga, tempat pembuangan air limbah
serta pemanfaatan pekarangan yang ada.
c; Karakteristik

keluarga

meliputi:

Sifat-sifat

keluarga,

dinamika dalam keluarga, komunikasi dalam keluarga,


kesanggupan keluarga dalam membawa anggota keluarga,
kebiasaan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga.
ad. 3) Perumusan Masalah
Setelah

data

dianalisa

maka

selanjutnya

dapat

dirumuskan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.


Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan
dan keperawatan.
Dalam tipologi masalah kesehatan keluarga ada 3
kelompok masalah besar, yaitu:
a; Ancaman

kesehatan

memungkinkan

adalah

terjadinya

keadaan

penyakit,

kegagalan mencapai potensi kesehatan.

yang

kecelakaan

dapat
dan

17

b; Kurang/tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan


kesehatan.
c; Situasi krisis adalah saat-saat banyak menuntut individu/
keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal
sumber daya keluarga.
Selain mengacu pada tipologi masalah kesehatan, juga
mengacu pada berbagai alasan dari ketidakmampuan dalam
melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan,
diantaranya yaitu:
a; Ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan keluarga.
b; Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan yang tepat.
c; Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit.
d; Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang
dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi
anggota keluarga.
e; Ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat
guna memelihara kesehatan.

ad. 4) Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah situasi atau keadaan yang
mengalami peningkatan kesehatan dan penyembuhan yang
dapat diperbaiki melalui tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan ditulis sesuai dengan tugas
keluarga sebagai etiologi masalah dimana tugas keluarga
tersebut mengalami gangguan, yaitu:
a; Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
anggota dan keluarga.
b; Ketidakmampuan keluarga menentukan tindakan yang tepat
untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.

18

c; Ketidakmampuan

keluarga

melakukan

tindakan

keperawatan kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit,


mempunyai gangguan fungsi tubuh dan atau yang
membutuhkan bantuan asuhan keperawatan.
d; Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan (fisik,
psikis dan sosial) sehingga dapat menunjang peningkatan
kesehatan keluarga.
e; Ketidakmampuan

keluarga

memanfaatkan

dan

mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga


dengan lembaga pelayanan kesehatan dan sumber daya
yang ada di masyarakat.
ad. 5) Prioritas Masalah
Setelah merumuskan masalah, langkah selanjutnya
adalah

menentukan

prioritas

masalah

kesehatan

dan

keperawatan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas
masalah adalah sebagai berikut:
a; Tidak

mungkin

masalah-masalah

kesehatan

dan

keperawatan yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi


sekaligus.
b; Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat
mengancam kehidupan keluarga seperti masalah penyakit.
c; Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga
terhadap asuhan keperawatan yang akan diberikan.
d; Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang
mereka hadapi.
e; Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan
masalah kesehatan/keperawatan keluarga.
f; Pengetahuan dan kebudayaan keluarga

19

Skala prioritas dalam menyusun masalah kesehatan


keluarga.
Untuk

dapat

menentukan

prioritas

kesehatan

dan

keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas sebagai


berikut:

Kriteria

Nilai Bobo

1. Sifat masalah
Skala

: - tidak/kurang sehat

1
2

- ancaman kesehatan

- krisis

2. Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala

: - dengan mudah

- hanya sebagian

- tidak dapat

3. Potensi masalah untuk diubah


Skala

: - tinggi

- cukup

- rendah

20

4. Menonjolnya masalah
Skala

: -

masalah berat harus ditangani

- masalah yang tidak perlu segera ditangani

1
2
1

- masalah tidak dirasakan

Skoring :
1; Tentukan skor untuk setiap kriteria.
2; Skor dibagi dengan angka tertinggi dikaitkan dengan bobot.
skor
x bobot
angka tertinggi
3; Jumlah skor untuk semua kriteria.
4; Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot.
b; Perencanaan
Perencanaan perawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan
yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan
masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Nasrul
Effendi, 1998, hal: 54)
1; Rencana tujuan keperawatan keluarga meliputi:
Tujuan merupakan pernyataan yang lebih rinci tentang hasil
keperawatan. Tujuan keperawatan akan menentukan kriteria yang
dipakai untuk menilai keberhasilan keperawatan.
2; Tujuan jangka pendek, ditekankan pada keadaan yang mengancam
kehidupan, misalnya sakit berat, penyakit menular dan sebagainya.
3; Tujuan jangka panjang, lebih menekankan pada perubahan
perilaku, dari perilaku yang merugikan kesehatan menjadi perilaku

21

yang menguntungkan kesehatan dan mengarah kepada kemampuan


mandiri dalam memelihara kesehatan keluarga dan mengatasi
masalahnya. Misalnya: cara merawat keluarga dengan penyakit
kusta.
4; Kriteria evaluasi
Kriteria evaluasi adalah gambaran faktor-faktor tidak tetap yang
dapat memberikan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai, misalnya
keluarga bila batuk dan meludah tak di sembarang tempat. Kriteria
evaluasi terdiri dari respon verbal, respon afektif dan respon
psikomotorik (Effendi, N, 1998, hal: 60).
5; Standar evaluasi
Standar evaluasi menunjukkan tingkat pelaksanaan yang
diinginkan untuk membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya.
Standar akan memberitahukan apakah tingkat pelaksanaan yang
dapat diterima atau keadaan yang bagaimana dapat mengatakan
bahwa tindakan yang dilakukan berhasil atau tujuan tercapai.
6; Rencana tindakan
Dalam menyusun rencana tindakan ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan antara lain:
a; Menyangkut peningkatan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan
perilaku anggota keluarga.
b; Relevan dengan tujuan.
c; Relevan dengan masalah yang muncul.
d; Mungkin dilaksanakan dengan keluarga.
e; Sesuai dengan kondisi keluarga.
f; Adanya peran aktif keluarga.
c; Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga,
didasarkan pada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan
terhadap keluarga antara lain:
1; Sumber daya keluarga
2; Tingkat pendidikan rendah

22

3; Adat istiadat yang berlaku


4; Respon dan penerimaan keluarga, serta keterlibatan keluarga
5; Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga
d; Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai
atau tidak setelah suatu tindakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai tolok ukur dalam
evaluasi adalah:
1; Kriteria evaluasi
2; Standar evaluasi
3; Perubahan perilaku
Metode yang digunakan di dalam penilaian adalah:
1; Observasi langsung
Adalah mengamati secara langsung perubahan yang terjadi
dalam keluarga, misalnya: menutup mulut bila batuk, meludah
tidak disembarang tempat.
2; Wawancara
Tanya jawab dengan keluarga berkaitan dengan perubahan
sikap apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat.
Misalnya: kebersihan diri maupun lingkungan.
3; Memeriksa laporan
Dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat
dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.
4; Latihan stimulasi
Berguna dalam menentukan perkembangan kesanggupan
melaksanakan asuhan keperawatan (Effendi, 1998, hal: 60)
3; Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian khusus pada penderita Diabetes Melitus antara
lain:
a; Riwayat Kesehatan

23

Pada pengkajian riwayat kesehatan difokuskan pada:


-

Sudah berapa lama klien menderita DM.

Adakah anggota keluarga klien yang menderita DM dan apabila


ada siapa silsilah keluarga yang menderita Diabetes Melitus.

Apakah tanda dan gejala DM sering dialami klien.

Apakah ada kenaikan yang berat tentang gula darah.

b; Kebutuhan konsumsi makan dan kebutuhan sehari-hari


Pada pengkajian kebutuhan konsumsi makan sehari-hari difokuskan
pada:
-

Kebiasaan pola makan sehari-hari.

Bagaimana diit Diabetes Melitus.

Makanan apa yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi.

Bagaimana gaya hidup sebelum menderita Diabetes Melitus.

Bagaimana pola aktivitas tidur dalam sehari-hari.

Bagaimana pola eliminasi pasien.

Bagaimana tingkat emosional klien.

c; Karakteristik lingkungan
Pada karakteristik lingkungan difokuskan pada:
-

Penghasilan Rendah
Kecenderungan yang terjadi

Bagaimana situasi penerangan dan kelembapan ruangan tempat


tinggal klien.

Kebiasaan b
Ny
Pendidikan rendah:
Lingkungan buruk
Ny
Keluarga
tahu tentang: injuri.
Ruangan lembab
membahayakan
dan
dapatkurang
mengakibatkan
Pengertian DM
Perabotan ruangan kurang teratur Ny
Ke
Bagaimana
kebersihan
keseluruhan lingkungan
rumah
Penyebab
DM
Sumur,
dapurdan
dalam satu ruangan
Pen
Pencegahan DM
Keadaan luar rumah kotor
sekitarnya.
Perawatan pola diit DM
Lantai
Komplikasi DM

Bagaimana keadaan peralatan/perabotan dalam keluarga apakah

d; Pemeriksaan fisik

Produktivitas
berkurang
- Tekanan
darah

Kelembapan kulit

Berat badan

4; Kerangka Pikir

Kondisi tidak sehat (sakit) : Ny.S menderita DM yang ditandai:

Sering kencing pada malam hari, kaki dan tangan sering kesemutan, cepat lela
GDS: 316 ml/dl (22 Juli 2006)

Ketidaksanggupan keluarga tentang masalah yang dihadapi dalam melakukan tindakan yang tepat.
Respon keluarga:
Keluarga Tn. kurang tahu tentang penyakit DM, pengertian, penyebab, cara perawatan,
pencegaha, tanda dan gejala
Respon individu:
Keluarga tidak tahu cara modifikasi lingkungan sehat
Ny. S belum tahu tentang penger
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidaktahuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang sehat

24

40

39

a; Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Berdasarkan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan,
maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada asuhan
keperawatan keluarga adalah:
1; Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga mengenai penyebab, pencegahan, perawatan
sehari-hari, diit dan komplikasi Diabetes Melitus.
2; Ketidaksanggupan

mengenal

penyakit

Diabetes

Melitus

berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai luas dan sifat


masalah Diabetes Melitus.
3; Ketidaksanggupan keluarga tentang penyakit Diabetes Melitus
dalam melakukan tindakan yang tepat berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan dan sumber daya keluarga.
4; Ketidaktahuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota
keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai caracara modifikasi lingkungan rumah dan usaha-usaha pencegahan
penyakit.

25

b; Fokus Intervensi
1; Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan

a; Tujuan:
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit,
mengenai penyebab, pencegahan, perawatan sehari-sehari di
rumah, diiat dan komplikasi Diabetes Melitus diharapkan
keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita
Diabetes Melitus.
b; Intervensi:
1; Jelaskan kepada keluarga mengenai penyebab, pencegahan,
perawatan sehari-hari,

diiat dan komplikasi Diabetes

Melitus.
2; Demonstrasikan bersama keluarga mengenai cara memilih
diit yang tepat untuk penderita Diabetes Melitus.
3; Beri motivasi kepada keluarga untuk memeriksakan
anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus secara
rutin.
4; Libatkan keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang
menderita Diabetes Melitus.
2; Ketidaktahuan keluarga mengenal penyakit Diabetes Melitus
berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai luas dan sifat
masalah Diabetes Melitus pengetahuan atau ketidaktahuan fakta.
a; Tujuan:
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit
mengenai sifat dan luasnya masalah Diabetes Melitus.

26

b; Intervensi:
1; Jelaskan kepada keluarga mengenai sifat, berat dan luasnya
masalah Diabetes Melitus yang dihadapi keluarga.
2; Jelaskan kepada keluarga beberapa tindakan yang dapat
dilakukan keluarga sesuai dengan kemampuan keluarga.
3; Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali mengenai
sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus yang
dihadapi keluarga.
4; Berikan pujian atas usaha yang telah dilakukan keluarga.
3; Ketidaksanggupan keluarga tentang penyakit Diabetes Melitus
dalam melakukan tindakan yang tepat berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan dan sumber daya keluarga.
a; Tujuan
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit
mengenai cara-cara perawatan, pencegahan, perawatan seharihari, diit dan komplikasi hipertensi, diharapkan keluarga
mampu melakukan tindakan yang tepat pada anggota keluarga
yang menderita Diabetes Melitus.
b; Intervensi:
1;

Jelaskan kepada keluarga mengenai penyebab, cara-cara


merawat, pencegahan, komplikasi anggota keluarga yang
menderita Diabetes Melitus.

2;

Beritahu keluarga mengenai fasilitas-fasilitas kesehatan


yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.

3;

Libatkan keluarga dalam usaha perawatan anggota


keluarga yang menderita Diabetes Melitus.

4; Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang


dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
mengenai cara-cara modifikasi lingkungan rumah dan pencegahan
penyakit.

27

a; Tujuan
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit mengenai caracara

memodifikasi

lingkungan

rumah

dan

usaha-usaha

pencegahan penyakit diharapkan keluarga mampu memahami


cara-cara

memelihara

lingkungan

rumah

yang

dapat

mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi angota


keluarga.
b; Intervensi
1;

Jelaskan pada keluarga tentang manfaat memelihara


lingkungan rumah dalam usaha pencegahan penyakit.

2;

Jelaskan kepada anggota keluarga tentang cara-cara


memodifikasi lingkungan rumah.

3;

Libatkan keluarga dalam usaha menjaga dan memelihara


lingkungan rumah.

Vous aimerez peut-être aussi